Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.8191

Global Study Revolutionizes Bankruptcy Prediction


Studi Global Merevolusi Prediksi Kebangkrutan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Bankruptcy Food & beverage Stock Exchange Analysis Prediction

Abstract

This study evaluates bankruptcy potential in food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange during 2018-2022 using four methods: Grover, Springate, Zmijewski, and Altman. Analyzing data from 31 sampled companies, the research employs descriptive quantitative methods and SPSS 26 analysis. Findings reveal varied bankruptcy predictions: Grover predicts 3 potential bankruptcies, Springate identifies 18, Zmijewski finds none, and Altman predicts 14. Notably, Zmijewski's method demonstrates superior accuracy. These results aid investors in understanding company performance and inform future financial strategies, addressing a critical need in early bankruptcy prediction for the food and beverage industry. Future research may explore additional prediction models and extend the study period to enhance predictive accuracy further.

Highlight:

  1. Diverse methods: Grover, Springate, Zmijewski, Altman offer varied bankruptcy predictions.
  2. Zmijewski's accuracy: Highest accuracy among methods for bankruptcy prediction.
  3. Investor insight: Guides future financial decisions based on company performance analysis.

 

Keywoard: Bankruptcy, Food & beverage, Stock Exchange, Analysis, Prediction.

PENDAHULUAN

Tingkat perekonomian di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya yang selalu berkembang adanya pembaharuan. Perkembangan tersebut juga membuat persaingan yang semakin ketat terhadap perusahaan lokal maupun internasional khususnya perusahaan pada industri makanan dan minuman[1][2]. Kebutuhan yang membedakan setiap negara dalam menentukan perekonomian global sangat berbeda. Akibatnya, setiap negara bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Perusahaan manufaktur dan perusahaan lain memainkan peran penting dalam masalah ekonomi ini. [3].

Meskipun COVID-19 sangat populer, hampir semua negara mengalami masalah ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang negatif, bahkan diprediksi resesi tahun ini 2024[4][5]. Sektor manufaktur adalah sektor yang dangat berperan penting dalam menunjang suatu perekonomian Indonesia dalam memperbaiki pertumbuhan negatif[6]. Industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan, dengan kecenderungan Masyarakat dalam menikmati makanan siap saji membuat sektor ini sangat menguntungkan[7][8]. Menurut Pertumbuhan Produk Domestik (PDB) kontribusi sektor makanan dan minuman terus meningkat hingga tahun 2019 senilai Rp 8,9 triliun dan 35% terhadap PDB industri non migas sektor penyumbang kontribusi PDB terbesar[7]. Untuk saat ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jika PDB atas industri makanan dan minuman nasional mencapai Rp 1,23 kuadriliun pada tahun 2022 Porsi tersebut merupakan yang terbesar dibanding industri lainnya.

Sektor Nilai PDB
makanan dan minuman Rp1.238.099.000.000.000
kimia Rp357.326.300.000.000
farmasi dan obat Rp284.619.900.000.000
alat angkutan Rp284.559.300.000.000
barang logam Rp201.642.500.000.000
tekstil dan pakaian jadi Rp168.012.800.000.000
logam dasar Rp135.754.000.000.000
pengolahan tembakau Rp128.957.700.000.000
kertas dan barang kertas Rp91.078.000.000.000
barang galian bukan logam Rp87.798.000.000.000
karet dan barang karet Rp80.134.000.000.000
kayu dan barang kayu Rp80.134.900.000.000
mesin dan perlengkapan Rp55.327.300.000.000
kulit dan alas kaki Rp48.125.300.000.000
furtinur Rp41.970.500.000.000
pengolahan lainnya Rp24.749.600.000.000
Table 1.Hasil Pertumbuhan PDB Tahun 2022

Sumber : Data Diolah Peneliti (2023)

Menurut [9] dalam penelitiannya jika ada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang karena banyaknya kebangkrutan, perusahaan seperti PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency, PT. Modern Seven Indonesia, PT. Nyonya Manner, PT. Namasindo Plass, dan sebagainya harus diidentifikasi segera. [9]. Kebangkrutan terjadi karna akan faktor eksternal maupun internal perusahaan yang menjadi pemicu utamanya [1]. Kebangkrutan terjadi saat perusahaan tidak dapat menghasilkan keuntungan [1]. Faktor eksternal terdiri dari perkembangan teknologi, persaingan pasar maupun adanya permasalahan ekonomi negara. Faktor internal terdiri dari kinerja manajemen, permasalahan pada laporan tahunan keuangan, maupun permasalahan seperti kecurangan perusahaan[10].

Seperti yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), angka pertumbuhan industri makanan dan minuman akan menurun pada tahun 2020. Pada tahun 2017 sampai 2018 mengalami penurunan 1,32% meskipun hal tersebut tidak banyak. Seiring beberapa tahun sampai tahun 2019 sampai 2020 mengalami angka penurunan sampai 6,2% ketika itu pertumbuhannya dikatakan anjlok. Keadaan tersebut dikarenakan faktor adanya persaingan ketat antar perusahaan serta fenomena Covid-19 yang sedang terjadi saat itu[11]. Dilakukannya analisis laporan keuangan agar dapat mengetahui akan keadaaan, perkembangan finansial serta kelemahan – kelemahan perusahaan untuk mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut[1].

Laporan keuangan, seperti laporan tahunan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu, memberikan informasi penting untuk menilai kinerja keuangan perusahaan [1]. Laporan keuangan umumnya menyajikan informasi penting seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus

kas, dan catatan atas laporan keuangan [12][8]. Dalam memprediksi akan kebangkrutan peneliti menggunakan perhitungan dengan acuan rasio keuangan melihat pada laporan keuangan[13]. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan untuk periode tertentu. Dengan laporan laba rugi peneliti mendapatkan bahan evaluasi perusahaan dalam kondisi rugi atau laba akan laporan keuangan selama 1 tahun dengan periode tertentu serta neraca peneliti mendapatkan bahan akan jumlah kekayaan dan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan[1].

Melalui laporan keuangan perusahaan dapat memperkirakan apakah selama beberapa periode ini, kesehatan keuangan perusahaan mengalami kondisi baik atau tidak baik[14]. Ada beberapa metode untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, namun untuk perhitungan dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 metode dengan tingkat akurasi berbeda yakni Metode Grover, Springate, Zmijewski dan Altman[15]. Karena mereka memiliki rasio perhitungan yang hampir sama, keempat metode tersebut menghasilkan model perhitungan yang berbeda. Tergantung apakah perusahaan pada akhirnya akan bangkrut atau tidak menggunakan alat untuk meningkatkan kesehatan perusahaan sebagai tindakan pencegahan [16].

Pada tahun 1968, Jeffery S. Grover mengembangkan metode Grover untuk mengevaluasi sampel yang sama dengan metode Altman [17]. Dengan kriteria penilaian pada perhitungannya seperti bangkrut, tidak bangkrut dan sehat[18]. Pengembangan dan evaluasi metode Altman kemudian mengubahnya menjadi metode kebangkrutan. Rasio keuangan yang digunakan dibatasi pada koefisien pembobotan 0,01 dan 0,02 [19]. Metode ini memiliki tingkat akurasi tinggi setelah metode Altman dalam penelitian untuk mendeteksi kebangkrutan.

Metode Springate adalah metode yang memiliki keakuratan paling tinggi dari beberapa metode kebangkrutan serta kemampuan untuk berfokus pada hutang perusahaan sehingga perhitungan dan hasilnya lebih tepat[20]. Menggunakan model rasio multiple dicriminat analysis (MDA), yang membutuhkan lebih dari satu rasio keuangan yang berkaitan dengan kebangrutan perusahaan untuk membentuk model yang baik [20]. Dengan menggunakan empat metode perhitungan rasio yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan dan memiliki bobot koefesien, masing-masing metode menghasilkan nilai cut off 0,862 [21].

Metode Zmijewski Zmijewski merupakan metode untuk mengukur beberapa kinerja seperti hutang, profitabilitas, serta likuiditas suatu perusahaan [20], [22]. Dengan tingkat akurasi diatas 50% dari beberapa rasio yang ada. Tingkat koefesien masing – masing rasio dengan nilai cut off 0 dapat memprediksi akan bangkrut atau tidak bangkrut[8]. Jika nilai hasil perhitungan bernilai positif, perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan, tetapi jika nilai Z bernilai negatif, perusahaan semakin jauh dari kebangkrutan dan dianggap tidak bangkrut. [23]

Metode Altman, juga dikenal sebagai Altman Z-Score, memanfaatkan kinerja perusahaan untuk memprediksi potensinya[1]. Metode Altman ialah sebuah metode analisis dengan memprediksi adanya kebangkrutan dengan 4 rasio yang sudah dimodifikasi [24]. Mengklasifikasikan perusahaan ke dalam kelompok dengan probabilitas kegagalan tinggi dan rendah[7], [16]. Ini juga adalah metode yang paling akurat dan banyak digunakan untuk penelitian prediksi kebangkrutan menurut beberapa peneliti sebelumnya[25].

Peneliti menemukan bahwa ada perbedaan dalam hasil prediksi dari model prediksi kebangkrutan yang disebutkan sebelumnya. Menurut studi [26], tingkat akurasi dari keempat model menunjukkan skor kebangkrutan yang rendah. Salah satu model prediksi kebangkrutan terbaik adalah model Grover, dengan 48%, dan model Springate, dengan 79% akurasi atau kebenaran, menurut [27][28].

Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa model Altman memiliki tingkat akurasi ukuran 68%. Selanjutnya, dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman, yang memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi, dan metode Springate atau S-Score tidak dapat digunakan untuk mengukur potensi kebangkrutan [15]. Peneliti sebelumnya, seperti [21], [29]–[31], telah banyak menggunakan teknik ini dengan berbagai objek dan hasil.

Penelitian yang lebih luas dengan memperluas variabel penelitian diperlukan untuk menghasilkan penelitian yang bersifat umum. Dengan mempertimbangkan hasil yang diungkapkan dan temuan yang berbeda, peneliti tertarik untuk mengevaluasi masing-masing dari empat pendekatan prediksi kebangkrutan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi metode yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memprediksi kebangkrutan yang tepat dan akurat. Untuk menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai targetnya, penelitian secara mendalam diperlukan [1]. Penelitian ini dapat membantu mengembangkan konsep penilaian kebangkrutan, terutama untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah perusahaan manufaktur di subsektor makanan dan minuman akan bangkrut di tahun mendatang. Selain itu, dilakukan dengan menggunakan empat metode prediksi kebangkrutan yang disebutkan di atas untuk menentukan model prediksi kebangkrutan mana yang lebih baik. Berdasarkan hasil penjelasan yang diuraikan peneliti ingin mengatehui dengan melakukan penelitian yang berjudul “Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Grover, Springate, Zmijewski dan Altman Terhadap Perusahaan Manufaktur Subsektor Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2018 - 2022”. Sehingga diperoleh tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui hasil Metode Grover terhadap Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman periode 2018 – 2022; 2) Untuk mengetahui hasil Metode

Springate terhadap Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman; 3) Untuk mengetahui hasil Metode Zmijewski terhadap Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman; 4) Untuk mengetahui hasil Metode Altman terhadap Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman.

Tinjauan Pustaka

Prediksi Kebangkrutan

Ketika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dan menghasilkan keuntungan yang paling besar, disebut kebangkrutan[40]. Jika arus kas perusahaan buruk, itu mungkin tidak dapat menutupi seluruh kewajibannya. Selain itu, perusahaan tidak dapat bersaing dengan pesaing lain, yang mengurangi keuntungan[23]. Rasio keuangan dalam laporan keuangan perusahaan juga dapat menunjukkan kebangkrutan perusahaan. Meskipun ada banyak cara untuk menghitung kebangkrutan perusahaan, hanya empat perhitungan yang digunakan. Metode Pengukuran Kebangkrutan [40]:

a. Metode Grover

b. Metode Springate

c. Metode Zmijewski

d. Metode Altman

Metode Grover

Menggabungkan metode Altman dengan elemen beberapa rasio perhitungan[22]. Penelitian [15], [22], [32] menyelidiki apakah perhitungan metode Grover dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Selain itu, penelitian [33], [18], [27] menunjukkan bahwa metode ini merupakan salah satu metode terbaik untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Prediksi kondisi perusahaan selama periode tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan tingkat koefisien 0,01 dan 0,02 untuk keperluan[34]. Nilai G lebih dari 0,01 menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi kebangkrutan, sedangkan nilai G kurang dari 0,02 menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi kebangkrutan[19]. Metode Grover memberikan kriteria dalam penilaiannya dengan[32]:

a. Jika nilai G > 0,01 maka perusahaan berpotensi terjadinya tidak kebangkrutan.

b. Jika nilai G < -0,02 maka perusahaan berpotensi terjadinya kebangkrutan.

Metode Springate

Metode Springate adalah metode ddengan mengembangkan 4 rasio perhitungan untuk memprediksi potensi adanya kebangkrutan dalam laporan keuangan[18]. Metode ini dikemukakan oleh seorang Gorgon L.V pada 1978[31]. Metode dengan tingkat koefesien yakni masing – masing 0,862 dalam menentukan suatu perusahaan dengan kondisi bangkrut atau tidak bangkrut[15]. Jika nilai S menunjukkan kondisi perusahaan berpotensi kebangkrutan berada lebih dari 0,862. Sedangkan apabila perusahaan menunjukkan kondisi tidak berpotensi kebangkrutan maka nilai S berada kurang dari 0,862[2]. Penelitian yang dilakukan oleh [14], [16], [35] menggunakan metode ini dan dapat melakukan prediksi kebangkrutan pada perusahaan dan periode tertentu. Kriteria penilaian nya [30]:

a. Jika S > 0,862 merupakan perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut.

b. Jika S < 0,862 merupakan perusahaan yang berpotensi bangkrut.

Metode Zmijewski

Studi [10], [16], [17] menunjukkan apakah perhitungan Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Selain itu, studi [19], [23], [36] menunjukkan bahwa metode ini adalah salah satu yang terbaik untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Metode ini menggunakan tingkat koefesien, yaitu 0[23], untuk menentukan apakah bisnis dalam kondisi bangkrut atau tidak. Perusahaan diprediksi akan mengalami kebangkrutan jika nilai X memiliki tingkat hasil lebih tinggi dari 0, dan jika nilai X memiliki tingkat hasil lebih rendah dari 0, maka perusahaan diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan[16]. Metode Zmijewski menggunakan analisis rasio untuk mengukur kinerja, kekuatan, dan likuiditas pad bisnis. Hasil analisis akurasi metode ini menunjukkan bahwa itu dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan sebesar 84 persen [22].

Kriteria Penilaiannya yakni [17]

a. X lebih besar dari 0, perusahaan diprediksi akan mengalami kebangkrutan

b. X lebih kecil dari 0, perusahaan diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan

Metode Altman

Perhitungan rasio metode Altman bergantung pada laporan keuangan, yang merupakan kombinasi rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kebangkrutan[4]. Metode ini digunakan dalam penelitian [33], [36], [39], dan [21]. Mereka dapat memprediksi kebangkrutan untuk perusahaan dan periode waktu tertentu. Metode ini

menggunakan koefisien antara 1,1 dan 2,6 untuk menunjukkan prediksi perusahaan. Nilai Z lebih besar dari 2,6 menunjukkan bahwa perusahaan berada di zona aman, tetapi nilai Z antara 1,1 dan 2,6 menunjukkan bahwa perusahaan berada di zona rawan, di mana ada kemungkinan kebangkrutan. Namun, jika nilainya kurang dari 1,1, perusahaan mungkin mengalami kebangkrutan[29]. Beberapa kriteria penilaian metode ini [13]:

a. Jika Z > 2,6 Perusahaan berada di Zona Aman

b. Jika 1,1 < Z > 2,6 Perusahaan berada di Zona Abu – Abu (Grey Area)

c. Jika Z <1,1 Perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan.

METODE

Pendekatan Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang mengumpulkan data dalam jumlah besar, seperti puluhan atau bahkan ribuan eksemplar[40]. Studi ini mengumpulkan informasi mendalam tentang fenomena yang terjadi pada tingkat individu, kelompok orang, lembaga, atau organisasi[41]. Dalam penelitian ini, rancangan penelitian dengan pendekatan deskriptif digunakan untuk menjelaskan fenomena atau gejala kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan manufaktur di Subsektor Industri Makanan dan Minuman. Gejala kebangkrutan ini diukur dengan menggunakan teknik analisis prediksi kebangkrutan. Penelitian deskriptif menggunakan teknik pengumpulan data melalui penelitian literatur dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini.

Namun, teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan menggambarkan atau mendeskripsikan data yang dikumpulkan peneliti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana variabel dalam subsektor manufaktur industri makanan dan minuman berdampak pada laporan keuangan perusahaan, yang ditemukan dalam Laporan Tahunan 2018–2022 dari dan [42]. Metode pengumpulan data juga mencakup mencari dan mengumpulkan laporan keuangan perusahaan serta membaca literatur tentang subjek [40]. Dengan melihat laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur dalam subsektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Index Saham dan Sahamee, subjek penelitian ini.

Dengan perhtiungan analisis data menggunakan metode kebangkrutan seperti dibawah :

1. Metode Grover Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : [17], [27], [32], [43] Keterangan : X1 = Working Capital/ Total Assets X2 = Net Profit Before Interest and Tax/ Total Assets X3 = Return On Assets (ROA) Metode Grover memberikan kriteria dalam penilaiannya dengan[32]:

a. Jika nilai G > 0,01 maka perusahaan berpotensi terjadinya tidak kebangkrutan.

b. Jika nilai G < -0,02 maka perusahaan berpotensi terjadinya kebangkrutan.

2. Metode Springate Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : X1 = Working Capital/ Total Asset X2 = Net Profit Before Interest and Taxes/ Total Assets X3 = Net Profit Before Taxes/ Current Liabilities X4 = Sales/ Total Asset Kriteria penilaian nya [30]:

a. Jika S > 0,862 merupakan perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut.

b. Jika S < 0,862 merupakan perusahaan yang berpotensi bangkrut.

3. Metode Zmijewski Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : X1 = Net Income After Taxes/ Total Assets X2 = Total Debt/ Total Asset X3 = Current Assets/ Current Liabilities Kriteria Penilaiannya yakni [17] [36], [27], [12], [37] [33], [17], [27], [40]

a. X lebih besar dari 0, perusahaan diprediksi akan mengalami kebangkrutan

b. X lebih kecil dari 0, perusahaan diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan

4. Metode Altman Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan :

X1 = Working Capital/ Total Asset

X2 = Retained Earnings/ Total Asset

X3 = Earnings Before Interest and Taxes/ Total Asset

X4 = Book Value of Equity/ Total Liabilities [10], [25], [40], [29] Beberapa kriteria penilaian metode ini [13]:

a. Jika Z > 2,6 Perusahaan berada di Zona Aman

b. Jika 1,1 < Z > 2,6 Perusahaan berada di Zona Abu – Abu (Grey Area) c. Jika Z <1,1 Perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini melibatkan 47 perusahaan manufaktur dalam subsektor makanan dan minuman (makanan dan minuman) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2018 hingga 2022. Peneliti memilih sampel dari 31 perusahaan, yang memenuhi beberapa kriteria sampel. Dengan jangka waktu 5 tahun (2018-2022), prosedur pengambilan sampel berikut ditunjukkan pada tabel 2.

No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur sub sektor Food and Beverages yang terdaftar di BEI selama periode 2018- 2022 47
2 Perusahaan manufkatur sub sektor Food and Beverages yang tidak menerbitkan laporan keuangan di BEI secara berturut turut selama periode 2019-2021 (16)
3 Laporan keuangan yang tidak memiliki data lengkap dan konsisten dengan penelitian (0)
Jumlah sampel 31
Jumlah unit analisis selama tahun pengamatan (31x5tahun) (2018-2022) 155
Table 2.Seleksi sampel

Analisis Data

Peneliti menggunakan jenis data sekunder dalam penelitiannya, dikarenakan data sekunder merupakan sebuah data yang didapatkan peneliti melalui sumber data dapat berupa dokumen, literaur, buku atau penelitian terdahulu. Analisis data dalam penelitian ini berupa Analisis Diskriminan dengan menggunakan Metode Grover, Springate, Zmijewski dan Altman. Dan menggunakan Uji Statistik Deskriptif, Kruskal Walls, dan Uji Akurasi dengan menggunakan olah data Software SPSS 26 untuk memperkuat adanya perhitungan akan peneliti. Dengan hasil akhir pada penelitian ini mengungkapkan prediksi setiap metode dengan hasil berbeda – beda, apakah adanya perbedaan perhitungan dengan rumus, serta metode yang memiliki keakuratan tinggi yang nantinya dijadikan acuan untuk memprediksi kebangkrutan.

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Prediksi Menggunakan Metode Grover

Pada penelitian ini menggunakan metode grover dengan tiga rasio keuangan. Metode ini mengkategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut dan tidak bangkrut. Dengan koefesien -0,02 (G<-0,02) dikatakan bangkrut dan lebih atau sama dengan 0,01 (G>= 0,01) dikatakan tidak bangkrut.

Dimana:

X1 = Modal Kerja/Total Kekayaan(Aset) X2 = EBIT/Total Kekayaan(Aset)

X3 = Laba Bersih/Total Kekayaan(Aset)

Figure 1.Hasil Perhitungan Metode Grover

Sumber : Data Sekunder Olahan Peneliti, 2023

Melihat dari hasil perhitungan potensi kebangkrutan perusahaan menggunakan Metode Grover memperlihatkan 31 perusahaan Manufaktur Subsektor Food and Beverages yang terdaftar di BEI selama periode 2018 – 2022. Dari 31 perusahaan tersebut, terdapat 3 perusahaan yang mengalami potensi kebangkrutan yakni PT Prima Cakrawala Abadi pada 2020 senilai -0,128 bernilai negatif. Dan perusahaan Inti Kapuas Arowana Tbk mengalami kondisi negatif pada tahun 2018 dan 2021 senilai -0,007 dan -0,134. Serta perusahaan Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2020 senilai -0,276 mengalami kebangkrutan.

Berdasarkan perhitungan dengan metode Grover beserta hasil yang ditemukan, yang bertujuan untuk mengetahui apakah Metode grover bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan di Indonesia. Menunjukkan bahwa Metode Grover dapat memprediksi kebangkrutan dengan melihat dari beberapa perusahaan dengan melihat hasil akhir suatu bobot koefesien dengan mengacu pada laporan keuangan melihat akan modal kerja bersih perusahaan, total asset yang dimiliki perusahaan, EBIT yang dimiliki serta laba bersih yang diperoleh perusahaan. Dengan Metode Grover ini memberikan informasi jika ada 3 perusahaan yang mengalami potensi kebangkrutan pada periode tertentu seperti PT. Prima Cakrawala Abadi, Inti Kapuas Arowana Tbk dan Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Beberapa perusahaan tersebut mengalami suatu kebangkrutan dikarenakan akan pada tahun 2018, 2020 maupun 2021 dikarenakan beberapa faktor yang menjadi alasannya yakni adanya Pandemi Covid-19 yang membuat terbatas nya perusahaan dalam memasarkan produknya sehingga terkendala akan kegiatan usaha penjualannya.

B. Prediksi Menggunakan Metode Springate

Metode yang dikenal dengan Metode Springate ini menggunakan 4 perhitungan rasio keuangan. Dimana : X1 = Working Capital/Total Asset

X2 = Net Profit Before Interest and Taxes/Total Asset X3 = Net Profit Before Taxes/Current Liabilities

X4 = Sales/Total Aset

Figure 2.Hasil Perhitungan Metode Springate

Sumber : Data Sekunder Olahan Peneliti, 2023

Metode ini menetapkan bahwa perusahaan dalam kondisi tidak bangkrut jika Snya lebih dari 0,862 (S>0,862) dan kurang dari 0,862 (S<0,862). Hasil perhitungan Metode Springate menunjukkan bahwa 19 bisnis mengalami kondisi bangkrut dalam beberapa tahun tertentu. Menurut tabel di atas, lima perusahaan yang mungkin bangkrut adalah Budi Strarch & Sweetener Tbk, Prashida Aneka Niaga Tbk, Tri Banyan Tirta Tbk, PT Sentra Food Indonesia Tbk, dan PT Prima Cakrawala Abadi. Perusahaan ini memiliki hasil perhitungan yang negatif selama lima tahun berturut-turut.

Fakta bahwa lima perusahaan memiliki potensi kebangkrutan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memaksimalkan asetnya, yaitu aset yang dimiliki oleh investasi yang ditanamkan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan. Akibatnya, para investor mungkin akan mempertimbangkan kembali untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dengan situasi yang semakin memburuk setiap tahun, perubahan yang diperlukan adalah penggantian manajemen dengan individu yang lebih berpengalaman. Ini akan membantu perusahaan mendapatkan kembali kepercayaan dari stakeholder dan mencegah investor potensial meninggalkan perusahaan karena kebangkrutan. [2], [7], [17], dan [33] mendukung gagasan ini. Mereka menyimpulkan apakah metode Springate secara keseluruhan dapat memprediksi kebangkrutan secara akurat.

C. Prediksi Menggunakan Metode Zmijewski

Penelitian dengan Metode Zmijewski ini menggunakan tiga perhitungan rasio keuangan. Menurut [14], [17],

[18] menyatakan perusahaan mengalami kebangkrutan jika nilai X > 0, sedangkan jika X < 0 tidak mengalami kebangkrutan. Dimana :

X1 = Net Income After Taxes/Total Asset X2 = Total Debt/Total Asset

X3 = Current Assets/Current Liabilites

Figure 3.Hasil Perhitungan Metode Zmijewski

Sumber : Data Sekunder Olahan Peneliti, 2023

Berdasarkan dari hasil perhitungan tabel diatas menggunakan Metode Zmijewski memperlihatkan semua perusahaan yang dijadikan sampel selama tahun 2018 – 2022 dikategorikan tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Pada tahun 2019 – 2022 semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami kondisi keuangan yang sehat pada operasional usahanya dalam menghasilkan laba melalui penjualan pada perusahaan berjalan dengan lancar. Suatu perusahaan dikatakan sehat memiliki beberapa faktor yang dijadikan acuan mulai dari laba yang dimiliki lebih banyak daripada kewajiban yang ditanggung. Oleh karena itu perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban yang dimiliki jika adanya pembayaran seusai akan jatuh temponya. Namun jika laba yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada kewajiban yang dimiliki perusahaan maka perusahaan akan sulit dalam melunasi kewajiban yang dimilikinya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan [11], [20], [34], [36], [44] menyimpulan jika penelitian dengan Zmijewski memiliki tingkat keakuratan dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat 50%.

D. Prediksi Menggunakan Metode Altman

Metode ini menggunakan empat perhitungan rasio keuangan. Dengan klasifikasi hasil tersebut ke dalam cut off yang telah ditentukan yaitu nilai Z < 1,1 berpotensi kebangkrutan, nilai 1,1 < Z > 2,6 diindikasi akan mengalami kebangkrutan 2 tahun ke depan kategori Grey Area, dan Z > 2,6 perusahaan berpotensi terjadi kebangkrutan[7]. Kondisi Grey Area ini suatu kondisi perusahaan berada di antara akan berpotensi terjadinya kebangkrutan dan tidak. Pada kondisi ini perusahaan diberikan kesempatan untuk bisamemperbaiki kinerjanya sebelum terjadinya kebangkrutan[11].

Dimana :

X1 = Working Capital/Total Asset X2 = Retained Earning/Total Asset

X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities

Figure 4.Hasil Perhitunga Metode Altman

Sumber : Data Olahan Peneliti Sekunder, 2023

Kami menemukan bahwa empat belas perusahaan mungkin bangkrut dalam lima tahun berturut-turut, dari 2018 hingga 2022, berdasarkan perhitungan kami menggunakan Metode Altman Z-Score. Di antara perusahaan tersebut adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI), Sekar Laut Tbk (SKLT), Budi Starch Sweetener Tbk (BUDI), Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA), PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO), PT Jaya Swarasa Agung (TAYS), Prasidha Aneka Niaga Tbk (PANI), Tri Banyan Tirta Tbk Selama lima tahun berturut-turut, skor Z selalu kurang dari 1,1.

Selain itu, dengan menggunakan Metode Altman Z-Score, ditemukan bahwa selama periode tertentu dari tahun 2018 hingga 2022, sebelas perusahaan dianggap sebagai perusahaan "Area Hitam". Salah satunya adalah Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada tahun 2018, Mayora Indah Tbk pada tahun 2018, Siantar Top Tbk pada tahun 2018, Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2018, PT Sariguna Prima Tirta pada tahun 2019, Nippon Indo sari Corpindo Tbk pada tahun 2018–2019 dan 2021–2022, Akasha Wira Internasional Tbk pada tahun 2019, PT Mulia Boga Raya pada tahun 2018, PT Buyung Poetra Sembada Tbk pada tahun 2020, Magna Finance Tbk pada tahun 2022, dan PT Formosa Ingredient Factory Perusahaan ini termasuk dalam Grey Area karena memiliki nilai kurang dari 2,6 dan lebih dari 1,1.

Penyebab suatu perusahaan berada pada Grey Area maupun berpotensi kebangkrutan dikarenakan pada tahun 2018, beberapa perusahaan sedang berlomba – lomba untuk bisa menang dalam persaingan ketat. Pada tahun 2019 – 2020 beberapa perusahaan harus memikirkan berbagai macam cara dikarenakan pada tahun tersebut terjadi bencana pandem Covid 19 yang terbatasnya akses perusahaan untuk bisa memasarkan produknya. Di tahun 2022 pun di era teknologi yang sangat berkembang pesat membuat banyak pesaing yang berusaha keras. Dalam memberikan inovasi terbaru agar peminat seperti anak muda dapat tertarik akan produk yang dipasarkan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan [16], [18], [23], [36], [45] yang menyatakan jika Metode Altman ini metode yang dapat dan banyak digunakan dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan.

E. Uji Statistik Deskriptif

Dalam statistik deskriptif, skor minimun, maksimum, jangkauan, nilai rata-rata, standar deviasi, dan varian digunakan untuk menggambarkan data [33]. Berikut adalah hasil dari tabel Uji statistik deskriptif :

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Grover 155 -,275648057808 4,762757477128 ,82830515358759 ,048643858408410 ,605611153243483
Springate 155 - 14306,823944079299 3064076,333609652000 20044,04926567792800 9223,372036854777000 9223,372036854777000
Zmijewski 155 ,748541731255 79,201164676326 4,35735047481457 ,523636838391476 6,519226063782122
Altman 155 - 19,606583306144 207,033602964092 2,48843835119255 1,393271130715500 - 17,346085690184204
Valid N (listwise) 155
Table 3.Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sumber : Data Olahan SPSS (Versi 26), 2023

Berdasarkan data dari Tabel, metode Grover memiliki 155 sampel (N) dengan nilai minimum - 275648057808, nilai maksimum 4,762757477128, nilai rata-rata 0,82830515358759, dan nilai standar deviasi 0,605611153243483. Metode Springate memiliki 155 sampel (N) dengan nilai minimum - 14306,823944079299, nilai maksimum 3064076,333609652000, nilai rata-rata 20044,049265677992800, dan nilai standar deviasi 0,605611153243483. Ada 155 sampel (N) yang digunakan dalam metode Altman, dengan nilai minimum 19,606583306144, nilai maksimum 207,033602964092, nilai rata-rata 2,48843835119255, dan nilai standar deviasi 17,346085690184204.

Terdapat perusahaan manufkatur yang seharusnya dinyatakan bangkrut yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh tabel di atas, dengan nilai minimum variable Grover - 0,275648057808. Namun, nilai maksimum variable Grover adalah 4,762757477128, yang menunjukkan bahwa ada perusahaan manufaktur yang dapat menjamin keberlangsungan usahanya. Perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian adalah rata-rata dalam kondisi bangkrut, dengan standar deviasi sebesar 0,65611153243483. Variable Grover menemukan rata atau mean sebesar 0,82830515358759. Jika ada lebih dari standar deviasi yang telah dihitung, metode Grover menunjukkan bahwa perusahaan manufkatur berada dalam kondisi kebangkrutan.

Pada variable kedua, nilai minimum variable Springate adalah -14306,823944079299, yang menunjukkan bahwa terdapat perusahaan manufaktur yang seharusnya sudah bangkrut yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara nilai maksimum variable Springate adalah 3064076,333609652000, yang menunjukkan bahwa terdapat perusahaan manufaktur yang keberlangsungan usahanya terjamin. Variable Springate menghasilkan rata-rata atau mean sebesar 20044,04926567792800, yang menunjukkan bahwa perusahaan manufkatur yang dijadikan sampel penelitian rata-rata dalam kondisi bangkrut, dengan standar deviasi sebesar 9223,3720368547770000. Jika ada deviasi yang lebih besar dari standar deviasi yang telah dihitung, metode Springate menunjukkan bahwa perusahaan manufkatur berada dalam kondisi yang tidak berhasil.

Pada variable ketiga, nilai minimum variable Zmijewski adalah 0,748541731255, yang menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang seharusnya telah dinyatakan tidak bangkrut masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan nilai maksimum variable Zmijewski adalah 79,201164676326, yang menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang keberlangsungan usahanya terjamin. Perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian adalah rata-rata dalam kondisi tidak bangkrut, dengan standar deviasi 6,51922606378212 dan variable Grover sebesar 4,35735047481457. Metode Zmijewski menunjukkan bahwa perusahaan manufkatur tidak bangkrut atau sehat jika standar deviasi yang telah dihitung kurang.

Untuk variable keempat, nilai minimum variable Altman adalah -19,606583306144, yang menunjukkan bahwa perusahaan manufkatur yang seharusnya sudah bangkrut masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun, karena nilai maksimum variable Altman adalah 207,033602964092, ada perusahaan manufaktur yang

dapat menjamin keberlangsungan usahanya. Perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian adalah rata-rata dalam kondisi bangkrut, dengan standar deviasi sebesar -17,346085690184204 dan rata-rata atau mean yang dihasilkan oleh variable Altman sebesar 2,48843835119. Metode Altman menyatakan bahwa perusahaan manufaktur dalam kondisi bangkrut jika ada lebih dari standar deviasi yang telah dihitung.

F. Uji Kruskall Walls

Uji Kruskal Walls H, atau Uji Beda, adalah bagian pertama dari Uji Hipotesis. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah metode Grover, Springate, Zmijewski, dan Altman untuk menghitung kebangkrutan perusahaan berbeda secara signifikan. Uji sampel independen K, juga dikenal sebagai Uji K Sampel Independen, digunakan untuk Uji Kruskal Walls H. Dilakukan dengan program IBM SPSS 26, nilai siginifikasi dari hasil SPSS harus menunjukkan bahwa metode Grover, Springate, Zmijewski, dan Altman tidak menunjukkan perbedaan potensi kebangkrutan pada pad perusahaan Food and Beverages yang terdaftar.

Namun, ada perbedaan potensi kebangkrutan antara metode Grover, Springate, Zmijeweski, dan Altman jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Berikut ini Tabel . hasil uji hipotesis pertama

Figure 5.Hasil Uji Kruskall Walls H.

Sumber : Data Olahan SPSS (Versi 26), 2023 Berdasarkan table menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. adalah 0,000 kurang dari 0,05. Nilai ini

menunjukkan bahwa Ho diterima jika nilainya lebih dari 0,05, yang menunjukkan bahwa ada kesamaan [33]. Namun, jika nilai dari tabel kurang dari 0,05, H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa ada perbedaan pada variable yang diteliti. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang menunjukkan bahwa metode perhitungan Grover, Springate, Zmijewski, dan Altman berbeda dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022. Nilai berbeda karena kriteria perhitungan untuk setiap metode prediksi kebangkrutan berbeda.

G. Uji Akurasi

Uji tingkat akurasi dilakukan untuk mengevaluasi keakuratan semua model prediksi. Tujuan dari uji ini adalah untuk menemukan model prediksi dengan tingkat keakuratan tertinggi serta tingkat eror yang dihasilkan dari masing-masing model prediksi. Ini adalah pengujian kedua dari hipotesis[34]. Menurut[46] tingkat akurasi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

[22]

Setiap model yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan juga mengambil tingkat eror. Jenis I dan Jenis II adalah kesalahan. Jenis I terjadi pada sampel perusahaan yang diharapkan tidak akan bangkrut tetapi tidak. Jenis II terjadi pada sampel perusahaan yang diharapkan akan bangkrut tetapi tidak. Tingkat kesalahan dihitung dengan metode berikut:

[33]

[27]

Berikut adalah tabel dan penjelasan untuk pengujian keakuratan dan tipe error Metode Grover, Springate, Zmijewski dan Altman.

Prediksi Grover Springate Zmijewski Altman
Tidak Bangkrut 150 90 155 51
Rawan Bangkrut 0 0 0 19
Bangkrut 5 60 0 85
Table 4.Hasil Uji Akurasi
Total 155 150 155 155
%Akurasi 97% 60% 100% 33%
%Error 3% 40% 0% 67%
Table 5.

Sumber : Data Olahan SPSS (Versi 26), 2023

Berdasarkan tabel dari 155 sampel penelitian yang digunakan, Metode Zmijewski memiliki persentase akurasi sebesar 100% dan eror sebesar 0%, dengan 155 perusahaan yang tidak bangkrut, 0 perusahaan yang rawan bangkrut, dan 0 perusahaan yang bangkrut. Model Grover memiliki persentase akurasi sebesar 97% dan eror sebesar 3%, dengan 150 perusahaan yang tidak bangkrut, 0 perusahaan yang rawan bangkrut, dan 0 perusahaan yang bangkrut. Model Altman memiliki persentase akurasi sebesar 97% dan er

Dengan tingkat akurasi tertinggi dari keempat metode perhitungan potensi kebangkrutan perusahaan yang disebutkan di atas, Model Zmijewski adalah yang paling akurat. Dibandingkan dengan Metode Springate, Grover, dan Altman, Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022. Selain itu, Metode Zmijewski adalah yang paling akurat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia karena memiliki tingkat error pada perhitungan sebesar 0%, yang lebih bersih daripada Metode Studi [8], [16], [36]. Ini mendukung gagasan bahwa metode ini lebih akurat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan potensi kebangkrutan dengan Metode Grover, Springate, Zmijewski dan Altman, serta hasil dari pengujian dari perhitungan olah data peneliti, Uji Statistika Deskriptif, Uji Kruskall Walla H dan Uji akurasi. Hasilnya sebagai berikut : Menggunakan perhitungan setiap Metode Grover menyatakan jika terdapat 5 perusahaan yang dinyatakan dalam kategori bangkrut. Dan Metode Springate menyatakan 60 perusahan dan Metode Altman sebanyak 85 perusahaan yang dinyatakan dalam kondisi bangkrut. Sedangakan Metode Zmijewski tidak terdapat adanya kebangkrutan yang dialami beberapa tahun. Perbedaan ini memberikan gambaran bahwa prediksi kebangkrutan perusahaan yang mengalami kondisi tidak adanya kebangkrutan pada Metode Zmijewski.

Setiap metode berbeda dalam kondisi perusahaan, menurut Uji Statistik Deskriptif. Menurut Uji Kruskal Walls H, ada perbedaan yang signifikan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas adalah 0,05, dengan tingkat signifikasi 0,000 lebih rendah. Menurut hasil uji akurasi yang dilakukan dengan kondisi perusahaan secara riil dengan jumlah sampel yang diuji, Metode Zmijewski dengan tingkat akurasi 100% adalah metode perhitungan dengan tingkat keakuratan paling tinggi. Oleh karena itu, Metode Zmijewski adalah metode yang tepat dan akurat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Meskipun hasil dari analisis prediksi kebangkrutan ini tidak sepenuhnya penting, hal itu penting untuk dilakukan untuk memberikan peringatan awal tentang sinyal bahwa perusahaan menghadapi masalah. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mempelajari metode prediksi kebangkrutan terbaik untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan atau perusahaan yang telah didelisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini juga harus menambah jumlah periode penelitian dan menggunakan model prediksi kebangkrutan seperti Ohlson, Shirata, Fulmer, dan yang lainnya.

References

  1. E. S. S. Mamonto and T. Triyonowati, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score Dan Springate Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang …,” J. Ilmu dan …, vol. 2, no. 3, pp. 981–992, 2022, [Online]. Available: http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php /jirm/article/view /4836% 0Ahttp:/
  2. /jurnalmahasiswa. stiesia.ac.id/index.php /jirm/article/ download/4836/4838
  3. Zulkifli, S. Hartaty, and M. Andrey Kawana, “Analisis Metode Springate Score Dalam Memprekirakan Potensi Kebangkrutan Pada PT Indo Kordsa Tbk,” Jakt, vol. 1, no. 2, pp. 96–103, 2022, [Online]. Available: http://ojs.politeknikdarussalam.ac.id/index.php/jakt/article/view/48/35
  4. M. A. Putri and H. Z. Maulana, “Memprediksi kebangkrutan menggunakan Altman Z- Score pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman,” vol. 2, no. 2, pp. 55–68, 2023.
  5. K. P. Sari and S. E. . M. S. . A. . C. Andayani, “Pengaruh Altman Z-Score dan Springate Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Terhadap Respon Investor,” J. Ilmu dan Ris. Akunt., vol. 11, no. 8, pp. 1–15, 2022.
  6. M. Wulansari, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z – Score Pada Pt. Astra Otoparts Tbk,” Akrab Juara J. Ilmu-ilmu Sos., vol. 7, no. 4, p. 268, 2022, doi: 10.58487/akrabjuara.v7i4.1958.
  7. I. M. Sari and Y. Yuniningsih, “Analisis Faktor Determinan Penyaluran Kredit Bank Konvensional Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” J. Ekon., vol. 6, no. 2, pp. 165–175, 2022, [Online]. Available: https://journal.lldikti9.id/Ekonomika/article/view/726
  8. G. Saputra, T. Widodo, M. E. Puspita, P. S. Akuntansi, and S. A. M. A. Salatiga, “Analisis Metode Springate , Zmijewski , Altman Z-Score Dalam Memprediksi Kebangkrutan,” vol. 3, pp. 11118–11132, 2023.
  9. T. Nugroho, S. Murni, and V. N. Untu, “Potential Analysis of Company Bankruptcy Using the Altman Z- Score Method on Food and Beverage Companies Listed on Idx in 2018-2020 Period,” J. EMBA, vol. 10, no. 1, pp. 1431–1437, 2022, [Online]. Available: www.idx.co.id
  10. H. Diana and D. Hidayat, “Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Sebelum dan Saat Pandemi Covid-19 dengan Menggunakan Perbandingan Pengukuran Model Altman Z – Score, Grover, Springate dan Zmijewski,” Al Qalam J. Ilm. Keagamaan dan Kemasyarakatan, vol. 17, no. 1, p. 255, 2023, doi: 10.35931/aq.v17i1.1801.
  11. M. A. Z-score and S. Zmijewski, “Prediksi Tingkat Financial Distress Perusahaan BUMN Karya,” pp. 15– 23, 2020.
  12. Neiska Oliviana and Maria Yovita R. Pandin, “Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Metode Altmn Z-Score Dan Springate S-Score Pada Perusahaan Sub Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017 – 2021,” J. Student Res., vol. 1, no. 2, pp. 334–346, 2023, doi: 10.55606/jsr.v1i2.1005.
  13. F. Isnain, Y. Kusumayuda, and D. Darwis, “Penerapan Model Altman Z-Score Untuk Analisis Kebangkrutan Perusahaan Menggunakan (Sub Sektor Perusahaan Makanan Dan Minuman Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia),” J. Ilm. Sist. Inf. Akunt., vol. 2, no. 1, pp. 1–8, 2022, doi: 10.33365/jimasia.v2i1.1873.
  14. M. Rosmalinda, M. Yudha, and R. Febrianti, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Berdasarkan Model Altman Z-Score Pada PT . Goodyear Indonesia Tbk Periode 2015-2020,” J. Ekon. Manajemen, Bisnis dan Sos., vol. 2, no. 4, pp. 571–578, 2022.
  15. L. S. Dewi, A. Y. Harly, and H. Basri, “Studi Komparatif Potensi Financial Distress pada Industri Rokok di BEI (Model Zscore Gover dan X Score Zmijewski),” Ekon. J. Econ. Bus., vol. 6, no. 1, p. 161, 2022, doi: 10.33087/ekonomis.v6i1.480.
  16. A. Robiansyah, I. K. Sari, H. Novrianda, and T. Irwanto, “Altman, Springate, Zmijewski, Dan Grover- MANUFAKTUR,” vol. 10, pp. 25–36, 2022.
  17. F. F. Maryam Uswati, “Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Menggunakan,” J. Ilmu - Ilmu Akunt. Merdeka, vol. 3, no. September, pp. 62–67, 2022.
  18. S. Azarya and M. A. Sari, “Analisis Perbandingan Model Prediksi Kebangkrutan Dini Terhadap Bank di Indonesia dengan Kriteria KBMI 2 Periode 2015-2022,” Pros. SNAM PNJ, pp. 1–11, 2022.
  19. W. H. Prakoso, I. G. K. A. Ulupui, and P. N. Perdana, “Analisis Perbandingan Model Taffler, Springate, dan Grover dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan,” J. Akunt. , Perpajak. dan Audit., vol. 3, no. 1, pp. 1–15, 2022, [Online]. Available: https://www.neliti.com /id/publications/136376/analisis-pengaruh-rasio- keuangan-terhadap-perubahan-laba
  20. S. Marselina, “Analisis Perbandingan Potensi Financial Distress pada Masa Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 dnegan Menggunakan Metode Grover, Springate, dan Zmijewski,” vol. 7, no. April, pp. 1059– 1073, 2023.
  21. R. Nurmalina, M. H. Bandi, M. N. Hayatie, P. Negeri, and T. Laut, “Analisis Kebangkrutan Menggunakan Metode Springate (Studi Kasus Pada PT Garuda Indonesia, Tbk Tahun 2018-2020),” J. Econ. Bank., vol. 5, no. April, pp. 75–84, 2023.
  22. R. R. Aksara, R. Martini, and S. Hartati, “Prediksi Potensi Kesulitan Keuangan pada PT Garuda Indonesia ( Persero ) Tbk,” vol. 6, no. 1, pp. 125–136, 2023.
  23. R. F. N. Aini, A. Idris, and R. N. Ayuanti, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score,” Compet. J. Akunt. dan Keuang., vol. 6, no. 1, pp. 153–161, 2022, [Online]. Available: http://repository.stie-mce.ac.id/id/eprint/1637
  24. D. A. Saputro and Y. Hendayana, “Analisis prediksi kebangkrutan model zmijewski x-score pada perusahaan subsektor minyak dan gas periode 2019-2021,” Fair Value J. Ilm. Akunt. dan Keuang., vol. 4, no. 11, pp. 5292–5300, 2022, doi: 10.32670/fairvalue.v4i11.1994.
  25. J. E. Trisakti, T. D. Fitri, P. S. Akuntansi, and P. Kebangkrutan, “Analisis Potensi Kebangkrutan PT X Tbk. Menggunakan Pendekatan Metode Altman Z-Score Untuk Periode 2016-2021,” J. Econ. trisakti, vol. 3, no. 1, pp. 1081–1090, 2023.
  26. D. A. Purbaningrum, C. Rantelangi, and ..., “Analisis prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode z-score pada perusahaan rokok yang terdaftar di bursa efek indonesia,” J. Ilmu Akunt. …, vol. 1, no. April 2015, 2019, [Online]. Available: http://journal.feb.unmul.ac .id/index.php/JIAM/article/view/3384
  27. D. dan S. R. Rustiana, “Jurnal Ilmu Kompuer, Ekonomi dan Manajemen,” vol. 2, no. 1, pp. 1325–1341, 2022.
  28. H. S. Sembiring, Sabeth Sinaga, “Analisis Akurasi Model Altman, Grover, Springate, Zmijewski Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Ritel Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” J. Ris. Akunt. Keuang., vol. 8, no. 2, pp. 299–311, 2022, doi: 10.54367/jrak.v8i2.1662.
  29. M. Pertiwi DS, Ade Tri Darma Kufepaksi and Muslimin, “E-journal Field of Economics , Business , and Entrepreneurship,” E-journal F. Econ. Business, Entrep., vol. 1, no. 2018, pp. 317–326, 2022.
  30. A. Tingkat, P. T. Argo, and P. Tbk, “Rugi Bersih,” vol. 3, no. 2, pp. 692–699, 2022.
  31. I. M. Murjana, Y. F. Octavia, and Rusdi, “Analisi Laporan Keuangan dan Indikator Kebangkrutan untuk Menilai Kinerja Keuangan pada PT Mayora Indah Tbk Periode 2017-2019,” Media Bina Ilm., vol. 17, no. 1, pp. 111–118, 2022.
  32. M. Wulansari, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score Pada PT Astra Otoparts Tbk,” Akbar Juara, vol. 4, no. 1, pp. 88–100, 2023.
  33. J. Ilmiah, A. Z-score, G. Springate, N. Sudharyati, A. Suryani, and I. Meilani, “Eksis,” vol. 13, no. November, pp. 98–103, 2022, doi: 10.33087/eksis.v13i2.326.
  34. E. Wulandari and I. Fauzi, “Analisis Perbandingan Potensi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z- Score, Springate dan Zmijewski Pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia,” Investasi dan Syariah, vol. 4, no. 1, p. 117, 2022, doi: 10.47065/ekuitas.v4i1.1743.
  35. D. Armenda, D. Hertina, K. Kunci, : Kebangkrutan, and A. Grover, “Analisis financial distress dampak pandemi covid-19 berdasarkan model grover, springate dan zmijewski pada perusahaan tekstil dan garmen Info Artikel ABSTRAK Sejarah artikel,” J. Ilm. Akunt. dan Keuang., vol. 5, no. 6, p. 2023, 2023, [Online].
  36. Available: https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue
  37. M. M. Springate, “Bursa : Jurnal Ekonomi dan Bisnis,” vol. 2, no. 1, 2023.
  38. R. H. Alvin Janitra, Elin Erlinaa Sasanti, “Analisis Metode Altman dan Zmijewski Dalam Memprediksi Potensi Financial Distress Pada Perusahaan Minyak dan Gas Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 - 2020,” no. 1, pp. 1–23, 2016.
  39. J. E. S. Simanjuntak, M. Aziana, and T. Munaf, “Analisis Tingkat Kebangkrutan Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score, Springate Dan Internal Growth Rate Pada Pt Bentoel Internasional Investama Tbk,” Aksara J. Ilmu Pendidik. Nonform., vol. 8, no. 3, p. 2245, 2022, doi: 10.37905/aksara.8.3.2245- 2254.2022.
  40. Muhammad Zaky, “Analisis Financial Distress dengan menggunakan metode Altman Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan pada PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) periode 2017-2021,” Suparyanto dan Rosad (2015, vol. 5, no. 3, pp. 248–253, 2020.
  41. W. Ekonomi et al., “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Dengan Model Altman Z - Score,” vol. 22, pp. 86–90, 2023.
  42. Nur Novi Trianti Sakinah and P. M. PUJI, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score, Zmijewski, Springate Dan Grover Pada PT. Smartfren Telecom Tbk,” E-Bisnis J. Ilm. Ekon. dan Bisnis, vol. 14, no. 2, pp. 45–52, 2021, doi: 10.51903/e-bisnis.v14i2.407.
  43. T. Hermelinda, U. Niarti, N. Natalia, P. Studi Akuntansi, and P. Raflesia Rejang Lebong, “Analysis of Application of Accounting Systems of Cash Receiving and Dispensing At Pt. Lancar Abadi Sekawan Curup,” Sci. Journal), vol. 19, no. 2, pp. 49–54, 2021.
  44. I. Putranto and K. Kartoni, “Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Tupperware (Studi Kasus Ibu Rumah Tangga di Perumahan Kunciran - Tangerang),” J. Mandiri Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknol., vol. 4, no. 1, pp. 94–104, 2020, doi: 10.33753/mandiri.v4i1.107.
  45. S. S. Rahayu, S. Roza, and I. Nirwana, “Analisis Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Grover Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Perdagangan Eceran Periode 2015-2020 di Bursa Efek Indonesia,” J. …, vol. 1, no. 1, pp. 48–54, 2023, [Online]. Available: https://ejurnal.politeknikpratama. ac.id/index.php/jcsr/article/view/1035%0Ahttps://ejurnal.politeknikpratama.ac.id/index.php/jcsr/article/dow nload/1035/1019
  46. Salahudin Al Ayubi, I. S. Permata, and C. Mukri, “Analisis Perbandingan Metode Altman Z-Score Kebangkrutan Pt . Indocement Tunggal,” vol. 2, no. September, pp. 119–131, 2022.
  47. D. Y. Ramandhana, A. A. K. Jayawarsa, and S. A. Aziz, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI Rate, Pertumbuhan Ekonomi, Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequa- cy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Umum di Indonesia Periode 2013-2017,” Warmeda Econ. Dev. J., vol. 1, no. 1, pp. 30–40, 2018.
  48. F. Rahman, “Analisis Prediksi Finansial Distress dengan Metode Altman Z-Score dan Springate Sebelum dan Selama Covid- 19,” J. Educ. Hum. Soc. Sci., vol. 5, no. 1, pp. 1–11, 2022, doi: 10.34007/jehss.v4i4.1000.