Abstract
This study aims to determine the teacher's strategy in providing strengthening the honest character of third grade students at MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng during the covid-19 period, to find out the obstacles faced by teachers in strengthening the honest character of third grade students at MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng during the covid-19 period. 19. This study uses a qualitative descriptive approach. The research subjects were the principal, teachers, and students at Mi Muhammadiyah 2 Kedung Banteng. This study uses data collection techniques in the form of observation, interviews, and documentation. Data analysis used steps of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The validity of the data using triangulation of data sources and techniques. The results showed that the strategy used by the teacher to implement character education in the teaching and learning process in the classroom was by being an example for students and teaching moral values in each lesson. There are 4 inhibiting factors in efforts to build the character of third grade students at MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng. Limited time, Lack of attention from parents of students, Influence of the surrounding environment, Lack of communication.
Highlights:
- Teacher as a role model: The teacher's strategy involves being an example for students and imparting moral values in every lesson, fostering honesty in third-grade students.
- Inhibiting factors: Limited time, lack of parental involvement, influence of the surrounding environment, and lack of communication pose obstacles in strengthening the honest character of third-grade students during the Covid-19 period.
- Qualitative descriptive approach: The study utilizes a qualitative descriptive approach, employing observation, interviews, and documentation as data collection techniques to understand the teacher's strategies and challenges in character education.
Keywords: Teacher strategy, Honest character, Third-grade students, Covid-19 period, MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng
Pendahuluan
Karakter adalah elemen dasar manusia membentuk karakteristik psikologis seseorang dan berperilaku sesuai nilai yang cocok untuk dirinya sendiri. Permasalahan moral bangsa menjadikan penerapan pendidikan karakter menjadi solusi strategis untuk menyelesaikan permasalahan bangsa[1]. Namun, pelaksanaan pendidikan selama ini masih menekankan pada aspek pengetahuan, aspek afektif masih sering di kesampingkan[2]. Hal tersebut menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai karakter menjadi salah satu tujuan pendidikan, dimana pendidikan tidak hanya mengejar atau menanamkan nilai kognitif pada peserta didik, akan tetapi diperlukan penanaman sikap-sikap positif pada generasi muda bangsa melalui pendidikan karakter. Oleh karena itu, perilaku seseorang yang tidak jujur, kejam atau serakah dianggap orang jelek, dan orang yang jujur sebagai orang yang berkarakter. Pentingnya pendidikan karakter memang perlu diadakan di setiap sekolah, bukan hanya sebagai suatu formalitas saja tetapi memang harus direalisaikan untuk nilai-nilai karakater yang perlu ditanamkan pada diri siswa sejak dini, Penguatan karakter pada anak merupakan upaya serius, sistematis dan berkelanjutan yang bertujuan untuk membesarkan dan meningkatkan kesadaran dan keyakinan anak terhadap pola perilaku yang menjadi ciri khas pada anak agar melekat serta menetap pada diri anak. Pentingnya penerapan pendidikan karakter di sebabkan berbagai permasalahan sosial terjadi di Indonesia seperti; tawuran antar pelajar, permusuhan antar agama, dan kasus korupsi [3]. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan moral yang harus segera diberikan solusi agar masa depan genasi muda tidak jerjebak dalam masalah tersebut. Penguatan karakter pertama di bentuk oleh orang tua (keluarga) dengan menanamkan perilaku positif di rumah melalui perilaku positif, meliputi perilaku religius, menanamkan nilai-nilai, etika, budi pekerti dan kedisiplinan, sehingga akan membentuk karakter.
Kejujuran merupakan nilai penting yang harus di miliki setiap orang [4]. Kejujuran tidak hanya harus diucapkan, tetapi harus tercermin dalam perilaku sehari-hari. Jujur ialah sebuah sikap atau sifat pada diri individu yang dapat dipercaya perbuatannya, perkataannya, serta pekerjaanya bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain[5]. Pentingnya karakter jujur di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng dilakukan oleh guru kepada peserta didik yang diarahkan pada tercapainya tujuan–tujuan pendidikan karakter yang dapat terwujud dengan upaya penanaman karakter di sekolah.
Pada saat pandemi covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu menerapkan pembelajaran online dan offline. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, hal ini berarti bahwa jaringan yang terhubung melalui jaringan komputer, internet, dan lain-lain selama proses pembelajaran. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan new normal dengan tujuan memulihkan sektor ekonomi yang lumpuh selama kurang lebih tiga bulan akibat dampak covid-19, namun sektor pendidikan khususnya bidang pembelajaran di sekolah belum sepenuhnya dibuka oleh pemerintah. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai penguatan karakter jujur siswa kelas III di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng pada masa covid-19. Dalam hal ini diharapkan supaya peserta didik tidak hanya memiliki nilai akademik yang baik tetapi juga memiliki nilai karakter yang baik pula.
Metode Penelitian
Metode kualitatif ini penelitian harus menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati dalam mencari informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada objek ilmiah, yaitu kegiatan yang berjalan sebagaimana adanya tanpa manipulasi data atau kebohongan, sehingga data yang diperoleh merupakan data nyata tanpa adanya manipulasi data. Metode penelitian kualitatif ini merupakan penelitian deskriptif yang dapat menghasilkan data tertulis maupun lisan yang diperoleh dari perilaku siswa[6].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena apa saja yang dialami subjek. Penelitian ini mendeskripsikan fenomena yang terjadi di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng, karena siswa di lingkungan ini masih kurang jujur, maka kejujuran ini belum sepenuhnya di terapkan di sekolah. Selama periode covid-19, guru banyak memberikan tugas rumah, bukannya anak mengerjakan sendiri, tetapi orang tua mengerjakannya. Berangkat dari masalah tersebut, judul penelitian ini adalah memperkuat karakter jujur siswa kelas III MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng selama periode covid-19.
Hasil dan Pembahasan
A. Strategi guru dalam memberikan penguatan karakter jujur pada siswa kelas III di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng pada masa Covid-19.
Berhasil tidaknya pendidikan pada siswa itu tergantung pada gurunya dalam melaksanakan pembelajaran. Tugas guru bukan menyangkut dari kegiatan di dalam kelas dan sekolah saja, melaikan harus juga melakukan hal-hal yang sehubungan dengan kedudukannya sebagai guru. Strategi yang digunakan guru untuk menerapkan pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan menjadi contoh bagi siswa dan mengajar nilai moral pada setiap pelajaran. Sehingga siswa secara tidak langsung belajar mencontoh tindakan dan perilaku gurunya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara: “Bagaimana strategi untuk menerapkan pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar di dalam kelas? Dengan menjadi contoh bagi siswa dan mengajar nilai moral pada setiap pelajaran”.
1. Membuat dan mengerjakan tugas secara benar
Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa untuk menerapkan perilaku jujur, bentuk kegiatan rutin yang diberikan guru kepada siswa dalam membuat dan mengerjakan tugas dengan benar yaitu guru menekankan pemberian tugas dalam bentuk latihan soal individu di sekolah, tugas piket dan tanggung jawab individu di rumah dengan diberikan tugas berupa pekerjaan rumah (PR). Penanaman nilai karakter kejujuran merupakan aspek penting dalam membangun bangsa melalui pendidikan, kejujuran merupakan sifat yang baik harus dimiliki pada setiap individu yang perlu ditanamkan sedini mungkin, sebab kejujuran merupakan tanggung jawab moral seseorang pada norma dan nilai agama di masyarakat[7].
2. Tidak menyontek dan memberikan Contekan
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti menyimpulkan bahwa beberapa guru melakukan kegiatan dengan cara mengingatkan dan menegur secara lisan kepada siswa supaya tidak mencontek dalam mengerjakan tugas. Dalam observasi Guru Kelas mengkondisikan siswa untuk duduk menepi, yang sebelah kiri menepi ke kiri dan sebelah kanan menepi ke kanan. Mengapa demikian? Karena kita sebagai guru menginginkan agar siswa-siswa tidak mencontek dan memberi contekan.
3. Tidak memanipulasi fakta atau informasi
Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi diperoleh data bahwa guru-guru di Mi Muhammadiyah 2 Kedung Banteng memberikan nilai dengan objektif tanpa melihat siapa anaknya. Misi merupakan penjabaran atau uraian dalam bentuk perumusan tugas, dan misi dapat dikatakan suatu bentuk pelayanan untuk memenuhi tuntutan yang gambarkan dalam visi dalam berbagai karakteristik[8]. Hal tersebut menunjukkan misi dapat dimaknai sebagai bentuk kegiatan yang akan dilakukan melalui program atau tugas dari suatu lembaga. Suatu bentuk perumusan misi ialah suatu pernyataan misi sekolah harus berkenaan secara jelas mengenai yang hendak dicapai sekolah[9]. Guru- guru di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng sudah terbiasa memberikan contoh kepada siswa untuk mengoreksi tugas individu atau PR untuk dikoreksi sendiri tanpa harus ditukar dengan pekerjaan teman lainnya. Guru berusaha untuk memberikan kepercayaan kepada siswa. Untuk nilai akhir, guru hanya memberikan rumus dan siswa yang menghitung nilai dari hasil benar dan salahnya jawaban.
B. Kendala penguatan karakter jujur pada siswa kelas III di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng pada masa covid-19.
1. Keterbatasan waktu
Terbatasnya waktu merupakan salah satu hambatan yang membentuk kepribadian siswa, Pemahaman siswa akan nilai kejujuran belum seutuh nya dapat di terapkan disekolah karena banyak pengaruh factor dari luar dan keterbatasan waktu ketika siswa berada di sekolah dikarenakan terikat dengan jam sekolah sehingga siswa tidak seutuh nya berada di sekolah dan menerapkan sikap jujur sepenuh nya, maka dari itu terbatasnya waktu ini mempengaruhi salah satu penghambat dalam membentuk kepribadian siswa.
2. Kurangnya perhatian dari orang tua siswa
Peran orang tua dalam pendidikan diantaranya; orang tua berperan dalam memberikan pendidikan anaknya yang layak dan memberikan pendampingan pendidikan, dalam hal tersebut orang memiliki peran dalam mendampingi anaknya dalam belajar, kegiatan anak belajar dirumah tentunya perlu mendapatkan pendampingan orang tua[10]. Sebagaimana diketahui bahwa orang tua merupakan pendidik yang utama dalam lingkungan keluarga, jika orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak baik dari segi pendidikan maupun karakter jujur maka anak tersebut merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua sehingga mereka mencari perhatian lebih pada saat belajar disekolah dan mencari hal hal baru pada lingkungan yang baru yang akan berdampak negatif terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah serta karakter siswa terutama pada karakter jujur sehingga kita sebagai orang tua harus menanamkan pemahaman jujur di dalam hati siswa.
3. Pengaruh lingkungan sekitar
Pergaulan siswa di luar lingkungan sekolah tentunya membawa pengaruh baik positif maupun negative pada lingkungan sekolah, sehingga sehingga sekolah dan orang tua sangat berpengaruh besar untuk menanamkan karakteistik jujur pada diri siswa agar tidak salah dalam memilih sebuah pergaulan pada lingkungan yang baru.
4. Kurangnya komunikasi
Komunikasi sangat penting dalam memberikan penguatan untuk membentuk karakter kejujuran pada siswa. Guru harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan pihak lain di sekolah, untuk menjalin kerjasama dalam menerapkan penguatan kejujuran pada siswa sehingga sekolah dapat menerapkan karakteristik sikap jujur.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng, Strategi Guru Dalam Penguatan Karakter Jujur Siswa Kelas III di Mi Muhammadiyah 2 Kedung Banteng Pada Masa Covid-19. Maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: (1) Strategi yang digunakan guru untuk menerapkan pendidikan karakter jujur dalam proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan menjadi contoh bagi siswa dan mengajar nilai moral pada setiap pelajaran. (2) Ada 4 faktor penghambat dalam upaya pembentukan karakter siswa kelas III di MI Muhammadiyah 2 Kedung Banteng. (1) Keterbatasan waktu, (2) Kurangnya perhatian dari orang tua siswa, (3) Pengaruh lingkungan sekitar, (4) Kurangnya komunikasi.
References
- Yuliawati, F. (2014). Penerapan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran sains di madrasah ibtidaiyah DIY. Jurnal Al-Bidayah, 6(2), 169-182.
- Ariyanto, R. D., Andrianie, S. & Hanggara, G. S. (2020). Implementasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid-19: Tantangan dan Kontribusi. Prosiding Webinar Nasional FIP Universitas Negeri Surabaya, 128-135.
- Rusmana, A. O. (2019). Penerapan Pendidikan Karakter di SD. Jurnal Eduscience, 4(2), 74-80.
- Fitri, Agus Zainul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
- Auliyairrahmah, A., Djazilan, S. & Nafiah, N. dkk. (2021). Implemntasi pendidikan karakter integritas sub nilai kejujuran melalui program kantin kejujuran disekolah dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 3565-3578.
- J Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Messi, M. & Harapan, E. (2017). Menanamkan nilai kejujuran didalam kegiatan madrasa berasrama (boarding school). JMKSP: Junal Manjemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, 1(1), 278-290.
- Calam, A., Marhamah, A. & Nazaruddin, I. (2020). Reformasi visi misi dan tujuan sekolah. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 10(2), 175-196.
- Calam, A. & Qurniati, A. (2016). Merumuskan visi dan misi lembaga pendidikan. Jurnal Ilmiah Saintiqom, 15(1), 53-68.
- Sunengsih, S. (2022). Penanaman nilai kejujuran pada anak dilingkungan keluarga. ISTIGNA, 5(1), 103-117.