Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.5397

Financial Performance and Stock Prices in Tourism & Hospitality


Kinerja Keuangan dan Harga Saham dalam Industri Pariwisata & Perhotelan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Quantitative Analysis Financial Performance Stock Prices Tourism and Hospitality Earnings per Share (EPS)

Abstract

This study utilizes a quantitative approach to examine the relationship between financial performance indicators (ROA, ROE, EPS, and OPM) and stock prices in the tourism and hospitality sector from 2018 to 2021. Secondary data, sourced from the Indonesian Stock Exchange (BEI) containing annual financial reports of listed companies, was analyzed using Multiple Linear Regression. The results indicate that ROA and ROE do not significantly affect stock prices, while EPS has a positive and significant impact, supporting Hypothesis 3. OPM, however, does not demonstrate a significant influence on stock prices, contradicting Hypothesis 4. These findings emphasize the critical role of earnings per share (EPS) in evaluating stock performance in the sector.

Highlight:

  • This study examines the relationship between financial performance indicators (ROA, ROE, EPS, OPM) and stock prices in the tourism and hospitality sector.
  • Results indicate that ROA and ROE do not significantly impact stock prices, while EPS plays a crucial role.
  • OPM was found to have no significant influence on stock prices, suggesting EPS is a vital metric for assessing stock performance in this industry.

Keywords: Quantitative Analysis, Financial Performance, Stock Prices, Tourism and Hospitality, Earnings per Share (EPS)

     

PENDAHULUAN

Pasar modal memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan yang telah listing dan menjadi salah satu kunci kemajuan suatu perusahaan. Pasar modal adalah tempat untuk berinvestasi, tujuan utama perjalanan para investor. Dengan adanya pasar modal, investor dengan mudah dapat memilih perusahaan mana yang akan disuntik dana, investor asing pun dapat menaruh modal di perusahaan tercatat (yang telah listing) di bursa efek, kemudahan akses untuk berinvestasi dapat membantu perusahaan-perusahaan tercatat mendapatkan modal untuk menjalankan kegiatan usahanya

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakuakan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu utk memenuhi target yang telah ditetapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan,digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas [1]

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dalam periode tertentu, dengan tingkat efektif dan efisien agar laba yang diperoleh dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu profitabilitas sering kali digunakan sebagai uji utama atas keefektifan operasi manajemen,[2]

Salah satu alat untuk mengukur kekuatan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) adalah Return On Assets. Secara umum Return On Assets adalah salah satu alat ukur profitabilitas untuk mengetahui kemempuan perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode, [1]

Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan fenomena diatas yang inkosisten tersebut, maka peneliti akan mengambil judul "Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share(EPS) dan Operating Profit Margin (OPM)  Terhadap Harga Saham. (study pada perusahaan perhotelan yang terdaftar di BEI)”.

Setelah mengkaji dan mengamati latar belakang diatas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai    berikut:

1. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Harga Saham?

2. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham?

3. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Harga Saham?

4. Apakah Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh terhadap Harga Saham?

5. Apakah Return On Assets (ROA) , Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh terhadap Harga Saham?

Teori Sinyal ( Signalling Theory )

Teori Sinyal (Signalling Theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence di dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signalling. Spence (1973) dimana mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal, pihak pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Signalling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Signalling theory merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa mendatang. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapakan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu mengintepresikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news) [3]

Return On Asset (ROA)

Return On Asset atau Return On Investmen merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasi. Disamping hal itu pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Return On Asset (ROA) sering juga disebut dengan Return On Investmen (ROI). ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya [2]. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan meng3bgunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Disamping hal itu pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan. Hal ini menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan aktiva belum mampu menghasilkan laba.

Return On Equity (ROE)

Return On Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.

Pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Jadi pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan mahasiswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga menginginkan mahasiswa memanfaatkan dan mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya. Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam memberikan informasi terhadap sesuatu yang diketahui (Karimah, 2020). Pemahaman bukanlah sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami [4].

Earning Per Share (EPS)

Rasio laba per saham atau disebut juga mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham akan meningkat

Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, deviden dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas. Earning Per Share (EPS) merupaka alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS merupakan rasio yang menunujukan seberapa besar laba perusahaan dibandingkan dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar.

Harga saham

Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungaan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital again dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan. Harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal (Hartono, 2008:167). Harga saham dapat berubah sewaktu-waktu. Misalnya ketika permintaan naik maka harga saham akan ikut naik. Sebaliknya, apabila penawaran berlebih, maka harga saham akan cenderung turun. Dari pengertian harga saham menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk karena permintaan dan penawaran yang ada di pasar jual beli saham dan biasanya merupakan harga penutupan.

METODE

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang mementingkan adanya variabel – variabel sebagai objek penelitian dan variabel – variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalnya [2].

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sample tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan [5].

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian disini dilakukan di Perusahaan Perhotelan yang terdaftar di BEI. Data Perusahaan Laporan Keuangan diperoleh di Bursa Efek di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dan dalam bentuk yang disusun dangan baik. Data tersebut diperoleh dari BEI yang memuat laporan keuangan tahunan dari setiap emiten.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Regresi Linear Berganda ( Multiple Linier Regressions ). Metode ini digunakan untuk menguji satu variabel dependent dengan variabel independent lebih dari satu. Menurut Imam Gozali (2013:96) Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependent dengan independent.

Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel dependent apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan selain itu juga untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent apakah masing – masing variabel independent berhubungan positif atau negatif. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak ( software ) statistik SPSS. Uji Asumsi klasik ( uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskosdesitas, dan uji auto korelasi ), dan uji hipotesis ( Uji T).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data dan Hasil Penelitian

Deskripsi Obyek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah Perusahaan Pariwisata dan perhotelan selama periode 2018-2021 (4 tahun). Penelitian ini melihat apakah keputusan investasi dan Keputusan Pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Seluruh perusahaan Pariwisata dan perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ada 35 perusahaan dengan pengambilan sampel yang digunakan 10 perusahaan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu dalam penentuan sampel. Kriteria yang diambil yaitu perusahaan yang memiliki data keuangan periode 2018-2021 (4 tahun). Namun dalam penelitian ini hanya ada 8 perusahaan yang memenuhi kriteria pada perusahaan pariwisata dan perhotelan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan 27 perusahaan kurang memenuhi kriteria dikarenakan data keuangannya tidak lengkap yang sesuai dengan data yang ingin diteliti yaitu periode 2018-2021 (4 tahun).

Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berdasarkan hasil dari laporan keuangan seperti dijelaskan dijelaskan sebagai berikut :

  1. Berdasarkan hasil analisa statistic deskriptif terlihat bahwa selama tahun 2018– 2021 dengan jumlah data sampel 8 x 4 tahun = 32 data menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar -5,18 dan nilai maksimum 0,54 dengan nilai rata-rata -0,3090 dan standar deviasi sebesar 0,96132. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah merata.
  2. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel returnonequity(ROE) memiliki nilai minimum sebesar -0,25dan nilai maksimum 0,29dengan nilai rata-rata 0,1291 dan standar deviasi sebesar 0,10961. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah merata.
  3. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel operating profitmargin (OPM) memiliki nilai minimum sebesar -0,17dan nilai maksimum 0,15 dengan nilai rata-rata 0,0590 dan standar deviasi sebesar 0,05669. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah merata.
  4. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel earning pershare(EPS) memiliki nilai minimum sebesar -263,10 dan nilai maksimum 622,76 dengan nilai rata-rata 1,7781 dan standar deviasi sebesar 202,46910. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah tidak merata, karena perbedaan data satu dengan yang lainnya lebih besar dari nilai rata-rata.
  5. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel Harga Saham memiliki nilai minimum sebesar 122,00 dan nilai maksimum 10.200,00 dengan nilai rata-rata 2,5230 dan standar deviasi sebesar 2857,25622. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah tidak merata, karena perbedaan data satu dengan yang lainnya lebih besar dari nilai rata-rata.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda terhadap variabel independen dan dependen. Variabel indepenen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu returnonAssets(ROA), returnonequity(ROE), operatingprofitmargin(OPM), dan earningpershare(EPS). Dan variabel dependen yang digunakan adalah harga saham. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Hasil pengujian dari uji asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal [6]. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signfikansi yang bernilai diatas 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika tingkat signifikani dibawah 0,05 maka data berdistribusi tidak normal [7]. Hasil uji Kolmogorov-Smirnovdapat dilihat pada tabel dibawah ini:

One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 32
Normal ParametersaMean .0000000
Std. Deviation 1.67345787E3
Most ExtremeAbsolute .161
DifferencesPositive .161
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z 1.079
Asymp. Sig. (2-tailed) .194
Table 1.Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnovsebesar 1,079 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,194 yang berarti diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Multikoloniearitas

Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) [8]. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independen. Multikolonieritas dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance diatas 0,10 atau sama dengan nilai VIF kurang dari 10 [8

Hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance > 0,10 dan semua variabel memiliki nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonietas antar variabel independen dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk melihati adanya autokorelasi, digunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen [9]. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .811a .657 .623 1755.13742 2.162
Table 2.Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson

a. Predictors: (Constant), ROA, ROE, EPS, OPM

b. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Berdasarkan tabel 4 hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W sebesar 2,162 dengan k’=4 dan N= 45 dengan nilai Du yaitu sebesar 1,7200 dan nilai DW lebih kecil dari 4-Du dan nilai 4-Du adalah 4-1,7200 = 2,2800 Sehingga didapatkan hasil 1,7200 <2,162<2,2800. Maka, dapat disimpulkan bahwa variabel returnonassets(ROA), returnonequity(ROE), operating profit margin(OPM), dan earningpershare(EPS) terhadap harga saham tidak terjadi masalah autokeralasi dan dapat dilakukan pada pengujian selanjutnya.

Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas [9] . Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen [9].

Hasil uji menunjukkan semua variabel independen mempunyai nilai sig. ≥ 0,05. Jadi, tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolute dari residual. Dengan demikian dapat disimpulkan dalam model regresi ini tidak terdapat heteroskedatisitas.

Pengujian Hipotesis

Regresi Linier Berganda

Untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel bebas yang lebih dari dua variabel terhadap variabel dependen, digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple linier regression method). Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen [10]. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS 26 dan hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Y = 830,998 – 5993,566 ROE + 7639,321 OPM + 11,095 EPS -137,279 LN_DER

Berdasarkan persamaan regresi dapat disimpulkan bahwa:

a. Koefisien return on assets (ROA) sebesar -137,279 menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan return on equity ratio (ROE), maka harga saham cenderung mengalami penurunan

b. Koefisien return on equity (ROE) sebesar -5993,566 menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap kenaikan return on equity (ROE), maka harga saham cenderung mengalami penurunan.

c. Koefisien operating profit margin (OPM) sebesar 7639,321 menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap kenaikan operating profit margin (OPM), maka harga saham cenderung mengalami peningkatan.

d. Koefisien earning per share (EPS) sebesar 11,095 menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap kenaikan earning per share (EPS), maka harga saham cenderung mengalami peningkatan.

Goodness of fit (Uji Kelayakan Model)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. [10].Untuk mengetahui fungsi regresi telah memenuhi unsur goodness of fit, maka dapat dilihat dari koefisien determinasi dan Uji F.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel dibawah ini:

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .811a .657 .623 1755.13742
Table 3.Koefisien Determinasi

a. Predictors: (Constant), ROA, ROE, EPS, OPM

b. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R squaresebesar 0,623 atau 62,3 persen. Hasil yang didapat tersebut dapat diartikan returnonassets(ROA), returnonequity(ROE), operating profit margin (OPM), dan earning pershare(EPS) mampu menjelaskan harga saham sebesar 62,3%. Sedangkan sisanya, yaitu 37,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian.

Uji F

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependennya (Ghozali, 2018:98). Berdasarkan uji F dapat diketahui bahwa return on assets (ROA), return on equity (ROE), operating profit margin (OPM), dan earning per share (EPS) sebesar 19,152 dengan sig. 0.000. nilai sig. yang didapat masih lebih kecil dari tingkat sig. α 0,05, sehingga menerima hipotesis yang menyatakan mode regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen.

Uji Parsial (t)

Uji parsial (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial atau individual .Untuk melakukan uji t dilakukan dengan cara bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan uji-t yang didapat maka dapa dianalisa sebagai berikut :

a. Pengaruh Return on assets (ROA) terhadap Harga Saham

Dari hasil uji T dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis ROA terhadap Harga Saham sebesar -0,431 dengan menunjukan nilai sig.0.669, dimana nilai sig. yang didapat lebih besar dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ROA (X1) tidak berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini H1 ditolak.

b. Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham

Dari hasil uji T dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis ROE terhadap harga saham sebesar -1,397 dengan menunjukkan nilai sig. 0,170, dimana nilai sig. yang didapat lebih besar dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ROE (X2) tidak berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini H2 ditolak.

c. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham

Dari hasil uji T dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis EPS terhadap harga saham sebesar 7,002 dengan menunjukkan nilai sig. 0,000, dimana nilai sig. yang didapat lebih kecil dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa EPS (X4) berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini H3 diterima.

d. Pengaruh Operating Profit Margin (OPM) terhadap Harga Saham

Dari hasil uji T dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis OPM terhadap harga saham sebesar 0,861 dengan menunjukkan nilai sig. 0,394, dimana nilai sig. yang didapat lebih besar dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa OPM (X3) tidak berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini H4 ditolak.

Pembahasan

Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitiaan menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini terjadi karena ROE hanya menggambarkan besarnya pengembalian atas investasi yang dilakukan pemegang saham biasa[13], namun tidak menggambarkan prospek perusahaan sehingga pasar tidak terlalu merespon dengan besar kecilnya ROE sebagai pertimbangan investasi yang akan dilakukan investor.

Hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Wehantouw, et.al, (2021), Nordiana & Budiyanto (2021), menunjukkan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Dan penelitian yang dilakukan Arifin & Agustami (2016) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Wicaksono yang menyatakan Return on equity (ROE) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, artinya ada atau tidaknya ROE belum dapat mempengaruhi tinggi rendahya harga saham terhadap harga saham. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian dan perbedaan waktu penelitian yang memungkinkan terjadinya perbedaan kondisi keuangan perusahaan. [14]

Pengaruh Operating profit Margin (OPM) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian Operating profit Margin (OPM) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi atau rendah nilai OPM perusahaan perhotelan tidak berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya harga saham perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena investor kurang menyukai OPM karena besarnya OPM tidak selalu diikuti earning yang besar.

Alasan kenapa tidak berpengaruh signifikan , hal ini dikarenakan data yang dimiliki oleh perusahaan yang relatif kecil sehingga tidak dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Menurut Kasmir (2008:201) perusahaan dikatakan baik jika OPM yang dimiliki di atas rata-rata industri pada umumnya yaitu 20%, sedangkan sebagian besar nilai OPM perusahaan yang dijadikan sampel di bawah 20%.

Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola penjualannya dalam mencapai laba. Semakin tinggi nilai OPM semakin efisien perusahaan tersebut mendapatkan laba dari penjualan. Hal itu juga menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan biaya – biaya dengan baik. Begitu juga sebaliknya, OPM yang semakin menurun menunjukkan ketidakmampuan perusahaan memperoleh laba atas penjualan dan mengelola biaya – biaya atas kegiatan operasionalnya, sehingga menyebabkan investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan.

Hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Watung & Ilat yang menunjukkan bahwa OPM berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. [15] Tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian Dita & Saifi yang menyatakan bahwa OPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian dan perbedaan waktu penelitian yang memungkinkan terjadinya perbedaan kondisi keuangan perusahaan. [16]

Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitiaan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil yang positif menunjukkan ketika jumlah saham yang beredar meningkat maka kemungkinan kemampuan memperoleh laba per lembar saham juga meningkat, begitu pula sebaliknya ketika earning per share (EPS) menurun maka harga saham akan menurun. Maka menarik investor untuk menanamkan modalnya dan akan meningkatnya harga saham. Karena para investor selalu memperhatikan akan pertumbuhan earning per share (EPS) perusahaan, sehingga akan mempengaruhi naik turunnya harga saham (Watung & Ilat : 2016). Earning per share yang semakin tinggi maka akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, sehingga akan meningkatnya harga saham.

Sesuai dengan pendapat Watung & Ilat (2016) Earning per Share (EPS) merupakan indikasi dari laba yang mendapatkan masing-masing saham biasa dan sering digunakan untuk menilai profitabilitas dan resiko yang terkait dengan keuntungan dan juga penilaian tentang harga saham. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Arifin & Agustami (2016) dan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Arifin & Agustami (2016) dan Watung & Ilat (2016) yang menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Harga Saham

Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas penggunaan asset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam pada total asset (Hery:2017). Semakin tinggi hasil pengembalian atas asset, berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang akan dihasilkan. Artinya peningkatan nilai ROA akan meningkatkan nilai jual saham, sehingga harga saham juga akan ikut naik.

Semakin tinggi nilai ROA berarti semakin efisien penggunaan asset yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi para investor. Tingginya nilai ROA menunjukkan bahwa kinerja manajemen juga meningkat dalam mengelola asset perusahaan untuk menghasilkan laba. Meningkatnya laba bersih perusahaan, maka nilai ROA juga akan meningkat, sehingga para investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya. Dengan begitu, harga saham juga turut naik

Hasil penelitian ini menerima H0 dan menolak H1 artinya ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor perindustrian. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan ROA tidak akan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini terjadi karena perusahaan sektor perindustrian ini memiliki data komponen yang tidak stabil setiap tahunnya selama 2018-2021.

Hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Jelie et al (2021) yang menyatakan return on assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin & Agustami (2016) dan Nordiana & Budiyanto (2021) yang menyatakan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan tahun dan perbedaan perusahaan yang diteliti.

Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) , Earning Per Share (EPS) DAN Operating Profit Margin ( O PM ) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji hipotesis secara simultan, bahwa Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) Dan Operating Profit Margin (OPM) memiliki nilai probabilitas F bernilai 0,000000 jauh dibawah tingkat signifikansi sebesar 5% yang berarti menolak Ho maka variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) DAN Operating Profit Margin (OPM) secara simultan memiliki pengaruh terhadap harga saham Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan sektor perhotelan di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2022. Hal ini menunjukan bahwa perubahan harga saham perusahaan yang termasuk dalam perusahaan perhotelan di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021. dipengaruhi oleh variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) DAN Operating Profit Margin (OPM) apabila dilakukan secara bersama-sama

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diasampaikan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh variabel return on assets (ROA), return on equity (ROE), operating profit margin (OPM), dan earning per share (EPS) terhadap harga saham, hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Return on on assets (ROA) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham, dapat diartikan bahwa secara statistik tidak berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Dengan demikian dugaan adanya pengaruh return on on assets (ROA) terhadap harga saham tidak terbukti atau tidak dapat diterima.
  2. ReturnOnEquity(ROE) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Hal ini terjadi karena ROE hanya menggambarkan besarnya pengembalian atas investasi yang dilakukan pemegang saham biasa namun tidak menggambarkan prospek perusahaan sehingga pasar tidak terlalu merespon dengan besar kecilnya ROE sebagai pertimbangan investasi yang akan dilakukan investor. Dengan demikian dugaan adanya pengaruh return onequity(ROE) terhadap harga saham tidak terbukti atau tidak dapat diterima.
  3. OperatingProfitMargin(OPM) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi atau rendah nilai OPM perusahaan perhotelan tidak berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya harga saham perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena investor kurang menyukai OPM karena besarnya OPM tidak selalu diikuti earning yang besar. Dengan demikian dugaan adanya pengaruh operating profit margin (OPM) terhadap harga saham tidak terbukti atau tidak dapat diterima.
  4. EarningperShare(EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham.Artinya, ketika jumlah saham yang beredar meningkat maka kemungkinan kemampuan memperoleh laba per lembar saham juga meningkat, begitu pula sebaliknya ketika earning per share (EPS) menurun maka harga saham akan menurun. Dengan demikian dugaan adanya pengaruh earningpershare (EPS) terhadap harga saham terbukti atau dapat diterima.
  5. Return On Asset(ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share(EPS) Dan Operating ProfitMargin (OPM) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham perusahaan perhotelan di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021. Hal ini menunjukan semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan akan mendorong peningkatan harga saham perusahaan yang termasuk dalam sektor perhotelan di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021.

References

  1. Altundra Wahyu Hidayatullah, "Pengaruh operating profit margin (OPM), earning per share (EPS), dan return on investment (ROI) terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI)," 2021.
  2. Y. N. Aryaningsih, A. Fathoni, and C. Harini, "Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) terhadap Return Saham pada Perusahaan Consumer Good (Food and Beverages) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2016," Journal of Management, vol. 4, no. 4, 2018.
  3. D. I. Bursa and E. Indonesia, "Suryani ekawati npm: 16.1.021.0540," 2020.
  4. Dr. Vladimir F., "Pengaruh roa, roe, opm dan eps terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif & komponen yang terdaftar di bursa efek indonesia," Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., vol. 1, no. 69, pp. 5–24, 2017.
  5. H. M. Fredy, Nurdhiana, and Hermawan Mulia, "Pengaruh BV, PBV, EPS dan PER terhadap Harga Saham Perusaahan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007- 2010," Jurnal STIE Widya Mangala, 2012.
  6. Ghozali, "Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS)Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018," pp. 151–156, 2013.
  7. Gunawan, "Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS)Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia," Angewandte Chemie International Edition, vol. 6, no. 11, pp. 951–952, 2020.
  8. M. M. Hanafi, Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE, 2010.
  9. Z. Labibah and Andayani, "Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia ( Stiesia )," Jurnal Ilmu Dan Riset AKuntansi, vol. 8, no. 12, pp. 1–19, 2019.
  10. G. N. Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
  11. H. Mardiyanto, "Analisis Pengaruh Nilai Tambah Ekonomi dan Nilai Tambah Pasar Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Ritel yang Listing dI BEI Tahun 2006-2011," Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2013.
  12. J. Maulana and D. D. Utama, "Pengaruh Return on Asset Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Sub Sektor Hotel, Restoran, Dan Pariwisata Yang Terdaftar Di Bei," Land Journal, vol. 2, no. 1, pp. 33–43, 2021
  13. Tryfino, Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2009.
  14. Don R. Hansen and Maryane M. Mowen, Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
  15. S. H. Mardiyanto, "Analisis NPM, ROA, dan ROE dalam Mengukur Kinerja Keuangan," Jurnal STEI Ekonomi, vol. 28, no. 02, pp. 254–266, 2019
  16. N. Setiawan, "Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie - Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya," Diskusi Ilmiah Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UNPAD, November, pp. 1–16, 2017
  17. S. Perdana and E. Hartanti, "Pengaruh OPM, ROE dan ROA terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Lembaga Pembiayaan di Indonesia," Sosio E-Kons, vol. 9, no. 1, p. 79, 2017
  18. T. Rachman, "Pengaruh Return on Assets (ROA), Return of Equity (ROE) dan Earning PErshare (EPS) terhadap harga saham (Pada PErusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)," Angewandte Chemie International Edition, vol. 6, no. 11, pp. 951–952, 2018. pp. 10–27.
  19. S. Sabrina and D. Lestari, "Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS)Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018," Administrasi Bisnis, 2020.
  20. N. Winarno, "Analisis Pengaruh CSR terhadap Profitabilitas Perusahaan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013," Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, pp. 29–40, 2015.
  21. K. R. Subramanyam and J. J. Wild, *Analisis Laporan Keuangan*, Jakarta: McGraw-Hill, 2012.
  22. I. Tbk, "EQUITY ( ROE ) DAN EARNING PER SHARE ( EPS ) UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN 2018," 2018, pp. 1–12.
  23. Solimun, "Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Bank Panin Syariah Indonesia," Journal of Chemical Information and Modeling, vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2019.
  24. Winarno, W. Wahyu, Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009.
  25. Agus Widarjono, Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Ke Dua. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta, 2007.
  26. S. N. Nim and A. Z. Irsyad, "http://digilib.mercubuana.ac.id/," 2017.
  27. S. Yolanda, "Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Bank Panin Syariah Indonesia," Journal of Chemical Information and Modeling, vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2019.