Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.1.2019.492

Accountability Accounting as Achievement Measurement Tool for Profit Center Manager at UD. Meubel Mulya Jati Widang Tuban


Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengukur Prestasi Manager Pusat Laba Pada UD. Meubel Mulya Jati Widang Tuban

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tuban
Indonesia
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tuban
Indonesia
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tuban
Indonesia

(*) Corresponding Author

Manager's achievements Profit center Accountability accounting

Abstract

Accountability accounting is an accounting system that recognizes the various centers of responsibility in the whole company, which reflects the plans and actions of each responsibility center by determining certain revenues and costs. The purpose of this research is to explain the implementation and application of the profit center accountability accounting system as well as explaining the accountability accounting application system to assess the work performance of the profit center at UD. Mulya Jati Widang Tuban furniture. This type of research conducted by the author is descriptive analysis, namely a study to make a systematic, active and accurate description of a picture or painting regarding the factors, properties and relationships between the phenomena under study then compared with existing practices and conclusions drawn. Implementation and application of accounting system for profit center accountability accounting at UD. Meubel Mulya Jati, said to be good where there is an audit every year-end on the financial statements by each division where the calculation process is based on analysis of expenses / operational costs and sales results. Next, the performance of the profit center manager has increased every year.

Pendahuluan

Suatu perusahaan yang berorientasi profit oriented atau mencari laba akan selalu berusaha memperoleh keuntungan secara maksimal dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang yang baik serta selalu menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Dalam usaha untuk mencapai tujuan, maka setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efektifitas maupun efisiensi kerja dengan cara mengkoordinasikan semua kegiatan perusahaan maka disusun strategi perusahaan.

Akuntansi pertanggungjawaban sebernarnya timbul sebagai akibat adanya wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkan dalam bentuk suatu laporan tertulis. Akuntansi pertanggungjawaban yang baik, dalam penerapannya harus menetapkan atau memberi wewenang secara tegas, karena dari wewenang ini akan menimbulkan adanya tanggungjawab. Dengan wewenang dan tanggungjawab tersebut akan memudahkan pengendalian terhadap penyimpangan yang terjadi.

Akuntansi pertanggungjawaban banyak dipakai oleh perusahaan dan badan usaha lainnya karena memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya, kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivitas tersebut, dan menentukan unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien. Akuntansi pertanggungjawaban dipergunakan untuk mengartikan setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Dalam kaitan ini satu organisasi diumpamakan sebagai kumpulan beberapa pusat pertanggungjawaban.

Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk hirarki dalam organisasi tersebut. Pada tingkat paling rendah bentuk pertanggungjawaban didapatkan sebagai seksi, regulernya bergilir, serta unit-unit kerja lain. Sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi didapatkan dalam bentuk departemen-departemen ataupun divisi-divisi yang biasanya merupakan kumpulan beberapa unit yang lebih kecil dari organisasi tersebut ditambah dengan staff serta tenaga manajemen lainnya. Akuntansi pertanggungjawaban memiliki daya tarik bagi kebanyakan pimpinan karena dapat memudahkan pelimpahan (delegasi) pengambilan keputusan, sebagai setiap manajer menengah diberi kekuasaan atas suatu bagian yang lebih kecil (sub unit) bersama-sama dengan suatu wewenang dan hal lain akuntansi pertanggungjawaban memberikan sarana-sarana dasar untuk mengadakan evaluasi atas kemampuan setiap manajer sebagai pimpinan tertinggi akan mendapatkan informasi yang kuat.

Akuntansi pertanggungjawaban menekankan pertanggungjawaban sampai ke pihak yang memiliki keterangan yang paling lengkap. Seperti yang dinyatakan oleh Charles T. Hongren [1], bahwa “Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan disebut juga akuntansi keuntungan atau akuntansi kegiatan” [1].

Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit yang berada dalam kendali mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke periode berikutnya, dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial, akan tetapi laba harus mencerminkan usaha manajerial agar dapat menjadi petunjuk bermakna.

UD. Meubel Mulya Jati adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang selama ini masih menggunakan cara manual dalam menilai prestasi manager. Dimana pimpinan perusahaan menilai keberhasilan kerja manajer hanya dengan melihat cara kerja manajer tanpa melihat daftar laporan keuangan yang selama ini dikerjakan oleh manajer pusat laba. Adapun laporan keuangan yang dipakai oleh perusahaan hanya berupa perhitungan neraca rugi laba.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian disdesain untuk:

  1. Menjelaskan pelaksanaan dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pusat laba pada UD. Meubel Mulya Jati Widang Tuban
  2. Menjelaskan sistem peneerapan akuntasi pertanggungjawaban untuk menilai prestasi kerja pusat laba pada UD. Meubel Mulya Jati Widang Tuban

Kajian Pustaka

Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengukur kinerja dari setiap pusat pertanggungjawaban, dimana kinerja tersebut dapat dibandingkan antara anggaran kegiatan/biaya dengan realisasi kegiatan/biaya.Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Sistem ini diciptakan untuk memberikan keleluasaan kepada manajer untuk mengelola bagian organisasi yang dipimpinnya secara optimal.

Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan sebuah sistem yang disusun untuk mengukur hasil setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan. Sedangkan menurut Charles T. Hongren [1] menyatakan bahwa Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan disebut juga akuntansi keuntungan atau akuntansi kegiatan.

Akuntansi Pertanggungjawaban menurut Mulyadi [2]: “Akuntansi Pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas pentimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan”. H.S. Hadibroto [3], menyatakan bahwa Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang menjadi tanggungjawab.

Suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat keputusan yang berkembang luas di suatu organisasi dan menelusuri biaya (serta penghasilan aktiva dan hutang yang bersangkutan) ke masing-masing manajer individual yang bertanggungjawab penuh atas pengambilan keputusan mengenai biaya yang dipermasalahkan. Berdasarkan dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah proses yang meliputi penunjukkan pusat pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang kepada orang-orang dalam pusat pertanggungjawaban, penyajian anggaran, pengumpulan data realisasi, dan penyajian laporan, perbandingan antara realisasi dengan anggaran, dan penanganan orang-orang yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban memerlukan pendelegasian wewenang kepada pusat pertanggungjawaban, sehingga pusat pertanggungjawaban dapat bertanggung jawab atas realisasi anggaran. Tiga konsep dasar mengenai akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

  1. Akuntansi Pertanggungjawaban didasarkan atas penggolongan tanggung jawab manajemen (departemen) pada setiap tindakan dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi setiap departemen. Individu yang mengepalai pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan biaya-biaya dari kegiatannya. Konsep ini menekankan perlunya penggolongan biaya menurut biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan pada departemen (kecuali biaya tetap) merupakan biaya yang dapat dikendalaikan oleh para manajer departemen tersebut.
  2. Titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban terletak pada bagan organisasi dimana ruang lingkup dan wewenang telah ditentukan. Wewenang mendasari pertanggungjawaban biaya-biaya tertentu dengan pertimbangan dan kerjasama antara penyelia, kepala departemen atau manajer. Biaya tersebut diajukan dalam anggaran departemen.
  3. Setiap anggaran harus jelas menunjukkan biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh orang yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus disesuaikan supaya dapat dilakukan pencatatan atas biaya-biaya yang dapat dikendalikan atau di pertanggungjawabkan dalam kerangka kerja yang tercakup dalam wewenang.

Penggolongan Pusat-Pusat Pertanggungjawaban

Pusat tanggungjawab pada dasarnya diciptakan untuk mencapai suatu sasaran tertentu, baik sasaran tunggal ataupun sasaran majemuk. Sasaran-sasaran tersebut sering pula kita sebut sebagai obyektif yang harus kita capai. Dalam kaitan ini, dapat dimengerti apabila sasaran dari masing-masing individu dalam tiap-tiap pusat tanggungjawab itu harus diusulkan agar selaras, serasi dan seimbang dalam usaha mencapai sasaran umum dari organisasi diputuskan dalam suatu proses perencanaan strategik yang dalam hal ini diasumsikan telah ditetapkan sebelum awal proses pengendalian manajemen dimulai.

Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan pusat pertanggunjawaban tersebut. Pada pusat pendapatan, tingkat keluaran di ukur dalam bentuk nilai uang, tetapi tidak ada usaha formal yang dilakukan untuk mengkaitkan masukan atau biaya dengan keluaran yang dihasilkannya. Pusat pendapatan terutama banyak di organisasi pemasaran. Anggaran atau target penjualan telah dipersiapkan atau direncanakan terlebih dahulu, dimana gunanya adalah untuk mengukur transaksi-transaksi penjualan yang sudah dilakukan ataupun order-order pembelian yang sudah tercatat dalam rangka kegiatan pusat pendapatan secara keseluruhan dan juga untuk mencatat hasil kegiatan dari masing-masing wiraniaga yang melaksanakan aktivitas tersebut.Kemudian hasil-hasil nyata dari seluruh kegiatan tersebut di bandingkan dengan nilai tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya suatu anggaran.

Pusat biaya adalah suatu pusat tanggungjawab dimana manajer bertanggungjawab untuk mengendalikan biaya yang terjadi di unit tersebut. Dan tidak bertanggungjawab dari segi keuangan untuk laba ataupun investasi dari unitnya. Atas dasar karakteristik hubungan antara masukan dan keluarnya pusat biaya digolongkan menjadi (1) pusat biaya teknik (Engineered expense Center) dan (2) pusat biaya kebijakan (Discritionary Expense Centre)

Metode

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah deskriptif analisis yaitu suatu penelitian untuk membuat diskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis aktif dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti kemudian dibandingkan dengan praktek yang ada dan ditarik kesimpulan. Jenis data yang digunakan dalam pengumpulan data perencanaan data adalah sebagai berikut data kualitatif yaitu data yang berbentuk uraian kata-kata dari hasil wawancara, lembar laporan kerja dikumpulkan dan arsip-arsip kantor yang biasa digunakan. Data-data kualitatif tersebut akan digunakan untuk memperkaya data kuantitaif sehingga data tersebut bisa teruji dengan baik, data-data kualitatif tersebut bersifat terbuka dilapangan seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan tahap-tahap atau proses produksi. Sedangkan data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka yang dianalisis dengan cara membandingkan antara data yang satu dengan yang lainnya, menyusun dalam tabel dan menggunakan analisis rumus tertentu dalam penelitian ini data yang akan didapat seperti jumlah produksi, data penjualan, dan data pemakaian bahan baku.

Hasil dan Pembahasan

Sistem akuntansi pertangung jawaban pusat laba UD. Meubel Mulya Jati

Pada dasarnya laporan keuangan diaudit setiap akhir tahun oleh setiap bagian dimana dalam proses penghitungan berdasakan analisa pengeluaran / biaya operasional dan hasil penjualan. Adapun pertanggung jawaban diberikan pada akhir periode tutup tahun dari setiap transaksi yang dilakukan oleh UD. Meubel Mulya Jati. Untuk mendapatkan data kuantitatif yang sesuai dengan fakta dari angka-angka data perusahaan maka yang harus dilakukan oleh penulis untuk mengukur prestasi manajer pusat laba dengan menggunakan dua metode yaitu Metode ROI (Return Of Investment) dan Metode RI (Residual Income).Adapun proses perhitungan untuk memperoleh ROI dan RI dari data yang ada, adalah sebagai berikut :

Menghitung ROI

ROI =

20072013 = = 20%

20082014 = = 21%

20092015 = = 23%

20102016 = = 26%

Sesuai perhitungan ROI pada tabel di atas, terdapat peningkatan laba perusahaan pada tahun 2008 menjadi sebesar 21% atau ada kenaikan sebesar 1% dibandingkan prosentase perhitungan laba tahun 2013. Untuk tahun 2015 terdapat peningkatan laba perusahaan sebesar 23% atau ada kenaikan sebesar 2% dibandingkan prosentase perhitungan laba tahun 2014. Dan untuk tahun 2016 terdapat peningkatan laba perusahaan sebesar 26% atau ada kenaikan sebesar 3% dibandingkan prosentase perhitungan laba tahun 2015. sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan atau penghasilan UD. Meubel Mulya Jati mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai tahun 2016.

TAHUN 20 13 20 14 20 15 201 6
Laba sebelum pajak 80.408.000 100.190.000 137.692.000 168.829.000
Beban Inventasi
15% x 380,000,000 57.000.000 - - -
15% x 450,000,000 67.500.000 - -
15% x 567,500,000 - - 85.125.000 -
15% x 615,000,000 - - - 92.250.000
JUMLAH 23 . 4 08.000 32 . 690 .000 52.690 .000 76 . 829 .000
Table 1.RI (Residual Income) Tahun 2013 – 2016Sumber : Data yang diolah

Dari perhitungan RI (Residual Income) didasarkan pada laba bersih sebelum pajak dan investasi didasarkan atas modal kerja, maka perusahaan UD Meubel Mulya Jati mengalami peningkatan penjualan secara signifikan setiap tahunnya mulai mulai tahun 2013 s/d 2016, dimana pada tahun 2013 jumlah laba yang diperoleh sebesar 23.408.000, untuk tahun 2014 jumlah laba yang diperoleh sebesar 32.690.000, dan untuk tahun 2015 jumlah laba yang diperoleh sebesar 52.567.000, serta untuk tahun 2016 jumlah laba yang diperoleh sebesar 76.829.000.

Pembahasan

Berdasarkan pelaksanaan dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pusat laba pada UD. Meubel Mulya Jati dikatakan sudah baik, dimana laporan keuangan diaudit setiap akhir tahun oleh setiap bagian dimana dalam proses penghitungan berdasakan analisa pengeluaran/biaya operasional dan hasil penjualan. Adapun pertanggung jawaban diberikan pada akhir periode tutup tahun dari setiap transaksi yang dilakukan oleh UD. Meubel Mulya Jati.. Dalam perhitungan ROI (Return of Invesment) prestasi manajer pusat laba mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai tahun 2013 sampai 2016, hal ini ditunjukkan dengan kenaikan nilai prosentase laba dimana pada tahun 2014 menjadi sebesar 21% atau ada kenaikan sebesar 1% dibandingkan prosentase perhitungan laba tahun 2013. Untuk tahun 2015 terdapat peningkatan laba perusahaan sebesar 23% atau ada kenaikan sebesar 2% dibandingkan prosentase perhitungan laba tahun 2014. Dan untuk tahun 2016 terdapat peningkatan laba perusahaan sebesar 26% atau ada kenaikan sebesar 3% dibandingkan prosentase perhitungan laba tahun 2015. sehingga dikatakan bahwa akuntasi pertanggungjawaban dapat menilai kinerja manajer pusat laba dan mempermudah manajer dalam melaporkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan.

Sedangkan laba yang diperoleh setelah kena pajak juga mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan laba dari tahun ke tahun mulai tahun 2013 sampai 2016, dengan dibuktikan bahwa pada tahun 2013 laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 23.408.000,00, untuk tahun 2014 laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 32.690.000,00, dimana ada kenaikan pada tahun 2008 sebesar Rp. 9.282.000,00 dibandingkan tahun 2013, dan untuk tahun 2015 laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 52.567.000,00, dimana ada kenaikan pada tahun 2015 sebesar Rp. 19.877.000,00 dibandingkan tahun 2014, serta tahun 2016 laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 76.829.000,00, dimana ada kenaikan pada tahun 2016 sebesar Rp. 24.262.000,00 dibandingkan tahun 2015

Kesimpulan

Setelah pembahasan yang dilakukan oleh penulis maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

  1. Pelaksanaan dan penerapan akuntansi sistem akuntansi pertanggungjawaban pusat laba pada UD. Meubel Mulya Jati, dikatakan sudah baik dimana ada audit setiap akhir tahun pada laporan keuangan oleh setiap bagian dimana dalam proses penghitungan berdasakan analisa pengeluaran/biaya operasional dan hasil penjualan. Adapun pertanggungjawaban diberikan pada akhir periode tutup tahun dari setiap transaksi yang dilakukan.
  2. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban secara tepat dapat menilai prestasi kerja manajer pusat laba. Hal ini prestasi manajer pusat laba mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai tahun 2013 sampai 2016, hal ini ditunjukkan dengan kenaikan nilai prosentase laba dimana pada tahun 2014 menjadi sebesar 21%, naik 1% dibandingkan tahun 2013. Untuk tahun 2015, laba meningkat sebesar 23%, naik 2% dibandingkan tahun 2014. Dan untuk tahun 2016 meningkat sebesar 26%, naik 3% dibandingkan tahun 2015. sedangkan laba yang diperoleh setelah kena pajak juga mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan laba dari tahun ke tahun mulai tahun 2013 laba sebesar Rp. 23.408.000,00, tahun 2014 laba sebesar Rp. 32.690.000,00 atau laba meningkat sebesar Rp. 9.282.000,00 dibandingkan tahun 2013, tahun 2015 laba sebesar Rp. 52.567.000,00, atau laba meningkat sebesar Rp. 19.877.000,00 dibandingkan tahun 2014, dan tahun 2016 laba sebesar Rp. 76.829.000,00 atau laba meningkat sebesar Rp. 24.262.000,00 dibandingkan tahun 2015.

References

  1. Horngren, Charles T. Terj. 1993. Pengantar Akuntansi Manajemen, edisi ke-6, Jilid I, Alih Bahasa Frederikson Saragih. Jakarta: Erlangga.
  2. Mulyadi. 1992. Akuntansi Biaya, edisi ke-2. STIE YKPN. Yogyakarta.
  3. Hadibroto, S. 1998. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.