Abstract
This study investigates the association between social skills and self-adjustment in first-year female students. The research was conducted with a sample of 155 students at Al Hadi Islamic Boarding School in Padangan Bojonegoro. The data was collected using Likert scales to measure social skills and self-adjustment. Quantitative analysis was performed using SPSS 26.0 for Windows. The findings revealed a significant positive relationship (rxy = 0.763, p < 0.001) between social skills and self-adjustment. Higher levels of social skills were associated with greater self-adjustment, while lower social skills corresponded to lower levels of adjustment. These results emphasize the importance of social skills in fostering self-adjustment among first-year female students. This study contributes to the understanding of factors influencing student well-being and offers implications for educational interventions aimed at enhancing social skills and promoting successful adjustment in academic settings.
Highlights:
-
Positive relationship: The study reveals a significant positive relationship between social skills and self-adjustment in first-year female students, highlighting the importance of social skills in facilitating successful adjustment.
-
Sample and methodology: The research is based on a quantitative correlation study conducted with 155 first-year female students using the Likert scale, employing SPSS 26.0 for Windows for data analysis.
-
Implications for interventions: The findings underscore the significance of promoting social skills among students, as higher social skills are linked to better self-adjustment. These results have implications for designing educational interventions to support students' well-being and successful adaptation in academic environments.
Keywords: social skills, self-adjustment, first-year female students, quantitative correlation, Likert scale.
Pendahuluan
Di Indonesia terdapat lembaga pendidikan keagamaan Islam tertua yang dinamakan pondok pesantren, dimana seorang kiai atau guru mengajarkan agama islam kepada santri-santrinya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri putra dan santri putri sebagai kegiatan utamanya [1]. Adanya pondok pesantren ini sebagai upaya untuk mengerahkan perkembangan manusia agar menuju kearah yang lebih baik. Tiap pesantren memiliki ciri khas tersendiri, Diantara ciri khasnya memuat tiga sekaligus sistem pendidikan, yakni pendidikan formal, informal dan non formal, yang keseluruhan pendidikan dimaksud ditekankan untuk menanamkan aspek pada santri tentang pengaturan kegiatan pembelajaran santri, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas diri santri, memiliki kepribadian mandiri, terampil dan bermartabat [2]. Pondok pesantren putri Al Hadi Padangan Bojonegoro merupakan salah satu contoh pondok pesantren putri modern yang berkembang pesat di Bojonegoro dengan menggabungkan pendidikan formal, informal dan pendidikan nonformal secara bersamaan. Pondok pesantren putri Al Hadi Padangan Bojonegoro memiliki dua jenjang pendidikan yaitu SMP/MTs dan SMA/MA.
Kehidupan di pondok pesantren ini berbeda dengan kehidupan pendidikan di sekolah umum lainnya, santri hidup dalam suatu komunitas khas, dengan kyai, ustadz/ustadzah, sesama santri dan pengurus pesantren, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasannya sendiri [3]. Selain itu setiap santri juga memiliki latar belakang yang berbeda, baik daerah asal, bahasa, ekonomi, serta tingkatan umur, yakni usia 12 sampai 15 tahun tahun yang tergolong dalam satu periode dalam rentang kehidupan remaja awal. Hal ini menuntut santri baik yang lama maupun yang baru untuk mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupannya, untuk itu santri yang tinggal di asrama harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada, baik penyesuaian dengan teman satu asrama, dengan masyarkat lingkungan sekitar, atau dengan keadaan suhu, menyesuaikan diri terhadap segala aktivitas, budaya dan kebiasaan yang ada di lingkungan pesantren, peraturan-peraturan yang ada di pesantren dan penyesuain-penyesuaian diri lainnya [4].
Adanya penyesuaian diri bagi santri ini merupakan hal yang penting, sebagai keseimbangan untuk dirinya dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri merupakan suatu proses psikologis sepanjang hidup dan individu berupaya untuk menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup agar mencapai pribadi yang sehat [5]. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa penyesuaian diri atau dikenal dengan adjustment adalah suatu proses dimana seseorang mencoba untuk mengatasi kebutuhan, ketegangan, frustasi, dan konflik pada dirinya sendiri, yang bertujuan untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan tempat individu tersebut berada [6].
Terdapat 4 aspek yang dapat yang membangun penyesuaian diri yakni kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial dan tanggung jawab [7]. Dari beberapa aspek diatas dapat menjelaskan bahwa jika santri dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan pondok pesantren yaitu memiliki kematangan emosional, mengungkapkan perasaannya dan mampu mempersepsikan diri secara akurat terhadap kenyataan, serta mampu menjalin hubungan interpersonal yang baik [8]. Maka individu tersebut akan memperoleh tanggapan sosial yang positif sehingga santri merasa yakin dan bahagia serta menjadi bagian dari lingkungan pondok pesantren, Santri yang kurang mampu menyesuaikan diri biasanya, memperlihatkan beberapa perilaku tertentu seperti, sering di kamar dan jarang bergaul, lebih suka menyendiri, sering melamun dan terkadang menangis, sering tidak makan, diam dan kurang merespon orang lain baik guru maupun teman, tidak mengikuti pelajaran di kelas atau tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak punya minat, tidak berpartisipasi dalam kelompok, perasaan rindu yang sangat terhadap rumah dan keluarga [9].
Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan penyesuaian diri pada santriwati baru di Pesantren Al Hadi Padangan Bojonegoro berupa adanya pelanggaran peraturan-peraturan, seperti tidak mengikuti jamaah, tidak mengikuti kegiatan asrama, pura-pura sakit agar tidak mengikuti kegiatan, ada pula yang memiliki masalah dengan teman, kebudayaan atau kebiasaan pesantren yang berbeda dengan di rumah dan pelajaran yang banyak sekaligus terasa sulit bagi santri yang belum terbiasa dengan pelajaran yang ada di pesantren.
Adanya penyesuaian diri pada santri ini dipengaruhi tiga aspek yang berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri diantaranya kematangan taraf perkembangan meliputi kematangan intelektual, moral, emosi dan sosial [10]. Dari ketiga aspek penyesuaian diri tersebut terdapat salah satu dari aspek yang lebih di tekankan dalam penyesuaian diri santri putri yakni aspek sosial, dengan adanya aspek sosial ini santri yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren ataupun diluar lingkungan pesantren, sehingga dapat menjalani aktivitas maupun kegiatannya dengan baik tuntutan yang ada dan perubahan yang dialami [11]. Aspek sosial ini meliputi keterampilan sosial dimana kemampuan dan kecakapan yang dimiliki seseorang di perlukan untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya yang meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi dan menerima kritik yang diberikan orang lain [12].
Keterampilan sosial merupakan kemampuan saling memberi dan menerima untuk membina suatu hubungan hingga merasa tenang dan nyaman ketika berada dalam interaksi sosial, dan memiliki harapan yang positif terhadap suatu interaksi sosial [13]. Proses keterampilan sosial lebih mengacu pada kemampuan individu untuk menghasilkan perilaku yang terampil sesuai dengan aturan atau norma dan tujuan dalam memberikan feedback pada lingkungan sosial [7]. Keterampilan sosial yang dimaksud meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin relasi, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan, memberi atau menerima feedback dan kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Hal ini bahwasannya seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik manakala mampu melakukan respon-respon yang efisien, memuaskan dan sehat, maka dari itu untuk pencapaian peyesuaian diri yang baik dibutuhkan suatu keterampilan sosial [14]. Kegagalan seseorang dalam menguasai keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, tidak suka bergaul, suka menyendiri cenderung berperilaku normatif misalnya perilaku antisosial. Sebagai asumsinya bahwa keterampilan sosial akan mempermudah individu untuk melakukan penyesuian diri baik lingkungan sosial maupun di lingkungan rumah [15].
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas yang melatarbelakangi pentingnya peneliti untuk mengangkat dan membahas secara ilmiah mengenai “hubungan antara keterampilan sosial dan penyesuaian diri pada santriwati tahun pertama di Pesantren Al Hadi Padangan Bojonegoro”.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan variabel lainnya [16]. Populasi dalam penelitian ini yaitu santri putri tahun pertama pada Pondok Pesantren Padangan Bojonegoro yang berjumlah 276 santriwati.
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling yaitu teknik acak dalam menentukan sampel dimana semua anggota populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel [16]. Teknik pengumpulan data yang digunakan iadalah skala psikologi berupa skala kohesivitas kelompok dengan model skala Likert yang dibuat oleh peneliti. Analisis datai menggunakan microsoft excel.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |||
Keterampilan Sosial | Penyesuaian Diri | ||
N | 155 | 155 | |
Normal Parametersa,b | Mean | 85.92 | 94.77 |
Std. Deviation | 13.085 | 18.526 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .081 | .095 |
Positive | .048 | .095 | |
Negative | -.081 | -.084 | |
Kolmogorov-Smirnov Z | 1.038 | 1.208 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .232 | .328 | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. |
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas variabel keterampilan sosial dan penyesuaian diri. Nilai signifikansi keterampilan sosial hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukkan pada tabel di atas adalah sebesar 0,232 yang berarti lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusinya normal. Nilai signifikansi variabel penyesuaian diri yakni 0,328 yang berarti lebih dari 0,05 maka artinya bahwa distribusinya normal.
ANOVA Table | |||||||
Sum of Squares | df | Mean Square | F | Sig. | |||
PenyesuaianDiri * KeterampilanSosial | Between Groups | (Combined) | 49385.817 | 50 | 987.716 | 17.804 | .000 |
Linearity | 46179.379 | 1 | 46179.379 | 832.419 | .000 | ||
Deviation from Linearity | 3206.439 | 49 | 65.438 | 1.180 | .236 | ||
Within Groups | 6213.324 | 112 | 55.476 | ||||
Total | 55599.141 | 162 |
Uji linieritas seperti yang tunjukkan tabel diatas maka diperoleh hasil dengan nilai F Deviation from Linearitysebesar 1,180 dengan signifikansi 0,236. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi lebih dari dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier.
Correlations | |||
Keterampilan Sosial | Penyesuaian Diri | ||
Keterampilan Sosial | Pearson Correlation | 1 | .763** |
Sig. (2-tailed) | .000 | ||
N | 155 | 155 | |
Penyesuaian Diri | Pearson Correlation | .763** | 1 |
Sig. (2-tailed) | .000 | ||
N | 155 | 155 | |
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil analisis tersebut diperoleh hasil koefisien korelasi rxy = 0,763 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri. Semakin tinggi keterampilan sosial semakin tinggi penyesuaian diri yang dimiliki santriwati tahun pertama pada Pondok Pesantren Al Hadi Padangan Bojonegoro, sebaliknya semakin rendah keterampilan sosial yang dimiliki maka akan semakin rendah juga penyesuaian diri yang dimiliki oleh santriwati tahun pertama di Pondok Pesantren Al Hadi Padangan Bojonegoro.
Model Summary | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | |
dimension0 | 1 | .763a | .521 | .830 | 7.649 |
a. Predictors: (Constant), Keterampilan Sosial |
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sumbangan variabel X yakni keterampilan sosial dengan penyesuaian diri adalah sebesar 52,1%. Hasil ini diperoleh dari R Square yaitu sebesar 0,521 x 100% = 52,1%. Hal ini berarti bahwa pengaruh ketermapilan sosial terhadap penyesuaian diri sebesar 52,1%.
Descriptive Statistics | ||||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | Variance | |
Keterampilan Sosial | 155 | 54 | 111 | 85.92 | 13.085 | 171.222 |
Penyesuaian Diri | 155 | 54 | 140 | 94.77 | 18.526 | 343.205 |
Valid N (listwise) | 155 |
Berdasarkan tabel di atas diketahui pada skala keterampilan sosial ditemukan nilai mean teoritik (µ) sebesar 85,92 dan standart deviasi (σ) sebesar 13,085. Pada skala penyesuaian diri ditemukan nilai mean teoritik (µ) sebesar 94,77 dan standart deviasi (σ) sebesar 18,526.
Kategori | Skor Subjek | |||
Keterampilan Sosial | Penyesuaian Diri | |||
∑ Santriwati | % | ∑ Santriwati | % | |
Sangat Rendah | 11 | 7% | 7 | 5% |
Rendah | 35 | 23% | 40 | 26% |
Sedang | 40 | 26% | 42 | 27% |
Tinggi | 53 | 34% | 55 | 35% |
Sangat Tinggi | 16 | 10% | 11 | 7% |
Total | 155 | 100% | 155 | 100% |
Berdasarkan tabel kategorisasi skor subyek tersebut pada skala keterampilan sosial dapat diambil kesimpulan bahwa, terdapat 11 santriwati yang memiliki tingkat keterampilan sosial sangat rendah, terdapat 35 santriwati yang memiliki tingkat keterampilan sosial rendah, terdapat 40 santriwati yang memiliki tingkat keterampilan sosial sedang, terdapat 53 santriwati yang memiliki tingkat keterampilan sosial tinggi, dan terdapat 16 santriwati yang memiliki tingkat keterampilan sosial sangat tinggi.
Kategorisasi skor subyek pada skala penyesuaian diri dapat diambil kesimpulan bahwa, terdapat 7 santriwati yang memiliki penyesuaian diri yang sangat rendah, terdapat 40 santriwati yang memiliki penyesuaian diri yang rendah, terdapat 42 santriwati yang memiliki penyesuaian diri yang sedang, terdapat 55 santriwati yang memiliki penyesuaian diri yang tinggi, dan terdapat 11 santriwati yang memiliki penyesuaian diri yang sangat tinggi.
Pembahasan
Uji korelasi menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, dengan koefisien korelasi (rxy) 0,763 signifikasi 0,000 < 0,05 maka hipotesis diterima, sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri pada santriwati tahun pertama Pondok Pesantren Al Hadi Padangan Bojonegoro. Hubungan yang positif menunjukkan bahwa ada hubungan yang searah yaitu semakin tinggi keterampilan sosial maka semakin tinggi penyesuaian diri, begitupula sebaliknya, semakin rendah keterampilan sosial maka semakin rendah penyesuaian diri.
Penyesuaian diri seorang individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu kematangan taraf perkembangan meliputi kematangan intelektual, moral, emosi dan keterampilan sosial [16]. Keterampilan sosial sangat membantu dalam proses penyesuaian diri seseorang [17]. Individu yang memiliki keterampilan sosial akan memiliki kemampuan untuk mengontrol diri, membuat dirinya akan lebih mudah dalam mengontrol timbulnya konflik, hal tersebut memberikan gambaran bahwa saat individu mampu mengendalikan munculnya konflik yang terjadi adalah individu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan [18].
Melalui keterampilan sosial individu akan berusaha untuk belajar menyesuaikan dirinya dengan orang lain [19]. Artinya setiap individu termasuk remaja semestinya dapat menguasai keterampilan sosial dan memiliki kemampuan yang baik dalam aspek emosionalitasnya agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu dengan judul “Hubungan Antara Keterampilan Sosial dan Kecerdasan Emosional dengan penyesuaian Diri Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri” bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri dengan hasil rxy = 0,859, p= 0,000 [20].
Keterampilan sosial merupakan kemampuan saling memberi dan menerima untuk membina suatu hubungan hingga merasa tenang dan nyaman ketika berada dalam interaksi sosial, dan memiliki harapan yang positif terhadap suatu interaksi sosial [21]. Hal tersebut bahwa penyesuaian diri didukung dengan adanya keterampilan sosial, sehingga individu dapat memberikan reaksi secara tepat dalam segala kondisi [22]. Remaja yang memiliki ketermpilan sosial rendah dapat dikatakan belum memiliki kematangan emosi yang baik sehingga individu tersebut akan kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan baik [14].
Seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang baik, akan mampu menerima keadaan, baik diri sendiri maupun orang lain, tidak impulsive, dapat mengontrol dan mengekspresikan emosi secara baik, sehingga individu tersebut akan mampu dalam menyesuaikan diri [21]. Keterampilan sosial adalah keterampilan yang harus dimiliki seseorang individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku [19]. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan judul “Efektivitas Pelatihan Ketrampilan Sosial Terhadap Penyesuaian Diri Sosial Pada Aanak Berbakat Intelektual Program Akselerasi” dengan hasil t = -2,46 dengan p = 0,025 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara penyesuaian diri sosial sebelum dan setelah mengikuti pelatihan keterampilan sosial. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh setelah individu mengikuti pelatihan keterampilan sosial terhadap penyesuaian dirinya [23].
Individu yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial pasti akan mampu menyesuaikan diri dengan baik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan bahwasannya seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik manakala mampu melakukan respon-respon yang efisien, memuaskan dan sehat, maka dari itu untuk pencapaian peyesuaian diri yang baik dibutuhkan suatu keterampilan sosial [24]. Kegagalan seseorang dalam menguasai keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, tidak suka bergaul, suka menyendiri cenderung berperilaku normatif misalnya perilaku antisosial. Sebagai asumsinya bahwa keterampilan sosial akan mempermudah individu untuk melakukan penyesuian diri baik lingkungan sosial maupun di lingkungan rumah [25].
Limitasi dalam penelitian ini yaitu subjek yang digunakan hanya santriwati saja. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 1 variabel bebas yaitu keterampilan sosial.
Simpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri pada santriwati tahun pertama Pondok Pesantren Al Hadi Padangan Bojonegoro terlihat dari hasil koefisien korelasi 0,763 dengan signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yang artinya semakin tinggi keterampilan sosial maka akan semakin tinggi penyesuaian diri yang terjadi. Sebaliknya semakin rendah keterampilan sosial maka penyesuaian diri yang terjadi semakin rendah. Variabel keterampilan sosial mempengaruhi penyesuaian diri sebesar 52,1 % dan sisanya sebesar 47,9 % dipengaruhi oleh variabel lainnya.
References
- Perawironegoro, D. Manajemen asrama di pesantren. Tadbir: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 3(2), 129-144. 2019.
- Yusuf, A. Pesantren Multikultural Model Pendidikan Karakter Humanis-Religius Di Pesantren Ngalah Pasuruan-Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada. 2021.
- Azizah, S. N. Manajemen Unit Usaha Pesantren Berbasis Ekoproteksi (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumuddin Kesugihan Cilacap). Al-Tijary, 77-96. 2016.
- Islam, S., & Afiyah, H. Pendidikan Pesantren Sebagai Perubahan Sosial Masyarakat Di Desa Koncer Darul Aman Dusun Kampung Baru Tenggarang Bondowoso. BAHTSUNA, 2(1), 90-109. 2020.
- Hidayati, K. B., & Farid, M.. Konsep diri, adversity quotient dan penyesuaian diri pada remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 5(02), 137-144. 2016.
- Hakim, A. R. Hubungan antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada santri Pondok Pesantren Darul'Ulum Peterongan Jombang (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya). 2019.
- Ghofiniyah, E., & Setiowati, E. A. Hubungan antara Kematangan Emosi dan Ketrampilan Sosial dengan Penyesuaian Diri pada Santri Pondok Pesantren Daar Al Furqon Kudus. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 12(1), 1-16. 2018.
- Sulaisih, S. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Diri pada Remaja di Pondok Pesantren Salafiyah. Skripsi, Prorgam Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 2013.
- Pratiwi, A. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Stres Akademik Pada Siswa Tahun Pertama Pondok Pesantren Serta Tinjauannya Dalam Islam (Doctoral dissertation, Universitas YARSI).Halimah, S. (2014). Hubungan Disiplin Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Mitra Saruta Indonesia Di Gresik (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya). 2019.
- Pratama, P. Y. S., & Wulanyani, N. M. S. Pengaruh kuantitas, kemampuan komunikasi interpersonal, dan perilaku altruisme anggota kelompok terhadap social loafing dalam proses diskusi kelompok di fakultas kedokteran universitas udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 5(01), 197. 2018.
- Susanto, H., & Muzakki, M. Perubahan Perilaku Santri (Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Salafiyah di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo). Istawa: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 1-42. 2017.
- Setiawan, M. H. Y. Melatih keterampilan sosial anak usia dini melalui permainan tradisional. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 4(1), 1-8. 2016.
- Agusniatih, A., & Manopa, J. M. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini: Teori dan Metode Pengembangan. Tasikmalaya: Edu Publisher. 2019.
- Syarifah, L. Hubungan Antara Keterampilan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Pada Santri MTS Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Jurnal UIN Sunan Kalijaga, II(1), 1. 2012.
- Thalib, S. B. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2010.
- Shafira, F., Lestari, R. Hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada mahasiswa perantau (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). 2015.
- Prayudha, S. G. Hubungan Antara Adiksi Game Online Dengan Keterampilan Sosial Pada Remaja (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta). 2018.
- Istri, D., & Asyanti, S. Hubungan antara kontrol diri dan keterampilan sosial dengan kecanduan internet pada siswa smk.2017.
- Setiawan, M. H. Y. Permainan kooperatif dalam mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini. JURNAL AUDI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Anak dan Media Informasi PAUD, 1(1). 2016.
- Muryani, A. S. Hubungan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas xi. ips sma negeri 2 wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. 2012.
- Lingga, Z. Hubungan Kematangan Emosi dan Interaksi Sosial dengan Penyesuaian Diri Siswa MTSN Kabanjahe Kabupaten Karo. ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam, 1(2), 57-66. 2017.
- Widyawati, R. Interaksi Sosial dalam Keluarga dengan Penyesuaian Diri pada Siswa SMP Nurul Iman Palembang (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah Palembang).2019.
- Hidayah, N., & Aliza, M. R. Efektivitas Pelatihan Ketrampilan Sosial Terhadap Penyesuaian Diri Sosial Pada Aanak Berbakat Intelektual Program Akselerasi. Jurnal Psikologi, II(2), 1. 2013
- Widiananda, K. P. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri santriwati ponpes daarul ukhuwwah cemorokandang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim). 2016.
- Wardani, D. K., & Kartono, H.. Peningkatan Keterampilan Sosial Melalui Model Quantum Teaching. Didaktika Dwija Indria, 4(5). 2016.