Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.7.2022.3481

Factors Affecting Profit Persistence


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persistensi Laba

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

earnings persistence G0-Public BUMN companies Indonesian stock exchange quantitative research SPSS

Abstract

This study aims to determine the factors that influence earnings persistence in G0-Public BUMN companies listed on the Indonesian stock exchange for the 2017-2019 period. This study uses quantitative research with secondary data as a data source. The population of this study is the G0-Public BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2017-2019 period, totaling 20 companies. Based on purposive sampling criteria obtained 16 companies that meet the research criteria. This study uses data analysis testing software SPSS (Statistical Package for Social Science) version 23. The results showed that operating cash flow, debt level, firm size, cash flow volatility, sales volatility had an effect on earnings persistence.

Highlights:

  • Earnings persistence in G0-Public BUMN companies: This study focuses on understanding the factors that influence the stability and consistency of earnings in government-owned public companies listed on the Indonesian stock exchange.

  • Factors affecting earnings persistence: The study identifies several key factors that have an impact on earnings persistence, including operating cash flow, debt level, firm size, cash flow volatility, and sales volatility.

  • Quantitative research and data analysis: The study adopts a quantitative research approach using secondary data obtained from the Indonesian stock exchange. Data analysis is performed using SPSS software to determine the relationships between the identified factors and earnings persistence.

Keywords: earnings persistence, G0-Public BUMN companies, Indonesian stock exchange, quantitative research, SPSS.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi di Indonesia kini berkembang sangat pesat,sehingga membuat kita sebagai warga negara Indonesia mau tidak mau harus mengikuti alur perkembangan teknologi tersebut, hal ini tidak memungkiri bahwa perkembangan standar akuntansi juga ikut berkembang. Dalam standar akuntansi pelaporan keuangan berperan penting untuk sebuah wujud pertanggung jawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu [1].

Laporan keuangan merupakan sarana bagi pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan [2]. Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban tersebut lebih besar dari pendapatan,maka selisihnya dikatakan sebagai rugi. Laba ataupun rugi juga merupakan hasil dari perhitungan secara berkala. Laba atau rugi ini belum merupakan laba atau rugi yang sebenarnya. Laba atau rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila perusahaan telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan [3].

kualitas laba merupakan kualitas informasi laba yang tersedia untuk publik yang mampu menunjukkan sejauh mana laba dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan dapat digunakan investor untuk menilai perusahaan [4]. Untuk menjadi informasi yang berguna, laba sebagai bagian dari laporan keuangan harus berkualitas. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas, serta dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Naik turunnya suatu laba dalam sebuah perusahaan dengan tingkat perubahan yang signifikan bahkan sangat curam menyebabkan persistensi laba mulai dipertanyakan atau diragukan, ditambah lagi laba dalam sebuah laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor, sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi keputusan investor [5].

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persistensi laba yaitu,arus kas operasi, tingkat hutang, ukuran perusahaan, volatilitas arus kas, dan volatilitas penjualan. Arus kas koperasi merupakan kemampuan arus kas untuk meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi ini merupakan salah satu alasan digunakannya arus kas sebagai sumber investor selain informasi laporan arus mempengaruhi persistensi laba karena adanya ketidakpastian tinggi dalam lingkungan operasi ditunjukan oleh volatilitas arus kas yang tinggi. Jika arus kas berfluktuasi tajam maka persistensi laba akan semakin rendah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan arus kasnya [6], sehingga laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang persisten.

Naik turunnya laba suatu perusahaan dengan tingkat perubahan signifikan bahkan curam menyebabkan persistensi laba mulai dipertanyakan, ditambah lagi laba dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor, sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi keputusan investor.

Faktor yang mempengaruhi lainnya ialah tingkat hutang, kewajiban atau hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang belum terpenuhi,dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan. Besarnya tingkat hutang perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba, Oleh karena itu besarnya tingkat utang perusahaan akan mendorong perusahaan mempertahankan kinerjanya agar dipandang baik oleh kreditor dan auditor, sehingga kreditor tetap mudah memberikan dana dan kelonggaran proses pembayaran. Ukuran perusahan juga termasuk salah satu fator yang berpengaruh dalam persistensi laba. Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor yang digunakan untuk memprediksi perolehan laba. Selanjutnya faktor yang berpengaruh pada persistensi laba ialah volatilitas arus kas,volatilitas arus kas merupakan fluktuasi arus kas dari tahun ke tahun. Selain volatilitas arus kas,volatilitas penjualan juga mempengaruhi persistensi laba. Volatilitas penjualan merupakan indeks yang mengatakan tentang penyebaran distribusi penjualan yang dilakukan perusahaan.

Pada penelitian ini persistensi laba berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang mempengaruhi beberapa faktor, sehingga peneliti tertarik untuk menggali permasalahan ini. Dengan kata lain persistensi laba yang diukur dari beberapa faktor Arus Kas Operasi, Leverage (Tingkat Hutang), Ukuran Perusahaan, Volatilitas Arus Kas dan Volatilitas Penjualan yang mempengaruhi kinerja perusahaan BUMN Go-Publlic yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Karena permasalahan tersebut merupakan faktor yang sangat penting untuk diteliti dikarenakan setiap pengambilan keputusan dalam pengelolaan manajemen perusahaan ditentukan oleh persistensi laba yang akan dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Dipilihnya perusahaan BUMN go public karena perusahaan tersebut tergolong perusahaan yang sangat kompleks yang di dalamnya terdapat usaha jasa, dagang dan manufaktur.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah digunakannya beberapa faktor yang belum ada pada penelitian yang sudah pernah dilakukan,pada perusahaan BUMN Go-public yang terdaftar di BEI pada tahun 2017-2019. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSISTENSI LABA (STUDY PADA PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2019)”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah arus kas operasi dapat mempengaruhi persistensi laba pada perusahaan BUMN Go-Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
  2. Apakah tingkat hutang dapat mempengaruhi persistensi laba pada perusahaan BUMN Go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
  3. Apakah ukuran perusahaan dapat mempengaruhi persistensi laba pada perusahaan BUMN Go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
  4. Apakah volatilitas arus kas dapat mempengaruhi persistensi laba pada perusahaan BUMN Go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
  5. Apakah volatilitas penjualan dapat mempengaruhi persistensi laba pada perusahaan BUMN Go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif [7]. Penelitian ini akan di lakukan pada perusahaan BUMN Go- Public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2019.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini melakukan penelitian pada perusahaan BUMN Go-Public yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019 yang mendapatkan dari laporan keuangan tahunan yang di terbitkan dalam BEI melalui situs resmi www.idx.co.id. Alasan untuk bisa memilih BEI sebagai lokasi penelitian karena merupakan suatu sarana Pasar Modal terbesar di Indonesia sehingga mudah memperoleh informasi untuk memnunjang penelitian ini.

Definisi Operasional, Identifikasi Variabel dan Indikator Variabel

Variabel Independen

Arus Kas Operasi (X1)

arus kas operasi sebagai berikut: Aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue- producing activites) dan aktivitas lainnya bukan aktivitas investasi dan pendanaan. .Beberapa analisis keuangan lebih suka mengaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibandingkan komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut [8].

Tingkat Hutang (X2)

Utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak- pihak lain yang belum terpenuhi, utang tersebut merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan. tingkat utang diukur menggunakan proksi rasio utang terhadap total aset DAR (debt to total asset ratio), yaitu [9]:

DAR= totalutangit/totalasetit

Ukuran Perusahaan (X3)

Sedangkan UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Total aset dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan [10]. ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Logaritma total aset bisa dilakukan di software statistic seperti SPSS atau excel. Jadi rumus ukuran perusahaan bisa digambarkan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan (size) = Ln(Total Aktiva)

Volatilitas Arus kas (X4)

Volatilitas arus kas adalah standar deviasi aliran kas operasi dibagi dengan total aktiva Diukur dengan menggunakan rumus:

Volatilitas arus kas = (𝐶𝐹𝑂)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡

Keterangan:

CFO t = Aliran Kas operasi perusahaan tahun t

Total Aktiva= Total Aktiva Perusahaan tahun t

Volatilitas Penjualan (X5)

Volatilitas penjualan adalah standar deviasi penjualan dibagi dengan total aktiva. Diukur dengan menggunakan rumus:

𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =𝜎𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡

Keterangan:

Penjualan t = Penjualan perusahaan mulai tahun 2017 s/d 2019 Total Aktiva = Total Aktiva perusahaan tahun t

Variabel Dependen

Variabel dependen atau yang disebut variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel independen. Pada penelitian ini menggunakan persistensi laba,dimana persistensi laba merupakan laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya.

Skala data yang digunakan adalah rasio, dengan rumus :

Eit = β0 + β1 Eit-1+ ε it

Variabel Definisi Indikator Skala
Persistensi Laba (Y) persistensi laba merupakan laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya Eit = β0 + β1 Eit-1+ ε it Rasio
Arus Kas Operasi (X1) Arus Kas Operasi merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue- producing activites) dan aktivitas lainnya bukan aktivitas investasi dan pendanaan Arus Kas Operasi Rasio
Tingkat Hutang (X2) Utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak- pihak lain yang belum terpenuhi, utang tersebut merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan Rasio
Ukuran Perusahaan (X3) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva (Riyanto, 2013) Ukuran Perusahaan (size) =Ln(Total Aktiva Rasio
Volatilitas Arus Kas (X4) Volatilitas arus kas adalah standar deviasi aliran kas operasi dibagi dengan total aktiva Volatilitas arus kas = (𝐶𝐹𝑂)/𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡 Rasio
Volatilitas Penjualan (X5) Volatilitas penjualan adalah standar deviasi penjualan dibagi dengan total aktiva Volatilitas Penjualan = 𝜎𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙a𝑛 𝑡/total aktiva Rasio
Table 1.Operasional Variabel

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah 16 perusahaan BUMN Go-Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria, perusahaan BUMN Go- Public yang menerbitkan laporan keuangan dan data secara lengkap selama tiga tahun secara berturut-turut. Pemilihan sampel secara puposive sampling dilakukan agar memperoleh sampel secara representative berdasarkan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini:.

a) Menerbitkan laporan keuangan yang sudah diaudit per 31 Desember setiap tahunnya dari tahun 2017-2019.

b) Perusahaan memiliki data keuangan yang lengkap terutama tentang variabel yang diteliti.

No Kriteria Sampel Total Perusahaan
1. Menerbitkan laporan keuangan yang sudah diaudit per 31 Desember setiap tahunnya dari tahun 2017-2019 16
2. Perusahaan memiliki data keuangan yang lengkap terutama tentang variabel yang diteliti 16
Jumlah perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian 16
Total sampel ( X 3 Tahun) 48
Table 2.Kriteria Pemilihan Sampel

Teknik Analisis

Pada penelitian kali ini menggunakan software aplikasi statistika SPSS versi 23. Dimana dengan menggunakan aplikasi tersebut, kita dapat mengetahui hasil yang akurat dari data yang sudah tersedia. Analisis data dalam penelitian ini yaitu memperoleh data perusahaan yang terpilih menjadi sampel dengan menggunakan pengujian hipotesis terkait hubungan antara variabel dengan perhitungan regresi sederhana [11].

Penguji Hipotesis

Pada penelitian ini tingkat signifikansi dalam menguji hipotesis ditunjukkan oleh t-statistic serta nilai probabilitas. Hipotesis merupakan pernyatan - pernyatan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus tertentu dan merupakan anggapan sementara yang perlu diuji kebenarannya tentang dugaan dalam suatu penelitian serta memiliki manfaat bagi proses penelitian agar efektif dan efisien. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Perhitungan variabel-variabelnya melalui program Microsoft Excel dan SPPS version 21. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :

Y=α+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e

Keterangan :

Y = Persistensi laba

α = konstanta

b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien regresi

X1 = arus kas operasi

X2 = tingkat hutang

X3 = Ukuran perusahaan

X4 = volatilitas arus kas

X5 = volatilitas penjualan

e = error

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Evaluasi model pengukuran

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
arus kas operasi 48 1379176412 6529810001 5.58965 1.2439712
tingkat hutang 48 .00 .85 .1515 .29076
ukuran perusahaan 48 3.40 24.20 16.2826 5.53335
volatilitas arus kas 48 .00 113.24 3.7911 17.04263
volatilitas penjualan 48 .00 1005.14 81.8880 213.36280
persistensi laba 48 -.57 84.86 12.9958 19.51826
Valid N (listwise) 48
Table 3. Descriptive Statistics

Berdasarkan data dari Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa terdapat 48jumlah pengamatanyang diperoleh dari 16 sampel perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) pada tahun 2017-2019, variabel arus kas operasi memiliki nilai minimum (terkecil) 1379176412 yang dimiliki oleh perusahaan ANTM pada tahun 2017. Nilai maksimum(terbesar) 6529810001 yang dimiliki oleh perusahaan JSMR 2019. Mean (nilai rata-rata) 5.58965 serta Standard Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 1.2439712. Dari tabel 3. nilai mean lebih besar dari Standard Deviation maka tidak terjadi penyimpangan pada variabel arus kas operasi. Dimana nilai mean harus lebih besar dari Standard Deviation agar tidak terjadi penyimpangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai mean sangat merepresentasikan keseluruhan nilai arus kas operasi. Variabel tingkat hutang memiliki nilai minimum (terkecil) 0.00 yangdimilikioleh PTBA padatahun2019.Nilaimaksimum (terbesar) 0.85 yang dimiliki oleh BBNI pada tahun 2018. Mean (nilai rata-rata) 0.1515 serta Standard Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah.29076. Daritabel 4.1. nilai mean lebih kecil dari Standard Deviation maka terjadi penyimpangan pada variabel tingkat hutang. Dimana nilai mean harus lebih besar dari Standard Deviation agartidak terjadi penyimpangan. Hal ini menggambarkan betapa bervariasinya nilai tingkat hutang sampel perusahaan BUMN dalam penelitian ini, sehingga dapat dikatakan bahwanilai mean kurang merepresentasikan keseluruhan nilai tingkat hutang.

Variabel ukuran perusahaan nilai minimum (terkecil) 3.40 yang ANTM dimiliki olehpada tahun 2017. Nilai maksimum (terbesar) 24.20 yang dimiliki oleh ANTM padatahun2018.Mean (nilai rata-rata)16.2826 serta Standard Deviation(simpangan baku) variabel ini adalah 5.53335 . Dari tabel 4.1. nilai mean lebih besar dari Standard Deviation maka tidak terjadi penyimpangan pada variabel ukuran perusahaan. Dimana nilai mean lebih besar dari Standard Deviation agar tidak terjadi penyimpangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai mean cukup merepresentasikan keseluruhan nilai variabel ukuran perusahaan. Variabel volatilitas arus kas memiliki nilai minimum (terkecil) 0,00 yang dimiliki oleh PTBA pada tahun 2018. Nilai maksimum (terbesar) 113,24 yang dimiliki oleh ADHI pada tahun 2018 Mean (nilai rata-rata)3.7911 serta Standard Deviation (simpangan baku) variabelini adalah17.04263 . Dari tabel 4.1. nilai mean lebih kecil dari Standard Deviation maka terjadi penyimpangan pada variabel volatilitas arus kas. Dimana nilai mean harus lebih besar dari Standard Deviation agar tidak terjadi penyimpangan. Hal ini menggambarkan bahwa nilai volatilitas arus kas perusahaan BUMN dalam penelitian ini bervariasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai mean tidak dapat merepresentasikan keseluruhan nilai volatilitas arus kas.

Variabel volatilitas penjualan memiliki nilai minimum (terkecil) 0,00 yang dimiliki oleh BBTN padatahun 2018. Nilai maksimum (terbesar) 1005.14 yang dimiliki oleh KAEF padatahun 2017Mean (nilai rata-rata) 81.8880 serta Standard Deviation (simpangan baku) variabeli1ni adalah19.51826 . Dari tabel 4.1. nilai mean lebih kecil dari Standard Deviationmaka terjadi penyimpangan pada variabel volatilitas penjualan. Dimana nilai mean harus lebih besar dari Standard Deviation agar tidak terjadi penyimpangan. Hal ini menggambarkan bahwa nilai volatilitas penjualan perusahaan BUMN dalam penelitian ini bervariasi,sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai mean tidak dapat merepresentasikan keseluruhan nilai volatilitas penjualan.

Variabel persistensi laba memiliki nilai minimum (terkecil) -0.57 yang dimiliki oleh GIAA pada tahun 2019. Nilai maksimum (terbesar) 84.86 yang dimiliki oleh KAEF pada tahun 2019 Mean (nilai rata-rata)12.9958 serta Standard Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah . Dari tabel 4.1. nilai mean lebih kecil dari Standard Deviation maka terjadi penyimpangan pada variabel persistensi laba. Dimana nilai mean harus lebih besar dari Standard Deviation agar tidak terjadi penyimpangan. Hal ini menggambarkan bahwa nilai persistensi laba perusahaan BUMN dalam penelitian ini bervariasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai mean tidak dapat merepresentasikan keseluruhan nilai persistensi laba.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan tahapan pertama sebelum dilakukan perhitungan regresi untuk mengetahui pengaruh 3 variable independen terhadap dependen.

Uji Normalitas

arus kas operasi tingkat hutang ukuran perusahaan
N 48 48 48
Normal Parametersa,b Mean 5.54E11 .1515 16.2826
Std. Deviation 1.243E12 .29076 5.53335
Most Extreme Differences Absolute .328 .469 .210
Positive .319 .469 .124
Negative -.328 -.301 -.210
Kolmogorov-Smirnov Z 2.275 3.247 1.456
Asymp. Sig. (2-tailed) .670 .908 .829
a. Test distribution is Normal.
Calculated from data.
Table 4.Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
volatilitas arus kas volatilitas penjualan persistensi laba
N 48 48 48
Normal Parametersa,b Mean 3.7911 81.8880 12.9958
Std. Deviation 17.04263 213.36280 19.51826
Most Extreme Differences Absolute .481 .460 .244
Positive .481 .460 .205
Negative -.412 -.351 -.244
Kolmogorov-Smirnov Z 3.334 3.187 1.687
Asymp. Sig. (2-tailed) .880 .234 .540
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Table 5.

Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikan diatas 0,05.

Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
arus kas operasi .886 1.129
tingkat hutang .636 1.573
ukuran perusahaan .669 1.495
volatilitas arus kas .681 1.468
volatilitas penjualan .716 1.396
a. Dependent Variable: persistensi laba
Table 6.Hasil Uji Multikolinieritas

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil uji Multikolinieritas diatas menunjukkan nilai VIF > lebih besar dari nilai Tolerance. Nilai arus kas operasi 1,129 < dari 10 nilai Variance Inflation Factor (VIF), sehingga tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Nilai tingkat hutang 1,573 < dari 10 nilai Variance Inflation Factor (VIF), sehingga tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Ukuran perusahaan memiliki nilai 1,495 < dari 10 nilai Variance Inflation Factor (VIF), sehingga tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Nilai volatilitas arus kas 1,468 < dari 10 nilai Variance Inflation Factor (VIF), sehingga tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Nilai volatilitas penjualan 1,396 < dari 10 nilai Variance Inflation Factor (VIF), sehingga tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10.

Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .853a .725 .721 19.31548 1.876
Table 7.Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil uji Autokorelasi diatas menunjukkan Nilai DW 1,876 antara 1,55 s/d 2,46; maka tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini. Karena model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar hasil uji Heteroskedatisitas dapat diketahui titik scatterplot menyebar dan tidak membentuk suatu pola. Dengan demikian penelitian ini tidak terjadi heteroskedatisitas (tidak adanya kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain).

Analisis Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9.085 9.616 5.009 .993
arus kas operasi 3.670 6.000 .023 6.152 .000
tingkat hutang 8.499 12.153 .127 2.699 .008
ukuran perusahaan 8.769 7.623 .218 4.235 .004
volatilitas arus kas 7.218 1.200 .191 5.090 .002
volatilitas penjualan 3.030 1.016 .330 2.933 .000
a. Dependent Variable: persistensi laba
Table 8.Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan Tabel 7. hasil uji Analisis Regresi Linear Berganda diatas menunjukkan nilai Unstandardized Coefficients B harus > dari angka 0, yang menunjukkan hubungan positif antara persistensi laba periode berjalan dengan persistensi laba periode berikutnya. Bila β1 memiliki nilai positif dengan t-statistik signifikan, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa persistensi laba periode berjalan secara positif dan signifikan memiliki kandungan informasi terhadap periode berikutnya atau memiliki persistensi laba yang tinggi. Sebaliknya, jika β1 tidak memiliki nilai positif, baik dengan nilai t-statistik yang signifikan atau tidak signifikan maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara informasi yang terkandung dalam periode berjalan dengan persitensi laba periode berikutnya.

Pengujian Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .853a .725 .721 19.31548 1.876
Table 9.Hasil Uji R Square

Berdasarkan Tabel 4.6 Hasil Uji R Square di atas dapat diketahui bahwa volatilitas penjualan, ukuran perusahaan, arus kas operasi, volatilitas arus kas, tingkat hutang berhubungan erat dengan persitensi laba. Hal ini terbukti dari nilai R Square 0,725 yang artinya variabel independen berpengaruh 75% terhadap variabel dependen dan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas sebesar 0,275.

Uji t (Uji parsial)

Pada uji hipotesis ini menggunakan uji t dipergunakan untuk mengukur tingkat pengaruh signifikansi secara parsial antara variabel independen yang meliputi DER, DAR dan EAR terhadap ROEpada perusahaan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (a=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
  2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
  3. Dengan df = n – k-1, 51 – 5 - 1 = 45 sehingga diperoleh t tabel (0,05) sebesar1.67943 Nilai t hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan SPSS versi 23.

Hasil perhitungan SPSS versi 23 mengenai analisis uji t (uji parsial) ditunjukkan oleh tabel dibawah ini :

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9.085 9.616 5.009 .993
arus kas operasi 3.670 6.000 .023 6.152 .000
tingkat hutang 8.499 12.153 .127 2.699 .008
ukuran perusahaan 8.769 7.623 .218 4.235 .004
volatilitas arus kas 7.218 1.200 .191 5.090 .002
volatilitas penjualan 3.030 1.016 .330 2.933 .000
a. Dependent Variable: persistensi laba
Table 10.Hasil Uji Parsial (Uji t)
  1. Pengujian dengan menggunakan SPSS versi 23 pada hipotesa Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Persistensi Laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari 0.05 dan diperoleh nilai t hitung 6.152dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 6.152>1.67943 dan tingkat signifikan 0.000 <0.05 ,sehingga H1 yang menyatakan bahwa variabel Arus Kas Operasi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba diterima.
  2. Pengujian dengan menggunakan SPSS versi 23 pada hipotesa Tingkat Hutang berpengaruh terhadap Persistensi Laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.008, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 2.699 dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.699>1.67943 dan tingkat signifikan 0.008<0,05 ,sehingga H2 yang menyatakan bahwa variabel Tingkat Hutang secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba diterima.
  3. Pengujian dengan menggunakan SPSS versi 23 pada hipotesa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Persistensi Laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.004, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 4.253dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 4.235> 1.67943 dan tingkat signifikan 0.004<0,05 ,sehingga H3 yang menyatakan bahwa variabel Ukuran Perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba diterima.
  4. Pengujian dengan menggunakan SPSS versi 23 pada hipotesa Volatilitas Arus Kas berpengaruh terhadap Persistensi Laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.002, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 5.090dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5.090>1.67943 dan tingkat signifikan 0.002 <0,05 ,sehingga H4 yang menyatakan bahwa variabel Volatilitas Arus Kas secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba diterima.
  5. Pengujian dengan menggunakan SPSS versi 23 pada hipotesa Volatilitas Penjualan berpengaruh terhadap Persistensi Laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung 2.933dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.933>1.67943dan tingkat signifikan 0.000<0,05 ,sehingga H5 yang menyatakan bahwa variabel Volatilitas Penjualan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba diterima.
No. Uraian Hasil Keterangan
1 X1 berpengaruh terhadap Y Diterima 0,000 < 0,05
2 X2 berpengaruh terhadap Y Diterima 0,008 < 0,05
3 X3 berpengaruh terhadap Y Diterima 0,004 < 0,05
4 X4 berpengaruh terhadap Y Diterima 0,002 < 0,05
5 X5 berpengaruh terhadap Y Diterima 0,000 < 0,05
Table 11.Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan Tabel 10 Hasil Uji pengujian Hipotesis di atas dapat diketahui bahwa Arus kas operasi (X1) berpengaruh terhadap persistensi laba(Y) karena arus kas operasi merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya persistensilaba perusahaan. Semakin tinggi arus kas operasi sebuah perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat persistensi labanya. Informasi arus kas operasi perusahaan dapat dijadikan alat pengecekan atas informasi laba dan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Tingkat hutang (X2) berpengaruh terhadap persistensi laba(Y) karena jika semakin tinggi tingkat hutang, maka semakin tinggi pula persistensi laba pada suatu perusahaan. Besarnya tingkat hutang menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik dimata investor dan auditor. Adanya kinerja yang baik diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, dan tetap mudah mengucurkan dana sehingga perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran utang. Ukuran perusahaan (X3) berpengaruh terhadap persitensi laba (Y). Maka dari itu, bagi pihak investor dan kredito disarankan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi dan memberikan pinjaman agar memerhatikan skala besar kecilnya perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari total aset pada laporan keuangan perusahaan tersebut karena berdasarkan hasil penelitian ini semakin besar ukuran perusahaan terbukti akan semakin meningkatkan persistensi laba perusahaan sehingga dividen yang dibagikan. Volatilitas arus kas (X4) berpengaruh terhadap persistensi laba(Y) karena adanya ketidakpastian tinggi dalam lingkungan operasi yang ditunjukkan oleh volatilitas arus kas yang tinggi. Volatilitas penjualan (X5) berpengaruh terhadap Persistensi laba (Y), Karena nilai volatilitas penjualan sulit untuk diprediksi, sebab jika terjadi perubahan yang sangat signifikan pada nilai penjualan dalam kurun waktu yang singkat maka menunjukkan terjadinya kesalahan estimasi pada nilai penjualan. Sehingga akan memberikan informasi sinyal buruk. Hal ini menunjukan bahwa meningkatnya volatilitas penjualan menyebabkan turunnya persistensi laba..

Pembahasan

Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Persistensi Laba

Berdasarkan hasil hipotesis dari tabe 4.7 uji t untuk variabel Arus Kas Operasi diperoleh nilai t hitung 6.152 dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 6.152>1.67943 dan tingkat signifikan 0.000 <0.05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel Arus Kas Operasi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba. Pada dasarnya, arus kas operasi yang dijadikan pedoman dalam bertindak selain laba. Semakin tinggi nilai arus kas operasi pada perusahaan, maka kualitas laba atau persistensi laba akan meningkat, begitu pula sebaliknya jika nilai aliran kas operasi menurun, maka kualitas laba pun akan menurun.

Pengaruh Tingkat Hutang terhadap Persistensi Laba

Berdasarkan hasil hipotesis dari table 4.7 uji t untuk variable Tingkat Hutang diperoleh nilai t hitung 2.699 dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.699>1.67943 dan tingkat signifikan 0.008<0,05. Hal ini berhubungan dengan tingkat solvabilitas keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Besarnya tingkat utang perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk memperhatahankan kinerja yang baik dimata investor dan auditor karena dengan kinerja yang baik diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba

Berdasarkan hasil hipotesis dari tbel 4.7 uji t untuk variabel Ukuran Perusahaan diperoleh nilai t hitung 4.253 dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 4.235>1.67943 dan tingkat signifikan 0.004<0,05. Dapat dinyatakan bahwa variabel Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Persistensi Laba.Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi persistensi laba. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin banyak pula informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Perusahaan besar yang telah mencapai tahap kedewasaan mencerminkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil.

Pengaruh Volatilitas Arus Kas terhadap Persistensi Laba

Berdasarkan hasil hipotesis dari table 4.7 uji t untuk variabel Volatilitas Arus Kas diperoleh nilai t hitung 5.090dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5.090>1.67943 dan tingkat signifikan 0.002 <0,05. Dapat dinyatakan bahwa variabel Volatilitas Arus Kas secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba. Karena apabila perusahaan mempunyai arus kas yang tinggi menunjukkan bahwa informasi yang ada di arus kas tersebut sulit untuk diprediksi dari arus kas yang akan datang.

Pengaruh Volatillitas Penjualan terhadap Persistensi Laba

Berdasarkan hasil hipotesis dari table 4.7 uji t untuk variable Persistensi Laba diperoleh nilai t hitung 2.933dan t tabel 1.67943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.933>1.67943 dan tingkat signifikan 0.000<0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel Volatilitas Penjualan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Persistensi Laba. Penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Apabila terjadi manipulasi penjualan persistensi laba perusahaan akan rendah.

Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dijabarkan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa semua faktor yang diteliti oleh peneliti meliputi ukuran perusahaan, tingkat hutang, arus kas operasi, volatilitas arus kas dan volatilitas penjualan berpengaruh terhadap persistensi laba perusahaan BUMN Go-Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia padaTahun 2017-2019.

References

  1. Syafri Sofyan Harahap, Teori Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016.
  2. S. Ramadhani and A. C. Barus, “Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Sektor Utama yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016,” J. Wira Ekon. Mikroskil, 2018.
  3. A. A. M. Lestari and I. P. Nuratama, “Pengaruh Financial Stability, External Pressure, Nature of Industry, dan Rationalization Terhadap Financial Statement Fraud dalam Sudut Pandang Fraud Triangle pada Perusahaan Sektor Real Estate and Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 201,” Hita Akunt. dan Keuang., pp. 407–435, 2020.
  4. E. Apridasari, L. D. Susanti, and S. Murcitaningrum, “Analisis Pengaruh Kualitas Laba Terhadap Nilai Perusahaan,” Finansia, vol. 01, no. 1, pp. 47–59, 2018.
  5. R. R. Ifonie, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pengungkapan Sukarela Dan Manajemen Laba Terhadap Cost Of Equity Capital (Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia),” J. Econ. Bus. Account. Ventur., 2012.
  6. Jane Ou and S. Penman, “”Financial Statement Analysis and the Prediction of Stock Returns” Journal of Accounting and Economics (Nopember 1989), pp 295-330.,” 1989.
  7. Hermawan dan Amirullah, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan pe. Malang: Media Nusa Creative, 2016.
  8. V. Sarah, A. Jibrail, and S. Martadinata, “Pengaruh Arus Kas Kegiatan Operasi, Siklus Operasi, Ukuran Perusahaan Dan Tingkat Hutang Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Konstruksi Dan Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016),” J. TAMBORA, vol. 3, no. 1, pp. 45–54, 2019, doi: 10.36761/jt.v3i1.184.
  9. Sukman, “Pengaruh Arus Kas Operasi, Tingkat Utang dan Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba dengan Book Tax Differences sebagai variabel Moderating.,” Hilos Tensados, vol. 1, no., pp. 1–150, 2017.
  10. P. Nainggolan, “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Kualitas Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur,” J. Lentera Akunt., 2016.
  11. W. Sujarweni, Metodologi penelitian (bisnis & ekonomi). Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015.