Abstract
The purpose of this study was to describe students` perceptions of the science learning environment in class VII SMP Sepuluh Nopember, to describe student learning outcomes in class VII SMP Sepuluh Nopember, and whether there was a relationship between students` perceptions of the science learning environment and student learning outcomes in class VII SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo. This type of research includes quantitative research with comparative causal types with correlation analysis techniques. Data collection was obtained through questionnaires and documentation of students cognitive learning outcomes,the sample used was 29 students. The object of the research was the seventh grade students at SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo. The results showed that the students` perceptions of the science learning environment in the high category were 6 students, 18 students in the medium category and 5 students in the low category. And the cognitive learning outcomes of students with complete categories of 15 students and incomplete categories of 14 students. Then the calculation was carried out through the correlation hypothesis test, the results of this calculation obtained significant results, namely 0,237< 0,05 and significant 0,216< 0,05, so this indicated that there was a positive relationship between students` perceptions of the science learning environment and student cognitive learning outcomes.
Pendahuluan
Lingkungan belajar adalah tempat untuk berproses dimana terdapat siswa yang aktif sehingga akan menentukan tercapainya sebuah tujuan pembelajaran, contohnya di dalam lingkungan belajar di kelas yang baik membuat siswa merasa nyaman dan termotivasi saat melaksanakan kegiatan belajar. Selain itu, lingkungan belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap proses belajar dan persepsi siswa terhadap lingkungan akan berpengaruh pula terhadap tingkah laku siswa. Lingkungan belajar akan memperoleh dukungan yang baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satunya adalah faktor dari luar yang mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa adalah lingkungan belajar. Di dalam lingkungan belajar WIHIC terdapat beberapa pernyataan tentang apa yang terjadi di dalam kelas.[1].
Pada student cohesiveness atau kekompakan siswa dimana interaksi antar siswa dengan siswa yang lainnya dan dapat dilihat sejauh mana siswa mengenal, membantu, dan saling mendukung satu sama lain. [2]. Lingkungan belajar teacher support atau dukungan guru. Dukungan ini berupa memberi kesempatan yang sama kepada seluruh siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang di ajukkan, guru IPA dapat menarik perhatian, menolong ketika mendapatkan kesulitas dalam menyelesaikan pekerjaan.[3].
Involvement atau keterlibatan siswa, keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar yang mencakup pada kepuasan siswa terhadap keadaan kelas sehingga dapat berpartisipasi aktif. [4]. Task orientasion atau arahan terhadap tugas, berupa perhatian yang diberikan oleh guru terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran dan mencoba memahami tugas yang diberikan serta menekankan seberapa pentingnya penyelesaian aktifitas-aktifitas yang telah direncanakan. Invesgation atau kegiatan penyelidikan, pada kegiatan penyelidikan ini menekankan sejauh mana siswa dapat memecahkan persoalan di dalam kelas tanpa diberi tahu pemecahannya. Cooperation atau kerjasama, aktivitas kelas yang dilakukan secara bersama-sama atau kelompok. Adakalanya guru memberikan tugas secara berkelompok untuk melihat kemampuan kerjasama antar siswa. Dan equity atau kesetaraan, kesetaraan ini dilihat melalui setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berbicara dan guru tidak membeda-bedakan siswanya [5].
Pada lingkungan belajar IPA di kelas VII SMP Sepuluh Nopember cukup terbilang kondusif dimana siswa saling mengenal satu sama lain dan saling kompak dalam suasana kelas yang nyaman sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran IPA dengan baik. Kemudian ada dukungan dari guru ketika siswa mendapatkan kesulitan di dalam pembelajaran IPA. [6]. Siswa berhasil dalam menyelesaikan tugas IPA dengan baik, kemudian siswa melakukan penyelidikan untuk menguji/mencobakan ide-ide dan bisa bekerja sama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas IPA sehingga siswa mendapat perlakuan yang sama seperti siswa lainnya.[7]. Sehingga lingkungan belajar IPA ini sangat penting, dan akan turut mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakuan oleh Winarno dan Wiyono, menyimpulkan bahwa semakin baik lingkungan belajar seseorang, maka akan memungkinkannya untuk mencapai hasil belajar yang baik [8].
Merujuk pada uraian latar belakang diatas sebagai, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi siswa siswa tentang lingkungan belajar IPA di kelas VII SMP Sepuluh Nopember, untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Sepuluh Nopember, dan mendeskripsikan ada tidaknya hubungan persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA terhadap hasil belajar siswa di kelas VII SMP Sepuluh Nopember.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan tipe penelitian kausal komparatif, yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel X dan Y dan tingkat hubungan antar variabel [9]. Variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas (persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA) dengan variabel terikat (hasil belajar siswa). Berikut ini adalah gambar rancangan pada Figure 1
Keterangan:
X: Variabel Bebas (Lingkungan belajar IPA)
Y: Variabel Terikat (Hasil Belajar)
Populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Sepuluh Nopember. Sedangkan untuk teknik sampling yang digunakan adalah purposive samplingadalah teknik penentuan sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu [10]. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 29 siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen angket [11]. Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yng digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang diketahui [12]. Lembar angket menjadi instrumen utama dalam penelitian yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang berisi 56 butir pertanyaan persepsi siswa [13].
Teknik Analisis Angket Persepsi Siswa Tentang Lingkungan Belajar
Untuk analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu untuk dapat mengetahui persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA dan untuk mengetahui hasi belajar siswa kelas VII SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo.
Analisis data angket persepsi dilakukan dengan mengkategorikan persepsi. Dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah mengenai “Bagaimana persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA kelas VII SMP Sepuluh Nopember?” pernyataaan pada angket dinilai menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial.
Teknik Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang akan di analisis adalah hasil belajar kognitif siswa, analisis data hasil belajar dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas jika nilai yang diperoleh sama dengan atau lebih besar dari KKM, sedangkan jika nilai yang diperoleh di bawah KKM maka siswa dinyatakan tidak tuntas, kemudian nilai yang diperoleh siswa dikategorikan.
Analisis Data
Uji Normalitas
Tujuan dari Uji Normalitas adalah untuk mengetahui bahwa sebaran data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menandakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Pengujian linieritas pada penelitian ini dengan menggunakan SPSS 26, Berikut kesimpulan dari hasil uji normalitas menurut Sugiyono:
- Apabila maka data berdistribusi normal dan linier maka dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji parametrik yaitu uji korelasi Person Product Moment.
- Apabila data dinyatakan berdistribusi tidak normal dan tidak linier dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji non parametrik yaitu uji Spearman.
Uji analisis data yaitu menggunakan uji normalitas dan juga uji linieritas. Setelah uji analisis terpenuhi, dan data dinyatakan normal dan linear maka langkah selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Korelasi Person Product Moment dengan rumus pada Figure 2
Hasil dan Pembahasan
Peneliti melakukan penelitian ini yaitu pada tanggal 23 September- 19 Oktober 2019, semua kegiatan dalam penelitian ini dilakukan secara tatap muka, mulai dari menyebarkan angket kepada responden yang berjumlah 29 siswa dan mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa yang didapatkan dari guru kelas. Dalam penelitian ini disajikan data hasil angket persepsi siswa dengan hasil belajar siswa yang didapatkan dari nilai uts semester 2 yang digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa. Instrumen angket didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sedangkan hasil belajar didapatkan dari data hasil belajar kognitif siswa yaitu nilai yang sudah ada di kelas VII C sebelumnya. Berikut penjelasan hasil dari data yang telah diperoleh.
Data penelitian untuk hasil skor angket kemandirian belajar pada Table 1
Kriteria | Frekuensi | Kategori |
LB > 241 | 6 | Lingkungan belajar tinggi |
188 < LB < 241LB < 188 | 185 | Lingkungan belajar sedangLingkungan belajar rendah |
Dari Table 1 terdapat hasil yaitu sebanyak 6 siswa mendapatkan kategori lingkungan belajar tinggi, 18 siswa mendapatkan kategori lingkungan belajar sedang, dan 5 siswa mendapatkan kategori lingkungan belajar rendah.
Data penelitian untuk hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel Table 2
Kategori | Frekuensi | % |
Tuntas | 15 | 52% |
Tidak Tuntas | 14 | 48% |
Total | 29 | 100 |
Dari Table 2 dapat dilihat bahwa kategori tuntas sebanyak 15 siswa memperoleh nilai sebesar 52% dan pada kategori tidak tuntas sebanyak 14 siswa dengan memperoleh nilai sebesar 48%.
Data penelitian untuk uji prasyarat analisis yaitu Uji Normalitas dan Uji Linieritas pada Table 3
Unstandardized Residual | ||
N | 29 | |
Normal Parametersa,b | Mean | .0000000 |
Std. Deviation | 13.42428911 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .123 |
Positive | .098 | |
Negative | -.123 | |
Test Statistic | .123 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .200c,d |
Berdasarkan tabel 3, didapatkan hasil Uji Normalitas bahwa diketahui nilai signifikan 0,200>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
Tabel 4 .
Sum of Squares | Df | Mean Square | F | Sig. | |||
Angket * Hasil Belajar | Between Groups | (Combined) | 4929.040 | 24 | 205.377 | 1.969 | .270 |
Linearity | 300.284 | 1 | 300.284 | 2.879 | .165 | ||
Deviation from Linearity | 4628.756 | 23 | 201.250 | 1.930 | .277 | ||
Within Groups | 417.167 | 4 | 104.292 | ||||
Total | 5346.207 | 28 |
Berdasarkan Table 4, didapatkan hasil Uji Linieritas bahwa dapat dilihat pada baris Linearity Nilai Sig. yaitu 0,165. Karena hasil yang didapatkan 0,165 lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel X dan Y memiliki hubungan yang Linier.
Selanjutnya setelah data tersebut berdistribusi normal dan linier dapat dilanjutkan dengan Uji Korelasi.
Data penelitian untuk Uji Korelasi yaitu pada Table 5
Angket Persepsi | Hasil Belajar | ||
Angket Persepsi | Pearson Correlation | 1 | .237 |
Sig. (2-tailed) | .216 | ||
N | 29 | 29 | |
Hasil Belajar | Pearson Correlation | .237 | 1 |
Sig. (2-tailed) | .216 | ||
N | 29 | 29 |
Berdasarkan Table 5 , didapatkan hasil Uji Korelasi bahwa dapat dilihat pada baris Perason Correlation yaitu 0,237. Selanjutnya untuk dapat mengetahui kooefisien korelasi dari hasil perhitungan diatas 0,237 tersebut sudah signifikansi atau tidak, maka perlu untuk dibandingkan pada r tabel. Pada r tabel yang didapatkan pada jumlah N= 29 pada taraf kesalahan sebesar 5% yaitu 0,216. Sehingga r hitung lebih besar dari r tabel. Karena rhitung > rtabel, Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga terdapat hubungan atau adanya korelasi antara persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA dengan hasil belajar siswa. Karena koefisien korelasi nilainya positif, dan kekuatan korelasinya sangat kuat. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi siswa tentang lingkungan belajar terhadap hasil belajar siswa [14]. Jadi dalam penelitian ini disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang lingkungan belajar IPA berhubungan positif sangat kuat dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP Sepuluh Nopember. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono, hasil penelitiannya yaitu hubungan lingkungan belajar, kebiasaan belajar dan motivasi belajar (X) dan prestasi belajar (Y) terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara lingkungan belajar, kebiasaan belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar [15].
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa adanya pengaruh persepsi lingkungan belajar terhadap hasil belajar siswa yaitu 0,237 bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara persepsi lingkungan belajar dengan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Sepuluh Nopember. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno, bahwa “terdapat pengaruh lingkungan belajar dan motivasi berprestasi dan hasil belajar bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa.”[16]. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiyono, adanya hubungan antara lingkungan belajar, kebiasaan belajar dan motivasi belajar dan prestasi belajar bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan, kebiasaan belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar. [17]. Menurut Dalyono, bahwa kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya. Fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda atau uang. [18]. Oleh karena itu, fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Keberadaan akan fasilitas belajar sebagai penunjang kegiatan tentu sangat berpengaruh positif terhadap hasil belajar..
Kesimpulan
Hasil analisis deskriptif pada persepsi lingkungan belajar IPA siswa di kelas VII SMP Sepuluh Nopember dengan presentase 62% dalam kategori sedang, sedangkan hasil analisis deskriptif pada hasil belajar siswa kelas VII dengan presentase 52% dalam kategori tuntas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara lingkungan belajar IPA dengan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Sepuluh Nopember. Hasilnya adalah rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 (0,237 > 0,216) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif. Karena koefisien korelasi nilainya positif, dan kekuatan korelasinya sangat kuat, Jadi dalam penelitian ini disimpulkan bahwa persepsi lingkungan belajar IPA berhubungan positif sangat kuat dengan hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Sepuluh Nopember.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini antara lain Bapak Moh. Dedy Setiawan selaku wali kelas VII C SMP Sepuluh Nopember yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian. Kemudian terimakasih untuk seluruh guru yang ada di sekolah SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan Penelitian ini. Semoga penelitian yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan baru dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.
References
- Shadreck, M. (2012). Zimbabwean science students’ perceptions of their classroom learning environments and attitude towards science. Mediterranean Journal of Social Sciences, 3(11), 415.
- Bahri, S. (2011). Psikologi Belajar edisi revisi 2011. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- S. Robert E, Psikologi pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks, 2009.
- Fraser, B. J 2001 "Twenty Thousand Hours: Editor`s introduction". Learning Environment Research : An International Journal. Vol.4 pp.1-5
- cresweel J.W 2012. Educational research: planing, conducting, and evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson
- Hahid Parween Anwar. 2015. Student towards science in lower secondary classes: comparison across regions. 17(1)78
- Barry J. Fraser 1981. Test of Science-Related Atitudet. The Australian For Educational:1
- Bambang Budi Wiyono. (2003) Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa, Forum Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15 Nomor 1, Juni 2003, Malang: Universitas Negeri Malang, Halaman 28-36
- Ridwan,”Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula”,(Bandung: Alfabeta,2006,)hal 50.
- Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2018.
- Musfiqon, Panduan Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2012.
- Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
- Angket wihic dan lembar observasi. Ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/2007
- Bahri, S., & Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Wiyono, Budi 2003. pengaruh kebiasaan dan Lingkungan. Jurnal. Universitas Negeri Surabaya
- Bambang Budi Wiyono. (2003) Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa, Forum Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15 Nomor 1, Juni 2003, Malang: Universitas Negeri Malang, Halaman 28-36
- Dalyono. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
- Dalyono, M (1996). Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta.