Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Engineering
DOI: 10.21070/acopen.8.2023.7719

Quality Control Analysis of UD. Tiga Putra Crackers Product Using the Six Sigma Method and Failure Mode and Effect Analysisi (FMEA)


Analisa Pengendalian Kualitas Kerupuk Ikan UD. Tiga Putra Menggunakan Metode Six Sigma dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Six Sigma FMEA Product Defects Improvement Quality Results

Abstract

UD. Tiga Putra is an industry engaged in cracker processing. There are product defects in the UD cracker production process. Tiga Putra so that it has an impact on the order rate from 50% to 30%. The purpose of the study is to determine the level of product defects with the highest risk level of failure that occurs and an improvement is made. The method used is the six sigma method and FMEA. The results of this study indicate an average DPMO value of 10848.08, a sigma value of 3.80 with the highest defect value of 41.1% in the type of crumbling defect. To get the best quality results, improvements can be made by performing maintenance and supervision on every aspect or factor that allows failure. Improvements can minimize defects and can increase company productivity so that it can be said that the company has achieved the desired target.

Highlights : 

  • Utilizing Six Sigma Method and FMEA: Implementing these methodologies ensures a systematic approach to identifying and addressing product defects.

  • Focus on High-Risk Areas: Prioritize improvement efforts based on the identified highest-risk failure types, such as crumbling defects, to maximize quality enhancement.

  • Continuous Improvement Culture: By integrating maintenance and supervision across all factors contributing to failures, the company fosters a culture of ongoing improvement, ultimately enhancing productivity and achieving set targets.

Keywords: Six Sigma, FMEA, Product Defects, Improvement, Quality Results

Pendahuluan

Persaingan usaha di dunia bisnis sangatlah ketat dengan kriteria-kriteria tersendiri yang memberikan kesan berbeda antar usaha. Adanya persaingan tersebut dapat memberikan berbagai dampak pada suatu bisnis, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan kondisi yang layak dikonsumsi[1]. Dan dengan adanya persaingan yang ketat suatu industri bisnis akan berbondong bondong-bondong untuk meningkatkan baik kinerja pegawai maupun kualtas produk yang dihasilkan. Industri kerupuk Usaha Dagang (UD) Tiga Putra yang berada di Desa Kedung Rejo, Kec.Jabon, Kab. Sidoarjo merupakan industri yang bergerak pada bidang perdagangan yaitu pengolahan atau produksi kerupuk yang berbahan dasar ikan laut. Proses produksi UD. Tiga Putra menghasilkan produk sebesar 7-8 kuintal (700-800 kg) dalam sekali produksi. Pada proses produksi kerupuk ikan tersebut tidak selalu menghasilkan produk yang sempurna, pada perusahaan ini masih belum menerapkan analisa kualitas produk yang sempurna, sehingga masih terdapat produk cacat yang masuk pada proses pengemasan yang mana terdapat 3 jenis kecacatan yang terjadi pada proses produksi kerupuk ikan UD. Tiga Putra yaitu cacat remuk, cacat bantat dan cacat tebal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor mesin, faktor metode penjemuran, faktor manusia dan faktor material. Dan adanya kecacatan tersebut berdampak pada tingkat pemesanan dari 50% menjadi 30%.

Adanya kecacatan atau kegagalan saat produksi tersebut akan menjadi perbaikan untuk meningkatkan kualitas pada produk kerupuk ikan[2]. Kualitas merupakan sesuatu tolak ukur kepuasan yang terbebas dari kecacatan atau kegagalan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen[3]. Maka dari itu, dalam proses produksi harus dilakukan pengawasan dan pemenuhan aspek kualitas yang menunjang agar bisa mengurangi jumlah kecacatan pada produk yang diproduksi dan bisa meningkatkan kualitas produk[4]. Pengedalian kualitas merupakan kegiatan pengawasan atau penjagaan pada suatu proses produksi untuk meningkatkan kualitas suatu produk dengan cara pengawasan yang terus menerus, perencanaan yang bertahap dan pemakain peralatan sesuai dengan kebutuhan proses produksi[5].

Penelitian ini berdasarkan dari penelitian penerapan pengendalian kualitas kerupuk tahu yang mengalami permasalah karena keterbatasan sumber daya karena adanya pandemi. Dan pada penelitian ini berfokus pada pengendalian kualitas kerupuk ikan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecacatan suatu produk dengan tingkat resiko tertinggi kegagalan yang terjadi pada proses produksi sehingga dapat dilakukannya sebuah perbaikan sebagai pengendalian kualitas produk kerupuk ikan pada UD. Tiga Putra yang menggunakan metode six sigma. Dengan strategi six sigma dapat menemukan suatu titik fokus yang jelas dalam peningkatan kualitas menuju target kegagalan dan mengurangi suatu kecacatan yang terjadi[6]. Tahap berikutnya yaitu meningkatkan nilai menggunakan metode FMEA untuk menganalisa tingkat resiko tertinggi kecacatan produk dan memberikan rekomendasi perbaikan terhadap kecacatan produk yang terjadi pada suatu perusahaan[7]. Dengan ini, diterapkannya metode six sigma dengan peningkatan menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Abalysis) ini untuk pengendalian kualitas pada proses produksi UD. Tiga Putra lebih baik lagi dengan target 3,4 DPMO bisa tercapai.

Metode

Penelitian ini berfokus pada upaya pengendalian proses produksi kerupuk ikan untuk meminimalisir kecacatan yang terjadi dengan mengunakan metode six sigma untuk menganalisa kecacatan produk pada proses produksi dengan tahapan DMAIC (define, measure, analyze, improve dan control) dengan dilakukannya peningkatan kecacatan menggunakan metode Fialure Mode and Effect Analysis (FMEA).

A. Strategi Peningkatan Nilai Six Sigma melalui Tahapan DMAIC

1. Define (Merumuskan)

Define merupakan langkah yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu permasalahan berdasarkan target kualitas proses produksi suatu perusahaan dengan menggunakan diagram SIPOC (Supplier, input, output dan customer)[8].

2. Measure (Mengukur)

Measure berfokus pada proses yang dapat mempengaruhi Critical to Quality (CTQ) dengan mengukur tingkat kemampuan suatu proses produksi berdasarkakan perhitungan presentase kecacatan, perhitungan nilai DPMO (Deffect per Million Opportunity), perhitungan garis tengah (CL), batas kendali atas (UCL), batas kendali bawah (LCL) dan perhitungan nilai sigma level[9]. Berikut merupakan perhitungan yang dilakukan pada tahap measure:

a. Presentase Kecacatan

Sumber.[10], [11], [12]

b. Perhitungan Garis Tengah (CL)

Sumber.[10], [11], [12]

Keterangan:

P : rata-rata kerusakan produk

∑ np : Total jumlah produk cacat

∑ n : Total jumlah produksi

c. Perhitungan Batas Kendali Atas (UCL)

P : rata-rata kerusakan produk

n : jumlah produksi

Sumber.[10], [12], [13]

d. Perhitungan Batas Kendali Bawah (LCL)

Sumber.[10], [12], [13]

Keterangan:

P : rata-rata kerusakan produk

n : jumlah produksi

e. Perhitungan DPMO

Sumber. [1], [10], [14]

f. Perhitungan Nilai Sigma

Sumber. [1], [10], [12], [15]

g. Perhitungan RPN

Sumber. [7], [16], [17]

3. Analyze (Menganalisa)

Analyze merupakan tahap identifikasi atau menganalisa terhadap akar permasalahan yang bisa menyebabkan nilai sigma menurun dan menilai semua kriteria kecacatan produk dan penyebab terjadinya kecacatan produk selama proses produksi pada kualitas kerupuk yang nantinya akan di tingkatan. Kemudian memilah faktor-faktor yang dianggap paling beresiko terhadap kualitas kerupuk tersebut[18]. Dengan diketahuinya akar permasalahan tersebut maka akan dilakukan perbaikan dengan mengunakan fishbone diagram.

4. Improve (Meningkatkan)

Improve merupakan suatu strategi atau pengukuran dalam meningkatan nilai sigma, yang mana dalam perbaikan ini juga akan mendeskripsikan faktor- faktor penyebab kecacatan dan penetapan rencana peningkatan produk yang dapat dilakukan setiap waktu. Identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) untuk mencegah terjadinya kecacatan dan memilah tindakan atau rencana yang tepat. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan pendekatan sistematik dengan menggunakan tabel dalam membantu proses identifikasi mode kegagalan dan penyebabnya sekaligus efek terjadinya kegagalan. FMEA juga dapat dikatakan sebagai metode untuk menganalisi semua potensi sebab-akibat kegagalan pada proses produksi dan mengukurnya dalam kriteria standar perusahaan[19].

5. Control (Mengendalikan)

Tahap control ini berfokus pada suatu tahapan pengawasan dalam rangka mempertahankan segala perbaikan yang akan dilakukan[15].

Berikut merupakan diagram alir penelitian yang dapat di lihat pada gambar berikut ini :

Figure 1. Diagram Alir Penelitian

Pada gambar 1 diagram alir penelitian menjelaskan proses penilitian ini berlangsung yaitu dilakukan pengidentifikasian masalah dengan dilakukannya observasi dan studi literatur, setelah itu dikumpulkan data dan melakukan pengolahan data, pengolahan data yang pertama yaitu perhitungan batas kendali atas dan batas kendali bawah, perhitungan nilai sigma, perhitungan DPMO dan perhitungan presentase kecacatan. Dari hasil tahapan six sigma dapat dianalisa tingkat resiko kecacatan dengan menentukan nilai severity, occurance, dan detection menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) sehingga didapatkan usulan perbaikan yang dapat dijadikan pertimbangan secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas produk dan efektivitas perusahaan.

Hasil dan Pembahasan

A. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer produk kerupuk ikan yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepad konsumen. Penelitian ini di lakukan di UD. Tiga Putra, berikut merupakan data yang diperoleh :

Bulan Total Produksi (Kg) Total Kecacatan Produk (Kg) Jumlah Kecacatan
Remuk Bantat Tebal
Januari 19600 250 225 215 690
Februari 22400 320 225 250 795
Maret 22400 355 200 215 770
April 19600 210 200 180 590
Mei 19600 285 210 150 645
Juni 22400 280 200 185 665
Juli 19600 225 190 200 615
Agustus 19600 280 175 190 645
September 19600 250 165 180 595
Oktober 19600 285 180 150 615
November 22400 300 255 210 765
Desember 22400 300 250 180 730
Total 249200 8120
Table 1.Pengumpulan Data

Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa total produksi kerupuk ikan dalam satu tahun sebesar 249200 kg dengan 3 jenis kecacatan yaitu cacat remuk, cacat bantat dan cacat tebal dan total jumlah kecacatan pada satu tahun periode sebesar 8120 kg.

B. Pengolahan Data

1. Define

Tahap define merupakan tahapan data aliran proses produksi kerupuk dengan menggunakan diagram SIPOC (Supplier, Input, Procerss, Output dan Customer). Berikut merupakan diagram SIPOC pda proses produksi kerupuk ikan UD. Tiga Putra.

Figure 2. Aliran Proses Produksi Kerupuk Ikan UD. Tiga Putra

Gambar 2 menjelaskan bahwa diagram SIPOC merupakan gambaran proses produksi kerupuk ikan UD. Tiga Putra yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Pada penelitian ini, pelanggan yang menggunakan produk UD. Tiga Putra ini merupakan pihak internal sebagai pengolah bahan baku produk menjadi barang jadi yang merupakan proses terakhir kerupuk ikan sebelum dikirim kepada customer. Customer merupakan pihak external yang menggunakan dan mengkonsumsi langsung produk yang telah melalui proses produksi. Dimana, baik pihak pengolahan kerupuk dan customer mengharapkan produk yang dihasilkan atau dikonsumsi mempunyai kualitas tinggi dengan cacat produk yang rendah. Adanya kecacatan pada produk disebabkan karena banyak faktor yang terjadi pada proses produksi. Berikut merupakan jenis dan penyebab terjadinya kecacatan pada produk kerupuk UD. Tiga Putra:

Tabel 2. Jenis dan Penyebab Kecacatan Produk Kerupuk Ikan

No Jenis Kecacatan produk Penyebab Terjadinya Kecacatan
1. Remuk Adonan yang terlalu cair, pada saat proses pengeringan terlalu kering sehingga kerupuk bisa remuk dan menjadi serpihan-serpihan kecil.
2. Bantat Tidak terjemur dengan sempurna dan terlalu lama dibiarkan tanpa ada sinar matahari.
3. Tebal Dimensi ketebalan kerupuk tidak sesuai dengan spesifikasi.
Table 2.

Berdasarkan tabel 3 diatas terdapat 3 jenis kecacatan yang diperoleh dari data wawancara kepada konsumen dan observasi secara langsung. Diamana, pada jenis kecacatan remuk disebabkan karena adonan yang terlalu cair dan pada saat proses pengeringan terlalu kering. Jenis cacat bantat disebabkan karena cuaca yang terjadi sehingga kerupuk bantat dan yang terkahir cacat tebal disebabkan karena dimensi ketebalan kerupuk tidak sesuai dengan spesfikasi.

2. Measure

Pada tahap measure yang merupakan tahap perumusan masalah, maka tahap ini berfokus pada pengukuran tingkat kemampuan proses dengan membuat peta kendali proses dengan menggunakan peta kendali P. Peta kendali ini berfungsi untuk mengukur pengendalian kualitas pada UD. Tiga Putra apakah sudah terkendali atau belum. Tahap ini juga akan melakukan perhitungan DPMO dan melakukan perhitungan nilai sigma pada produksi kerupuk ikan. Berikut merupakan perhitungan peta kendali pada cacat produk produksi kerupuk ikan.

Bulan Jumlah Produksi (Kg) Total Kecacatan Produk (Kg) Jumlah Kecacatan P UCL CL LCL
Remuk Bantat Tebal
Januari 19600 250 225 215 690 0,035204 0,036 0,03258 0,02878
Februari 22400 320 225 250 795 0,035491 0,036 0,03258 0,02903
Maret 22400 355 200 215 770 0,034375 0,036 0,03258 0,02903
April 19600 210 200 180 590 0,030102 0,036 0,03258 0,02878
Mei 19600 285 210 150 645 0,032908 0,036 0,03258 0,02878
Juni 22400 280 200 185 665 0,029688 0,036 0,03258 0,02903
Juli 19600 225 190 200 615 0,031378 0,036 0,03258 0,02878
Agustus 19600 280 175 190 645 0,032908 0,036 0,03258 0,02878
September 19600 250 165 180 595 0,030357 0,036 0,03258 0,02878
Oktober 19600 285 180 150 615 0,031378 0,036 0,03258 0,02878
November 22400 300 255 210 765 0,034152 0,036 0,03258 0,02903
Desember 22400 300 250 180 730 0,032589 0,036 0,03258 0,02903
Total 249200 3340 2475 2305 8120 0 0 0 0
Table 3.Perhitungan peta kendali P

Pada tabel 4 diatas, merupakan perhitungan presentase kecacatan, batas kendali atas (UCL), peritungan garis tengah (CL) dan perhitungan batas kendali bawah (LCL). Dapat diketahui bahwa nilai upper center line terdapat pada nilai 0,36, nilai center line terdapat pada angka 0,03258 dan nilai lower center line terdapat pada angka 0,029.

2.1 Pengukuran Btas Kendali

a. Perhitungan persentase kecacatan bulan januari

P= (Jumlah produk cacat)/(jumlah produksi)

P= 690/19600

= 0,035204

b. Perhitungan Garis Tengah

CL= P= (Total jumlah produk cacat)/(Total jumlah produksi)

CL= P= 8120/249200

CL= P = 0.03258427

c. Perhitungan Batas Kendali Atas (UCL)

UCL= P +3√((P (1-P ))/n)

UCL=0,03258+3√(0,03258(1-0,03258)/19600)

=0,036

d. Perhitungan Batas Kendali Bawah (LCL)

LCL= P -3√((P(1-P ))/n)

LCL= 0,03258-3√(0,03258(1-0,03258)/19600)

=0,02878

Maka berikut merupakan peta kendali P pada perhitungan batas kendali atas (UCL), garis tengan (CL) dan batas kendali bawah (LCL) yang terdapat pada periode Januari-Desember 2022 dapat dilihat pada gambar berikut :

Figure 3. Peta Kendali P Periode Januari- Desember

Gambar 3 menjelaskan peta kendali P pada bulan Januari berada pada angka 0,035204, pada bulan Februari berada pada angka 0,035491, pada bulanmaretberada pada angka 0,034375, pada bulan April berada pada angka 0,030102, pada bulanmei pada angka 0,032908, pada bulanjuniberada pada angka 0,029688, pada bulanjuliberada pada angka 0,031378, pada bulanagustusberada pada angka 0,032908, pada bulan September berada pada angka 0,030357, pada bulanoktoberberada pada angka 0,031378, pada bulannovemerberada pada angka 0,034152 dan pada bulandesemberberada pada angka 0,032589 yang mana dengan upaya dilakukannya perbaikan secara terus menerus dapat diketahui bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada grafik peta kendali P yang mana, nilai P masih berada diantara nilai UCLyang berada pada angka 0,036 dan nilai LCL berada pada angka 0,029dan tidak melebihi garis UCL dan LCL.Maka, kapabilitas proses pada periodeJanuari-Desember 2022 berjalandenganbaikkarenakeseluruhanproporsikecacatan pada batascontrol.

2.2 Pengukuran Nilai DPMO

Bulan Jumlah Produksi (Kg) Jumlah Kecacatan DPU CTQ Peluang tingkat Kecacatan DPMO Sigma
Januari 19600 690 3,52% 3 85,2173913 11734,69 3,77
Februari 22400 795 3,55% 3 84,52830189 11830,36 3,76
Maret 22400 770 3,44% 3 87,27272727 11458,33 3,77
April 19600 590 3,01% 3 99,66101695 10034,01 3,83
Mei 19600 645 3,29% 3 91,1627907 10969,39 3,79
Juni 22400 665 2,97% 3 101,0526316 9895,833 3,83
Juli 19600 615 3,14% 3 95,6097561 10459,18 3,81
Agustus 19600 645 3,29% 3 91,1627907 10969,39 3,79
September 19600 595 3,04% 3 98,82352941 10119,05 3,82
Oktober 19600 615 3,14% 3 95,6097561 10459,18 3,81
November 22400 765 3,42% 3 87,84313725 11383,93 3,78
Desember 22400 730 3,26% 3 92,05479452 10863,1 3,80
Total 249200 8120 3,26% 3 1110,00 10861,42 3,80
Table 4. Perhitungan DPMO Produk Kerupuk Ikan

Pada tabel 4 di atas, dapat diketahui nilai total jumlah produksi kerupuk sebesar 249200, total nilai jumlah kecacatan sebesar 8120, total DPU sebesar 3,26%, total peluang kecacatan sebesar 1110, total nilai DPMO sebesar 10861,42 dimana nilai sigma sebesar 3,80 dengan 3 jenis critiqal to quality. Dalam hal ini pengukuran menggunakan data periode tahun 2022 dari bulan januari sampai bulan desember. Berikut merupakan perhitungan Defect Per Million Opportuninty (DPMO) pada produk kerupuk ikan UD. Tiga Putra

a. Perhitungan DPU

DPU= (Total Kerusakan)/(Total Produksi)

DPU= 8120/249200

DPU= 3,26%

b. Perhitungan DPMO

DPMO= (Jumlah Produk cacat)/((banyaknya produk yang diproduksi×CTQ))×1000000

DPMO= 8120/((249200×3))×1000000

DPMO=10.861,42

c. Perhitungan Level Sigma

sigma(σ)= normsinv ((1000000 – DPMO)/1000000) + 1,5

sigma(σ)= 3,80

sigma normsinv ((1000000 – DPMO)/1000000) + 1,5

sigma 3,80

3. Analyze

Tahap pengambilananalisa menggunakan diagram pareto dan diagram sebab – akibat menggunakan fishbone diagam untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi adanya kecacatan produk.

3.1 Diagram Pareto

Diagram pareto merupakan diagram yang menyatakan suatu tingkat pada faktor-faktor kegagalan yang dapat memepngaruhi keadaan berdasakan prinsip pareto. dalam menganalisa kemungkinan penyebab terjadinya kegagalanproduksi kerupuk ikan, maka dilakukannya perhitungan data presentase produk cacat pada kerupuk ikan.

Jenis Cacat Jumlah Kecacatan Frekuensi Kumulatif Persentase (%) Kumulatif (%)
Remuk 3340 3340 41,1% 41,1%
Bantat 2475 5815 30,5% 71,6%
Tebal 2305 8120 28,4% 100,0%
8120 100%
Table 5.Data Presentase Kecacatan produk Kerupuk Ikan

Pada tabel 5 menjelaskan bahwa perhitungan diatas dapat diketahui bahwa, jenis cacat produk pada hasil produksi kerupuk ikan yaitu, jenis cacat remuk dengan presentase sebesar 41,1%, cacat bantat sebesar 30,5% dan cacat tebal sebesar 28,4%. Pada data ditas, dapat disimpulkan bahwa kecacatan tertinggi adalah pada jenis cacat remuk. Dan data tersebut dapat digambarkan dalam diagram pareto seperti gambar berikut:

Figure 4. Diagram Pareto

Pada gambar 4 menjelaskan bahwa digram pareto diatas, diketahui batang pertama merupakan skala terbesar dengan skala jenis kecacatan remuk sebesar 3340, pada batang kedua dengan skala jenis kecacatan bantat sebesar 2475 dan pada batang ketiga dengan skala terendah jenis kecacatan tebal sebesar 2305.

3.2 Fishbone Diagram

Figure 5.Fishbone Diagram

Pada gambar 5 fishbone diagram diatas, menjelaskan bahwa bahwa terjadinya kecacatan kerupuk ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor manusia sebagai operator yang masih kurangnya pelatihan dan kurangnya konsentrasi saat bekerja. Faktor metode yang mana masih menggunakan proses penjemuran manual di tempat terbuka yang rawan debu atau kotoran dan hanya mengandalkan cuaca. Faktor mesin, kurangnya perawatan pada mesin yang digunakan, umur mesin pemotong yang sudah tua dan mata pisau mesin pemotong yang tumpul. Faktor material, penyimpanan material yang kurang layak dan juga kualitas bahan baku yang jelek akan menghambat proses produksi juga penurunan tingkat kualitas produk. Dalam analisa fishbone diagram ini di perjelas dengan masukan wawancara dari narasumber yang terdapat pada departemen produksi kerupuk Ikan UD. Tiga Putra.

4. Improve

Improve merupakan tahap perbaikan dari tingkat kecacatan tertinggi dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang mana data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada Ibu Munafiah selaku pemilik usaha, Bpk. Amir selaku pengawas pada proses produksi dan Bpk. Oyek selaku karyawan proses pencampuran adonan dan pengukusan.

Figure 6.Jenis Kecacatan FMEA pada Produk Kerupuk Ikan

Tabel 6 mejelaskan bahwa resiko tertinggi kecacatan pada produk kerupuk adalah pada faktor mesin yang disebabkan pisau pemotong yang digunakan tumpul dengan nilai RPN 144. Setelah itu, resiko tertinggi kedua terdapat pada faktor metode penjemuran yang masih manual di tempat terbuka yang rawan terkena kotoran atau debu dan hanya mengandalkan cuaca dengan nilai RPN sebesar 140. Resiko tertinggi ke tiga terdapat pada faktor manusia yang disebabkan kurang teliti dan kurangnya pelaihan pegawai dengan nilai RPN sebesar 60.

Figure 7.Rekomendasi Perbaikan

Dapat dilihat dari tabel 7 diatas mejelaskan bahwa perhitungan nilai Risk Priority Number diperoleh nilai tertinggi pada faktor mesin dengan penyebab kecacatan pisau mesin pemotong tumpul dengan nilai RPN 144.Dengan penyebab kecacatan dan nilai Risk Priority Number yang telah diketahui diperlukan adanya perbaikan pada setiap faktor penyebab kecacatan. Untuk mendapatkan hasil kualitas terbaik pada tiap-tiap faktor, maka dapat dilakukan perbaikan dengan melakukan perawatan, pengecekan dan pengawasan pada setiap aspek atau faktor yang memungkinkan terjadinya kegagalan. Usulan perbaikan pada setiap kegagalan yang terjadi yang diharapkan bisa meminimalisir kegagalan yang terdapat pada proses produksi.

5. Control(Pengendalian)

Pada tahap pengendalian ini berfokus pada perbaikan yang akan terus berlanjut. Perbaikan ini yang akan terus menerus akan dilakukan oleh berbagai pihak dengan membuat atau menentukan proses standard operasional yang yang akan dipergunakan dalam pengawasan dalam proses produksi terhadap terjadinya kegagalan agar kegagalan dapat diminimalisir dan bisa meningkatkan produktifitas kerja

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dapat diketahui tersapat 3 jenis kecacatan yaitu cacat remuk, cacat bantat dan cacat tebal. Hasil analisa diagram pareto diketahui nilai presentase untuk tingkat kecacatan pada jenis cacat remuk yaitu 41,1%, cacat bantat 30,5% dan cacat tebal sebesar 28,4% dengan nilai sigma sebesar 3,80 yang telah mencapai target yang diinginkan perusahaan sebesar 3 sigma. Berdasarkan hasil data diagram pareto, perusahaan berfokus pada tingkat kecacatan tertingi yaitu cacat remuk untuk melakukan perbaikan peningkatan pada proses produksi kerupuk ikan. Maka, akan dilakukan perbaikan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Metode FMEA ini dapat digunakan untuk menganalisa tingkat resiko tertinggi kecacatan produk kerupuk dengan menggunakan penentuan nilai RPN. Terdapat 3 resiko tertinggi nilai RPN yang terdapat pada faktor mesin dengan penyebab kegagalan pisau mesin yang tumpul dengan rating 144, tingkat resiko tertinggi kedua terdapat pada faktor metode penjemuran yang masih manual di tempat terbuka dan masih mengandalkan cuaca dengan rating 140 dan tingkat resiko tertinggi ketiga terdapat pada faktor manusia dengan penyebab kurangnya fokus sehingga pemotongan kerupuk tidak sesuai standard yang mempunyai nilai rating sebesar 60. Dari hasil analisa six sigma dan FMEA sebagai upaya peningkatan kecacatan pada produk kerupuk dengan penentuan resiko tertinggi maka, reomendasi perbaikan yang dilakukan adalah dengan melakukan perawatan dan pengecekan mesin secara berkala, memanfaatkan ruang atau lahan yang tidak terpakai sebagai tempat pengeringan kerupuk yang dilengkapi dengan alat pemanas, yang terakhir selalu memberikan pelatihan dan memberikan pemahaman terkait SOP pada mesin yang digunakan kepada pegawai. Dapat dikatakan perusahaan telah mencapai target yang diinginkan sebesar 3 sigma dan bisa selalu melakukan perbaikan dengan melakukan perawatan, pengecekan dan pengawasan pada setiap aspek atau faktor yang memungkinkan terjadinya kegagalan untuk meminimalisir kegagalan dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar dengan bantuan seluruh pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, ucapan terimakasih diberikan kepada pihak Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan UD. Tiga Putra sebaga tempat penelitian.

References

  1. R. Saputri, P. Vitasari, and E. Adriantantri, “Identifikasi Timbulnya Produk Cacat Dengan Metode CTQ dan DPMO Pada Home Industry Keripik Tempe Sari Rasa,” J. Valtech, vol. 5, no. 1, pp. 94–100, 2022, [Online]. Available: https://ejournal.itn.ac.id/index.php/valtech/article/view/4518
  2. A. S. M. Absa and S. Suseno, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Eq Spacing Dengan Metode Statistic Quality Control (SQC) Dan Failure Mode And Effects Analysis (FMEA) Pada PT. Sinar Semesta,” J. Teknol. dan Manaj. Ind. Terap., vol. 1, no. 3, pp. 183–201, 2022, doi: 10.55826/tmit.v1iiii.51.
  3. Z. Arifin and M. Rizaldy, “Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal Sarjanawiyata Tamansiswa Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal,” Reslaj Relig. Educ. Soc. Laa Roiba J., vol. 5, no. 1, pp. 168–184, 2023.
  4. Y. Syahrullah and M. R. Izza, “Integrasi Fmea Dalam Penerapan Quality Control Circle (Qcc) Untuk Perbaikan Kualitas Proses Produksi Pada Mesin Tenun Rapier,” J. Rekayasa Sist. Ind., vol. 6, no. 2, pp. 78–85, 2021, doi: 10.33884/jrsi.v6i2.2503.
  5. S. Gunawan, H. H. Lubis, and R. D. Wanty, “Jurnal Rekayasa Material , Manufaktur dan Energi FT-UMSU Jurnal Rekayasa Material , Manufaktur dan Energi FT-UMSU,” J. Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi http//jurnal.umsu.ac.id/index.php/RMME, vol. 2, no. 2, pp. 131–139, 2019.
  6. Setiawan et al., “ISSN : 2338-7750 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jurnal REKAVASI ISSN : Rifda Ilahy Rosihan , Wihda Yuniawati,” Rekavasi, vol. 9, no. 1, pp. 65–74, 2021.
  7. Y. Hisprastin and I. Musfiroh, “Ishikawa Diagram dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) sebagai Metode yang Sering Digunakan dalam Manajemen Risiko Mutu di Industri,” Maj. Farmasetika, vol. 6, no. 1, p. 1, 2020, doi: 10.24198/mfarmasetika.v6i1.27106.
  8. P. S. K. Hanifah and I. Iftadi, “Penerapan Metode Six Sigma dan Failure Mode Effect Analysis untuk Perbaikan Pengendalian Kualitas Produksi Gula,” J. INTECH Tek. Ind. Univ. Serang Raya, vol. 8, no. 2, pp. 90–98, 2022, doi: 10.30656/intech.v8i2.4655.
  9. F. Ahmad, “Six Sigma Dmaic Sebagai Metode Pengendalian Kualitas Produk Kursi Pada Ukm,” J. Integr. Sist. Ind., vol. 6, no. VOLUME 6 NO 1 FEBRUARI 2019, pp. 11–17, 2019, [Online]. Available: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/view/4061
  10. R. B. Erlangga and H. C. Wahyuni, “Application of Quality Control using Six Sigma and Taguchi Method on UMKM Kerupuk Tahu Bangil in Pandemic Period (Case Study: UD. Sanusi),” Procedia Eng. Life Sci., vol. 3, no. December, 2023, doi: 10.21070/pels.v3i0.1331.
  11. A. R. Andriansyah and W. Sulistyowati, “Clarisa Product Quality Control Using Methods Lean Six Sigma and Fmeca Method (Failure Mode And Effect Cricitality Analysis) (Case Study: Pt. Maspion Iii),” PROZIMA (Productivity, Optim. Manuf. Syst. Eng., vol. 4, no. 1, pp. 47–56, 2021, doi: 10.21070/prozima.v4i1.1272.
  12. M. Waras and W. Sulistyowati, “Implementation of Lean Six Sigma in an Effort to Reduce the Failure of the Pipe Quality Load Test,” Procedia Eng. Life Sci., vol. 1, no. 2, 2021, doi: 10.21070/pels.v1i2.933.
  13. M. Dio Indranata and D. Andesta, “Pengendalian Kualitas Produk Kerupuk Bawang Menggunakan Metode Seven Tools (Studi Kasus: UMKM Kerupuk Dinda),” Serambi Eng., vol. VII, no. 2, pp. 3120–3128, 2022.
  14. F. Sepriandini and Y. Ngatilah, “Analisis Kualitas Produk Koran Menggunakan Metode Six Sigma Dan Failure Mode and Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Xyz Balikpapan,” Tekmapro J. Ind. Eng. Manag., vol. 16, no. 2, pp. 48–59, 2021, doi: 10.33005/tekmapro.v16i2.203.
  15. Farach and R. Prasetyani, “Analisis Six Sigma Dalam Upaya Mengurangi Produk Cacat Pada Bagian Proses Produksi Kripik Singkong Tawar Di CV . Sarach Cake and Snack ( SCS ),” J. Rekayasa dan Optimasi Sist. Ind., vol. 3, no. 1, pp. 1–9, 2021.
  16. D. Kristanto and M. Husyairi, “Analisis Titik Kritis Halal Pada Proses Produksi Kerupuk Di Jenius Snack Pleret Bantul Menggunakan Failure Mode and Effect Analisis (Fmea),” Pros. Konf. Integr. Interkoneksi Islam Dan Sains, vol. 4, no. 1, pp. 76–79, 2022.
  17. A. Muhazir, Z. Sinaga, and A. A. Yusanto, “Analisis Penurunan Defect Pada Proses Manufaktur Komponen Kendaraan Bermotor Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (Fmea).,” J. Kaji. Tek. Mesin, vol. 5, no. 2, pp. 66–77, 2020, doi: 10.52447/jktm.v5i2.2955.
  18. A. Bahauddin and V. Arya, “PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEPUNG KEMASAN 20 KG MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (Studi Kasus pada PT. XYZ),” J. Ind. Serv., vol. 6, no. 1, p. 66, 2020, doi: 10.36055/jiss.v6i1.9480.
  19. T. H. Suryatman, M. E. Kosim, and S. Julaeha, “Pengendalian Kualitas Produksi Roma Sandwich Menggunakan Metode Statistik Quality Control (Sqc) Dalam Upaya Menurunkan Reject Di Bagaian Packing,” J. Ind. Manuf., vol. 5, no. 1, p. 1, 2020, doi: 10.31000/jim.v5i1.2429.