In urban and rural areas, it is common to find incidents of premarital sex among adolescents regardless of ethnicity, religion or educational background. The aim of the study was to determine the influence of the media and peers on premarital sex behaviour. The study used a cross-sectional method which was carried out at Hizbul Wathan Kwarda Sidoarjo. The population was Hizbul Wathan Scouts, totalling 90 people and used sampling technique using purposive sampling. The research instrument used a questionnaire. The results of the study found that almost all 68 Hizbul Wathan were not exposed to media and most (63.3%) had positive peer influence. The results of Fisher's Exact test p-value 0.219 > 0.05 so that Ho is accepted which indicates there is no influence of media on premarital sex behaviour while the p-value = 0.000<0.05 which means influence of peers on premarital sexual behaviour in hizbul wathan.
Penjelasan pengertian dari remaja oleh World Health Organizatition (WHO) merupakan seseorang dalam rentang umur 10 hingga 19 tahun, berdasarkan PerMenKes RI No. 25 tahun 2014 mendeskripsikan remaja merupakan suatu kelompok yang dimulai dari usia 10 sampai 18 tahun. Remaja mempunyai sifat khusus dimana mereka mempunyai rasa sangat ingin mengetahui yang besar, menyenangi sebuah tantangan dan cenderung nekat mengambil risiko atas perbuatan tanpa diawali oleh kematangan pertimbangan [1].
Sekitar 40% remaja laki-laki dan 40% remaja perempuan yang berumur 18 tahun telah melakukan hubungan seks sebelum adanya pernikahan. Hal ini berdasarkan data penelitian dari WHO di beberapa negara berkembang. Sedangkan menurut RISKESDAS pada tahun 2018, menunjukkan 4,5 % remaja laki-laki dan 0,7% remaja perempuan sudah pernah menjalani hubungan seksual sebelum menikah [2].
Saat ini dampak dari perilaku seksual bebas di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan sehingga masalah kehamilan yang tidak diketahui, keguguran dan kejadian Infeksi Menular Seksual semakin meningkat setiap tahun [2]. Perilaku seks yang mempunyai risiko adalah berbagai kegiatan seksual akan menimbulkan kenikmatan sampai melibatkan daerah genetalia, yaitu dengan meraba maupun memegang daerah sensitif, lalu menempelkan alat kelamin sehingga dapat berlanjut ke hubungan seksual intim (sexual intercouse) [3].
Pada remaja perilaku melakukan hubungan seksual pranikah diakibatkan oleh beberapa faktor-faktor diantaranya media informasi seperti buku, vcd dan film porno [4]. Selain itu, sarana menyampaikan pesan baik cetak (majalah, koran dan buku porno) dan media secara elektronik (seperti VCD, televisi dan internet) memberikan dampak langsung maupun dampak yang tidak secara langsung pada usia remaja untuk melaksanakan perbuatan hubungan seksual sebelum pernikahan [3].
Faktor yang dapat memberikan pengaruh perilaku seks remaja lainnya yaitu teman sebaya dimana teman sebaya adalah zona bagi remaja dalam menumbuhkan identitas untuk bergaul dan antara seorang remaja dengan kawan sebayanya untuk terjadinya suatu pergaulan dikarenakan adanya jalinan satu dengan yang lain. Remaja memiliki group sosial yang sama misalnya temannya di sekolah maupun teman yang di tempat kerja. Perilaku positif maupun negatif dapat memberikan pengaruh pada pergaulan teman yang sebaya [5].
Ketika seseorang bersama teman-teman seusianya mempunyai lingkungan untuk menuntut ilmu dan mematuhi aturan-aturan di dalam lingkungan masyarakat maka dampak yang positif yang terjadi pada perilaku pergaulan remaja. Sedangkan, apabila seseorang melakukan perilaku seksual dengan tanpa adanya pernikahan yang tercatat dan resmi berdasarkan hukum dan agama serta kepercayaan masing-masing maka yang terjadi merupakan pengaruh negatif dari pergaulan [6].
Hampir di seluruh provinsi di Indonesia ditemui angka pernikahan secara dini sebelum remaja tersebut berusia 16 tahun. Padahal pernikahan dini akan mempunyai dampak dan sangat mempunyai resiko pada anak yang dibawah umur. Selain itu, remaja putir yang melahirkan anak pertamanya ditemukan sekitar 10% terjadi pada usia 15-19 tahun [7].
Berdasarkan data yang diperoleh oleh BKKBN selama kurun waktu 2010, angka remaja perempuan yang belum menikah tetapi sudah kehilangan kegadisannya mencapai 54% di Surabaya, 47 % di Bandung dan di Yogyakarta sekitar 37%. Hal ini dikarenakan adanya revolusi seksual yang sering disebut tren dan salah satu tanda yang paling berpengaruh dari area sosiokultural barat sehingga sebagian dari para remaja berpendapat hal tersebut sebagai hal yang sepantasnya dan tidak merupakan sesuatu hal yang pantang untuk dilakukan [8].
Berbagai perubahan-perubahan perilaku seksual dari remaja tersebut diharapkan pendidikan seks ketika SMP dan SMA lebih baik diberikan supaya remaja tersadar bagaimana menjaga organ reproduksinya sehat dan mempunyai pengetahuan seks yang benar [1]. Selain itu, pendidikan kesehatan yang merupakan upaya untuk membagikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja dan sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, hizbul wathan, yang aktif di bagian kepanduan dan mempunyai peran memberikan binaan pada remaja sehingga penelitian ini mempunyai tujuan menganalisis adanya pengaruh media dan teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah remaja hizbul wathan di kwarda Sidoarjo [9].
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan mempergunakan metode analitik dan rancangan desain cross sectional. Penelitian ini melakukan analisis pengaruh media dan teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah remaja hizbul wathan kwarda Sidoarjo sehingga dilaksanakan di hizbul wathan kwarda Sidoarjo dengan waktu penelitian mulai bulan Agustus 2022 (Notoadmodjo, 2010). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang menyertakan beberapa pertanyaan tentang variabel-variabel yang diteliti terkait dengan media, teman sebaya dan perilaku seks pranikah.
Populasi penelitian yaitu pandu hizbul wathan di kwarda Sidoarjo sebanyak 90 pandu yang memenuhi kriteria dalam penelitian dan ditetapkan seluruh pandu diambil sebagai sampel sehingga teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling (Notoadmodjo, 2010).
Figure 1.Distribusi Karakteristik Usia Remaja
Berdasarkan tabel 1 distribusi karakteristik responden tentang usia, dari sejumlah 90 responden usia yang paling banyak berada di usia 17 tahun yang berjumlah 47 orang (52,3%) sedangkan yang paling sedikit berjumlah 4 orang (4,4%).
Figure 2.Karakteristik Jenis Kelamin Remaja
Tabel 2 menggambarkan bahwa distribusi menurut jenis kelamin dari 90 remaja paling banyak berjenis laki-laki sejumlah 68 (75,6%) sedangkan paling sedikit perempuan dengan jumlah 22 (24,4%).
Figure 3.Karakteristik Status Berpacaran Remaja
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar remaja tidak berpacaran yang berjumlah 56 (62,2%) dan lainnya berpacaran dengan jumlah 34 (37,8%).
Figure 4.Distribusi Berdasarkan Variabel Media
Pada tabel 4 diperoleh hasil paparan media pada remaja dari 90 remaja didapatkan tidak terpapar media berjumlah 68 (75,6%) dan terpapar berjumlah 22 remaja (24,4%).
Figure 5.Distribusi Berdasarkan Variabel Teman Sebaya
Tabel 5 membuktikan bahwa sebagian besar remaja (63,3%) memiliki pengaruh teman sebaya yang positif sedangkan sebagian kecil (36,7%) mempunyai pengaruh teman sebaya yang negatif.
Figure 6.Distribusi Variabel Perilaku Seks Pranikah
Tabel 6 menunjukkan perilaku seks pranikah remaja sebagian besar tidak menyimpang sejumlah 62 (68,9%) dan perilaku seks pranikah yang menyimpang berjumlah 28 (31,1%).
Analisis Bivariat
Figure 7.Tabulasi Silang Media dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Hizbul Wathan
Berdasarkan dari tabel 7. Tabulasi silang antara paparan media dengan perilaku seks pranikah dapat diketahui bahwa remaja yang tidak terpapar dan tidak mempunyai perilaku seks pranikah yang tidak menyimpang hampir seluruhnya 53 remaja (80%) sedangkan yang terpapar dan berperilaku seks pranikah menyimpang sebagian besar remaja yaitu 15 remaja (59%).
Hasil dari analisis uji Fisher’s Exact test dan nilai signifikan p-value 0,219 > 0,05 sehingga Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh media dengan perilaku seks pranikah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia Ratnasari pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan media sosial dengan perilaku seks bebas pada remaja. Hal ini dapat dikarenakan perilaku seksual remaja banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat disebabkan oleh faktor lain yang lebih dominan untuk mempengaruhi sehingga tidak hanya faktor media sosial, pengaruh peran orangtua mengenai pendidikan seks remaja atau anaknya ataupun pengaruh agama terhadap perilaku seksual remaja dimana di dalam agama terdapat norma-norma yang berlaku dan melarang seseorang untuk berbuat hubungan seks pranikah [10].
Figure 8.Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Hizbul Wathan
Menurut tabel 8. Menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya yang positif dengan perilaku seks pranikah yang tidak menyimpang hampir seluruhnya (82,4%) terjadi pada remaja hizbul wathan sedangkan pengaruh teman sebaya yang negatif dengan perilaku seks pranikah yang menyimpang juga sebagian besar (54,5%) dialami oleh remaja hizbul wathan. Tetapi hasil dari analisis uji Chi Square didapatkan bahwa nilai p-value = 0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah pada remaja hizbul wathan.
Hasil penelitian ini dapat dilihat dengan penelitian Siti Latifa pada tahun 2020 yang menyatakan bahwa variabel teman sebaya mempunyai hubungan terhadap variabel perilaku seks pranikah. Interaksi dengan teman sebaya yang dilakukan remaja yang semakin sering akan menimbulkan perilaku seksual. Hal ini disebabkan remaja memperoleh pengalaman baru yang banyak dan tidak diperoleh dari orang tua maupun keluarga sehingga dapat memicu para remaja tersebut untuk senantiasa bersama teman-teman sebayanya [11]. Selain itu, rasa nyaman dapat diperoleh dari teman-teman sebayanya yang membuat pada remaja selalu mempunyai ketergantungan pada teman-teman sebayanya sehingga dapat pula membuat remaja mempunyai kebiasaaan yang positif maupun negatif yang dapay melanggar norma-norma sosial diantaranya perilaku seks pranikah [12].
Dalam menentukan perbuatan atau keputusan dari tindakannya yang akan remaja lakukan, biasanya pada umur remaja telah tercapai tahapan kognitif yang sesuai, walaupun remaja apabila dalam menentukan sesuatu tindakan sering kali mendapatkan pengaruh tekanan maupun dorongan dari teman sebayanya. Hal ini dapat pula memberikan pengaruh keputusan dan pertimbangan dalam perilaku seks pranikah [13].
Pengaruh dari teman sebaya pada remaja akan sangat kuat sehingga penyimpangan perilaku seks pranikah akan muncul yang dapat dikaitkan dengan norma-norma di kelompok sebaya itu sendiri. Salah satu dari akibat yang negatif dari teman sebaya yaitu gaya pergaulan remaja yang bebas. Dalam pertemanan hal semacam ini menjadi sebuah tumpuan atau sebuah standar kebiasaan dalam bertingkah laku [10].
Para remaja akan sangat menjadi terbuka pada kelompok teman yang sebaya. Biasanya mereka melakukan sebuah diskusi tentang kebiasaan, pakaian, kehidupan bahkan sampai mereka berdiskusi berjam-jam. Hubungan ikatan yang sangat kuat dapat dikarenakan pengaruh dari teman sehingga perilaku mereka banyak dikarenakan pengaruh oleh teman yang ada di dalam kelompoknya. Yang dimaksud dengan teman atau sahabat yang sebaya yaitu dimana usia sama dan mereka menjalin keakraban sesama teman.
Penelitian yang sudah dilakukan Siti Latifa, Usman dan Arfianty pada tahun 2020 sejalan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Parepare. Dan sesuai dengan penelitian Erna tahun 2016 yang menyimpulkan 51,8% responden mempunyai perilaku seksual berat dan 6,45% sudah melakukan hubungan seksual. Diketahui terdapat hubungan seks, lingkungan tempat tinggal, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi , pendidikan orang tua dan teman sebaya.
Dengan ikut serta kegiatan-kegiatan sosial seperti karang taruna, pramuka maupun hizbul wathan dan di sekolah maupun diluar sekolah para remaja turut serta kegiatan penyuluhan dan seminar-seminar tentang informasi kesehatan reproduksi remaja. Para remaja juga dapat mengakses info dari berbagai media cetak maupun elektronik. Program promosi tentang kesehatan di sekolah untuk remaja juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja dan untuk menyebar luaskan informasi kesehatan reproduksi [14].
Pada uji Fisher’s Exact test dan nilai signifikan p-value menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh media dengan perilaku seks pranikah pada remaja hizbul wathan kwarda Sidoarjo. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja selain dari media. Sedangkan, berdasarkan uji hasil dari analisis uji Chi Square didapatkan ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah pada remaja hizbul wathan kwarda Sidoarjo sebab semakin sering seorang remaja melakukan interaksi dengan teman sebayanya maka akan semakin tinggi pula perilaku seks pranikah, sebaliknya semakin rendah melakukan interaksi maka akan semakin rendah juga perilaku seks pranikah.