Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.3136

Implementation of Independent Character in Student Learning During the COVID-19 Period at Elementary School


Implementasi Karakter Mandiri Dalam Belajar Siswa Dimasa COVID-19 di SD

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Mandiri COVID-19

Abstract

The purpose of this study was to analyze how the process of applying independent character in student learning during the COVID-19 era at SDN Entalsewu. This study uses a descriptive qualitative approach. The source of data in this study is the theory of primary data obtained from the results of research that has been carried out by researchers in the field. Methods of data collection using observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the application of independent character in student learning goes well, although there are obstacles regarding the lack of consistency of parents.

Pendahuluan

Tepat di tahun 2020 ini merupakan tahun yang sangat menghawatirkan bagi masyarakat di seluruh Negara termasuk pada Negara Indonesia ini. Hal ini dapat disebabkan dengan munculnya dampak dari Corona Virus Disease atau bisa juga disebut dengan COVID-19. COVID-19 ini merupakan sekumpulan sebuah virus dari Subfamily Orthocronairinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Awal dari munculnya virus ini tepat pada tahun 2019 yang berada di Negara China akan tetapi lebih tepatnya di Kota Wuhan. Sebelumnya jenis dari virus ini dapat digolongkan dengan jenis virus baru dan belum pernah sama sekali terdeteksi dalam dunia medis. Tepat berada dikondisi saat ini, COVID-19 bukanlah suatu bentuk wabah yang bisa diabaikan begitu saja, akan tetapi jika dilihat dari segi gejalanya orang awampun juga akan mengira hanya sebatas influenza biasa.

Per April 2020, ada sekitar 1.8 juta jiwa yang sudah terinfeksi pada jenis virus ini dan sekitar ratusan ribu jiwa tersebut tidak mampu untuk bertahan dalam melawan virus corona, akan tetapi bisa juga mengalami kematian di sekitar 213 negara di dunia (World Health Organzation,2020b).[1] Sampai dengan saat ini belum juga sama sekali ditemukannya obat untuk menyembuhkan jenis virus ini, sehingga pemerintah Indonesia dengan sangat tegas mengambil jalan satu-satunya untuk memutuskan rantai penyebaran dengan cara melakukan pembatasan sosial dan pembatasan fisik. Dalam pembatasan sosial saat ini bisa juga di atasi dengan cara menjaga jarak pada saat bersosialisasi antara manusia satu dengan manusia lainnya pemeritah juga telah mewajibkan bagi semuah masyarakat untuk menggunakan protokol kesehatan, seperti dengan menggunakan masker ketika berada di luar rumah, penggunaan hand sanitizer, dan mewajibkan mencuci tangan pakai sabun setelah menyentuh sesuatu hal ataupun setelah berpergian hal ini yang bertujuan untuk memutuskan rantai penyebaran dari COVID-19.

Dengan sangat tegas pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan di segala bidang yang dimiliki. Terdapat berbagai bidang yang terkena dampak dari virus COVID - 19, yakni bidang sosial, pariwisata, ekonomi serta pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim menerbitkan Surat Edaran / SE Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID – 19 pada tanggal 24 Maret 2020. Dalam surat tersebut telah dijelaskan bahwa proses belajar dilakukan di rumah melalui pembelajaran jarak jauh / daring.[2] Dalam hal ini guru dan siswa dapat menggunakan berbagai aplikasi guna menunjang pembelajaran daring, misalnya zoom, google meet, live chat, whatsaap dan lain-lain.

Saat di sekolah guru tidak hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja, akan tetapi guru juga membekali serta mendidik mengenai karakter. Menurut Hasan Langgulun pendidikan dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi sudut pandang masyarakat dan dari segi sudut pandang individu.[3] Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dinamis dan sistematis yang mempunyai tujuan luhur dan lengkap. Karakter adalah ciri khas yang di miliki oleh setiap individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian individu serta merupakan penggerak seseorang dalam berperilaku, bersikap dan merespon sesuatu sesuai dengan norma-norma yang berlaku.[4] Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang dapat bertujuan untuk mengembangkan suatu bentuk kemampuan berpikir setiap orang untuk dapat memberikan keputusan yang baik maupun buruk, melihat kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan senang hati. Sedangkan pengertian pada pendidikan karakter itu sendiri merupakan bentuk dari suatu hal yang mutlak harus segera dilaksanakan karena pada dasarnya semua guru sebagai pendidik memiliki tujuan yang sama dalam membentuk karakter suatu bangsa.

Deny Setiawan mengutip pendapat dari Kirschenbaum dan Golemen yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan dari terbentuknya sebuah nilai yang melibatkan dalam beberapa aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Ada juga tujuan dari pendidikan karakter yang sebenarnya jika dihubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah untuk mengembangkan suatu bentuk karakter pada setiap peserta didik agar dapat mewujudkan nilai-nilai pancasila. Sedangkan fungsi dari pendidikan karakter itu sendiri yaitu : 1) Pengembangan pada suatu bentuk potensi dasar, agar dapat berpikir baik dan berperilaku baik pula. 2) Perbaikan dari bentuk perilaku yang kurang baik dan penguatan bentuk perilaku yang sudah baik. 3) Penyaring dari sebuah budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pada pancasila.

Sekolah merupakan salah satu tempat yang sangat strategis untuk melakukan sebuah pendidikan karakter. Selain itu seorang anak juga senang sekali untuk dapat menghabiskan semua waktunya di sekolah, sehingga apa yang akan didapatkan di sekolah tersebut akan dapat mempengaruhi suatu pembentukan sebuah karakter. berkainnya dengan hal ini Masnur Muslich(2011:36) menyebutkan bahwa suatu sistem dari sebuah pendidikan dini yang akan ada di saat ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri manusia dan kurangnya memperhatikan pengembangan pada otak kanan manusia.[5] Pada saat ini sekolah juga sudah menerapkan kurikulum 2013 yang lebih menekankan pentingnya suatu hal dari sebuah karakter pad diri setiap anak. Karena karakter ini merupakan landasan dari diri setiap orang dalam berperilaku. Seperti halnya yang sudah terjadi dimasa saat ini dimana suatu bentuk karakter dari beberapa generasi muda telah mengalami penurunan moral yang dapat menyebabkan sebuah dampak negatif bagi dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya.

Terdapat beberapa karakter yang ada pada kurikulum, salah satunya yaitu karakter mandiri. Mandiri merupakan suatu bentuk kemampuan dari dalam diri setiap orang untuk dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, seperti pada suatu bentuk material maupun moral (Syaodih 2007: 2,47).[6] Seseorang yang telah memiliki karakter mandiri ini merupakan orang yang mampu untuk bertanggung jawab terhadap dirinya tanpa bergantung kepada orang lain. Seseorang yang memiliki sikap mandiri dapat dengan mudahnya mentukan pada dirinya apa yang harus dilakukan terhadap masalah yang dialami tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain. Hal ini merupakan suatu bentuk dari penanaman sebuah karakter dari setiap masing-masing peserta didik agar dapat tumbuh menjadi sosok yang sangat mandiri dan bertanggung jawab. Dalam hal ini melalui pembiasaan saat belajar maka peserta didik akan terbiasa dalam menerapkan kegiatannya dengan nilai mandiri.

Pada saat ini kehidupan mulai berkembang, dimana zaman semakin modern dari tahun ke tahun, otomatis banyak sekali kebiasaan-kebiasaan maupun tren-tren yang baru dan bermunculan di kehidupan saat ini. Hal tersebut menimbulkan kasus yang bermunculan, yaitu terjadinya siswa untuk tidak mau belajar dengan sendiri melainkan ketergantungan kepada orang lain dan dapat dilihat bahwa pendidikan karakter yang di dapatkan anak-anak masih sangat kurang dan harus segera di tindak lanjuti agar tidak semakin memburuk di kemudian hari. Pada masa pandemik ini, seluruh kegiatan belajar dilakukan di rumah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran daring dapat disebut dengan pembelajaran dalam jaringan yang dapat dihubungkan melalui jejaring komputer dan internet. Dengan adanya pembelajajan daring ini merupakan salah satu langkah utama yang sangat tepat untuk mencegah dan memutuskan suatu rantai penyebaran dari COVID-19.

Mulai dari kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka atau secara langsung di kelas, dimana pendidikan dan peserta didik hadir secara fisik di area ruang-ruang kelas dan di tempat belajar lainnya. Kini sudah mulai tergantikan dengan adanya kegiatan pembelajaran melalui media elektronik, baik digunakan secara dalam jaringan (daring) maupun secara luar jaringan (luring). Pada pembelajaran daring ini pendidik dan peserta didik berada di dalam aplikasi atau platform internet lebih tepatnya berada di waktu yang sama dan dapat berinteraksi satu sama lain dengan layaknya seperti pembelajaran konvesional yang dilakukan selama ini. Sedangkan pada pembelajaran luring seorang pendidik dapat melakukan pengunggahan sebuah materi melalui web, bisa juga mengirim lewat e-mail, ataupu bisa juga mengunggahnya melalui media sosial kemudian peserta didik dapat mengunduhnya. Dengan menggunakan proses pembelajaran luring ini pserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara mandiri tanpa terikat pada waktu dan tempat. Pada proses kegiatan belajar mengajar berbasisonline ini siswa membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang agar proses pada kegiatan pembelajaran ini bisa berjalan langsung dan dapat memiliki kualitas pada pembelajaran yang baik (Rustiani, dkk. 2019). [7]

Sarana dan prasarana yang sangat menunjang dalam proses pembelajaran online yaitu handphone atau gadget, laptop atau komputer, aplikasi, serta jaringan internet yang dijadikan suatu media dalam kegiatan pada pembelajaran berbasis daring.Mungkin sangat banyak sekali orang yang tidak menyadari bahwa saat ini kita sudah berada di era digital. Era digital ini dapat disebutkan juga dengan era media baru yang merupakan istilah dapat digunakan dalam munculnya akses digital dari jaringan internet khususnya pada teknologi dan informasi komputer. Media di era digital ini memiliki karakteristik yang dapat memanipulasi dan bersifat jaringan. Jadi yang bukan termasuk dalam media yang berbasis internet tidak tergolong ke dalam media digital (Muhtarom, 2018).[8]

Dengan adanya cara tersebut siswa tidak akan pernah mengalami keterlambatan dalam proses kegiatan belajarnya yang telah dirancang sejauh mana dalam kurikulum selama satu tahun ajaran. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diharapkan untuk mampu menghidupkan suasana pembelajaran serta mampu mendidik anak-anaknya dengan baik mengenai pengetahuan dan juga karakter. Pada pembelajaran daring ini merupakan salah satu tantangan bagi seorang guru, tentunya tidak mudah untuk melakukannya dan sangat berbeda dengan proses pada pembelajaran tatap muka sebelumnya dengan kemungkinan bisa juga mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi. Keterbatasan dalam berkomunikasi ini dapat menyebabkan terjadinya dalam pemerolehan informasi dan instruksi dari guru yang sangatlah terbatas. Oleh karena itu kegiatan pada pembelajaran daring menitik beratkan pada karakter mandiri dalam belajar siswa. Karakter mandiri ini kedepannya akan ditanamkan di dalam pandemik yang sudah terjadi di dalam Negara Indonesia.

Metode

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Dalam pendekatan ini peneliti melakukan dan mengumpulkan data penelitian secara cermat dan lengkap dengan berbagai prosedur berdasarkan waktu yang telah ditentukan terait suatu peristiwa, proses dan aktifitas pada sekelompok individu. Subyek dari penelitian ini yaitu guru kelas 1B. Teknik pengumpulan datanya yaitu menggunakan observasi, wawancara serta dokumentasi. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber. Teknik analisis data yaitu menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

Proses Penerapan Karakter Mandiri Dalam Belajar Siswa Dimasa COVID-19

Terbentuknya suatu karakter dapat mengubah kepribadian siswa. Pendidikan karakter sangatlah penting dilakuan di sekolah, karena dalam pendidikan karakter siswa dapat membentuk karakter yang ada pada diri sendiri setiap siswa. Peran dari guru disekolah yaitu sebagai pendidik dan pembimbing tiap siswa. Pendidikan karakter merupakan watak yang dimiliki dari masing-masing anak yang berbeda-beda. Adapun nilai-nilai karakter yang sangat penting diajarkan kepada siswa yaitu seperti karakter kejujuran, kedisiplina, kemandirian, tanggung jawab, dan percaya diri. Sebagai guru harus selalu mengawasi setiap karakter yang dimiliki oleh siswa agar bisa menjadi karakter yang lebih baik khususnya dalam membiasakan karakter mandiri.

Karakter mandiri dalam belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan kebehasilan dari siswa dalam belajarnya sehingga sikap mandiri ini harus dimiliki oleh setiap siswa agar dapat tercapainya keberhasilan yang akan diinginkan. Didalam membentuk sebuah karakter mandiri pada anak, orang tua berperan penting karena orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anaknya. Selain orang tua, guru juga berperan sangat penting dalam membentuk karakter mandiri anak disekolah. Pendidikan yang diberikan kepada siswa bermaksud agar siswa mampu untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Sehingga siswa yang mengerjakan tugas dengan mandiri mereka kelak akan menjadi orang yang bertanggung jawab.

Menurut Yamin (2013:113) belajar mandiri merupakan upaya dalam mengembangkan kebebasan kepada peserta didik dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tidak dikendalikan oleh orang lain, belajar seperti ini bukan suatu pekerjaan yang mudah dilakukan setiap peserta didik, sebagai peserta didik lebih suka belajar diatur orang lain dari pada diatur oleh dirinya sendiri.[9] Sikap dari karakter mandiri ini sebaiknya di tanamkan saat anak masih usia dini. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan sikap yang dapat berdiri sendiri sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu untuk berinteraktif, penuh dengan kreatifitas, disiplin dan bertanggung jawab. Pada akhirnya siswa mampu untuk mengatasi semua permasalahan yang ada dalam hidupnya dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang dengan cara kekuatannya sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang lain serta mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab.

Karakter mandiri merupakan kewajiban yang harus diutamakan dalam diri setiap orang. Oleh sebab itu peneliti memfokuskan penelitiannya pada karakter mandiri dalam belajar, dengan ini agar siswa dapat memiliki sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Dengan melakukan secara mandiri tugas kelas yang menjadi tangungg jawab siswa dapat memenuhi dan bersikap jujur sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Contoh mengerjakan tugasnya dengan cara sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain dan juga dapat dikerjakan sebisanya, karena bersikap mandiri itu sangat penting untuk diri sendiri dan tidak mudah berkegantungan dengan orang lain.

Sebagaimana wawancara penulis dengan Yanti selaku guru di kelas I, mengatakan :

“Sikap saya kepada siswa dalam membentuk karakter mandiri yaitu dengan cara memotivasi siswa tersebut agar dapat mengerjakan tugasnya dirumah. karena dengan memotivasi, siswa tersebut dapat lebih bersemangat lagi untuk mengerjakan tugasnya secara mandiri” (Wawancara, 09 April 2020).

Maka dari itu guru dan orang tua dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya agar lebih semangat lagi dalam mengerjakan tugas yang sudah diberikan dan tidak bermalas-malasan dalam memenuhi kewajibannya untuk belajar dirumah. Pembelajaran daring saat ini dalam membentuk suatu karakter pada siswa dilihat dari kemandiriannya yang di berikan oleh guru dalam bentuk tugas. Guru lebih sabar, teliti, mengawasi dan mengontrol setiap perkembangan pada diri siswa itu sendiri agar siswa tersebut tidak lalai dalam tanggung jawabnya sebagai siswa dalam melakukan setiap pembelajaran.

Dengan adanya pandemi saat ini proses belajar mengajar yang awalnya dapat dilakukan disekolah pada tatap muka saat ini telah diperlakukan di rumah atau bisa juga disebut dengan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh melalui jaringan internet. Para siswa diwajibkan belajar dirumah maka dari itu seorang guru dapat mengubah strategi belajar mengajar untuk lebih efektif dan inovatif dalam pemberian materi. Seorang guru bukan hanya memberikan materi pengetahuan saja melainkan juga selalu mengawasi karakter dan kepribadian siswanya meskipun melalaui pembelajaran jarak jauh. Dalam pembelajran jarak jauh ini guru dan orang tua dapat bekerja sama dalam membimbing anak-anaknya agar lebih terfokus untuk belajar supaya tidak tertinggal dalam pembelajaran. Meningkatkan karakter dalam belajar sangatlah penting dalam kepribadian peserta didik khususnya pada karakter kemandirian.

Dalam melakukan proses penerapan karakter mandiri sebagaimana wawancara penulis dengan Yanti selaku guru di kelas I, mengatakan bahwasannya:

“proses penerapan karakter mandiri dalam pembelajaran jarak jauh ini, yang pertama yaitu dilakukannya setiap hari online dan offline. Untuk online biasanya absen online melalui WhatsApp dengan cara mengumpulkan tugas, sedangkan offline biasanya digunakan untuk mengumpulkan tugas bagi yang mempunyai kendala dengan fasilitas. Yang kedua dengan cara adanya jadwal Video Call di grup secara bergantian, karena dengan Video Call saya bisa mengawasi perkembangan dari siswa tersebut dalam belajarnya” (Wawancara, 09 April 2021).

Oleh sebab itu mengembangkan karakter mandiri pada siswa guru harus selalu mengawasi setiap siswanya, apalagi dalam pembelajaran jarak jauh saat ini. Pembelajaran jarak jauh lumayan sulit untuk mengajarkan kepada siswa mengenai materi yang akan diberikan, karena dengan adanya jaringan yang sedikit bermasalah. Dalam hal ini melalui pembiasaan saat belajar maka peserta didik akan terbiasa dalam menerapkan kegiatannya dengan nilai mandiri. Indikator dalam nilai mandiri yang ada di dalam kelas yaitu sebagai berikut.

Nilai Deskripsi Indikator
Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantu pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya.Mengerjakan tugas tanpa meniru pekerjaan temannya.
Table 1.Indikator Nilai Mandiri Di SDN Entalsewu

Kendala Guru Dalam Menerapkan Karakter Mandiri Belajar Siswa Dimasa COVID-19

Kendala yang dihadapi oleh guru yaitu kurang konsistennya orang tua dalam mengikuti aturan sekolah untuk mengembangkan karakter mandiri tentu akan menjadi kendala untuk pencapaian hasil pelaksanaan pendidikan karakter yang optimal. Hal ini disebabkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan karakter salah satunya yaitu unsure yang diperlukan adalah adanya kerjasama dengan orang tua.

Pentingnya dukungan atau keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan karakter di jelaskan oleh Sheldon & Epstein (2002) dalam hasil penelitiannya bahwa dengan membangun hubungan yang lebih erat dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakansalah satu cara yang dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan perilaku pada setiap siswa.[10] Oleh sebab itu keterlibatan orang tua yang berupa pemberian dukungan sikap yang konsistensi terhadap aturan sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter mandiri di SDN Entalsewu perlu dilakukan agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang akan diharapkan.

Dalam menghadapi kendala pada proses pembelajaran daring sebagaimana wawancara penulis dengan Yanti selaku guru di kelas I, mengatakan bahwasannya:

“kendala pada proses pembelajaran pasti ada, ada orang tua yang perduli dengan anaknya saat pembelajaran daring, ada juga yang kekurangan ekonomi tidak mempunyai HP, dan ada juga dari anaknya yang susah di ajak untuk belajar” (Wawancara, 09 April 2021).

Solusi Guru Dalam Menerapkan Karakter Mandiri Belajar Siswa Dimasa COVID-19

Pada proses kegiatan belajar mengajar meskipun dalam sistem daring, guru harus mempunyai tanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didik. Karena penanaman karakter pada siswa harus bisa terbentuk pada dirinya sendiri, karakter itu sangat penting dalam kepribadian yang dimiliki seseorang dan harus diterapkan mulai sejak dini. Nilai dalam pembentukan karakter yaitu seperti contohnya dalamkarakter mandiri, dengan itu cara terbaik dalam penanaman kepribadian membentuk perilaku atau sikap secara individu.

Sikap yang dihadapi oleh guru kepada siswa dalam membentuk karakter mandiri dengan bekerjasama antara orang tua sama siswa dalam mengerjakan tugas dirumah. Meskipun pembelajaran dari rumah tetapi guru selalu mengawasi atau mengontrol masing-masing siswanya dalam mengembangkan karakter mandiri. Contohnya guru menjapri atau memberikan pesan kepada orang tua siswa tersebut mengenai alasan dalam karakter mandiri apakah sudah menyelesaikan tugas atau belum, sudah memahami materi yang diajarkan. Oleh sebab itu seorang guru selalu mengontrol siswanya setiap hari pada proses kegiatan pembelajaran.

Dengan ini siswa harus mempunyai tanggung jawab masing-masing dan karakter mandiri siswa sudahterbentuk semisal rajin mengerjakan tugas dan tepat waktu. Penerapan guru dalam memberikan kemudahan untuk siswanya saat belajar mengajar mengenai tugasnya meskipun terdapat bantuan dari orang tuanya tetapi harus mandiri untuk melaksanakan tanggung jawab dengan dirinya sendiri dalam menulis atau mengerjakan sendiri. Dalam melakukan pembelajaran daring ini orang tua cukup mengawasi saja ataupun memberikan arah ke pada anaknya dalam mengerjakan tugas yang sudah diberikan.

Pada saat siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran, guru biasanya menggunakan punishment tetapi punishment ini bukan tentang menghukum melainkan menangani siswa tersebut misalnya salah satu siswa yang tidak mengikuti pembelajaran daring secara berlangsung dan mengumpulkan tugas sering terlambat. Seorang guru akan memberikan punishment kepada siswa dengan cara datang langsung ke sekolah untuk melakukan proses pembelajaran ke guru wali kelasnya. Pada saat pandemi siswa juga diajarkan menggunakan protokol kesehatan sesuai dengan aturan yang sudah ada.

Dalam menerapkan karakter mandiri belajar siswa sebagaimana wawancara penulis dengan Yanti selaku guru di kelas I, mengatakan bahwasannya:

“solusi dalam menerapkan karakter mandiri pada belajar siswa yaitu apabila tidak ada respon dari orang tua atau tidak mengirimkan tugasnya sehari atau dua hariitu langsung saya japri. Kenapa tidak mengumpulkan tugas. sedang sakit atau ada keperluan. Apabila yang terkendala dengan fasilitas melakukan pembelajaran dengan cara pemberian tugas tanpa online dan dikumpulkan secara langsung”(Wawancara, 09 April 2021).

Kesimpulan

Seorang guru yakni sebagai pendidik, pengajar, penasehat. Dalam pembelajaran daring saat ini guru dibutukan agar lebih aktif dan inovatif sepaya siswa lebih mudah dalam memahami materi dengan baik. Tanggung jawab seorang guru kepada siswanya untuk menjadi pengajar yang baik bukan dalam ilmu pengetahuan saja melainkan sebagai pendidik yang seharusnya selalu memberikan motovasi dan membantu siswanya dalam membentuk sebuah karakter yang baik.Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDN Entalsewu terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu sulitnya menjalin kerjasama dengan orang tua untuk menjaga konsistensi.

Sikap yang dihadapi oleh guru kepada siswa dalam membentuk karakter mandiri dengan bekerjasama antara orang tua sama siswa dalam mengerjakan tugas dirumah. Meskipun pembelajaran dari rumah tetapi guru selalu mengawasi atau mengontrol masing-masing siswanya dalam mengembangkan karakter mandiri. Contohnya guru menjapri atau memberikan pesan kepada orang tua siswa tersebut mengenai alasan apakah sudah menyelesaikan tugas atau belum, sudah memahami materi yang diajarkan.

References

  1. World Health Organization W. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus that causes it {internet}. 2020 {cited 2020 Apr 6}. Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/fechnical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.
  2. SE Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid – 19.
  3. Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan suatu Analisis Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta,: Pustaka al Husna, 1989) cet.I.
  4. Novan Ardy, Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management, 2018, Yogyakarta : AR – RUZZ MEDIA.
  5. Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
  6. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
  7. Rustiani, R., Djafar. S., Rusnim. R., Nadar. N., Arwan., A., & Elihami. E, (2019, October). Measuring Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematic for Teaching Quality and Steudent Learning. In International Conference on Natural and Social Science (ICONNS) Proceeding Series (pp. 239-245).
  8. Dahlan R, M. dan Muhtarom. (2018). Menjadi guru yang bening hati (Strategi Mengelola Hati di Abad Modern), Edisi 1, Cetakan 1. Yogyakarta: Deepublish.
  9. Yamin,M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).
  10. Epstein,J.L, & Sheldon. (2002). Present and accounted for : improving student attendance through family and community involvement. The Journal of Educational Research, 95(5), 308-318.