Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Philosophy. Psychology. Religion
DOI: 10.21070/acopen.7.2022.5505

The Relationship Between Self-Efficacy and Career Decision Making in Students at Senior High School


Hubungan Antara Self Efficacy dengan Pengambilan Keputusan Karir pada Siswa di Sekolah Menengah Atas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Self Efficacy Career Decision Making vocational school relationship students

Abstract

This study aims to determine the relationship between self-efficacy and career decision making in students at SMK Pharmacy Cendekia Medika Nusantara Pandaan. The hypothesis proposed by the researcher is that there is a positive relationship between self-efficacy and career decision making in students at SMK Pharmacy Cendekia Medika Nusantara Pandaan. The quantitative method was chosen by the researcher to achieve the objectives of this study. Respondents in this study used a saturated sample by using the entire population to be used as a research sample. This study uses a self-efficacy scale and a career decision-making scale with reliability 0,819 and 0,767. The results of the product moment showed that the rxy correlation coefficient was 0.354 with a significance of 0.001 (P <0.05), meaning that there was a significant positive relationship between self-efficacy and career decision making in students at the Mdika Nusantara Pandaan Pharmacy Scholar Vocational School. The effective contribution of self efficacy 12,5% towards career decision making. This means that there are 87,5% of other factors that influence outside the self-efficacy.

Highlights:

  • Positive relationship: The study establishes a positive correlation between self-efficacy and career decision making in students, suggesting that higher self-efficacy levels are associated with better career decision-making abilities.
  • Quantitative method: The researcher employs a quantitative approach to gather and analyze data, providing numerical evidence for the relationship between self-efficacy and career decision making.
  • Saturated sample: The study utilizes a saturated sample, involving the entire population of students at SMK Pharmacy Cendekia Medika Nusantara Pandaan, ensuring comprehensive representation for the research findings.

Keywords: self-efficacy, career decision making, vocational school, relationship, students

Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu media yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan memegang peranan krusial pada kelangsungan hayati suatu negara. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang dapat dijadikan sebagai media untuk menghubungkan siswa dalam perjalanannya menuju dunia profesional. Salah satu sekolah yang dapat menunjang kesiapan siswa untuk bisa belajar langsung ke dunia luar adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pada pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 mengatur sistem pendidikan rakyat sebagai berikut: Berdasarkan hal tersebut, mereka yang bergelar sarjana kejuruan dituntut untuk memiliki keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan keahlian khusus mereka, dan tergantung pada kemampuannya, mereka dapat bergabung dengan perusahaan lain atau memulai bisnis. Prayitno dan Amti [1] menjelaskan bahwa siswa SMK sedang mendekati tahap pencarian kerja atau pilihan karir, namun kondisi pengalaman menunjukkan bahwa siswa SMK masih membuat keputusan karir masa depan. Sehubungan dengan usia perkembangan, minat karir dimulai pada masa remaja antara usia 15 dan 18 [2] dan subjektivitas untuk pilihan karir yang realistis tersirat perubahan dalam pemikiran mental terjadi sekitar usia 17-18 tahun. Periode 17 hingga 18 hingga awal 20-an disebut sebagai tahap realistis pilihan karir.

Pada umumnya siswa SMK masih dalam usia remaja. World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 mendefinisikan masa remaja sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan manusia setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa antara usia 10 dan 19 tahun. Sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, perubahan yang dialami berupa perubahan psikologis, biologis, dan sosial. Perubahan psikologis seperti perubahan emosi atau kestabilan emosi, perubahan persepsi atau pola berpikir, dll. [3] Seringkali, siswa sekolah menengah atau sekolah menengah kejuruan dihadapkan pada pilihan jurusan di universitas yang mempengaruhi jalur karir yang mengikuti. Ada remaja yang bisa mengambil keputusan berdasarkan pemikirannya sendiri, ada yang mengambil keputusan karena permintaan orang tuanya, dan ada juga yang terburu-buru mengambil keputusan karena pengaruh teman, teman sebayanya.

Wahyuni, Nurdin dan Nurbaity [4] menyatakan bahwa permasalahan yang sering muncul pada remaja dalam mengambil keputusan karir adalah banyak remaja yang masih bingung, seperti bingung mau kuliah di jurusan apa, di universitas mana, remaja masih bingung dalam menentukan bidang pekerjaan yang akan ditekuni, memilih setelah lulus SMK. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang pilihan karir, kurangnya kesadaran akan potensi yang ada dalam diri mereka, dan kurangnya perencanaan karir yang tepat, yang membuat remaja kurang akurat dalam mengambil keputusan karir.

Dalam dunia pendidikan, istilah karir adalah sesuatu yang tidak bisa dilupakan, arti harfiah dari kata karir adalah kemajuan dalam hidup. Menurut Abdullah [5], karir adalah kemajuan dari serangkaian perjalanan yang berkembang sesuai dengan pengalaman seseorang dari waktu ke waktu. Menurut Istifarani [6] pengambilan keputusan karir adalah proses pengambilan keputusan yang membuat individu menyadari faktor-faktor yang melekat pada setiap pilihan mengenai pengetahuan diri, komitmen dan informasi untuk mencapai tujuan karir.

Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses dimana individu mengenali kebutuhan dalam diri mereka sendiri untuk membuat keputusan karir dan mampu bertindak atas keputusan tersebut, sehingga mereka dapat membuat keputusan profesional. Keputusan yang tepat dengan proses yang tepat dan lebih baik disesuaikan dengan keputusan individu. situasi [7] Sementara itu, Lee mendefinisikan pengambilan keputusan karir sebagai suatu proses yang mencakup pemilihan pendidikan dan pekerjaan yang tercakup dalam kesempatan yang dapat diperoleh seseorang, pengejaran, minat, tipe kepribadian, rasa hambatan, dan pekerjaan. pelatihan. identitas yang dimilikinya [8].

Pengambilan keputusan seorang individu didasarkan Faktor eksternal yang mendasari pengambilan keputusan karir pada individu adalah pendidikan sekolah, afiliasi teman sebaya, keluarga dan masyarakat. Sedangkan faktor internal meliputi nilai kehidupan, sifat, pengetahuan, kondisi fisik dan keyakinan pribadi [9].

Menurut Tiedeman, pengambilan keputusan karir merupakan suatu rangkaian keputusan yang telah dibuat oleh individu pada setiap tahap kehidupan masa lalu. Hal yang sama juga dinyatakan Dermawan (Aditya & Riza, 2017) bahwa pengambilan keputusan karir yang baik dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai dampak yang dialami dari pilihan karir yang telah dibuat sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai pengambilan keputusan karir[10] . Hermiyanty & Bertin, juga mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan proses berfikir individu dalam menghubungkan pengetahuan mengenai dirinya dengan pengetahuannya terhadap suatu pekerjaan yang digunakan untuk membuat pengambilan keputusan karir [11].

Sehingga dampak apabila keputusan karir yang dialami oleh siswa-siswi tersebut rendah, maka siswa-siswi ini tidak dapat melakukan pengambilan keputusan dengan baik, sehingga siswa-siswi ini mengalami kebingungan ketika dihadapkan dengan pilihan demi pilihan untuk karir yang akan dihadapi kedepannya. Sehingga siswa harus memiliki kesadaran akan pentingnya karir untuk masa depannya. Pada kasus ini peneliti menemukan fenomena di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara yang berada di Pandaan. SMK Farmasi ini merupakan Sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan dibidang kesehatan, dimana di Pandaan sendiri sangat jarang ditemui sekolah dengan jurusan bidang kesehatan. Hal ini didasarkan pada hasil survey terhadap alumni siswa yang bersekolah di SMK Farmasi tersebut, dimana pada setiap hasil yang didapatkan terdapat hal yang positif antara kesiapan pengambilan keputusan karir saat menjalani sekolah. Dari data yang didapatkan dari hasil survey kepada setiap alumnus, masih banyak alumnus yang bekerja dan menjalani kuliah diluar jurusan yang diambil di sekolah sebelumnya, hal ini bahwa banyak dari alumnus yang menjalani masa depannya tidak sesuai dengan jurusan sekolah yang sebelumnya, bahkan sekitar kurang lebih dari 70% alumnus menjalani masa depannya dengan bekerja serabutan, menjalani kuliah diluar jurusan sekolah yang sebelumnya, serta berumah tangga, dan sisanya masih mampu menjalani pekerjaan dan menempuh pendidikan sesuai dengan jurusan yang diambil pada saat sekolah sebelumnya. Maka dari itu alasan peneliti melakukan penilitian ini di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan sendiri yaitu salah satunya karena SMK Farmasi tersebut merupakan sekolah yang sangat jarang dengan jurusan kesehatan di Pandaan, sehingga siswa-siswinya sangat mudah mengalami kesulitan untuk mencari pekerjaan. Alasan lainnya yaitu karena siswa yang ada di SMK Farmasi tersebut masih banyak yang mengalami kebingungan saat menentukan karir dan membutuhkan dorongan dari pihak sekolah untuk bisa mengembangkan kemapuan pengambilan keputusan karir yang akan dicapai setelah lulus sekolah nanti. Selain itu alasan lain peneliti melakukan penelitian kepada siswa-siswi di SMK tersebut karena ingin mengetahui seberapa tinggi pengaruh self efficacy terhadap pengambilan keputusan untuk karir kedepannya.

Peneliti melakukan survey awal dengan menyebar skala self efficacy dan skala pengambilan keputusan karir yang terdiri dari beberapa pernyataan yang disesuaikan berdasarkan aspek-aspek teori self efficacy dan pengambilan keputusan karir. Aspek teori self efficacy sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bandura (Kumiasari dkk, 2018) berisikan ada tiga aspek, yaitu : level, generality dan strength. Sedangkan untuk aspek yang digunakan pada pengambilan keputusan karir terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan mengenai karir, pemahaman diri, kecocokan pilihan karir dengan diri, minat, proses membuat keputusan, dan masalah interpersonal [12]. Berdasarkan dari hasil kuisioner yang telah disebar ke beberapa siswa di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan, dari 21 siswa yang telah mengisi kuisioner tersebut dan didapati hasil rekapitulasi yang menunjukkan bahwa : (1) terdapat siswa yang masih kebingungan dalam mengambil keputusan sebanyak 65%, kemudian (2) Kurangnya mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan sebanyak 35%, dan (3) siap bekerja setelah lulus sekolah sebanyak 50%. Hasil kuisioner tersebut menggunakan skala yang berisikan tentang pernyataan self efficacy dan pernyataan pengambilan keputusan karir. Dimana siswanya diarahkan untuk mengisi kuisioner tersebut sesuai dengan yang dialami dirinya.

Penelitian ini juga didukung oleh wawancara kepada salah satu subyek dengan didapati hasil yang merupakan gambaran dari salah satu siswa yang mengatakan bahwa ia masih bingung dengan keputusan yang akan ia ambil setelah lulus dari sekolah, hal ini terlihat dari kurangnya percaya diri dengan keputusan yang akan ia ambil kedepannya. Perasaan tidak yakin ini dapat dikaitkan dengan self efficacy yang rendah, self efficacy menurut Bandura menjelaskan bahwa self efficacy merupakan persepsi diri sendiri seberpa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi terstentu. Ketika seseorang memiliki self efficacy yang tinggi pada dasarnya akan membantu diri mereka dalam menghadapi permasalahan karir dan dapat membantu menentukan keberhasilan pengambilan keputusan karir di masa depan [13].

Menurut Shertzer & Stone , pengambilan keputusan karir selalu dikaitkan dengan dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor intrinsik dipengaruhi oleh nilai hidup, kecerdasan, bakat, minat, karakteristik, kepribadian, pengetahuan, kekuatan fisik dan self efficacy. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir antara lain pendidikan sekolah, afiliasi teman sebaya, masyarakat, kondisi lingkungan, dan faktor sosial akademik[13].

Menurut Utami & Hudaniah mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan karir adalah self efficay. Self-efficacy memegang peranan yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan dapat memanfaatkan potensi dirinya dengan baik jika self efficacy mendukung pada dirinya. Menurut Bandura[14] mengatakan bahwa orang sukses memiliki kemampuan untuk mempengaruhi berbagai peristiwa yang akan mempengaruhi kehidupan mereka, yang akan mempengaruhi kognitif, afektif, daya proses motivasi serta pengambilan keputusan.

Menurut Santorck self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan seseorang untuk mengendalikan suatu situasi dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Orang dengan self efficacy tinggi cenderung melakukan sesuatu dengan banyak usaha dan tantangan, sebaliknya orang dengan self efficacy rendah cenderung menghindari tugas dan mudah menyerah ketika ada masalah [14]

Dari penjelasan tentang pengambilan keputusan karir pada siswa dipengaruhi oleh self efficacy, peneliti tertarik untuk menyelidiki lebih lanjut hubungan antara self efficacy dan pengambilan keputusan karir untuk siswa tersebut.

Penelitian ini juga dipresentasikan oleh Angela Gita Frederica dari Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul penelitian “Hubungan Self efficacy dengan Pengambilan Keputusan Karir Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara Self efficacy dengan pengambilan keputusan karir siswa Sekolah Menengah kejuruan (SMK).

Hal ini juga dipaparkan oleh Laelatul Ngafifah dari Jurusan Bimbingan Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul penelitian “Hubungan antara efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas 12 SMA Negeri I Majengang” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara self efficacy dengan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas 12 SMA Negeri I Majengang. Self efficacy dan pengambilan keputusan karir, dimana hasil penelitian menggambarkan tingkat self efficacy siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Majenang tergolong tinggi. Sedangkan gambaran tingkat pengambilan keputusan karir mahasiswa rata-rata. Tingkat self efficacy yang tinggi dan tingkat pengambilan keputusan karir yang moderat mengarah pada tingkat korelasi yang moderat.

Melihat fenomena tersebut, peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian di SMK Farmasi Pandaan untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi siswa guna mengatasi rendahnya pengambilan keputusan karir di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan.

Berdasarkan penelitian ini, belum ada penelitian yang menemukan “Hubungan self efficacy dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan”. Peneliti berpendapat bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Oleh karena itu, keaslian penelitian ini dapat dibuktikan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Penelitia kuantitatif keorelasional merupakan sebuah penelitian yang pengumpulan datanya berbentuk angka dan dianalisis dengan statistik yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah hubungan antara dua variabel atau lebih [15]. Penelitian ini melibatkan peserta didik di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan dengan populasi berjumlah 93 siswa. Dalam pengambilan sampel, peneliti merujuk pada non probabiliyu sampel dengan menggunakan seluruh populasi sebagai sapel penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi dengan model penskalaan skala Likert. Skala Self efficacydengan menggunakan skala yang diadaptasi dari Angela Gita Frederica dengan nilai validitas sebesar 0,90 dan reliabilitas sebesar 0.819. Sedangkan skala pengambilan keputusa karir menggunakan skala yang diadaptasi dari Angela Gita Frederica dengan nilai validitas sebesar 0.92 dan reliabilitas sebesar 0.767. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik analisis regresi berganda dengan melalui program SPSS 22 for windows.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil dari tabel tersebut diketahui hasil uji normalitas variabel self efficacy adalah 0,443 > 0,05 dan variabel pengambilan keputusan karir adalah 0,308 > 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data tersebut dalam penelitian ini masing-masing variabel data berdistribusi normal.

Berdasarkan dari hasil tersebut dapat diketahui nilai-nilai signifikansi dari Linearity menunjukkan nilai 0.001 < 0,05 dengan nilai signifikan defiation from linearity ditunjukkan dengan nilai 0,853 > 0,05, maka dapat diketahui bahwa variabel self efficacy dan variabel pengambilan keputusan karir mempunyai hubungan yang linier.

Berdasarkan dari hasil uji hipotesis penelitian, hasil analisa data menunjukkan bahwa hubungan antara self efficacy dengan pengambilan keputusan karir pada siswa di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan yang menunjukkan hasil ada hubungan positif dan signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,354 yang menunjukkan kategori yang kuat, dengan signifikasi 0,001 < 0,05 atau (lebih kecil dari 0,05), sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan positif antara self efficacy dengan pengambilan keputusan karir.

Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara self efficacy dengan pengmbilan keputusan karir, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat self efficacy maka semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir pada siswa. Begitupun sebaliknya apabila tingkat self efficacy rendah maka semakin rendah pula tingkat pengambilan keputusan karir pada siswadi SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan.

Berdasarkan hasil analisisa data juga memperoleh hasil kategorisasi siswa yang memiliki tingkat self efficacy tinggi adalah 27 orang, atau sebanyak 29%, dan yang sangat tinggi yaitu 5 orang, atau sebanyak 5,3%. Siswa yang dengan kategori sedang yaitu sebanyak 30 orang atau 32%, dan sisanya masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah. Dari penjelasan hasil analisa tersebut dapat diketahui bahwa sebagian siswa memiliki self efficacy yang baik dengan mayoritas siswa yang termasuk dalam kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Sedangkan untuk tingkatan pada pengambilan keputusan karir, siswa yang mempunyai tingkat pengambilan keputusan karir yang tinggi sebanyak 30 orang atau sebanyak 32,2%. Untuk kategori sedang yaitu 26 orang atau sebanyak 28%, dan untuk kategori rendah sebesar 27 orang, atau sebesar 29%, sedangkan untuk kategori sangat rendah didapati sebanyak 5 orang atau sebesar 5,3% dan kategori sangat tinggi didapatkan sebanyak 5orang atau sebesar 5,3%. Berdasarkan penjelasan hasil analisa data tersebut dapat diketahui bahwasannya mayoritas siswa tergolong dalam kategori sedang dan tinggi.

Dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar siswa memiliki self efficacy yang tinggi, sangat tinggi dan sedang. Sedangkan kategori pada pengambilan keputusan karir yang dimiliki oleh siswa-siswi SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan sebagian besar tergolong tinggi, dan sedang. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisa tersebut bahwa self efficacy memiliki peranan yang signifikan terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa. Hal ini selaras dengan yang di kemukakan oleh Ormrod, self efficacy yang ada pada diri seorang siswa dipergunakan sebagai penilaian diri terhadap kemampuannya untuk melakukan perilaku tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Selanjutnya, seseorang dengan self efficacy yang tinggi akan berusaha keras dalam mencapai tujuannya [16]. Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat Pajares jika seseorang tidak percaya pada dirinya sendiri untuk mencapai hasil yang diinginkan, maka ia tidak mempunyai dorongan yang kecil untuk aktivitas yang dijalankannya [16].

Selain itu, pada hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa self efficacy dapat dinyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir. Dimana pada penelitian ini memiliki sumbangan efektif nilai R sebesar 12,5% dari variabel self efficacy. Hal ini selaras dengan pendapat Luthans (Fauziah, 2018) tentang pengaruh self efficacy terhadap pengambilan keputusan karir, termasuk pilihan tindakan dalam menentukan pilihan karir. Self efficacy mempengaruhi pilihan tindakan dalam membuat keputusan. Pengambilan keputusan didasarkan pada seberapa besar individu merasakan self efficacy tentang pilihannya, sehingga pengambilan keputusan didasarkan pada keyainan individu terhadap kemampuannya.

Pernyataan ini dipertegas oleh [16] yang menyatakan bahwa self efficacy memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan karir. Konsep self efficacy sendiri dalam kedudukan pengambilan keputusan karir lebih mengacu pada keyakinan individu dalam kemampuannya untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan gaya pengambilan keputusannya.

Maka dapat diketahui dari hasil penelitian ini bahwa adanya faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir pada siswa-siswi di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan dengan adanya nilai sumbangan variabel X (self efficacy) hanya 12,5% yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir, sedangkan siswa yang terpengaruh oleh faktor lain untuk mencapai pengambilan keputusan karir yaitu sebesar 87,5%. Dengan salah satu faktor lain yang mempengarui seperti faktor genetik, dukungan lingkungan, kesadaran minat, faktor belajar sosial dan lainnya.

Penelitian ini juga didukung oleh peneliti terdahulu yang melakukan penelitian oleh (Frederica, 2020) yang mendapat hasil penelitian bahwa self efficacy lebih mempengaruhi terhadap kematangan pengambilan keputusan karir dari pada dukungan sosial keluarga, penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang positifdan signifikan antara self efficacy dengan pengambilan keputusan karir. Hasil tersebut menyatakan, self efficacy tinggi yang dimiliki siswa-siswi pada dasarnya akan membantu diri mereka dalam menghadapi permasalahan karir dan dapat membantu menentukan keberhasilan pengambilan keputusan karir dimasa depan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai self efficacy yang tinggi, maka siswa tersebut tentu memiliki kemampuan pengambilan keputusan karir yang baik. Sehingga self efficacy siswa memiliki kecenderungan bernilai positif dan sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi diri siswa tersebut, serta sesuai dengan kriteria pada sekolah tersebut. Sebaliknya apabila siswa yang mempunyai self efficacy rendah, maka siswa tersebut kurang mampu dalam mengambil keputusan karir dengan dengan baik [16]

Limitasi pada penelitian ini adalah dengan populasi sebanyak 93 siswa, dikarenakan pada penelitian ini menggunakan sampel jenuh maka sampel yang digunakan sesuai dengan populasi yang ada pada sekolah tersebut, sehingga perlu adanya pengembangan penelitian dengan populasi subyeknya yang lebih besar. Secara lebih luas dalam mengembangkan penelitian ini juga perlu adanya penelitian lain terkait pengambilan keputusan karir secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir pada siswa SMK dapat ditelaah secara lebih mendalam.

Simpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa siswi SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara self efficacy terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan. Berdasarkan dari hasil uji hipotesis penelitian, hasil analisa data menunjukkan bahwa hubungan antara self efficacy dengan pengambilan keputusan karir pada siswa di SMK Farmasi Cendekia Medika Nusantara Pandaan yang menunjukkan hasil ada hubungan positif dan signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,354 yang menunjukkan kategori yang kuat, dengan signifikasi 0,001 < 0,05 atau (lebih kecil dari 0,05), sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif antara self efficacy dengan pengambilan keputusan karir.

Selain itu, self efficacy mempunyai sumbangan yang sedang sebesar 12,5% terhadap pengambilan keputusan karir, dan 87,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor pengambilan keputusan karir lainnya.

References

  1. Rika Yasufi Majrika, “HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES AKADEMIK PADA REMAJA SMA DI SMA YOGYAKARTA,” pp. 1–26, 2018.
  2. N. Nufus, P. S. Psikologi, F. Psikologi, U. I. N. Ar-raniry, and B. Aceh, “Keputusan Karir Pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Islam Negeri Ar-Raniry,” 2019.
  3. R. I. Kurniasari, A. Dariyo, and R. M. Idulfilastri, “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Pengambilan Keputusan Karier pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi,” J. An-Nafs Kaji. Penelit. Psikol., vol. 3, no. 1, pp. 1–19, 2018, doi: 10.33367/psi.v3i1.497.
  4. R. Y. Fauziah, “HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER PADA SISWA SMA,” pp. 6–7, 2018.
  5. A. Darmasaputro and W. Gunawan, “Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier dan Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa SMA,” J. Psikol., vol. 14, no. 1, p. 1, 2018, doi: 10.24014/jp.v14i1.5004.
  6. F. Batoran, “Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Pengambilan Keputusan Berkuliah Di Luar Pulau Pada Siswa Sma Di Toraja,” Repos. UKSW, pp. 1–33, 2018.
  7. D. Ruth Imelda Kurniasari, “HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS DI JAKARTA BARAT),” vol. 1, no. 2, pp. 274–282, 2020.
  8. J. A. Septiana Kartika Ningrum, “RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY WITH CAREER DECISION MAKING IN FINAL SEMESTER STUDENTS DIPONEGORO UNIVERSITY’S FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS,” vol. 000, p. https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava, 2018.
  9. Yunia Eka Rachmawati, “Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kematangan Karir Pada Mahasiswa,” J. Ilm. Mhs. Univ. Surabaya, vol. 1, no. 1, pp. 1–25, 2012.
  10. R. P. Dewi, “Hubungan Efikasi Diri Dengan Pengambilan Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta,” Insight J. Ilm. Psikol., vol. 19, no. 2, p. 87, 2017, doi: 10.26486/psikologi.v19i2.601.
  11. A. M. Agus Apriansyah, Hadiwinarto, “HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA MAN 2 KOTA BENGKULU,” vol. 1, no. 20, pp. 1–10.
  12. S. P. Remaja and F. J. Peilouw, “Hubungan antara pengambilan keputusan dengan kematangan emosi dan,” J. Psikol. Pendidik. dan Bimbing., pp. 1–6, 1995.
  13. R. Febriyansi, Z. Zuhdiyah, and K. C. Setiawan, “Hubungan antara Self Efficacy dengan Career Development pada Mahasiswa yang Mengikuti Organisasi SEMA UIN Raden Fatah Palembang Periode 2018,” J. Intelekt. Keislaman, Sos. dan Sains, vol. 9, no. 1, pp. 63–72, 2020, doi: 10.19109/intelektualita.v9i1.5575.
  14. olimpia dos Santos, “tingkat kemandirian pengambilan keputusan studi lanjut siswa sekolah menengah atas,” pp. 1–26, 2018.
  15. R. Septiani, “Hubungan Antara Self--Efficacy Dengan Problem Solving Dalam Mengerjakan Tugas Akhir Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area,” Psikol. Univ. Medan Area, pp. 76–78, 2018.
  16. R. Baxter, N. Hastings, A. Law, and E. J. . Glass, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan,” Anim. Genet., vol. 39, no. 5, pp. 561–563, 2008.