Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.8.2023.3575

Tax Avoidance Dynamics in Automotive: Sales, Age, Profit, Size Insights


Dinamika Penghindaran Pajak pada Perusahaan Otomotif: Perkembangan Penjualan, Usia Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran.

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Tax Avoidance Automotive industry Sales growth Company age Profitability Company size

Abstract

This study investigates the determinants of tax avoidance in the automotive industry, focusing on the influence of sales growth, company age, profitability, and company size. Utilizing a purposive sampling method, a sample of nine automotive companies listed on the stock exchange during the 2015-2018 period was analyzed through secondary data analysis employing Multiple Linear Regression. The results indicate that both sales growth and company age exert a significant impact on tax avoidance in automotive companies. Additionally, profitability demonstrates a partial effect on tax avoidance, while company size also influences tax avoidance within the sector. These findings enhance our comprehension of the factors influencing tax avoidance behavior, offering valuable implications for policymakers, regulators, and stakeholders in promoting tax compliance and transparency within the automotive industry.

Highlights:

  • Significant factors: The study identifies sales growth, company age, profitability, and company size as key determinants of tax avoidance behavior in automotive companies.
  • Implications for policymakers: The findings offer valuable insights for policymakers and regulators in enhancing tax compliance and transparency within the automotive industry.
  • Importance of understanding tax avoidance: The study contributes to our understanding of the factors influencing tax avoidance behavior, shedding light on the dynamics within the automotive sector and aiding stakeholders in developing strategies to address tax avoidance effectively.

Keywords: Tax avoidance, Automotive industry, Sales growth, Company age, Profitability, Company size.

Pendahuluan

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara yang dibayar oleh masyarakat dan sebagai iuran pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta sebagai perwujudan peran serta masyarakat atau wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Pajak dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan dan membebani seorang wajib pajak karena pajak dapat mengurangi kemampuan daya beli masyarakat [1].

Pelaksanaan pemungutan pajak oleh pemerintah, tidaklah selalu mendapat sambutan baik dari perusahaan. Perusahaan pun juga dapat terbebani dengan adanya pajak ini karena keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan akan memberikan sanksi apabila perusahaan tidak membayar kewajibannya berupa pajak. Pemerintah dan wajib pajak mempunyai kepentingan yang berbeda dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Pemerintah ingin terus menaikkan penerimaan negara melalui pajak guna membiayai penyelenggaraan pemerintah, sedangkan hampir sebagian besar wajib pajak tidak ada secara sukarela dengan senang hati untuk membayar pajak dan berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak akan mengurangi pendapatan atau laba bersih perusahaan. Wajib pajak dalam hal ini perusahaan akan berupaya memperkecil jumlah pembayaran pajak dengan cara legal maupun ilegal sehingga target laba yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal ini dimungkinkan apabila ada peluang untuk memanfaatkan celah dari kelemahan peraturan perpajakan. Wajib pajak badan berupa perusahaan merupakan kontribusi terbesar penerimaan pajak negara. Perusahaan akan berusaha mengelola pembayaran pajaknya seminimum mungkin agar laba yang diperoleh maksimal. Usaha pengurangan pembayaran pajak secara legal disebut penghindaran pajak (tax avoidance), sedangkan usaha pengurangan pembayaran pajak secara ilegal disebut (tax evasion).

Fluktuasi kegiatan perekonomian yang dialami perusahaan kerap tidak mendapatkan toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak yang progresif dan stabil. Pengaruh fluktuasi kegiatan perekonomian tersebut, tentu akan berakibat terhadap pelaporan keuangan perusahaan dan pelaporan pajaknya [2]. Penghindaran pajak adalah salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan [3]. Menurut [4] Ada tiga tahapan atau langkah akan dilakukan perusahaan dalam meminimalkan pajak yaitu :

1. Perusahaan berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal.

2. Mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal maupun ilegal.

3. Apabila kedua langkah sebelumnya tidak dapat dilakukan maka wajib pajak akan membayar pajak tersebut. Inilah strategi dalam melakukan perencanaan pajak.

Inilah strategi dalam melakukan perencanaan pajak. Tidak sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan pajak (tax planning) dengan tujuan untuk meminimalisasi pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah usaha untuk mengurangi utang pajak yang bersifat legal . Pengukuran tax avoidance digunakan untuk menggambarkan adanya kegiatan tax avoidance karena CETR tidak berpengaruh dengan adanya perubahan estimasi seperti adanya perlindungan pajak. Semakin tinggi tingkat presentase CETR yaitu mendekati tarif pajak penghasilan badan sebesar 25% mengindikasikan bahwa semakin rendah tingkat tax avoidance perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat presentase CETR mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat tax avoidance perusahaan.

Wajib pajak yang taat pada peraturan perpajakan merupakan kondisi ideal yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia. Selain dapat menjalankan kewajiban dengan baik, wajib pajak seperti ini juga berperan secara aktif dalam meningkatkan pemasukan negara. Namun demikian, tidak semua jenis wajib pajak melaksanakan kewajibannya sesuai aturan. Ada saja oknum pengusaha atau perusahaan yang selalu berupaya melakukan tax avoidance. Seperti terjemahan harfiahnya, tax avoidance merupakan upaya menghindari kewajiban pajak yang seharusnya dilaksanakan. Biasanya, hal ini terjadi pada tahap pembayaran pajak. Tujuannya jelas, untuk mengambil keuntungan sepihak agar pendapatan yang masuk tidak banyak terpotong pajak dari pemerintah. Padahal penghindaran pajak sendiri bisa dikategorikan pelanggaran pada Undang-Undang Perpajakan. Jadi, dapat simpulkan bahwa tax avoidance hal yang positif bagi perusahaan tetapi merupakan hal yang negative bagi pemerintahan.

Sales growth perusahaan meningkat maka akan lebih banyak mendapat keuntungan yang dapat menyebabkan pajak yang harus dibayarkan perusahaan menjadi lebih besar. Hal ini tentu akan mendorong perusahaan untuk melakukan kegiatan manajemen pajaknya.

Umur perusahaan juga dapat mempengaruhi adanya aktivitas tax avoidance. Umur perusahaan yaitu seberapa lama perusahaan tersebut berdiri dan dapat bertahan di BEI. Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan untuk tetap eksis dan mampu bersaing di dalam dunia usaha. Umur perusahaan dalam penelitian ini menggunakan umur perusahaan dari tanggal perusahaan terdaftar di BEI . Hal ini disebabkan karena pada saat perusahaan sudah terdaftar di BEI dan go public, maka perusahaan harus mempublikasikan pelaporan keuangannya kepada masyarakat dan pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalamnya dapat segera digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan. seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan akan menjadi tidak efisien. Perusahaan yang mengalami penuaan harus mengurangi biaya termasuk biaya pajaknya akibat pengalaman dan pembelajaran yang dimiliki oleh perusahaan serta pengaruh perusahaan lain baik dalam industry yang sama maupun berbeda. Semakin lama jangka waktu operasional suatu perusahaan, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan kecenderungan untuk melakukan tax avoidance akan semakin tinggi.

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah return on assets(ROA). ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya. ROA digunakan karena dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaandan ROA juga dapat memperhitungkan profitabilitas.ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari seberapa besar perusahaan menggunakan aset. Semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aset suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar juga laba yang diperoleh perusahaan. Teori agensi akan memacu para agent untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan sehingga kecenderungan untuk melakukan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkat.

Besar kecilnya suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan pasti memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yanglebih tinggi dan berani mengeluarkan saham baru demi kelangsungan perushaaan. Dan ukuran perusahaan juga cenderung menggunakan jumlah pinjaman yang makin tinggi pula sedangkan perusahaan dengan skala kecil akan fleksibel dan lebih mudah bereaksi dengan ketidakpastian ataupun perubahan yang mendadak. Oleh karena itu ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.

Penelitian ini memilih perusahaan otomotif sebagai obyek penelitian karena data berdasarkan www.kompas.com menginfromasikan bhawa penjualan dan laba yang dicapai oleh perusahaan otomotif termasuk besar tetapi pertumbuhnnya yang masih lambat. Data pencapaian tertinggi terjadi pada kuartal I/2014 yang bisa mencapai 328.500 unit, dengan pertumbuhan 10,98 persen dibanding 2012-nya. Baru setelah itu bisnis otomotif dalam negeri menurun di 2015 dan 2016. Pada 2017, grafik yang diperlihatkan dari olahan data wholesales Gaikindo mulai menanjak naik, dengan pertumbuhan 6 persenan. Kemudian pada 2018 kembali menanjak, walau hanya 2%.

MotoGP merupakan balapan peringkat pertama untuk kelas motor roda dua, kata Ketua MPR. Menurut Bamsoet, MotoGP di Mandalika tersebut kembali digelar di Indonesia setelah terakhir kali berlangsung di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada 1997. Harapan digelarnya MotoGP adalah nilai tambah tidak hanya dalam dunia otomotif. Dana untuk membangun sirkuit, promosi, dan penyelenggaraan balapan yang nilainya miliaran hingga triliunan diharapkan tidak sia-sia. Menurut Ketua DPR ke-20 saat digelar Superbike beberapa waktu yang lalu di Mandalika ada peningkatan nilai perekonomian dan pariwisata di NTB hingga Bali dan sekitarnya. Dalam seminggu pertumbuhan ekonomi naik hingga 50 persen. Sehingga laba perusahaan otomotif meningkat.

Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan yang berguna untuk mengetahui hasil temuan yang jika diterapkan pada kondisi lingkungan dan waktu yang berbeda, karena dalam fenomena di atas dan juga penelitian terdahulu masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten. Maka dari itu dalam penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Tax Avoidance dengan menggunakan periode waktu dan obyek yang berbeda dari penelitian sebelumnya, sehingga akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula dengan penelitian terdahulu.

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji Pengaruh Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018). Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian terdahulu mengenai Tax Avoidanceyang pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variable Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Tax Avoidance.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penelitian ini akan menguji “Pengaruh Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018)”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

  1. Apakah sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance ?
  2. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance?
  3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance ?
  4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance?

Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni dari rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesi penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian-pengujian teori melalui variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data ststistik [5].

Definisi Operasional, Identifikasi Variabel dan Indikator Variabel

Definisi Operasional

1) Sales Growth

Sales growth adalah sebagai berikut: “Pertumbuhan penjualan menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan secara keseluruhan”. Sales growth adalah total penjualan perusahaan dalam aktivitasnya mencari laba maksimal. Sales growth dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah penjualan tahun sekarang dikurangi dengan jumlah penjualan t-i dibagi penjualan t-1 [6].

2) Umur Perusahaan

Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri berdasarkan akta pendirian sampai penelitian dilakukan [7] .Berdasarkan dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian dari dokumentasi yang menunjukkan tujuan dari perusahaan tersebut. Umur perusahaan dihitung dari perusahaan mulai terdaftar di BEI sampai tahun penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni hingga tahun 2018.

3) Profitabilitas

Profitabilitas merupakan suatu ukuran yang dinyatakan dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Menurut [8], profitabilitas sebagai indikator untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukurdengan menggunakan Return On Asset(ROA). ROA dipilih untuk mengukur profitabilitas pada penelitian ini karena ukuran uini terkait dengan objek tax avoidance, yaitu asset dan laba bersih. ROA merupakan bagian dari salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif dan teknik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

4) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya-biaya yang mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba [9]. Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan di peroleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari pada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

SIZE = Ln (Total Aset)

5) Tax Avoidance

Tax avoidance adalah salah satu upaya penghindaran pajak secara legal dengan cara mengurangi jumlah pajak terutang dengan mencari kelemahan peraturan. Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini dihitung melalui CETR perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.

Pembayaran pajak (Cash tax paid) adalah jumlah kas pajak yang dibayarkan perusahaan berdasarkan laporan keuangan arus kas perusahaan. Semakin besar CETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat penghindaran pajak perusahaan. Pengukuran tax avoidance menggunakan Cash ETR, baik digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh perusahaan karena Cash ETR tidak terpengaruh dengan adanya perubahan estimasi seperti penyisihan penilaian atau perlindungan pajak. Selain itu pengukuran menggunakan Cash ETR dapat menjawab atas permasalahan dan keterbatasan atas pengukuran tax avoidance berdasarkan model GAAP ETR. Semakin kecil nilai Cash ETR, artinya semakin besar penghindaran pajaknya, begitupun sebaliknya.

Identifikasi Variabel

variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sales Growth, Umur Perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan sedangkan untuk variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tax Avoidance[10].

Indikator Variabel

No. Variabel Definisi Variabel Indikator
1. Sales Growth Sales growth adalah total penjualan perusahaan dalam aktivitasnya mencari laba maksimal Sales growth =
2. Umur Perusahaan Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri berdasarkan akta pendirian sampai penelitian dilakukan Dari tahun berdiri sampai dengan tahun penelitian
3. Profitabilitas Profitabilitas merupakan suatu ukuran yang dinyatakan dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.investasi ROA =
4. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (aset) yang dimiliki suatu perusahaan SIZE = Ln (Total Aset)
5. Income Smoothing Tax avoidance adalah salah satu upaya penghindaran pajak secara legal dengan cara mengurangi jumlah pajak terutang dengan mencari kelemahan peraturan. Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini dihitung melalui CETR perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak CETR =
Table 1.Indikator Variabel

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi atas obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . periode pengamatan penelitian dilakukan tahun 2015-2018.

No. K o d e P e r u sa h aan N a m a P er u sa h aan
1 ASI PT Astra International Tbk
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
3 BOLT PT Garuda Metalindo Tbk
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk
5 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk
6 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk
7 INDS PT Indospring Tbk
8 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk
9 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk
10 NIPS PT Nipress Tbk
11 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk
12 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
13 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
Table 2.Populasi Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria – kriteria tertentu (purposive sampling). Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Adapun pengambilan kriteria adalah sebagai berikut:

  1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
  2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama 2015-2018.
  3. Menggunakan rupiah dalam pelaporan keuangannya.
No. Kreteria JumlahPerusahaan
1. Perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI periode 2015-2018 13
2. Perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang tidak lengkap laporan keuangannya dalam kurun waktu 2015-2018 (1)
3. Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan rupiah (3)
Jumlah Sampel Perusahaan 9
Tahun Observasi 4
Jumlah Observasi 2015-2018 36
Table 3.Pemilihan Sampel

Maka berdasarkan kreteria yang digunakan dalam pemilihan sample, yang dijadikan sampel oleh penelitian adalah sebagai berikut ini :

No Kode Nama Perusahaan
1 ASII PT Astra International Tbk
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
3 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk
4 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
5 INDS PT Indospring Tbk
6 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk
7 NIPS PT Nipress Tbk
8 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk
9 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
Table 4.Sampel Penelitian

Teknik Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah :

a. Statistik Deskriptif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehinnga mudah di pahami [11]. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian dari suatu sampel. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai statistik atas variabel-variabel yang digunakan untuk dalam penelitian yakni ukuran perusahaan, leverangedan sales growth. Dengan statistik deskriptif dapat diketahui nilai rata-rata, minimum, maksimum dan standart deviasi dari variabel-variabel yang di teliti.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi normal atau tidak normal. Untuk mengetahui normal tidaknya sebuah distribusi, bisa menggunakan grafik histrogram. Data dinyatakan berdistribusi normal jika membentuk garis kurva yang cenderung simetris terhadap mean. Selain itu, juga bisa menggunakan Plot of Regression Standardized Residual. Data dinyatakan berdistribusi normal, jika sebaran data membentuk titik-titik yang mendekati garis diagonal.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi, jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson .

Dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Nilai DW < 1,10 ; ada autokorelasi.
  2. Nilai DW antara 1,10 s/d 1,54; tanpa kesimpulan.
  3. Nilai DW antara 1,55 s/d 2,46; tidak ada autokorelasi.
  4. Nilai DW antara 2.47 s/d 2,90; tanpa kesimpulan.
  5. Nilai DW > 2.91; ada autokorelasi

3) Uji Multikolinearitas

Untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya problem mutikolinearitas atau tidak, atau untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar sesama variabel independen/variabel bebas, dilakukan melalui uji multikolinearitas. Model regresi dalam penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila tidak terjadi multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui apakah terjadi problem multikolinearitas atau tidak, dilakukan dengan mengamati besarnya nilai VIF (Variance Inflatio Factor). Jika besarnya nilai VIF lebih kecil dari 10 (< 10), ini memberi indikasi tidak ada problem multikolinearitas, demikian pula sebaliknya. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Secara grafis apakah ada problem heteroskedastisitas atau tidak, dapat dilihat dari multivariate standardized scatterplot.

Mendeteksi adanya heterokedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik regresi. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y atau sumbu vertikal, maka model regresi bersifat homogen atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian Hipotesis

a. Analisis regresi berganda

Analisis regresi adalahah model statistika yang menjelasksn pola hubungan dua variabel atau lebih melalui sebuah persamaan. Tujuan permodelan regresi adalah untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel serta memprediksi atau meramalkan kondisi di masa yang akan datang.

b. Uji Parsial (uji T)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel - variabel dependen. Dalam penelitian inipengujian dilakukan untuk menguji secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat

c. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistic deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Adapun hasil olahan statistic deskriptif data yang menjadi variabel penelitian dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science ) versi 25 ditunjukkan dalam table berikut:

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sales growth 36 -.91 .82 2.0422 .25914
Umur Perusahaan 36 27.00 67.00 43.5556 12.16187
Profitabilitas-ROA 36 -.47 .85 2.1510 .29823
Ukuran Perusahaan-SIZE 36 19.52 33.47 28.5761 3.55530
Income Smoothing-CETR 36 -1.55 1.81 4.2604 .52439
Valid N (listwise) 36
Table 5.Descriptive Statistics

Berdasarkan hasil perhitungan pada table 5 tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengamatan dalam penelitian ini ada 9 Perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang menjadi sample dimana 9 perusahaan tersebut dikalikan periode tahun pengamatan (4 tahun), sehingga observasi dalam penelitian ini sebanyak 36 observasi (9 x 4 = 36). Berdasarkan perolehan data diketahui hasil sebagai berikut ;

1. Income Smoothing (Y1)

Income Smoothing mempunyai nilaiminimumsebesar -1.55, dengan nilai maksimum sebesar 1.81, sedangkan nilai rata-ratanya (mean) sebesar 4.2604 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.52439 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sehingga menunjukkan bahwa data variabel Income Smoothing sudah normal.

2. Sales growth (X1)

Sales growth mempunyai nilaiminimumsebesar -0.91, dengan nilai maksimum sebesar 0.82, sedangkan nilai rata-ratanya (mean) sebesar 2.0422 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.25914 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sehingga menunjukkan bahwa data variabel Sales growth sudah normal.

3. Umur Perusahaan (X2)

Umur Perusahaan mempunyai nilaiminimumsebesar 27, dengan nilai maksimum sebesar 67, sedangkan nilai rata-ratanya (mean) sebesar 43.5556 dengan nilai standar deviasi sebesar 12.16187 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sehingga menunjukkan bahwa data variabel Umur Perusahaan sudah normal.

4. Profitabilitas (X3)

Profitabilitas mempunyai nilaiminimumsebesar -0.47, dengan nilai maksimum sebesar 0.85, sedangkan nilai rata-ratanya (mean) sebesar 2.1510 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.29823 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sehingga menunjukkan bahwa data variabel Profitabilitas sudah normal.

5. Ukuran Perusahaan (X4)

Ukuran Perusahaan mempunyai nilaiminimumsebesar 19.52, dengan nilai maksimum sebesar 33.47, sedangkan nilai rata-ratanya (mean) sebesar 28.5761 dengan nilai standar deviasi sebesar 3.55530 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sehingga menunjukkan bahwa data variabel Ukuran Perusahaan sudah normal.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan tahapan pertama sebelum dilakukan perhitungan regresi untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah berdistribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Menilai nilai signifikansi dalam penelitian harus dapat mengambil kesimpulan untuk menentukan apakah suatu data telah mengikuti distribusi normal atau tidak. Jika signifikannya > 0,05 maka variabel berdistrubusi normal dan sebaliknya jika signifikannya < 0,05 maka variabel tidak terdistribusi normal.

Sales growth Umur Perusahaan Profitabilitas-ROA
N 36 36 36
Normal Parametersa,b Mean .0422 43.5556 .1510
Std. Deviation .25914 12.16187 .29823
Most Extreme Differences Absolute .191 .296 .261
Positive .191 .296 .261
Negative -.170 -.146 -.182
Test Statistic .191 .296 .261
Asymp. Sig. (2-tailed) .702c .500c .734c
Table 6.Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ukuran Perusahaan-SIZE Income Smoothing-CETR
N 36 36
Normal Parametersa,b Mean 28.5761 .2604
Std. Deviation 3.55530 .52439
Most Extreme Differences Absolute .220 .294
Positive .107 .294
Negative -.220 -.190
Test Statistic .220 .294
Asymp. Sig. (2-tailed) .245c .589c
Table 7.Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diketahui bahwa angka signifikan setiap variabel menunjukkan angka lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas dan dapat di lanjutkan ke pengujian selanjutnya.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen . Cara melihat ada atau tidaknya multikolinieritas didalam suatu model yaitu dapat dilihat pada nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur tingat variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff tolerance yang umum digunakan adalah > 10 dan VIP < 10. Jika terjadi hal demikian, berarti tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Sales growth .908 1.101
Umur Perusahaan .871 1.148
Profitabilitas-ROA .906 1.104
Ukuran Perusahaan-SIZE .779 1.284
Table 8.Hasil Uji Multikolinieritas

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa hasil uji multikolinieritas, nilai tolerance masing-masing variabel independen > 0,10 sedangkan nilai VIF < 10. Dengan demikian, hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi, jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Deteksi adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan dengan melihat nilai dari statistic Durbin Watson (dW). Dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Nilai DW < 1,10; ada autokorelasi
  2. Nilai DW antara 1,10 s/d 1,54; tanpa kesimpulan
  3. Nilai DW antara 1,55 s/d 2,46; tidak ada autokorelasi
  4. Nilai DW antara 2,47 s/d 2,90 ; tanpa kesimpulan
  5. Nilai DW > 2,91 ; ada autokorelasi

Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .874a .930 .895 .54869 1. 9 09
Table 9.Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil uji autokorelasi, nilai Durbin-Watson sebesar 1.909. Sehingga nilai DW antara 1,55 s/d 2,46. Hal ini menunjukkan tidak terjadi autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Dari gambar scatter plot terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak ada kecenderungan untuk membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam rangka menguji pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan, maka digunakan analisis regresi berganda. Perhitungan dilaksanakan dengan program SPSS versi 25 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2 .388 .800 .485 .631
Sales growth 2 .297 .376 .147 3.790 .005
Umur Perusahaan 2 .005 .008 .108 3.569 .003
Profitabilitas-ROA 1 .076 .327 .043 2.234 .007
Ukuran Perusahaan-SIZE 2 .003 .030 .018 5.090 .008
Table 10.Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Pada table tersebut mengenai hasil pengolahan SPSS, maka dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 2 .388 + 2 .297X1 + 2 .005X2 + 1 .076X3 + 2.003X4

Persamaan regresi linier berganda diatas dapat diartikan bahwa :

1. Konstanta adalah sebesar 2.388. Hal ini berarti jika tidak dipengaruhi Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan maka besarnya Tax Avoidance sebesar 2.388.

2. Koefisien variabel Sales Growth sebesar 2.297. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Sales Growth sebesar satu satuan maka Tax Avoidance juga mengalami peningkatan sebesar 2.297 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.

3. Koefisien variabel Umur perusahaan sebesar 2.005. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Umur perusahaan sebesar satu satuan maka Tax Avoidance juga mengalami peningkatan sebesar 2.005 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.

4. Koefisien variabel Profitabilitas sebesar 1.076. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Profitabilitas sebesar satu satuan maka Tax Avoidance juga mengalami peningkatan sebesar 1.076 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.

5. Koefisien variabel Ukuran Perusahaan sebesar 2.003. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Ukuran Perusahaan sebesar satu satuan maka Tax Avoidance juga mengalami peningkatan sebesar 2.003 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.

Pengujian Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji (R²) digunakan untuk menghitung tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun analisis determinasi berganda adalah alat analisis untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas secara simultan (serempak) terhadap naik turunnya variabel terikat. Hasil penghitungan SPSS mengenai analisisnya ditujukan oleh tabel di bawah ini :

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 . 8 74 a . 9 30 .895 .54869 1.909
Table 11.Hasil Uji R Square

Pada table diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R adalah 0.874 atau mendekati 1. Artinya terdapat hubungan (korelasi) yang kuat antara variabel bebas yang meliputi Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap variabel terikat yaitu Tax Avoidance. Adapun analisis determinasi berganda, dari tabel diatas diketahui presentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditujukan oleh nilai R square adalah 0,930 maka koefisien determinasi berganda 0,930 x 100%= 93% dan sisanya 100%-93%= 7%. Hal ini berarti naik turunnya variabel terikat yaitu Tax Avoidance dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan sebesar 93%. Sedangkan sisanya sebesar 7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya Likuiditas, Leverage Dan Harga Saham.

b. Uji t (Uji parsial)

Pada uji hipotesis ini menggunakan uji t dipergunakan untuk mengukur tingkat pengaruh signifikansi secara parsial antara variabel independen yang meliputi Sales Growth, Umur perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (a=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
  2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
  3. Dengan df = n – k-1, 36 – 4 - 1 = 31 sehingga diperoleh t tabel (0,05) sebesar 1.69552 Nilai t hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan SPSS versi 25.

Hasil perhitungan SPSS versi 25 mengenai analisis uji t (uji parsial) ditunjukkan oleh table dibawah ini :

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.388 .800 .485 .631
Sales growth 2.297 .376 .147 3 .790 . 00 5
Umur Perusahaan 2.005 .008 .108 3 .569 . 00 3
Profitabilitas-ROA 1.076 .327 .043 2 .234 . 00 7
Ukuran Perusahaan-SIZE 2.003 .030 .018 5 .090 . 00 8
Table 12.Hasil Uji Parsial (Uji t)
  1. Pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda pada hipotesa Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,005, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 3.790 dan t tabel 1.69552. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3.790 > 1.69552 dan tingkat signifikan 0,005 < 0,05, sehingga H1yang menyatakan bahwa variabel Sales Growth secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Tax Avoidance diterima.
  2. Pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda pada hipotesa Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,003, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 3.569 dan t tabel 1.69552. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3.569 > 1.69552 dan tingkat signifikan 0,003 < 0,05, sehingga H2yang menyatakan bahwa variabel Umur Perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Tax Avoidance diterima.
  3. Pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda pada hipotesa Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Tax Avoidance menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,007, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 2.234 dan t tabel 1.69552. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.234 > 1.69552 dan tingkat signifikan 0,007 < 0,05, sehingga H3yang menyatakan bahwa variabel Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Tax Avoidance diterima.
  4. Pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda pada hipotesa Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,008, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 5.090 dan t tabel 1.69552. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5.090 > 1.69552 dan tingkat signifikan 0,008 < 0,05, sehingga H4yang menyatakan bahwa variabel Ukuran perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Tax Avoidance diterima.
No. Uraian Hasil Keterangan
1 Hipotesis 1 :Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance Diterima 3.790 > 1.69552 0,005 < 0,05
2 Hipotesis 2 :Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance Diterima 3.569 > 1.69552 0,003 < 0,05
3 Hipotesis 3 :Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Tax Avoidance Diterima 2.234 > 1.69552 0,007 < 0,05
4 Hipotesis 4 :Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance Diterima 5.090 > 1.69552 0,008 < 0,05
Table 13.Hasil Pengujian Hipotesis

Pembahasan

1. Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif

Hasil pengujian Statistik variabel Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif periode 2015-2018 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,005 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Tax Avoidance. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Dengan menggunakan pengukuran pertumbuhan penjualan perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan besarnya pertumbuhan penjualan. Semakin besar volume penjualan suatu perusahaan perusahaan Otomotif menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan Otomotif semakin meningkat. Apabila pertumbuhan penjualan meningkat, laba yang dihasilkan perusahaan diasumsikan mengalami peningkatan. Laba perusahaan yang mengalami kenaikan berarti pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan Otomotif akan semakin besar sehingga perusahaan akan cenderung untuk melakukan tindakan penghindaran pajak.

2. Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif

Hasil pengujian Statistik variabel Umur Perusahaanberpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif periode 2015-2018 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,003 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Umur Perusahaanberpengaruh terhadap Tax Avoidance diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Tax Avoidance. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan. Hal ini berarti bahwa umur perusahaan Otomotif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), karena perusahaan perusahaan Otomotif dengan jangka waktu operasional lebih lama juga akan membuat perusahaan lebih ahli dalam mengatur pengelolaan pajaknya yang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan sumber daya manusia yang dimiliki semakin ahli dalam mengatur dan mengelola beban pajaknya sehingga kecenderungan untuk melakukan tax avoidance atau penghindaran pajak semakin tinggi.

3. Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif

Hasil pengujian Statistik variabel Profitabilitasberpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif periode 2015-2018 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,007 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Profitabilitasberpengaruh terhadap Tax Avoidance diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Tax Avoidance. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Return on assets (ROA) merupakan salah satu pendekatan yang dapat mencerminkan tinggi rendahnya profitabilitas suatu perusahaan. ROA menunjukkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan total aset yang dimilikinya. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi nilai ROA yang berarti profitabilitas perusahaan semakin tinggi. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang akan mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan. perusahaan Otomotif memiliki profitabilitas yang tinggi dan cenderung stabil didukung oleh manajemen keuangan yang baik. Salah satu upaya manajemen keuangan untuk mempertahankan profitabilitas yang tinggi dan stabil perlu adanya perencanaan pajak (tax planning). Tax planning bertujuan untuk mengelola pengeluaran pajak agar beban pajak yang ditanggung perusahaan rendah. perusahaan Otomotif dapat menurunkan beban pajak melalui upaya penghindaran pajak. Sehingga peningkatan profitabilitas perusahaan Otomotif cenderung meningkatkan upaya penghindaran pajak.

4. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif

Hasil pengujian Statistik variabel Ukuran perusahaanberpengaruh terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Otomotif periode 2015-2018 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,008 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Ukuran perusahaanberpengaruh terhadap Tax Avoidance diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Tax Avoidance. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan, dan nilai total aset, dan lainnya. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aset, semakin besar total aset menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Perusahaan yang dikelompokkan ke dalam ukuran yang besar (memiliki aset yang besar) akan cenderung lebih mampu dan lebih stabil untuk menghasilkan laba jika dibandingkan dengan perusahaan dengan total aset yang kecil. perusahaan Otomotif yang tergolong besar akan memiliki sumber daya yang besar salah satunya sumber daya manusia yang ahli dibidang perpajakan. Maka dari itu perusahaan Otomotif cenderung melakukan praktik penghindaran pajak karena perusahaan besar memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam melakukan perencanaan pajak sehingga dapat menekan beban pajak secara optimal. Teori kekuasaan politik menjelaskan bahwa perusahaan besar akan lebih agresif untuk melakukan penghindaran pajak agar mencapai penghematan beban pajak yang optimal .

Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Sales Growth berpengaruh terhadap Tax AvoidancePada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Sub Sektor Otomotif Periode 2015-2018
  2. Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Sub Sektor Otomotif Periode 2015-2018
  3. Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Sub Sektor Otomotif Periode 2015-2018
  4. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Tax AvoidancePada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Sub Sektor Otomotif Periode 2015-2018

References

  1. A. Rokhmah, “Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Kinerja Perusahaan,” Akunt. J. Akunt. Integr., vol. 5, no. 02, pp. 96–108, 2020, doi: 10.29080/jai.v5i02.218.
  2. Ghozali, “Metode Penelitian,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2018.
  3. I. Ulum, I. Ghozali, and A. Chariri, “Intellectual Capital Dan Kinerja Keuangan Perusahaan ; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Squares,” Simp. Nas. Akunt. XI, vol. 19, no. 19, pp. 23–24, 2008.
  4. I. Ulum, Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
  5. Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: BPFE-UGM,” SSRN Electron. J., 2014.
  6. Kasmir, “analisi laporan keuangan jakarta Rajawali Persada,” J. Bus. Bank., 2019, doi: 10.14414/jbb.v6i2.1299.
  7. L. S. Mulyani and A. Muslihat, “Determinan struktur modal pada perusahaan food and beverage,” vol. 13, no. 2, pp. 237–244, 2021.
  8. M. D. R. Saputra and N. F. Asyik, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.,” J. Akunt. Univ. Negri Padang, vol. 6, no. 8, pp. 1–19, 2017.
  9. M. K. dan D. M. Rusydi, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Aggresive Tax Avoidance.,” Simp. Nas. Akunt. XVI, pp. 1–19, 2015.
  10. Sugiyono, “Sugiyono, Metode Penelitian,” Penelitian, 2017.
  11. U. Sekaran and R. Bogie, Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2017.