Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Philosophy. Psychology. Religion
DOI: 10.21070/acopen.7.2022.5459

The Relationship Between Academic Self-Efficacy and Mathematics Anxiety in Upper Elementary School Students


Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik dengan Kecemasan Matematika pada Siswa Sekolah Dasar Tingkat Atas

Acopen umsida
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Academic Self-efficacy Mathematics Anxiety upper grade students elementary school Sidoarjo

Abstract

This study investigates the relationship between academic self-efficacy and mathematics anxiety in upper grade students of elementary schools in Sidoarjo. A total of 185 students from two schools participated in this study. The academic self-efficacy and mathematics anxiety scales were employed for data collection. Using saturated sampling analysis, a significant negative correlation coefficient of -0.248 (p < 0.001) was found, indicating a negative association between academic self-efficacy and mathematics learning outcomes. The students exhibited a moderate level of academic self-efficacy (43%) and mathematics anxiety (39%). The implications of these findings contribute to our understanding of the interplay between academic self-efficacy and mathematics anxiety among upper grade students, thereby offering valuable insights for educators, policymakers, and researchers to enhance mathematics education strategies and support mechanisms.

Highlights:

  • The study explores the relationship between academic self-efficacy and mathematics anxiety in upper grade elementary students.
  • A negative correlation (-0.248) between academic self-efficacy and mathematics learning outcomes is observed.
  • The findings suggest the importance of addressing mathematics anxiety and fostering academic self-efficacy to improve mathematics education for upper grade students.

Keywords: Academic self-efficacy, mathematics anxiety, upper grade students, elementary school, Sidoarjo.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita terutama pada zaman sekarang yang segalanya serba modern. Pentingnya pendidikan adalah karena dengan pendidikan seseorang bisa belajar semua ilmu pengetahuan yang ada, mulai dari ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan sejak lahir, pada saat sekolah, sampai sekarang ini. Dengan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan, seorang manusia dapat membedakan hal yang baik maupun buruk, sehingga setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan akan selalu berkembang setiap tahunnya. Kemajuan suatu negara dilihat dari kemajuan pendidikan masyarakatnya, oleh karena itu, proses atau kegiatan pembelajaran sangatlah diperlukan, mulai dari masa kanak kanak hingga dewasa [1].

Beragam jenis ilmu memiliki peranan tersendiri dalam kehidupan, namun pelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal memegang peranan yang sangat penting. Realisasi pendidikan matematika diajarkan pada peserta didik, tercemin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Mengingat pentingnya peranan matematika maka pembelajaran matematika yang ada di setiap sekolah perlu mendapatkan perhatian serius.

Kecemasan memiliki hubungan yang negatif dengan prestasi matematika siswa. Pengaruh negatif tersebut pada dasarnya timbul karena sifat matematika itu sendiri. Matematika oleh kebanyakan siwa dianggap sebagai materi yang bersifat abstrak, rumit, membutuhkan pemahamn khusus, serta membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikannya [4] .

Menurut hasil Third in International Mathematics Science and Study (TIMSS) 2011, peringkat anak-anak Indonesia bertengger di posisi 38 dari 42 negara untuk prestasi matematika, dan menduduki posisi 40 dari 42 negara untuk prestasi sains. Rata-rata skor prestasi matematika dan sains berturut-turut adalah 386 dan 406, masih berada signifikan di bawah skor rata-rata internasional. Indonesia perlu adanya upaya perbaikan dalam pembelajaran matematika sehingga prestasi belajar matematika di Indonesia dapat ditingkatkan. Berdasarkan survei tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan matematika di Indonesia sangatlah rendah. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi dalam prestasi matematika siswa yaitu kecemasan.

Kecemasan matematika merupakan salah satu faktor yang di satu sisi berperan sebagai salah satu bentuk motivator, namun di sisi lain dapat menjadi faktor penghambat dalam berpikir matematis. Kecemasan ini salah satu alasan mengapa hubungan interpersonal yang baik penting dalam memahami matematika [13]. Hal tersebut karena kecemasan dapat meningkat, bersifat subjektif pada setiap individu, dan mempengaruhi sulit atau tidaknya pemahaman mereka akan pelajaran matematika. Ada siswa yang dapat dengan mudah memahami ketika menerima suatu penjelasan, tetapi ada pula siswa yang tidak. Jika siswa yang tidak mengerti tersebut merasa cemas maka mereka tidak akan ragu untuk berusaha lebih keras untuk memahami. Tetapi, kecemasan yang berlebihan juga berdampak buruk pada diri mereka karena dapat mengurangi efektivitas dari usaha yang mereka lakukan. Ketika kecemasan meningkat pada diri siswa maka siswa tersebut akan berusaha lebih keras, tetapi pemahaman mereka justru semakin memburuk yang berakibat kecemasan mereka justru semakin meningkat. Terjadi terus-menerus hingga terbentuk menjadi seatu kebiasan. Pengalaman tersebut dalam pelajaran matematika akan menjadi stimulus terhadap kecemasan.

Kecemasan matematika seringkali mengacu pada respon seseorang yang berupa kekhawatirandan atau ketakutan ketika berhadapan dan bekerja dengan bilangan, simbol matematik, perhitungan matematik, dan memecahkan masalah matematika dalam berbagai situasi di dalam kehidupan sehari-hari [5]. Menurut Nolen-Hoeksema, Stice, Wade & Bohon, (2007). Terdapat empat tipe gejala kecemasan. Keempat gejala kecemasan tersebut diantaranya a) Somatik, yaitu gejala kecemasan yang berhubungan dengan gerakan secara sadar, meliputi: Merinding, otot tegang, denyut jantung meningkat, bernafas tak teratur, menarik nafas, pupil melebar, asam lambung meningkat, air liur menurun dan lain sebagainya. b) Emosional, yaitu gejala kecemasan yang berhubungan dengan emosi, meliputi: Rasa takut, rasa diteror, gelisah, dan lekas marah. c) Kognitif, yaitu gejala kecemasan yang berhubungan dengan faktor kognitif, meliputi: Antisipasi dari bahaya, konsentrasi terganggu, rasa khawatir, suka termenung, kehilangan control, rasa takut mati, dan berpikir tidak realistik. d) Tingkah laku, meliputi: Melarikan diri, menghindari, dan lain sebagainya [10].

Penelitian tentang kecemasan siswa dalam pelajaran matematika telah dilakukan oleh KT. Hill dan Sarason yang dikutip oleh Wigfield (dalam Yoenanto, 2001) dengan melakukan studi longitudinal yang intensif pada sampel berjumlah 700 orang sebagian besar kulit putih di Sekolah Dasar (SD) pada siswa kelas kategori sedang dan rendah. Penelitian itu menghasilkan kesimpulan bahwa, ada korelasi yang negatif antara total skor kecemasan dengan prestasi belajarnya, dimana kelas 1 dan kelas 2 sebesar rxy = -0,2, kelas 3 dan kelas 4 sebesar rxy = -0,25, kelas 5 dan kelas 6 sebesar rxy = -0,44. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yoenanto (2001), bahwa adanya hubungan antara kecemasan siswa pada pelajaran matematika dengan prestasi belajar matematika, yaitu semakin rendah tingkat kecemasan siswa pada pelajaran matematika akan semakin tinggi prestasi belajarnya.

Berdasarkan hasil observasi pada salah satu kelas di SDN Larangan (V B) dengan jumlah populasi 32 siswa, maka diperoleh 2 jawaban saat mengajukan pertanyan tentang mata pelajaran apa yang paling tidak di sukai. 2 jawaban yaitu Matematika (70%) dan Ipa (30%). Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa SDN Larangan, dapat diketahuai bahwa dalam proses pembelajaran kebanyakan siswa merasa takut ketika ditunjuk mengerjakan soal oleh guru, gelisah ketika guru mata pelajaran matematika akan masuk ke kelas mengajar, beberapa siswa yang takut, emosi atau marah ketika temannya tidak memperlihatkan jawaban tugas matematika yang diberikan oleh gurunya.

“Paling nggak seneng matematika mbak, kalau di suruh maju pasti keringeten, terus kalau ngitung yang hasilnya koma koma jadi bingun, takut nggak isok ngerjain mbak. Lek mau pulang ya di suruh ngerjain soal ke depan yang nggak bisa pulang urutan terakhir”

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung dan perkalian serta siswa juga merasa takut dan cemas akan pemahaman matematika yang kurang. Hal ini sesuai dengan aspek kecemasan matematika yaitu aspek fisiologi yang meliputi badan yang mulai berkeringat, perut mual dan mengalami ketegangan. Kemudian aspek afektif yang meliputi takut menghadapi soal matematika.

Namun kecemasan terhadap pelajaran matematika itu bisa diatasi dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk mengatasi rasa cemas terhadap pelajaran matematika yaitu dengan meningkatkan efikasi diri pada siswa. Efikasi diri Menurut Bandura (1997) adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri dalam mengorganisir suatu tugas untuk mencapai hasil tertentu (dalam Santrok, 2007). Efikasi diri akan berpengaruh pada prilaku seseorang, semakin tinggi efikasi diri seseorang, maka semakin besar kemungkinan hasil-hasil yang diharapkan akan dicapai. Efikasi diri akademik mengacu pada pertimbangan seberapa besar keyakinan seseorang tentang kemampuannya melalukan sejumlah aktivitas belajar dan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas belajar. Efikasi diri akademik merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan menyelesaikan tugastugas akademik yang didasarkan atas kesadaran diri tentang pentingnya pendidikan, nilai dan harapan pada hasil yang akan dicapai kegiatan belajar. [7]

Efikasi diri akademik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan matematika, siswa yang memiliki kecemasan matematika tidak mampu menyelesaikan persoalan matematika yang dihadapi [9]. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa, keyakinan akan kemampuan dalam menghadapi pelajaran matematika yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi kecemasannya. Dari penelitian yang telah dilakukan Betz and Hacket, dan Hackett yang dikutip oleh Meece (1990) yang meneliti akibat efikasi diri matematika pada kecemasan menunjukkan bahwa, efikasi diri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kecemasan yang dialami oleh siswa daripada hasil prestasi matematika [18].

Efikasi diri dinilai sangat penting sebagai faktor internal yang mendorong siswa untuk berprestasi dan mempengaruhi pilihan siswa dalam aktivitas belajar, siswa dengan efikasi diri tinggi umumnya bersikap tekun dan tidak mudah menyerah ketika berhadapan dengan kegagalan ataupun kesulitan (Santrock, 2007). Efikasi diri ini merupakan kompetensi yang terkait pada aspek afektif. Hal tersebutlah yang diharapkan dimiliki siswa setelah mempelajari matematika [15].

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa, kecemasan yang dialami siswa ketika menghadapi pelajaran matematika dapat timbul bukan hanya disebabkan oleh perasaan takut, tetapi juga dikarenakan bagaimana persepsi siswa terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas atau soal matematika tersebut yang merupakan bagian dari efikasi diri. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik Dengan Kecemasan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar Tingkat Atas Di Sidoarjo”.

Metode Penelitian

Penelitian kuantitatif korelasional adalah bentuk dari penelitian ini, Penelitian ini mengimplikasikan metodologi kuantitatif. Disebut kuantitatif dikarenakan merupaakan studi data yang menggunakan statistik dalam bentuk angka-angka. Penelitian korelasional terbatas pada panafsiran hubungan antar variabel saja, tapi penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen [9].

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : variabel terikat yaitu Kecemasan Matematika dan variabel bebas yaitu Efikasi Diri Akademik. Pada penelitian populasi keseluruhan yang dianalisis adalah 185 siswa kelas atas SDN Larangan dan MI Muhammadiyah 2 Kedungbanteng. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, menurut [5] sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Peneliti menggunakan 2 skala psikologis yakni skala kecemasan matematika dan efikasi diri akademik. Pendekatan skala likert (favorable dan unfavorable) dipilih untuk digunakan mengumpulkan data. Skala efikasi diri disusun berdasarkan aspek pada efikasi diri yang disebutkan oleh [17]. Skala efikasi diri terdiri dari empat aspek yaitu aspek kognitif aspek motivasi, aspek afeksi, dan aspek seleksi. Skala kecemasan matematika disusun berdasarkan aspek pada kecemasan matematika yang disebutkan oleh Freiberg [3]. Skala kecemasan matematika terdiri dari tiga aspek yaitu aspek fisiologis, aspek kognitif dan aspek afektif.

Selanjutnya, SPSS 25.0 for Windows digunakan oleh peneliti untuk mengolah data statistik hasil penelitian. Hubungan antara efikasi diri sebagai variabel bebas dan kesejahteraan subjektif sebagai variabel terikat kemudian ditunjukkan dengan menggunakan uji korelasi product moment pearson.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Kecemasan MatematikaEfikasi Diri Akademik .064.051 185185 .062.200*
Table 1.Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas terlihat bahwa bahwa variable kecemasan matematika mempunyai nilai signifikan (p) pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah (p = 0.062 > 0.05), sehingga berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov data terdisribusi normal. Dan kemudian variable efikasi diri akademik nilai signifikan (p) pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah (p = 0.200 > 0.05), sehingga bisa dikatakan data terdistribusi normaldapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi normal.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kecemasan Matematika * Efikasi Diri Akademik Between Groups (Combined) 2572.793 36 71.466 1.212 .213
Linearity 148.347 1 148.347 2.516 .115
Deviation from Linearity 2424.446 35 69.270 1.175 .252
Within Groups 8727.985 148 58.973
Total 11300.778 184
Table 2.Hasil Uji Linieritas

Berdasarkan dari hasil uji pada tabel di atas menghasilkan nilai Sig. linier sebesar 0,115 > 0.05. maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa data tingkat Efikasi diri akademik dengan kecemasan matematika memiliki hubungan linier.

Correlations
Kecemasan Matematika Efikasi Diri Akademik
Kecemasan Matematika Pearson Correlation 1 -.248**
Sig. (2-tailed) .001
N 185 185
Efikasi Diri Akademik Pearson Correlation -.248** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 185 185
Table 3.Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan table diatas maka dapat hasil uji korelasi antara efikasi diri akademik terhadap kecemasan matematika diketahui bahwa nilai probabilitas (p) pada uji korelasi adalah (p = 0.001 < 0.05), maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan (korelasi) antara variabel efikasi diri akademik terhadap kecemasan matematika.

Pembahasan

Kecemasan matematika timbul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Priyanto (2019), menjelaskan faktor penyebab kecemasan matematika lebih detail kedalam tiga ranah, diantaranya: (1) faktor kepribadian yaitu penghargaan diri yang rendah, ketidakmampuan dalam mengontrol frustasi, rasa malu dan intimidasi; (2) secara intelektual, faktor berkontribusi kuat adalah ketidakmampuan dalam memahami konsep matematika, ketidaktepatan dalam gaya belajar dan keraguan diri akan kemampuan; (3) lingkungan, faktor lingkungan sangat bergantung kepada dua macam. Hal pertama adalah orang tua, dimana harapan dan tekanan persepsi orang tua yang sangat kuat. Kedua adalah pengalaman negatif dengan kelas, seperti buku teks yang tidak bermutu, penekanan pada sistem drill tanpa pemahaman dan guru matematika yang kurang kompeten.

Kecemasan terhadap pelajaran matematika itu bisa diatasi dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk mengatasi rasa cemas terhadap pelajaran matematika yaitu dengan meningkatkan efikasi diri pada siswa [11]. Efikasi diri Menurut Bandura (1997) adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri dalam mengorganisir suatu tugas untuk mencapai hasil tertentu (dalam Santrok, 2007). Efikasi diri akan berpengaruh pada prilaku seseorang, semakin tinggi efikasi diri seseorang, maka semakin besar kemungkinan hasil-hasil yang diharapkan akan dicapai [14].

Penelitian mengenai efikasi diri akademik sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam penelitian mengenai “Efikasi Diri Dan Kecemasan Matematika Hubungannya Dengan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Xi Mipa ” Mendapatkan Hasil Yang Menjelaskan Bahwa Terdapat Hubungan yang pengaruh kuat antara kecemasan terhadap hasil belajar matematika [7].

Penelitian Sebelumnya Mengenai “Hubungan Antara Kecemasan Matematika Dan Self-Efficacy” Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Sma X Kota Palangka Raya Selanjutnya untuk variabel self-efficacy memiliki hubungan signifikan dengan hasil belajar Matematika siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai r = 0,210 dan p = 0,000 < 0,05, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan signifikan yang positif antara hasil belajar Matematika siswa dengan self-efficacy. Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki oleh siswa maka semakin tinggi juga hasil belajar Matematika siswa begitu juga sebaliknya semakin rendah self-efficacy siswa maka semakin rendah pula hasil belajar Matematika yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal dapat diterima dengan mengatakan terdapat hubungan antara kecemasan Matematika pada mata pelajaran Matematika dan self-efficacy dengan hasil belajar Matematika siswa SMA. Hubungan tersebut berupa hubungan signifikan yang negatif antara hasil belajar Matematika dengan kecemasan Matematika dan hubungan signifikan yang positif antara hasil belajar Matematika dengan self-efficacy [2].

Selain itu penelitian sebelumnya mengenai “Kecemasan Matematika Dan Self Efficacy Dalam Melakukan Pembuktian Matematika” Dari beberapa uraian tentang mengatasi kecemasan matematika dan self efficacy dalam melakukan pembuktian matematika diatas dapat disimpulkan bahwa self efficacy memiliki perananan yang penting dalam menghilangkan kecemasan marematika mahasiswa, dimana jika mahasiswa memiliki kepercayaan akan kemampuan yang dimilikinya maka mahasiswa akan lebih senang dan giat dalam melakukan pembuktian matematika. Akan tetapi terkadang mahasiswa kebanyakan tidak meyakini atau mempercayai dirinya sendiri sehingga cenderung malas dalam melakukan pembuktian matematika, maka dari itu dibutuhkan learning community terhadap mahasiswa dimana mereka mampu berinteraksi dan saling bertukar pikiran sehingga dapat membuka peluang mahasiswa untuk dapat melakukan pembuktian matematika tanpa diiringi kecemasan-kecemasan matematika tersebut [19].

Menurut hasil kategorisasi pada variabel efikasi diri akademik terdapat 17 subyek yang memiliki efikasi diri akademik sangat tinggi, 32 subyek masuk dalam kategori tinggi, 79 subyek termasuk dalam golongan sedang, 41 subyek masuk golongan rendah, dan 16 subyek masuk dalam golongan sangat rendah. Sedangkan pada variabel hasil belajar matematika 0 subyek termasuk dalam golongan sangat tinggi, 22 subyek masuk dalam kategori tinggi, 61 subyek termasuk dalam golongan sedang, 0 subyek masuk golongan rendah, dan 17 subyek masuk dalam golongan sangat rendah.

Pada tabel diatas juga ditunjukkan bahwa presentase terbanyak variabel efikasi diri akademik yaitu sebesar 43% pada kategori efikasi diri akademik sedang. Sedangkan pada variabel kecemasan matematika presentase terbanyak sebesar 39% pada kategori tinggi. Limitasi dari penelitian terdapat pada situasi dimana terbatasnya jumlah sekolah dasar yang di teliti yakni dua sekolah dasar yang mendapatkan izin untuk penelitian dan juga penelitian ini terbatas hanya untuk kelas atas (IV dan V) pada siswa sekolah dasar.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara efikasi diri akademik dengan kecemasan matematika pada siswa sekolah dasar tingkat atas di sidoarjo. Hasil uji perhitungan analisis data serta pengujian hipotesis dengan teknik uji korelasi dapat disimpulkan bahwa, nilai R Squer sebesar 0.065. hal ini berarti tingkat efikasi diri akademik memiliki pengaruh sebesar 6,5% terhadap kecemasan matematika, sedangkan sisanya di pengaruhi faktor lain. Kecemasan matematika di pengaruhi oleh efikasi diri akademik. Siswa yang memiliki efikasi diri akademik tinggi memiliki hasil kecemasan matematika yang rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil analisis korelasi uji tes dengan nilai signifikan (p =0.001 < 0.05). Dengan presentase efikasi diri akademik sedang sebesar 43%, dan kecemasan matematika sebesar 39%.

References

  1. . Auliya, R. N., & Munasiah, M. (2016). Hubungan Antara Self-Efficacy, Kecemasan Matematika, Dan Pemahaman Matematis. Pasundan Journal of Mathematics Education : Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 6 No. 2. https://doi.org/10.23969/pjme.v6i2.2655
  2. . Disai, W. I., Dariyo, A., & Basaria, D. (2018). Hubungan Antara Kecemasan Matematika Dan Self-Efficacy Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Sma X Kota Palangka Raya. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 1(2), 556. https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i2.799
  3. . Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). Bab Ii Tinjauan Pustaka Efikasi Diri. Africa’s Potential for the Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699.
  4. . Ikhsan, M. (2019). Pengaruh Kecemasan Matematis Terhadap Hasil Belajar Matematika. De Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 1–6. https://doi.org/10.36277/defermat.v2i1.28
  5. . Ikhsan, M., Winarso, W., Baskoro, E. P., Disai, W. I., Dariyo, A., Basaria, D., Yanti, D., & Yunita, H. (2019). Analisis Gender Terhadap Kecemasan Matematika Dan. Journal of Mathematics Science and Education, 2(1), 23–36. https://doi.org/10.31540/jmse.v2i2.915
  6. . Kusumawardhani, I. (2016). Pengaruh Penggunaan Kartu UNO Sebagai Media Permainan Tentang Buah dan Sayur Pada Anak Sekolah Dasar di SDN Brosot. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 4(2), 2–3. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/
  7. . Mukti, B., & Tentama, F. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri akademik. Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, 0(0), 341–347. http://seminar.uad.ac.id/index.php/snmpuad/article/view/3442
  8. . Nurmila. (2016). Hubungan Antara Kecemasan Matematika Dan Kesulitan Belajar Dengan Perilaku Belajar Siswa Di SMPN 3 Tanete Riaja Kabupaten Barru. In Skripsi.
  9. . Perdana, R., & Suswandari, M. (2021). Literasi Numerasi Dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas Atas Sekolah Dasar. Absis: Mathematics Education Journal, 3(1), 9–15. https://doi.org/10.32585/absis.v3i1.1385
  10. .Prastihastari Wijaya, I. (2012). Efikasi Diri Akademik, Dukungan Sosial Orangtua Dan Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Perkuliahan. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 1(1), 40–52. https://doi.org/10.30996/persona.v1i1.14
  11. .Purnomo, Y. W., & Suci, V. W. (2016). Hubungan Antara Konsepsi Penilaian dan Kecemasan Siswa Sekolah Dasar di Kelas Matematika. Beta Jurnal Tadris Matematika, 9(1), 48. https://doi.org/10.20414/betajtm.v9i1.5
  12. .Satriyani. (2016). Pengaruh Kecemasan Matematika ( Mathematics Anxiety ) Dan Gender Terhadap Kemampuan Pemecahan Permasalahan Matematika. (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), 156. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id
  13. .Sihombing, R. (2017). Metode Penelitian Metode Penelitian. Metode Penelitian Kualitatif, 17, 43.
  14. .Suryani, L., Seto, S. B., & Bantas, M. G. D. (2020). Hubungan Efikasi Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-Learning pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Flores. Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 6(2), 275–283. https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2609
  15. .Syehabudin, A., Nurimani, & Nurfalah, D. (2019). Hubungan Efikasi Diri dengan Hasil Belajar Matematika Siswa di SMA Darul Muttaqin Bekasi. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara.
  16. .Tanjung, R., Arifudin, O., Sofyan, Y., & Hendar. (2020). Pengaruh Penilaian Dan Efikasi Diri Terhadap Kepuasan Kerja Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Guru. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 4(1), 380–391.
  17. .Wahdaniah, Rahman, U., & Sulasteri, S. (2017). Pengaruh Efikasi Diri, Harga Diri Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X Sma Negeri 1 Bulupoddo Kab. Sinjai. Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 5(1), 68–81. https://doi.org/10.24252/mapan.2017v5n1a5
  18. .Widodo, P., & Lumintuarso, R. (2017). Pengembangan model permainan tradisional untuk membangun karakter pada siswa SD kelas atas. Jurnal Keolahragaan, 5(2), 183–193. https://doi.org/10.21831/jk.v5i2.7215
  19. .Yanti, D., & Yunita, H. (2020). Kecemasan Matematika Dan Self Efficacy Dalam Melakukan Pembuktian Matematika. Journal of Mathematics Science and Education, 2(2), 68–79. https://doi.org/10.31540/jmse.v2i2.915