Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Philosophy. Psychology. Religion
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.8113

Emotion, Conformity, Aggression: Insights from Vocational High School Dynamics


Regulasi Emosi, Konformitas, dan Perilaku Agresif: Dinamika di SMK

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
https://orcid.org/0000-0001-8935-4347

(*) Corresponding Author

Emotion Regulation peer conformity aggressive behavior vocational high school quantitative correlational

Abstract

This quantitative correlational research investigates the impact of emotion regulation and peer conformity, both individually and concurrently, on aggressive behavior among students at Krembung Islamic Vocational High School. Utilizing a sample of 210 students from a population of 463, the study employed the emotion regulation scale, peer conformity scale, and aggression behavior scale. Multiple regression analysis with SPSS Ver.21 revealed significant results. Emotional regulation demonstrated a negative influence on aggressive behavior, while peer conformity exhibited a positive effect. Moreover, the combined impact of emotional regulation and peer conformity on aggressive behavior was established, with an overall influence of 20.7%. These findings contribute to the understanding of factors influencing aggressive behavior in the context of vocational high school students, emphasizing the importance of emotional regulation and peer dynamics. 

Highlights :

  • Impact of Emotional Regulation and Peer Conformity: The study explores the individual and combined effects of emotion regulation and peer conformity on aggressive behavior among vocational high school students.

  • Quantitative Correlational Research: Utilizing multiple regression analysis, the research employs a quantitative approach to understand the relationships between emotion regulation, peer conformity, and aggressive behavior.

  • Practical Implications for Education: The findings provide insights for educational institutions in addressing and managing aggressive behavior by considering the roles of emotion regulation and peer conformity among students.

Keywords: emotion regulation, peer conformity, aggressive behavior, vocational high school, quantitative correlational.

Pendahuluan

Perilaku agresi merupakan salah satu topik yang belakangan ini semakin mendominasi tajuk berita. Atkinson berpendapat bahwa perilaku destruktif, mencelakai orang lain baik secara fisik maupun perkataan disebut juga perilaku agresi [1]. Buss dan Perry membagi perilaku agresi menjadi empat aspek, yaitu 1) physical aggression yang merupakan perilaku agresi berupa melakukan serangan secara fisik yang dapat diobservasi (terlihat), seperti memukul, mendorong, menendang, mencubit dan lain sebagainya; 2) verbal aggression, merupakan perilaku agresi yang melibatkan penyerangan kepada orang lain dengan cara verbal lewat kata-kata atau melakukan penolakan yang berbentuk celaan, intimidasi, merutuk, atau penolakan; 3) anger (kemarahan) merupakan rasa tidak enak hati dan cara menyalurkan perasaan tersebut. Marah meliputi irritability (sifat lekas marah), yaitu temperamen, sensitifitas terhadap respon yang memicu kemarahan, serta rendahnya kemampuan mengendalikan amarah. 4) hostility (permusuhan) yaitu proses berpikir yang menimbulkan sakit hati tau merasa tidak adil. Permusuhan biasa memgekspresikan perasaan benci terhadap orang lain [2].

Penelitian terkait perilaku agresi pada remaja penting untuk dilakukan. karena agresivitas remaja dapat terjadi dimanapun, baik. Lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah dapat menjadi setting terjadinya agresivitas yang dilakukan remaja. Dilansir dari PosBelitung.co, per Maret 2023 terdapat 74 kasus perilaku agresi yang 60% nya didominasi oleh remaja. Menurut WHO, remaja merupakan individu yang berada pada masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan rentang usia 13-20 tahun [3]. Pada masa remaja, individu cenderung melakukan trial and error atau perilaku mencoba-coba pada sesuatu yang dianggap menarik sebagai bentuk penyesuaian diri untuk menetapkan identitas yang akan dipilih. Dampaknya remaja rentan melakukan perilaku yang bertentangan dengan norma sosial, dan dapat menimbulkan kecemasan bahkan merugikan orang-orang di sekitarnya, seperti suka

mengadu kekuatan dengan orang lain, melakukan perbuatan melanggar norma, hingga sulit untuk diatur. Berdasarkan penjelasan tersebut, remaja cenderung berpotensi melakukan perilaku agresi [4].

Penelitian yang dilakukan oleh Li, dkk didapatkan hasil sebesar 40% presentase siswa usia 13-15 tahun menerima perilaku fisik dari teman seumurannya, sebanyak 75% siswa mengaku pernah terlibat agresivitas di sekolah [5]. Siswa SMK di Yogyakarta juga menunjukkan perilaku serupa. Penelitian Puspawardhani perilaku agresif yang seringkali ditemui dikalangan remaja antara lain kemarahan, permusuhan, agresivitas fisik maupun verbal, seperti mencubit, mendorong, memanggil dengan nama ornagtua, menyindir dan menghardik [6]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja sangat rentan untuk melakukan perilaku agresi baik secara verbal maupun nonverbal.

Peneliti melakukan wawancara kepada guru BK di SMK Islam Krembung. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dari semua kelas, perilaku agresi lebih cenderung ditunjukkan oleh siswa kelas 11. Dalam hal ini, perilaku agresi yg dilakukan adalah agresi verbal maupun nonverbal yang ditandai oleh menyembunyikan barang, berkelahi dengan melibatkan pukulan, menendang, menjotos, dan meludahi, serta melakukan bullying verbal seperti mengolok-olok orangtua, menertawakan kekurangan fisik, serta memanggil dengan sebutan hewan.

Lebih lanjut, peneliti juga melakukan survey awal kepada 60 siswa SMK Islam Krembung. Survey tersebut diisi oleh kelas 10, 11, dan 12 dengan perwakilan masing-masing 20 siswa. Dari hasil survey tersebut didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 (56,7%) siswa dengan rincian sebanyak 16 siswa kelas 11, 10 siswa kelas 10, dan 8 siswa kelas 12 menyatakan bahwa ia pernah melakukan agresi verbal berupa bullying terhadap teman atau orang lain. Sebanyak 34 (56,7%) siswa dengan rincian sebanyak 20 siswa kelas 11, 8 siswa kelas 12, dan 6 siswa kelas 10 menyatakan bahwa ia pernah melakukan agresi nonverbal (menendang, menjotos, memukul) karena tersulut emosi. Dalam melakukan tindakan agresi, sebanyak 33 (55%) siswa dengan rincian sebanyak 20 siswa kelas 11, 8 siswa kelas 12, dan 5 siswa kelas 12 menyatakan bahwa ia melakukan penganiayaan bersama teman-temannya, 51 (85%) siswa juga menyatakan bahwa pergaulan mempengaruhi keputusan untuk melakukan tindakan agresi. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas 11 cenderung lebih banyak yang menunjukkan perilaku agresi baik yang bersifat verbal maupun nonverbal.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi remaja dalam melakukan perilaku agresi dibagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal, faktor-faktor tersebut saling berkombinasi [7]. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu, meliputi emosional, frustasi, kekecewaan, tuntunan sosial atau tekanan sosial, dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri individu, yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat maupun pergaulannya [8]. Lebih lanjut, Pohan, dkk menyebutkan bahwa tindakan agresi disebabkan oleh pengasuhan yang salah dari orangtua, lingkungan sekolah yang tidak ketat terhadap peraturan, teman sebaya yang buruk, tidak kondusifnya lingkungan sekitar, kontrol diri yang lemah, serta emosi yang tudak matang sesuai dengan tuntutan perkembangan masa remaja[9]. Suryadin berpendapat bahwa remaja juga dapat melakukan tindakan agresi atas dasar kesetiakawanan atau yang biasa disebut sebagai konformitas teman sebaya [7]. Konformitas teman sebaya dapat dipicu oleh perasaan takut tidak termasuk dalam kelompok, sehingga cenderung melakukan tindakan apapun meski menyalahi norma. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa konformitas terjadi karena adanya kebutuhan diterima oleh suaru kelompok, sehingga tingginya keinginan untuk diterima beriringan dengan tingginya konformitas pada individu[10]. Konformitas biasanya diatur oleh peraturan atau nilai kelompok, entah sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat maupun tidak, semua harus dilakukan agar diakui kelompok. Hal ini menyebabkan peniruan atau ketaatan berupa perilaku positif maupun negatif [11].

Menurut Sears, terdapat tiga aspek yang mengindikasikan remaja melakukan konformitas. Pertama adalah aspek kekompakkan, yaitu jumlah keseluruhan kekuatan yang membuat individu tertarik dan tetap ingin menjadi anggota dalam kelompok. Adanya kekompakan yang tinggi menunjukkan semakin tinggi pula konformitas dalam kelompok. Kekompakan memiliki dua indikator, yaitu penyesuaian diri dan perhatian terhadap kelompok. Kedua yaitu loyalitas, berbentuk peraturan kelompok yang ditekankan dengan kuat untuk dilakukan seluruh anggota kelompok agar setiap anggota setia dan menyamakan pendapat dengan kelompok. Kesepakatan memiliki dua indikator, yaitu kepercayaan dan persamaan pendapat. Ketiga adalah ketaatan, pengaruh yang terjadi saat terdapat salah satu orang yang memberikan komando pada anggota kelompok untuk melakukan tindakan tertentu. Tekanan maupun tuntutan kelompok membuat semua anggota kelompok untuk mentaati komando tersebut. Suatu kelompok yang memiliki nilai ketaatan yang tinggi cenderung memiliki konformitas tinggi yang meliputi perilaku taat nilai dan norma kelompok [11].

Cara pandang individu terhadap situasi disekelilingnya dapat dipengaruhi oleh konformitas teman sebaya, termasuk perilaku agresi. Dalam hal ini, remaja cenderung melakukan perintah atau nilai-nilai dari kelompok dengan tujuan agar diakui dan dianggap sebagai bagian dari kelompok, sehingga tidak jarang remaja terlibat perilaku agresi hanya karena tuntutan kelompok[12]. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya mempengaruhi munculnya perilaku agresi. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sovitriana yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara teman sebaya dan tindakan agresi berkorelasi, sehingga konformitas teman sebaya yang tinggi menimbulkan tinginya potensi individu terlibat pada perilaku agresi [13]. Dalam hal ini, diharapkan dengan menerapkan pertemanan secara positif dan meminimalisir tindakan negatif, serta menerapkan peraturan-peraturan sekolah dapat meminimalisir terjadinya agresivitas remaja [14].

Selain konformitas teman sebaya, rendahnya kemampuan individu dalam mengatur emosi, serta ketidakmampuan menahan hawa nafsu dapat membuat individu menjadi lebih agresif [15]. Menurut Gross, regulasi emosi merupakan upaya yang dilakukan secara sadar maupun tidak guna meminimalisir, mempertahankan, dan memperkuat respon emosi yang merugikan[12]. Remaja yang mampu berpikir sebelum bertindak, serta mengontrol hasrat yang mengarah pada perilaku negatif menunjukan bahwa ia memiliki regulasi emosi yang baik. Sebaliknya, remaja dengan rendahnya regulasi emosi akan membuka potensi mengalami penolakan kelompok, permasalahan sosial, dan terlibat perilaku agresi [13].

Aspek-aspek kemampuan regulasi emosi menurut Gross terdiri dari 5 aspek yaitu situation selection, situation modification, attentional deployment, cognitive change, dan response modulation [12]. Situation selection merupakan kemampuan untuk memilih langkah sesuai dampak emosional yang kemungkinan timbul, salahsatunya ialah mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Suatu usaha yang dilakukan untuk mengubah situasi agar efek dari emosi dapat teralihkan, merupakan definisi dari situation modification, misalnya refreshing dan melakukan hobi. Attentional deployment merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian untuk mengatur emosinya, misalnya melakukan meditasi, menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan, membasuh muka. Cognitive change merupakan upaya untuk mengubah cara pandang dalam memaknai situasi dengan tujuan mengubah signifikansi emosinya, misalnya melihat situasi yang memicu emosi dari perspektif positif. Response modulation merupakan upaya untuk mempengaruhi reaksi emosi yang timbul seperti aspek fisiologis, eksperiensial, dan perilaku secara langsung, seperti olahraga, menggunakan obat-obatan, serta mengekspresikan emosi daalam kegaiatn positif seperti melukis.

Kemampuan yang unggul dalam mengelola emosi menjadikan individu mampu mengendalikan diri sehingga tidak terbawa pada perilaku negatif ketika sedang berada dalam tekanan dan memiliki masalah [13]. Hal ini menyebutkan bahwa kecakapan individu meregulasi emosi berkorelasi dengan kecakapan individu untuk melakukan kontrol pada dirinya. Dalam hal ini, jika individu mampu mengontrol dirinya maka ia akan mampu memilah dan memilih perilaku yang baik sehingga terhindar dari perilaku agresi karena mampu berpikir menggunakan logika dan kesadaran. Sebaliknya, individu dengan tingkat regulasi dan kontrol diri yang rendah cenderung mengambil jalan pintas untuk meluapkan emosi yang dirasakannya, sehingga rentan untuk mengekspresikan emosinya dengan negatif dan memicu terjadinya perilaku agresi[13]. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thohar yang menyebutkan bahwa regulasi emosi berpengaruh terhadap tindakan agresi sebesar 0,301 [16]. Mereka yang bisa tetap tenang dan fokus juga bisa mengendalikan emosinya. Saat marah, orang dengan keterampilan pengaturan emosi yang tinggi mampu mengendalikan emosinya, sehingga memungkinkan mereka mengatasi kesulitannya secara efektif[17]. Artinya, regulasi emosi yang baik akan menurunkan kemungkinan terlibat dengan perilaku agresif. Dalam hal ini dijelaskan bahwa regulasi emosi memungkinkan individu untuk menyeimbangkan emosi yang dimiliki meskipun terjadi stimulus yang dirasa negatif.

Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat tiga hipotesis dalam penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh antara regulasi emosi terhadap perilaku agresi, terdapat pengaruh antara konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi, serta terdapat pengaruh antara regulasi emosi dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi pada siswa. Peneltiian ini dilakukan bertujuan guna mengetahui pengaruh regulasi emosi, konformitas teman sebaya, serta pengaruh regulasi emosi dan konformitas teman sebaya secara bersamaan terhadap perilaku agresi pada siswa SMK islam Krembung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh regulasi emosi terhadap perilaku agresi pada siswa, konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi, serta regulasi emosi dan konformitas teman sebaya secara bersamaan terhadap perilaku agresi pada siswa SMK islam Krembung.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, variabel independen (X1) yaitu regulasi emosi, (X2) konformitas teman sebaya, dan variabel dependen (Y) yaitu perilaku agresi. Populasi penelitian yakni siswa kelas 11 SMK Islam Krembung yang berjumlah 463 siswa. Penelitian ini menggunakan taraf kesalahan 5% yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael dalam menentukan jumlah sampel, dan sampel penelitian ini siswa kelas 11 SMK Islam Krembung yang berjumlah 210 siswa. Peneliti menggunakan teknik probability sampling dengan metode accidental sampling dalam menentukan sampel penelitian, teknik tersebut dilakukan dengan mengambil secara acak anggota sampel yang berada dalam populasi tersebut [18].

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala psikologi untuk mengidentifikasi pengaruh antara regulasi emosi dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi pada siswa SMK Islam Krembung. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu skala regulasi emosi yang diadopsi dari Rahayu dengan skor reliabilitas sebesar 0,907. Skala regulasi emosi disusun dengan mengacu pada strategi regulasi emosi yang digagas oleh Gross, yaitu pilihan situasi, modifikasi situasi, pemberian perhatian, perubahan kognitif, dan modulasi reaksi [19]. Skala konformitas teman sebaya yang diadopsi dari Dewi memiliki reliabilitas sebesar 0,897. Skala konformitas teman sebaya mengacu pada teori Sears yang mencakup tiga aspek, yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan [20]. Skala perilaku agresi diadopsi dari Parasayu dengan nilai reliabilitas sebesar 0,880. Skala tersebut mengacu pada teori Buss & Perry yang mencakup empat aspek yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan kebencian [21]. Model skala likert menjadi model susunan ketiga skala untuk pengambilan data pada penelitian ini. Terdapat empat opsi pilihan pada skala likert yang dipakai, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pengujian hipotesis menggunakan analisis multiple regression (regresi berganda) menggunakan bantuan software SPSS.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

A. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tabel 1. Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 210
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 9.91534657
Most Extreme Differences Absolute .061
Positive .061
Negative -.032
Kolmogorov-Smirnov Z .882
Asymp. Sig. (2-tailed) .419
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Table 1.Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Uji normalitas menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dinyatakan berdistribusi normal apabila memiliki nilai signifikansi > 0,05. Hasil uji normalitas penelitian ini menunjukkan hasil nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,419 > 0,05. Dapat dikatakan bahwa residual yang dihasilkan dari model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2.Uji Linieritas

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Perilaku Agresi * Regulasi Emosi Between Groups (Combined) 12016.429 38 316.222 3.889 .000
Linearity 4929.900 1 4929.900 60.631 .000
Deviation from Linearity 7086.529 37 191.528 2.356 .000
Within Groups 13904.066 171 81.310
Total 25920.495 209
Table 2.Uji Linieritas Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Agresi

Dari hasil tabel 2 uji linieritas ini mendapatkan nilai sig. linearity sebesar 0,000 < 0,05. Dapat diartikan apabila variabel regulasi emosi (X1) linier dengan variabel perilaku agresi (Y).

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Perilaku Agresi * Konformitas Teman Sebaya Between Groups (Combined) 11415.527 44 259.444 2.951 .000
Linearity 989.712 1 989.712 11.258 .001
Deviation from Linearity 10425.815 43 242.461 2.758 .000
Within Groups 14504.969 165 87.909
Total 25920.495 209
Table 3.Uji Linieritas Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresi

Uji linieritas pada tabel 3 ini mendapatkan nilai sig. linearity sebesar 0,001 < 0,05. Artinya, apabila variabel variabel konformitas teman sebaya (X2) linier dengan variabel perilaku agresi (Y).

3.Uji Multikolinieritas

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 99.696 6.327 15.757 .000
Regulasi Emosi -.525 .079 -.416 -6.645 .000 .977 1.024
Konformitas Teman Sebaya .147 .070 .132 2.112 .036 .977 1.024
a. Dependent Variable: Perilaku Agresi
Table 4.Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas pada tabel 4 mendapatkan hasil colinierity statistic menunjukkan nilai tolerance pada variabel regulasi emosi dan konformitas teman sebaya sebesar 0,977 > 0,10 dan nilai VIF menunjukkan angka 1,024 < 10,00. Berdasarkan pada hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan apabila tidak ada tanda-tanda multikolinieritas pada kedua variabel.

B. Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji T)

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 99.696 6.327 15.757 .000
Regulasi Emosi -.525 .079 -.416 -6.645 .000 .977 1.024
a. Dependent Variable: Perilaku Agresi
Table 5.Uji T Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Agresi

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa pada variabel regulasi emosi mendapatkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dengan nilai thitung -6,645 serta nilai ttabel sebesar 1,97149. Hasil tersebut menunjukkan apabila nilai thitung > ttabel (-6,645 > 1,97149) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,10. Artinya, variabel regulasi emosi (X1) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel perilaku agresi (Y).

2. Uji Simultan (Uji F)

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 99.696 6.327 15.757 .000
Konformitas Teman Sebaya .147 .070 .132 2.112 .036 .977 1.024
a. Dependent Variable: Perilaku Agresi
Table 6.Uji T Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresi

Nilai signifikansi pada uji T variabel konformitas teman sebaya terhadap variabel perilaku agresi menunjukkan hasil sebesar 0,036 < 0,05 dan nilai thitung 2,112 serta nilai ttabel sebesar 1,97149. Hasil tersebut menunjukkan apabila nilai thitung > ttabel (2,112 > 1,97149) dengan nilai signifikansi 0,036 < 0,10. Maka dapat disimpulkan apabila variabel konformitas teman sebaya (X2) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku agresi (Y).

ANOVA a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5372.849 2 2686.424 27.063 .000b
Residual 20547.646 207 99.264
Total 25920.495 209
a. Dependent Variable: Perilaku Agresi
b. Predictors: (Constant), Konformitas Teman Sebaya, Regulasi Emosi
Table 7.Uji Hipotesis Menggunakan Uji F

Hasil uji F yang sudah dilakukan menunjukkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai fhitung sebesar 27,063 serta ftabel 3,03951. Dapat dilihat jika nilai fhitung > ftabel (27,063 > 3,03951) dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya, variabel regulasi emosi (X1) dan konformitas teman sebaya (X2) berpengaruh terhadap perilaku agresi (Y). Dengan hasil tersebut membuktikan apabila hipotesis mayor yang menyatakan apabila regulasi emosi dan konformitas teman sebaya secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku agresi siswa SMK Islam Krembung.

C . Koefisien Determinasi

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .455a .207 .200 9.96313 .867
a. Predictors: (Constant), Konformitas Teman Sebaya, Regulasi Emosi
b. Dependent Variable: Perilaku Agresi
Table 8.Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan sumbangan efektif secara keseluruhan bilamana regulasi emosi beserta konformitas teman sebaya secara bersamaan berpengaruh terhadap perilaku agresi. Pada tabel 8 disebutkan apabila besar pengaruh variabel regulasi emosi dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi sebesar 0,207. Angka tersebut mengandung hasil apabila regulasi emosi dan konformitas teman sebaya berpengaruh sebesar 20,7% kepada perilaku agresi siswa SMK Islam Krembung dan 79,3% disumbang oleh faktor-faktor lain.

Pembahasan

Terdapat tiga hipotesis pada penelitian ini. Pertama, terdapat pengaruh negatif antara regulasi emosi terhadap perilaku agresi siswa SMK Islam Krembung. Kedua, terdapat pengaruh positif antara konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi siswa SMK Islam Krembung. Ketiga, terdapat pengaruh antara regulasi emosi beserta konformitas teman sebaya secara bersama-sama terhadap perilaku agresi SMK Islam Krembung. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan hasil bahwa ketiga hipotesis diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara regulasi emosi serta konformitas teman sebaya secara bersamaan terhadap perilaku agresi pada siswa SMK Islam Krembung. Dalam hal ini, regulasi emosi berpengaruh negatif terhadap perilaku agresi, serta konformitas teman sebaya berpengaruh positif terhadap perilaku agresi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari, bahwasannya regulasi emosi dan konformitas teman sebaya berpengaruh kepada munculnya perilaku agresi pada siswa SMK di Pontianak[14].

Kemampuan regulasi emosi berpengaruh negatif terhadap perilaku agresi pada siswa SMK Islam Krembung. Hal ini menandakan bahwa rendahnya kemampuan regulasi emosi beriringan dengan tingginya perilaku agresi, sebaliknya semakin tinggi regulasi emosi maka potensi terlibat perilaku agresi semakin rendah pula. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putryani, dkk yang berjudul “Perilaku Agresif Siswa Dilihat Dari Regulasi Emosi”. Ditinjau dari penelitian tersebut didapatkan adanya pengaruh negatif dari regulasi emosi terhadap perilaku agresi siswa kelas XI SMK Swasta di DIY [22]. Kahar, dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Regulasi Emosi Berpengaruh pada Perilaku Agresif Siswa SMA” didpatkan hasil bahwa regulasi emosi berpengaruh negatif terhadao perilaku agresif pada siswa [23]. Dalam hal ini, kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan regulasi emosi yang dimiliki siswa, maka akan semakin rendah potensi siswa melakukan perilaku agresif. Sebaliknya, jika siswa memiliki kemampuan regulasi emosi yang rendah maka akan semakin tinggi potensi siswa melakukan perilaku agresif.

Dalam hal ini, Hsieh & Chen menambahkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan baik dalam meregulasi emosinya cenderung memunculkan perilaku agresif yang rendah atau tidak sama sekali dibanding siswa dnegan regulasi emosi yang rendah [24]. Hal demikian dikarenakan kecenderungan individu dengan regulasi emosi tinggi adalah tidak mudah menaati perintah yang akhirnya dapat merugikan diri sendiri, sebab ia memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih, mengatasi, mengelola serta mengutarakan emosi dengan cara yang tepat[22].

Rahmadhony dalam penelitiannya menuliskan bahwa rehulasi emosi merujuk pada fleksibilitas seseorang dalam mengelola emosinya, sehingga ia mampu memodifikasi pikiran menjadi lebih positif [25]. Hal tersebut tentu mampu mempengaruhi perilaku seseorang baik dari segi perilaku maupun emosinya, semisal ketika individu mengelola pemikiran yang negatif menjadi positif, maka potensiseseorang untuk melakukan tindakan destruktif akan terganti menjadi perilaku yang konstruktif. Hal ini dikarenakan regulasi emosi bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi emosional dari pengalaman yang terjadi guna meminimalisir perilaku negatif [26].

Konformitas teman sebaya memiliki hubungan positif terhadap perilaku agresi. Maka, tingginya konformitas sebaya beriringan dengan tingginya potensi munculnya perilaku agresi, dan rendahnya konformitas teman sebaya diiringi rendahnya peluang siswa melakukan perilaku agresi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Parantika dengan judul “Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresif Kelas XI SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta” apabila ada pengaruh positif konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta [27]. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni yang berjudul “Konformitas Terhadap Perilaku Agresif Pada Remaja” didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif antara konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresif remaja [28]. Dalam hal ini, kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa semakin tinggi keterikatan siswa terhadap konformitas teman sebaya, maka akan semakin besar peluang siswa melakukan perilaku agresif. Sebaliknya, semakin rendah keterikatan siswa dengan teman sebaya dalam konotasi negatif, maka akan semakin rendah peluang siswa melakukan perilaku agresif.

Parasayu menyebutkan bahwa konformitas teman sebaya akan mempengaruhi aspek kognitif mereka, seperti perepsi dan opini , maupun perilaku agar sesuai dengan tatanan yang dianut kelompok [21]. Lebih lanjut, Santrock menambahkan bahwa informasi yang beragam terkait dunia luar merupakan salah satu fungsi utama teman sebaya [29]. Maka apabila infivifu bersama dengan kelompok teman sebaya yang sering melakukan hal negatif, maka ia akan lebih mudah untuk terbuai dan mengikuti hal tersebut. Hal tersebut dikarenakan perasaan terdorong untuk menyamakan dengan tuntutan norma kelompok agar ia bisa diterima dan bergabung dengan teman sebayanya. Baron dan Bryne memperjelas bahwa nilai-nilai yang dianut pada suatu konformitas wajib untuk diimplementasikan anggota kelompoknya, baik nilai tersebut bersifat tertulis maupun tidak [29].

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi emosi perpengaruh secara negatif terhadap perilaku agresi. Dalam hal ini dijelaskan bahwa siswa dengan tingkat regulasi yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk menghindarkan diri dari perilaku agresi. Konformitas teman sebaya berpengaruh positif terhadap perilaku agresi. Hal tersebut menjelaskan bahwa munculnya perilaku agresi diiringi dengan tingginya konformitas teman sebaya, namun konformitas teman sebaya yang rendah juga mengindikasikan minimnya peluang siswa melakukan perilaku agresi. Serta terdapat pengaruh antara regulasi emosi dan konformitas teman sebaya secara bersamaan terhadap perilaku agresi pada siswa SMK Islam Krembung dengan pengaruh sebesar 20,7%.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya kajian ilmu psikologi terutama psikologi pendidikan mengenai regulasi emosi, konformitas teman sebaya dan perilaku agresi. peneliti berharap agar pihak sekolah mengimplementasikan peraturan maupun nilai-nilai sekolah yang bisa mengatasi persoalan perilaku agresi pada siswa. Selain itu, diharapkan siswa bisa belajar mempertimbangkan perilaku konform hanya dalam hal-hal yang berdampak positif, tidak dalam hal agresifitas. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan teori dalam melakukan penelitian selanjutnya utamanya penelitian terkait regulasi emosi, konformitas teman sebaya dan perilaku agresi.

Penelitian Penelitian ini tentu tidak lepas dari sejumlah kekurangan. Limitasi pada penelitian ini diantaranya yaitu sumbangan pengaruh regulasi emosi dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi hanya bekisar 20,7%. Masih terdapat faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap perilaku agresi yang dirasa juga perlu diteliti lebih lanjut oleh penelitian berikutnya. Selain itu, populasi penelitian ini hanya terbatas pada siswa SMK Islam Krembung, belum menjangkau lingkup lain di luar SMK Islam Krembung.

References

  1. S. M. Azhari, T. H. Dahlan, and M. A. Mustofa, "Imaginary Audience, Personal Fable, Dan Perilaku Agresi Remaja," J. Psikol., vol. 3, no. 2, pp. 32–42, 2019.
  2. R. P. Fitri and Y. Oktaviani, "Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kenakalan Remaja Pada Siswa-Siswi MAN 2 Model Kota Pekanbaru Tahun 2018," JOMIS (Journal Midwifery Sci., vol. 3, no. 2, pp. 84–90, 2019.
  3. G. Haidar and N. C. Apsari, "Pornografi Pada Kalangan Remaja," Pros. Penelit. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 7, no. 1, pp. 136–143, 2020.
  4. H. Mintawati, W. Widaningsih, N. R. Handayani, K. Pradesa, and R. Heryani, "Sosialisasi Pentingnya Pemahaman Kenakalan Remaja Dan Solusinya Pada SMK Pasim Plus Kota Sukabumi," J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 1, no. 1, pp. 1–7, 2023.
  5. Z. Li, C. Yu, and Y. Nie, "The Association between School Climate and Aggression: A Moderated Mediation Model," 2021.
  6. A. Puspawardhani, "Pengaruh Pengendalian Emosi Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Terhadap Agresivitas Antar Teman Sebaya Pada Siswa Kelas VIIII D1 Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Kasihan," G-COUNS J. Bimbing. dan Konseling, vol. 5, no. 2, pp. 177–183, 2021.
  7. A. Suryadin, "Pola Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Kabupaten Bangka Barat," J. Penrlitian Kebijak. Pendidik., vol. 13, no. 1, 2020.
  8. U. S. Mawaddah and N. Darmayanti, "Literature Riview: Keefektifan Layanan Informasi Guru BK Dalam Mencegah Kenakalan Remaja Ulfa," G-COUNS J. Bimbing. dan Konseling, vol. 7, no. 2, 2023.
  9. Z. A. Pohan, N. Silvia, K. Br, U. Islam, and N. Sumatera, "Strategi Masyarakat Menghadapi Perilaku Buruk Remaja," Khazanah J. Islam. Stud., vol. 1, no. 1, pp. 1–15, 2022.
  10. T. T. Raviyoga and A. Marheni, "Hubungan kematangan emosi dan konformitas teman sebaya terhadap agresivitas remaja di SMAN 3 Denpasar," J. Psikol. Udayana, vol. 6, no. 1, pp. 44–55, 2019.
  11. R. Arianty, "Pengaruh Konformitas dan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Cyberbullying," vol. 6, no. 4, pp. 505–512, 2018.
  12. R. E. C. Ningrum, A. Matulessy, and R. A. P. Rini, "Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dan Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja," vol. 15, no. 1, pp. 124–136, 2019, doi: 10.32528/ins.v15i1.1669.
  13. R. Sovitriana and H. C. Sianturi, "Kematangan Emosi Dan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Di Kelurahan X Kabupaten Bekasi," J. IKRA-ITH Hum., vol. 5, no. 2, pp. 118–126, 2021.
  14. S. Permatasari, N. Z. Situmorang, and T. Safaria, "Hubungan Regulasi Emosi dan Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Agresi di Pontianak," JEdikatif urnal Ilmu Pendidik., vol. 3, no. 6, pp. 5150–5160, 2021.
  15. D. Permatasari, K. N. Maziyah, and R. N. Fadila, "Pengaruh kemandirian belajar terhadap mathematical resilience mahasiswa dalam pembelajaran daring," J. Cendekia J. Pendidik. Mat., vol. 5, no. 1, pp. 249–258, 2021, doi: 10.31004/cendekia.v5i1.479.
  16. S. F. Thohar, "Pengaruh Mindfulness Terhadap Agresivitas Melalui Regulasi Emosi Pada Warga Binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Blitar," vol. 2, no. 1, pp. 23–39, 2018.
  17. Arumdati Maouly, "Hubungan antara regulasi emosi dan perilaku agresif pada remaja," Psikol. Pendidik., vol. 4, no. 1, pp. 88–100, 2023.
  18. H. S. Rahayu, "Hubungan Regulasi Emosi Terhadap Subjective Well Being Pada Remaja Dengan Orang Tua Bercerai," 2018.
  19. C. K. Dewi, "Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta," 2015.
  20. Z. Parasayu, "Hubungan Antara Konformitas Dan Perilaku Agresif Pada Remaja," 2018.
  21. Z. Parasayu, "Hubungan Antara Konformitas Dan Perilaku Agresif Pada Remaja," Psikol. Pendidik., vol. 9, no. 1, pp. 121–128, 2021, doi: 10.30872/psikoborneo.
  22. S. Putryani, N. Zulida Situmorang, K. Bashori, and M. Nur Syuhada, "Perilaku Agresif Siswa Dilihat Dari Regulasi Emosi," J. Psikol., vol. 19, no. 2, pp. 28–33, 2021.
  23. M. K. Kahar, N. Z. Situmorang, and S. Urbayatun, "Regulasi Emosi Berpengaruh pada Perilaku Agresif Siswa SMA," vol. 15, no. 1, pp. 7–12, 2022, doi: 10.35134/jpsy165.v15i1.143.
  24. I. J. Hsieh and Y. Y. Chen, "Determinants of Aggressive Behavior: Interactive Effects of Emotional Regulation and Inhibitory Control," vol. 12, no. 4, pp. 1–9, 2017.
  25. Rahmadhony and Samurya, "The Effectiveness of Emotion Regulation Training to Reduce Bullying Behavior in Middle School Students," Anal. J. Magister Psikol. UMA, vol. 12, no. 2, pp. 169–178, 2020.
  26. K. Young, S. C. F. S. Michelle, and G. Craske, "Positive and Negative Emotion Regulation in Adolescence: Links to Anxiety and Depression," Brain Sci., vol. 9, no. 4, 2019.
  27. H. L. Parantika, "Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresif Siswa Kelas Xi Sma Muhammadiyah 7 Yogyakarta," J. Ris. Mhs. Bimbing. Dan Konseling, vol. 7, no. 2, pp. 108–117, 2021.
  28. P. Isnaeni, "Konformitas Terhadap Perilaku Agresif Pada Remaja," J. Ilm. Psikol., vol. 9, no. 1, pp. 121–128, 2021, doi: 10.30872/psikoborneo.
  29. B. A. Ganta and C. H. Soetjiningsih, "Hubungan Konformitas Teman Sebaya dan Kecenderungan Kenakalan Remaja Laki-Laki," Psikoborneo J. Ilm. Psikol., vol. 10, no. 2, p. 404, 2022, doi: 10.30872/psikoborneo.v10i2.7984.