Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Clinical Research
DOI: 10.21070/acopen.8.2023.6661

Hospital Inpatient Information System at Siti Suaibah Clinic


Sistem Informasi Rawat Inap di klinik Siti Suaibah Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Inpatient care Information system Healthcare services Clinic Implementation

Abstract

This study aims to improve and expedite healthcare services for inpatients at Siti Suaibah Clinic in Krian. By implementing an effective Inpatient Information System, the study sought to provide accurate, efficient, and effective patient care. The research methodology involved data processing and analysis, resulting in several findings. The system facilitated patient data management, including medical histories, treatment schedules, and procedures. However, challenges such as development and maintenance costs, training for medical staff, and data security concerns were identified. Overall, the study highlights the benefits and implications of implementing the Inpatient Information System, emphasizing the need for careful planning and management. The outcome underscores the significance of optimizing healthcare services through innovative technology.

Highlights:

  • Improved patient care efficiency and effectiveness through the implementation of an Inpatient Information System.
  • Challenges in implementing the system: development and maintenance costs, training for medical staff, and data security concerns.
  • The significance of careful planning and management to optimize healthcare services and ensure the successful implementation of the Inpatient Information System.

Keywords: Inpatient care, Information system, Healthcare services, Clinic, Implementation

PENDAHULUAN

Sistem Informasi Rawat Inap adalah suatu sistem informasi yang digunakan dalam pengelolaan data dan informasi mengenai pasien yang sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit atau klinik. Sistem ini dirancang untuk membantu mengoptimalkan proses perawatan pasien, meliputi pengumpulan data pasien, diagnosis, jadwal perawatan, serta pemberian obat dan tindakan medis lainnya. Sistem Informasi Rawat Inap mencakup berbagai komponen, seperti basis data pasien, sistem informasi jadwal perawatan, sistem informasi pemberian obat, serta sistem informasi penggunaan peralatan medis. Sistem ini biasanya diakses oleh para tenaga medis, termasuk dokter, perawat, dan staf medis lainnya, untuk memudahkan mereka dalam memberikan perawatan yang tepat dan efektif kepada pasien. Sistem Informasi Rawat Inap juga dapat digunakan untuk menghasilkan laporan dan analisis yang berguna bagi rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya sistem informasi ini, diharapkan pelayanan kesehatan dapat lebih efektif, efisien, dan terkoordinasi dengan baik. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kepuasan pasien serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya rumah sakit, seperti obat-obatan, peralatan medis, dan tenaga medis [1][2].

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan Sistem Informasi Rawat Inap, diantaranya Dampak Sistem Rekam Medis Elektronik pada Kejadian Keselamatan yang Didapatkan Rumah Sakit: Studi Time Series Terganggu. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap berupa rekam medis elektronik dapat mengurangi jumlah kejadian keselamatan pasien yang terjadi di rumah sakit. Studi ini melibatkan lebih dari 1,2 juta pasien yang menjalani perawatan di 5 rumah sakit di Amerika Serikat [3]. Efek dari catatan kesehatan elektronik pada efisiensi rumah sakit, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap berupa rekam medis elektronik dapat meningkatkan efisiensi rumah sakit. Studi ini dilakukan pada 96 rumah sakit di Jerman dan menemukan bahwa rumah sakit yang menggunakan sistem rekam medis elektronik mengalami peningkatan produktivitas dan penghematan biaya [4]. Implementasi Sistem Informasi Klinik: Pengaruh Terhadap Mutu Pelayanan di Unit Rumah Sakit, penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Sistem Informasi Rawat Inap dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien. Studi ini dilakukan pada sebuah unit perawatan intensif di Prancis dan menemukan bahwa penggunaan sistem informasi ini mengurangi jumlah kesalahan dalam pemberian obat dan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol perawatan [5]. Dampak implementasi catatan kesehatan elektronik pada metrik aliran pasien di bagian gawat darurat pediatrik, Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap berupa rekam medis elektronik dapat meningkatkan alur pasien di unit gawat darurat. Studi ini dilakukan pada sebuah rumah sakit anak di Amerika Serikat dan menemukan bahwa penggunaan sistem rekam medis elektronik dapat mengurangi waktu rata-rata pasien di unit gawat darurat [6]. Dampak sistem rekam keperawatan elektronik terhadap efisiensi dokumen keperawatan, Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap berupa sistem rekam medis elektronik dapat meningkatkan efisiensi dokumen keperawatan di rumah sakit. Studi ini dilakukan pada sebuah rumah sakit di Thailand dan menemukan bahwa penggunaan sistem rekam medis elektronik dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan dokumentasi keperawatan [7].

Dari latar belakang diatas berkaitan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Klinik Siti Suaibah terletak di Desa Tempel Kec.krian Kab.Sidoarjo rumah sakit. Sistem Informasi Rawat Inap ini dapat membantu mengoptimalkan proses perawatan pasien, meningkatkan efisiensi rumah sakit, dan memudahkan pengambilan keputusan medis yang tepat.

Penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap juga dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kompleksitas sistem kesehatan, termasuk peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan di klinik dan penggunaan teknologi yang semakin canggih dalam pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini, Sistem Informasi Rawat Inap dapat membantu klinik dalam mengelola data pasien, memantau perawatan pasien secara real-time, dan meningkatkan koordinasi antara tim medis [8]. Selain itu, penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap juga didorong oleh kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya kesehatan, seperti obatobatan, peralatan medis, dan tenaga medis. Dengan adanya sistem informasi ini, diharapkan klinik dapat memantau dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya ini secara lebih efisien. Secara keseluruhan, latar belakang penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap berkaitan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan efisiensi klinik, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya kesehatan secara efektif.

METODE

Metode penelitian yang digunakan untuk studi tentang Sistem Informasi Rawat Inap dapat bervariasi tergantung pada tujuan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan [9]. Berikut adalah beberapa metode penelitian yang umum digunakan untuk penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap:

  1. Survei: Survei dapat dilakukan untuk mengumpulkan data tentang penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap di klinik. Survei dapat dilakukan terhadap pengguna sistem informasi tersebut, seperti dokter, perawat, dan staf administrasi rumah sakit, untuk mengevaluasi keefektifan dan efisiensi sistem informasi tersebut.
  2. Studi Kasus: Studi kasus dapat dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap di sebuah klinik atau unit perawatan tertentu. Studi kasus dapat melibatkan analisis dokumen, wawancara dengan staf medis dan administrasi, serta observasi langsung untuk mengevaluasi penggunaan sistem informasi tersebut.
  3. Eksperimen: Eksperimen dapat dilakukan untuk menguji efektivitas penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap dalam meningkatkan kualitas perawatan pasien. Eksperimen dapat dilakukan dengan membandingkan penggunaan sistem informasi tersebut dengan metode tradisional dalam hal kecepatan dan akurasi diagnosis, pengobatan, dan pemantauan pasien.
  4. Analisis Data Sekunder: Analisis data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan data dari sistem informasi yang sudah ada di klinik. Data ini dapat digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sistem informasi tersebut dalam meningkatkan efisiensi, memperbaiki kepatuhan terhadap protokol perawatan, dan mengurangi kesalahan dalam pemberian obat.
  5. Pengembangan Sistem: Pengembangan Sistem dapat dilakukan untuk merancang dan mengembangkan Sistem Informasi Rawat Inap yang lebih baik. Pengembangan Sistem ini dapat melibatkan metode desain, prototipe, dan pengujian untuk mengevaluasi keefektifan dan efisiensi sistem informasi tersebut.

Secara keseluruhan, metode penelitian yang digunakan untuk studi tentang Sistem Informasi Rawat Inap harus sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan. Kombinasi dari beberapa metode di atas dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan akurat tentang penggunaan Sistem Informasi Rawat Inap di klinik.

Analisa Kebutuhan System

Sebelum melakukan penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap, penting untuk melakukan analisis kebutuhan untuk memastikan bahwa penelitian tersebut akan memberikan manfaat yang signifikan [10]. Berikut adalah beberapa aspek kebutuhan yang perlu dianalisis sebelum melakukan penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap:

  1. Kebutuhan di Klinik: Analisis kebutuhan Klinik menjadi faktor penting dalam penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap. Perlu dipahami apa saja kebutuhan klinik dalam mengelola data pasien, memantau perawatan pasien secara real-time, dan meningkatkan koordinasi antara tim medis. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan klinik dapat dilakukan melalui wawancara dengan staf medis dan administrasi serta observasi langsung.
  2. Kebutuhan Pasien: Analisis kebutuhan pasien menjadi faktor penting dalam penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap. Perlu dipahami bagaimana sistem informasi tersebut dapat memberikan manfaat bagi pasien, seperti meningkatkan keamanan pasien, mengurangi kesalahan dalam pemberian obat, dan mempercepat proses perawatan. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan pasien dapat dilakukan melalui survei atau wawancara dengan pasien dan keluarga mereka.
  3. Kebutuhan Tim Medis: Analisis kebutuhan tim medis menjadi faktor penting dalam penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap. Perlu dipahami bagaimana sistem informasi tersebut dapat membantu tim medis dalam mengoptimalkan perawatan pasien, meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara tim medis, serta mempercepat pengambilan keputusan medis yang tepat. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan tim medis dapat dilakukan melalui wawancara dengan dokter, perawat, dan staf medis lainnya.
  4. Kebutuhan Teknologi: Analisis kebutuhan teknologi menjadi faktor penting dalam penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap. Perlu dipahami bagaimana teknologi yang digunakan dalam sistem informasi tersebut dapat mengakomodasi kebutuhan klinik, pasien, dan tim medis. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan teknologi dapat dilakukan melalui survei atau wawancara dengan staf teknologi informasi klinik.
  5. Kebutuhan Biaya: Analisis kebutuhan biaya menjadi faktor penting dalam penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap. Perlu dipahami biaya yang terlibat dalam pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan sistem informasi tersebut, serta manfaat apa saja yang diperoleh dari penggunaan sistem informasi tersebut dalam jangka panjang. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan biaya dapat dilakukan melalui analisis anggaran klinik dan survei terhadap staf keuangan klinik.

Secara keseluruhan, analisis kebutuhan harus dilakukan sebelum melakukan penelitian tentang Sistem Informasi Rawat Inap untuk memastikan bahwa penelitian tersebut akan memberikan manfaat yang signifikan dan memenuhi kebutuhan klinik,

Desain System

Desain sistem merupakan tahapan penting dalam pengembangan Sistem Informasi Rawat Inap [11]. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam desain sistem:

  1. Analisis Kebutuhan: Sebelum melakukan desain sistem, perlu dilakukan analisis kebutuhan untuk memastikan sistem yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan klinik, pasien, dan tim medis. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mewawancarai staf medis dan administrasi, serta melakukan observasi langsung di Klinik.
  2. Pemilihan Platform: Pemilihan platform atau teknologi yang akan digunakan dalam pembuatan system perlu dipertimbangkan dengan cermat. Hal ini tergantung pada kebutuhan dan persyaratan klinik. Misalnya, apakah sistem akan digunakan pada perangkat desktop atau mobile, serta bahasa pemrograman yang akan digunakan.
  3. Desain Basis Data: Desain basis data merupakan bagian penting dalam pengembangan system. Perlu dipertimbangkan bagaimana data akan disimpan, diolah, dan dimanipulasi dalam sistem. Desain basis data yang baik akan memungkinkan sistem untuk mengakses data dengan cepat dan efisien.
  4. Desain Antarmuka: Desain antarmuka harus mudah digunakan oleh staf medis dan pasien. Desain antarmuka yang baik akan memastikan penggunaan sistem yang lebih efektif dan efisien.
  5. Integrasi dengan Sistem yang Ada: Sistem perlu diintegrasikan dengan sistem yang ada di klinik, seperti sistem manajemen informasi keuangan, sistem manajemen pasien, dan sistem manajemen persediaan. Hal ini memungkinkan data dapat berbagi dengan sistem yang ada dan meminimalkan redundansi data
  6. Uji Coba dan Evaluasi: Setelah desain sistem selesai, perlu dilakukan uji coba dan evaluasi sistem sebelum diimplementasikan. Hal ini memungkinkan tim pengembang untuk menemukan kelemahan sistem dan meningkatkan kinerja sistem sebelum diimplementasikan.

Secara keseluruhan, desain sistem yang baik dan efektif akan membantu meningkatkan kinerja klinik dalam memberikan perawatan pasien yang lebih baik dan efisien.

Figure 1.Desain Basis Data System Informasi Rawat Inap

Figure 2. Relasi Tabel System Informasi Rawat Inap

HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Sistem

Implementasi Sistem Informasi Rawat Inap dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengembangan Prototipe: Tahap ini dilakukan dengan membuat prototipe atau model awal dari Sistem. Prototipe ini berfungsi untuk menguji kelayakan dan keefektifan sistem secara awal.
  2. Uji Coba Sistem: Setelah prototipe dibuat, tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba sistem. Uji coba dilakukan dengan menguji fungsionalitas sistem secara menyeluruh dan memastikan sistem dapat berjalan dengan baik.
  3. Implementasi: Setelah uji coba selesai dan sistem sudah siap, tahap selanjutnya adalah implementasi. Implementasi dilakukan dengan memasang sistem pada klinik dan memastikan sistem dapat diakses oleh staf medis dan pasien.
  4. Pelatihan: Tahap selanjutnya adalah pelatihan staf medis dan administrasi tentang penggunaan Sistem. Pelatihan ini penting agar staf medis dapat memahami cara menggunakan sistem dengan baik dan efektif.
  5. Evaluasi: Setelah sistem diimplementasikan, tahap selanjutnya adalah evaluasi sistem. Evaluasi dilakukan untuk memastikan sistem dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi klinik dan pasien.
  6. Pemeliharaan: Tahap terakhir adalah pemeliharaan sistem. Pemeliharaan dilakukan dengan memperbaiki masalah yang terjadi pada sistem dan memastikan sistem selalu berjalan dengan baik.

Implementasi Sistem dapat membantu meningkatkan kinerja rumah sakit dalam memberikan perawatan pasien yang lebih baik dan efisien. Sistem dapat membantu mengoptimalkan proses pelayanan kesehatan, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat akses pasien terhadap layanan kesehatan.

Pengujian Sistem

Figure 3. Data Master Dokter

Pada gambar 3 merupakan table Master Dokter, table tersebut digunakan untuk menampung data dokter yang digunakan untuk memeriksa pasien yang menginap di Klinik. Dalam tabel dokter terdapat filed kode dokter dan nama dokter. Pada form master dokter ini, terdapat proses input data dokter dan proses riset data dokter.

Figure 4.Master Pasien

Pada gambar 4 merupakan form master pasien, form tersebut digunakan untuk menampung data pasien yang menginap di klinik. Terdapat beberapa pasien yang telah menginap di klinik. Dalam form pasien tersebut, terdapat kode pasien, nama pasien dan alamat pasien.

Figure 5.Master Data Ruangan Inap

Pada gambar 5 merupakan form master ruangan, form tersebut digunakan untuk data ruang yang digunakan pasien untuk rawat inap. Dalam master ruang ini terdapat data kode ruang dan nama ruangan.

Figure 6.Data Rekaptulasi Data Rawat Inap

Pada gambar 6 merupakan form rekaptulasi pasien yang telah dirawat dan menginap di klinik, form tersebut mempunyai tabel untuk data masukkan dokter, pasien dan ruang pasien yang telah rawat inap di klinik. Form tersebut juga mempunyai data tentang nama penyakit, obat yang diberikan pasien, jenis obat dan tanggal periksa.

KESIMPULAN

Sistem informasi rawat inap di Klinik Siti Suaibah dapat dipergunakan dengan baik dan lancer. Sistem yang dibangun dapat mempermudah user atau tenaga medis dalam mengkontrol pasien yang dirawat di klinik tersebut secara continue tiap hari.

References

  1. NS Putri, AF Rochim, dan IP Windasari, "Perancangan Sistem Informasi Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Berbasis Web," J. Teknol. dan Sist. Komput., vol. 1, no. 1, hlm. 1–13, 2013, doi:
  2. 14710/JTSISKOM.1.1.2013.1-13.
  3. Y. Septiana, W. Baswardono, and REN Awaludin, “Rancang Bangun Sistem Informasi Administrasi Klinik Berbasis Website Menggunakan Metode Extreme Programming,” J. Algoritm., vol. 19, no. 2, hlm. 578–589, 2022, doi: 10.33364/algoritma/v.19-2.1151.
  4. J. Bae, KJ Rask, dan ER Becker, "Dampak Rekam Medis Elektronik pada Peristiwa Keselamatan yang Didapatkan Rumah Sakit: Efek Diferensial Antara Sistem Satu Sumber dan Banyak Sumber," Am. J.Med. Kual., vol. 33, no. 1, hlm. 72–80, 2018, doi: 10.1177/1062860617702453.
  5. MIM Salleh, R. Abdullah, dan N. Zakaria, "Mengevaluasi dampak adopsi sistem catatan kesehatan elektronik terhadap kinerja penyedia layanan kesehatan Malaysia," BMC Med. Memberitahukan. Keputusan. Mak., vol. 21, no. 1, hlm. 1–22, 2021, doi: 10.1186/s12911-021-014474.
  6. PD Christasani, Y. Wijoyo, TS Hartayu, dkk., "Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia: Sebuah Tinjauan," Syst. Pendeta Pharm., vol. 12, no. 7, hlm. 499–503, 2021.
  7. SS Kennebeck, N. Timm, MK Farrell, dan SA Spooner, "Dampak penerapan catatan kesehatan elektronik pada metrik aliran pasien di bagian gawat darurat pediatrik," J. Am. Kedokteran Asosiasi Informatika, vol. 19, no. 3, hlm. 443–447, 2012, doi: 10.1136/amiajnl2011-000462.
  8. I. Zaman dan I. Chauhan, "Pengaruh Rekam Medis Elektronik pada Peningkatan Perawatan Pasien," Penyelam. Setara. Sembuh. Peduli, vol. 18, no. 1, hlm. 0–0, 2021.
  9. S. Sugiarto, "Analisis Klaim Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Covid-19 kepada BPJS Kesehatan oleh Rumah Sakit," J. Kebijak. Kesehat. Indonesia., vol. 11, no. 2, 2022.
  10. L. Ulfa, AP Wicaksono, S. Farlinda, and M. Yunus, "Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi Rawat Inap di Rsud Besuki Berbasis Website," Jurnal Manajemen Informatika dan Komputerisasi Akuntansi, vol. 11,no.1, hlm. 21–26, 2020, doi: 10.33560/jmiki.v11i1.449.
  11. RAS Sati and M. Ramaditya, "Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan Dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Menggunakan E-Money (Studi Kasus Pada Konsumen Yang Menggunakan Metland Card)," Jurnal Management, vol. 1, no.1, hlm. 1–20, 2019.
  12. S. Gulo dan RJ Simamora, "Perancangan Sistem Informasi Administrasi Rawat Inap dan Rawat Jalan pada Rumah Sakit Umum Siti Hajar," Methomika: Jurnal Manajemen Informatika dan Komputerisasi Akuntansi, vol. 2, no. 1, hlm. 30–42, 2018.