Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.3146

The Role of Arabic Teachers in Developing Students Arabic Language Skills at Elementary School


Peran Guru Bahasa Arab Dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Arab Siswa MI

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

The Role of Arabic Teachers and Arabic Language Ability

Abstract

The purpose of this study was to analyze the role of the Arabic language teacher at MI Muhammadiyah 16 Pondok Karangasem Paciran Lamongan and to analyze the development of students' Arabic skills at MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan. This research method uses a qualitative descriptive method with primary data sources in the form of interviews with teachers of MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan. From this research, it was found that the teacher of MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan had performed his role well. However, the method used by the teacher during learning is considered inappropriate if the use of singing to memorize mufradat is generalized to students in grades 1-6. The results of the final semester exams for students in grades 1-6 are above the minimum completeness criteria (KKM), but when viewed from the historical value that MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan is located in a cottage environment and is under the auspices of the Muhammadiyah college, the resulting score unsatisfactory students. The scores obtained by male students were lower than those of female students. So it is necessary to upgrade the method.

Pendahuluan

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik. Jika dilihat dari peryataan yang telah diseutkan, maka guru harus memenuhi kualifikasi-kualifikasi tersebut.

Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasikan sedikitnya terdapat sembilan belas peran guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam pembelajaran yaitu Guru sebagai pendidik, Guru sebagai pengajar, Guru sebagai pembimbing, Guru sebagai pelatih, Guru sebagai penasehat, Guru sebagai pembaharu (innovator), Guru sebagai model dan teladan, Guru sebagai pribadi, Guru sebagai peneliti, Guru sebagai pendorong kreativitas, Guru sebagai pembangkit pandangan, Guru sebagai pekerja rutin, Guru sebagai pemindah kemah, Guru sebagai pembawa cerita, Guru sebagai actor, Guru sebagai emansivator, Guru sebagai evaluator, Guru sebagai pengawet, Guru sebagai kulminator. Setiap guru harus melaksanakan peran tersebut, hanya saja ada penambahan peran berdasarkan mata pelajaran apa yang dibawakan oleh setiap guru. Demikian pula guru bahasa Arab, mereka harus menguasai materi yang akan dibawakan ketika berada dalam kelas. Seperti menguasai mufrodat dan menyusun kalimat dalam bahasa Arab.

Bahasa arab merupakan bahasa yang penting untuk dipelajari dari zaman dahulu sampai dengan sekarang. Ketika Islam mengalami kejayaan, pusat ilmu pengetahuan berada di Timur Tengah. Oleh karena itu, banyak buku-buku ditulis dengan menggunakan bahasa arab. Untuk itu penting bagi manusia yang menginginkan pengetahuan serta mengambil rujukan melalui pemikiran tokoh-tokoh pada zaman tersebut. Pada saat ini bahasa arab telah digunakan lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa utama. Bahasa arab tidak hanya sebagai bahasa peribadatan namun juga digunakan untuk kepentingan bisnis, ekonomi, dan politik. Sehingga siswa benar-bear perlu mempelajari bahasa arab dengan baik. Karena zaman semakin berkembang serta semakin pentingnya penguasaan bahasa arab, maka metode yang diajarkan agar siswa-siswi menguasai bahasa dengan optimal adalah dengan cara meningkatkan kapasitas yang dimiliki guru bahasa arab serta motode dalam penyampaian pelajaran bahasa arab.

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan tidak lagi menekankan pengajaran kepada pengetahuan tentang bahasa, akan tetapi menekankannya kepada kemampuan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Tidak hanya itu, untuk mempelajari Al-Qur’an kita harus mengetahui serta mempelajari bahasa Al-Qur’an terlebih dahulu. Jika telah faham, akan mudah bagi siapa saja untuk menghafal, mempelajari, mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Peran Guru Bahasa Arab Dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Arab Siswa Pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan” dengan rumusan masalah yang pertama, bagaimana peran guru Bahasa arab pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan? Dan yang kedua, bagaimana perkembangan kemampuan berbahasa Arab siswa pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran guru Bahasa arab pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan serta menganalisis perkembangan kemampuan berbahasa Arab siswa pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan.

Beberapa kajian literatur yang dapat dipakai adalah karya dari Nur Azizah Almubarokah (2014) yang berjudul “Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Di Man Sawit Boyolali (Perspektif Teori Belajar Behavioristik)” penelitian tersebut menjelaskan “guru bahasa Arab di MAN Sawit Boyolali mempunyai peranan yang dapat dikualifikasikan menjadi 2 bagian, diantaranya peran ranah formal dan peran non formal. Guru bahasa Arab menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran dengan menempatkan prosedur belajar dalam empat kategori, yaitu belajar operan, belajar mencontoh, belajar kognitif, belajar Emosi.

Metode

Jenis Penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif atau bisa juga dinamai penelitian sosiologis. Penelitan sosiaologis merupakan penelitian yang dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan. Objek Penelian ini adalah guru Bahasa arab serta siswa MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan kelas 1-6. Data primer dalam penelitian ini, diambil melalui wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru Bahasa Arab dari kelas 1-6 serta nilai ujan akhir semester (UAS) siswa MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini didapat dari membaca, mempelajari, dan memahami literatur dan buku-buku pustaka mengenai kompetensi Bahasa Arab MI Muhammadiyah. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui 3 cara yaitu Observasi, interview (wawancara) dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data model Miles Huberman yang mencakup reduksi data, display data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi.

Hasil dan Pembahasan

Peran guru Bahasa Arab pada MI Muhammadiyah 16 pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan menjadi sangat penting mengingat MIM 16 ini merupakan sekolah yang berada di lingkungan pondok serta di bawah naungan organisasi Muhammadiyah. Bahasa Arab penting karena Al-Qur’an diturunkan dengan Bahasa Arab selain itu Bahasa arab juga menjadi Bahasa besar setelah Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional. Sehingga yang bertanggungjawab terhadap muatan atau kemampuan berbahasa arab siswa adalah guru Bahasa arab.

Berdasarkan teori dari Roestiyah NK dalam bukunya yang berjudul Masalah-Masalah Ilmu Keguruan ada beberapa Indikator peran guru yang dapat dipakai sebagai acuan guru Bahasa arab dalam melaksanakan perannya sebagai guru serta untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Diantaranya peran guru yang dijalankan oleh guru-guru Bahasa arab di MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan adalah guru sebagai fasilitator, guru sebagai pembimbing, guru sebagi motivator, guru sebagai organisator dan guru sebagai manusia sumber.

Guru sebagai fasilitator, guru bahasa arab pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan mengusahakan dengan cara-cara yang menyenangkan serta bersifat continou karena siswa MImerupakan siswa peralihan dari taman kanak-kanak. Dari awal masuk sekolah, siswa-siswi akan disuguhi dengan kata-kata Mutiara seperti manjadda wa jada hal tersebut bertujuan untuk membiasakan siswa-siswi dengan tulisan serta bacaan dengan bahasa Arab selain itu, guru juga memperkenalkan mufrodat yang paling dasar yang harus diketahui oleh siswa-siswi dengan menyanyikannya sebagaimana yang telah dipaparkan oleh salah satu guru pada saat proses wawancara Walaupun hanya anaa anta dan itu dipakai nyanyian “ana saya anta kamu” itu kalau bisa anak-anak kelas sudah tahu. Jadi kalau naik tingkat, anak-anak sudah hafal di luar kepala”. Guru sebagai fasilitator, guru bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan telah menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan individu untuk belajar. Guru mampu memposisikan dirinya sebagai anak-anak yang baru keluar dari taman kanak-kanak sehingga pembelajaran Bahasa arab disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Serta guru mengetahui bahwa keberhasilan hanya akan bisa dicapai apabila kita istiqomah dalam mengerjakannya.

Guru sebagai pembimbing, guru pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan membimbing siswa-siswi untuk mencatat serta menghafalkan apa yang disampaikan oleh guru mereka. Karena untuk bisa berbahasa arab, siswa harus mampu menulis serta melafalkannya. Seperti yang telah dijelaskan salah satu guru pada saat diwawancarai “Dicatatkan kalau bisa dihafalakan nak.. ya bisa nulisnya juga. Kalau bisa pengucapannya tetapi tidak bisa nulisnya juga susah”. Guru sebagai pembimbing, guru pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan telah memberikan bimbingan kepada siswa dalam interaksi belajar, agar mampu belajar dengan lancar dan berhasil. Bahkan pada saat diwawancarai, guru menegaskan serta menginginkan agar siswa-siswi tidak hanya bisa berbahasa arab tetapi juga mencintainya.

Guru sebagai motivator, guru pada MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan memberikan dorongan semangat agar siswa mampu, mau dan giat belajar adalah dengan lagu. Karena usia siswa-siswi MI karena masa peralihan dari anak-anak ke remaja maka pelajaran juga harus disampaikan dengan materi-materi yang ringan. Secara pribadi saya pakai lagu saja, jadi biar anak-anak semangat itu setiap kata-kata Bahasa arap dikasih lagu “sya’run rambut” kata salah satu guru Bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan ketika wawancara.

Guru sebagai organisator, guru bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan menggunakan sistem kalistung yaitu dengan mengorganisir anak-anak yang telah mampu, yang berada di tengah-tengah kemampuannya serta yang belum mampucara ini juga digunakan oleh guru Bahasa Indonesia dalam memetakan siswa.

Guru sebagai manusia sumber, guru bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mentransfer semua ilmu yang dimiliki dengan telaten serta sabar. Karena mereka tahu bahwa semua anak tidak bisa disamaratakan kemampuannya, Maka siswa dibuatkan serta diterapkan metode yang sesuai dengan kemampuan siswa. Guru sebagai manusia sumber, guru bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan telah berusaha agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Mereka juga berusaha untuk menjadi pelayan yang baik, yang mampu menyajikan informasi kepada siswa-siswi sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut disampaikan pada saat wawancara berlangsung “Jadi kalau bisa ya kita benar-benar menjadi pelayan yang baik.kalau bisa ya, Namanya juga manusia.”

Sedangkan peran guru berdasarkan teori yang dikemukakan oleh E.Mulyasa dalam bukunya Menjadi Guru Professional yaitu guru menjadi pendidik dan pengajar. Dalam melakukan perannya sebagai guru, guru Bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan mendidik agar bagaiamana siswa-siswi ketika di sekolah mendapatkan ilmu semaksimal mungkin. Untuk mendidik siswa-siswi, diperlukan persiapan materi agar apa yang ingin dicita-citakan guru dapat tercapai.

Sekolah yang baik adalah sekolah yang mencetak generasi yang pintar juga berakhlak. Karena banyak kita dapati orang pintar lulusan perguruan tinggi ternama dan terbaik tetapi masih melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut karena penanaman karakter pada saat masa kanak-kanaknya belum mengakar. Diperkuat dengan apa yang disampaikan guru pada saat diwawancarai “Saya seneng sekali kalau punya anak-anak pinter tapi saya lebih senang lagi kalau punya anak-anak yang pinter juga berakhlak.”

Guru Bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan sebagai pendidik, mampu menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Ketika guru mengajar dengan sabar dan tekun, usahanya akan dilihat oleh siswa-siswi. Mereka akan menjadikan gurunya sebagai teladan dikemudian hari.

Guru Sebagai Pelatih, proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menunrut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Oleh karena itu guru Bahasa arab MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan memberika pelatihan Kalistung untuk melatih siswa-siswi yang belum mapu serta mengikutsertakan siswa-siswi dalam banyak kegiatan dan perlombaan. Dan sebelum mengikuti perlombaan, siswa-siswi dilatih terlebih dahulu. Hal tersebut dikemukakan guru pada saat sesi wawancara “Sebelum perlombaan itu memang benar-benar kita latih. Kalau mau menang ya harus dilatih.tidak bisa kalau nanti kamu tanggal segi ikut lomba ya.. itu kalau anak Mts atau MA bisa akalau MI harus tetep ada pelatihan”.

Namun dalam menjalankan semua peran tersebut. Tentu ada kendala-kendala yang menyebabkan proses belajar mengajar kurang maksimal. Kendala tersebut diantaranya adalah karena tidak semua siswa-siswi dapat disamaratakan kemampuannya terutama siswa kelas 1 yang banyak di antara mereka yang belum bisa membaca serta masih salah dalam melafalkan. Pada zaman sekarang ini, Handphone (HP) menjadi musuh utama apabila orang tua tidak mampu melakukan pengawasan terhadap penggunaan HP oleh anak. Anak kurang minat membaca karena semua ingin serba instan dan HP dapat menfasilitasi mereka serta memanjakan mereka. Selain itu, Kendala yang ditemui guru Bahasa Arab di MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan pada siswa kelas 5 dan 6 adalah karena mereka berada pada masa pubertas, kisah percintaan mengganggu aktivitas mereka dalam belajar.

Pengembangan Kemampuan Bahasa Arab siswa MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan mencakup empat kemampuan, yaitu kemampuan mendengar (Maharat al-istima’), kemampuan berbicara (Maharat al-kalam), kemampuan membaca (Maharat al-qira’at), kemampuan menulis (Maharat al-kitabah). Keempat aspek kemampuan tersebut menjadi sangat penting dalam belajar Bahasa arab, karena keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan. Karena kedudukan keempat kemampuan ini sangat menunjang dalam pencapaian pengembangan berbahasa arab.

Kemampuan mendengar (Maharat al-istima’) merupakan kemampuan pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar Bahasa. Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang dialami oleh seseorang yang belajar Bahasa, karena dari keterampilan ini maka kita bisa tahu pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur Bahasa dan lain sebagainya. Menurut salah satu guru yang telah di wawancarai, pengembangan kemampuan mendengar dilakukan dengan menggunakan metode pengulangan kata atau kalimat (Taqrir). Metode awal ini sangat cocok digunakan untuk siswa kelas rendah yaitu kela 1 karena mereka merupakan kelas tahap awal yang belum mengerti apa itu Bahasa arab jadi mereka cukup mendengar guru mengucapkan kosa kata -kosa kata baru kemudian di tirukan oleh siswa siswi kelas 1 di MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem paciran lamongan dan tidak hanya kemampuan mendenga

Kemampuan berbicara (Maharat al-kalam) merupakan kemampuan yang paling penting dalam pembelajaran bahasa karena kemampuan berbicara adalah keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa asing. Kemampuan berbicara menjadi bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Dalam mengupayakan pengembangan kemampuan berbicara bahasa arab dengan melatih melafalkan dan membedakan bunyi-bunyi tertentu. Untuk latihan melafalkan dan membedakan bunyi-bunyi tertentu siswa akan belajar secara langsung melalui percakapan (hiwar). Hasil wawancara dengan salah satu guru menjelaskan bahwa cara untuk melatih melafalkan percakapan sehari-hari dengan menggunakan bahasa arab pada saat pelajaran didalam kelas.

Kemampuan membaca (Maharat al-qira’at) memiliki kelebihan dari keterampilan menyimak, karena keterampilan membaca lebih akurat dari pada keterampilan menyimak. Kurangnya minat membaca pelajar atau siswa saat ini menjadi permasalahan serius yang harus dihadapi. Untuk melatih minat membaca, siswa membutuhkan dorongan dan motivasi serta pendampingan guru. Menurut guru bahasa arab salah satu solusi untuk melatih minat membaca siswa adalah dengan cara membaca dan mengartikan tiap kalimat pada saat berlangsung proses belajar didalam kelas.

Kemampuan menulis (Maharat al-kitabah) merupakan keterampilan untuk menyusun, mencatat dan mengomunikasikan makna yang ada didalam ide dan pikiran. Untuk melatih sebuah tulisan, siswa membutuhkan latihan yang konsisten. Dalam mengupayakan kemampuan menulis siswa, guru bahasa arab membiasakan menulis huruf arab selama proses belajar di dalam kelas.

Dalam pelaksanaan pembelajarannya untuk kelas 1 dan 2 kemampuan yang di terapkan terlebih dahulu adalah kemampuan mendengar dan kemampuan menulis, karena kelas 1 merupakan kelas tahap awal yang belum mengerti apa itu Bahasa arab jadi mereka cukup mendengar guru menyanyikan atau mengucapkan kosa kata -kosa kata baru kemudian di tirukan oleh siswa siswi . kosa kata yang di ajarkan dalam kelas 1 dan 2 adalah kosa kata tentang kata benda, setelah kemampuan mendengar siswa kelas 1 dan 2 tercapai, guru melanjutkan dengan kemampuan menulis dengan menggambar dan menuliskan kata benda tersebut di papan tulis dan meminta siswa untuk menulis kata benda yang ada di papan tulis.

Selanjutnya untuk kelas 3 hampir sama dengan kelas 1 dan 2 hanya saja materinya sudah menggunakan kata kerja dan di sambung dengan kata benda yang sebelumnya telah di ajarkan di kelas 1 dan 2 dan sebelum pembelajaran ada pembiasan percakapan antara guru dan siswa yaitu percakapan tentang bertanya kabar. Dalam pembelajaran kelas 4 kemampuan yang di ajarkan adalah kemampuan menulis, membaca dan berbicara siswa kelas 4 sudah mulai di ajarkan untuk menyusun kata menjadi satu kalimat dan menerjemahkan setiap kalimat yang di ajarkan oleh gurunya dan siswa di ajarkan membaca percakapan(hiwar) yang ada buku ajar kemudian mempraktikkannya di depan kelas.

Dalam pembelajaran kelas 5 kemampuan yang di gunakan adalah kemampuan mendengar,membaca,menulis dan berbicara dalam tingkatan ini dalam pembelajaran guru membacakan cerita yang ada di materi buku ajar dan meminta siswa untuk menyimak(mendengarkan ) setelah guru selesai membacakan siswa di mintak menceritakan kembali cerita tersebut setelah itu guru menerjemahkan per satu kalimat dan di simak kembali oleh siswa.dikelas 5 juga guru mengajarkan siswa dengan metode imlak( dikte) yaitu guru mengucapkan 1 kalimat kemudian siswa menulis apa yg di ucapkan oleh guru tersebut. Untuk tingkatan yang terakhir yaitu kelas 6 dalam pembelajarannya yaitu menggunakan kemampuan menulis,membaca dan berbicara yaitu guru meminta siswa mintak untuk menuliskan cerita tentang aktifitas nya sehari hari kemudian menceritakannya di depan kelas.

Kesimpulan

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa guru MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan telah menerapkan semua peran guru dengan baik baik. Semangat dalam mengajar serta mendidik agar siswa-siswi berilmu serta berkarakter sangat tinggi. Kemampuan berbahasa arab siswa MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan berdasarkan nilai ujian akhir semester, terdapat selisih antara nilai siswa laki-laki dengan perempuan. Nilai siswa laki-laki cenderung lebih kecil daripada nilai siswa perempuan. Karena siswa laki-laki cenderung lebih aktif dari segi motoriknya jika dibandingkan dengan siswa perempuan

References

  1. Al-Qur’an, 1-7: 74.
  2. Al-Ghazali, Imam.(2005). Ihya ‘Ulumudin (terjemahan). Bandung: Pustaka
  3. Achmad, Munib. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES PRESS.76
  4. AM, Sardiman. 2005. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru Dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Cet k V.
  5. Asna Andriani “Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Pendidikan Islam”, Ta’allum, Vol.03, no. 01, Juni 2015
  6. E.Mulyasa, 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  7. _________ 2008. Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  8. Hamzah B, Uno. (2012).Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: PT Bumi Aksara.
  9. Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.
  10. Herdiansyah, Haris, 2013, wawancara Observasi dan Fokus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif, Jakarta : Rajawali Press.
  11. Ismail Suardi Wekke, "Pengembangan Pembelajaran Keagamaan dan Bahasa Arab di MI Minoritas Muslim", Tadrib, Vol. 3, No. 2, (Desember, 2017). 192.
  12. Meleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
  13. Minarti, Sri. 2010. Manajemen Sekolah, Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri; Yogyakarta : Ar-Ruuz Media.
  14. Moch. Lukluil Maknun, "Buku Bahasa Arab MI di Pekalongan", Jurnal Penelitian, Vol.11, (Mei, 2014), 65-67.
  15. Rahman, M dan Amri S. 2014. Model Pembelajaran ARIAS terintegratif dalam teori dan praktik untuk menunjang penerapan kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
  16. Roestiyah NK. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, Cet k IV, 2001), 175.
  17. Sagala, Syaiful 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. hal. 61.
  18. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 54
  19. Soelaeman, MI. 2005. Menjadi Guru. Bandung: Diponogoro.
  20. Sugiono 2014. Metode Penelitian Pendididkan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
  21. _______2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung : Alfabeta.
  22. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya.
  23. Usman, Muhammad Uzer. 2002. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  24. Wahyudi, Imam. 2012. mengejar profesionalisme guru strategi praktis mewujudkan citra guru professional, Jakarta: prestasi Jakarta.
  25. Yusuf, A. Muri. 2000..Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Balai Aksara Edisi III.