Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.3041

The Influence of Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction (ARCS) Learning Model on Science Learning Outcomes of Fifth Grade Elementary School Students


Pengaruh Model Pembelajaran Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction (ARCS) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Model Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction (ARCS) Hasil Belajar IPA

Abstract

Learning strategies and learning models will continue to be updated in every era. Adjust to the character of the students. This study has a specific purpose, namely to determine whether there is an effect of the ARCS Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction learning model on the science learning outcomes of fifth grade students at SDN Sidokare 1 Sidoarjo. This study uses a Pre-Experimental Design type One-Group Pretest Posttest Design. The population in this study was class V at SDN Sidokare 1 for the academic year 2020/2021 with 20 students. The instrument used in measuring students' interest in learning is a questionnaire. This study uses descriptive statistics and inferential statistics in testing the data with t-test and eta-squared to test the research hypothesis.

Pendahuluan

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sikdiknas) Nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah suatu usaha sadar manusia untuk dapat mengembangkan potensi dari dirinya melalui proses pembelajaran atau menggunakan cara lain yang di akui dan dikenal oleh masyarakat. [1] Ahmad memperjelas kegiatan belajar mengajar akan bisa terjadi jika siswa menerima stimulus atau rangsangan dari gurunya, dalam hal ini guru melakukan kegiatan belajar mengajar dan membimbing peserta didik sehingga diharapkan dapat mengembangkan potensi dan kreativitas siswanya. Guru dikelas bukanlah hanya menjadi pentransfer ilmu kepada muridnya. Namun lebih dari itu guru juga bertugas sebagai fasilitator yang melayani setiap keluahan dan permasalahan dari siswa serta mampu membimbing siswa menjadi lebih maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Undang-Undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 bahwa “Tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi dari peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. [2]

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bidang studi yang mempelajari tentang alam dan kehidupan makhluk hidup. IPA merupakan konsep pembelajaran alam yang mempunyai hubungan luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA memiliki peran penting dalam mengembangkan konsep kehidupan makhluk hidup dan juga konsep pengembangan teknologi. Dilembaga-lembaga formal pembelajaran IPA ini diharapkan supaya bisa menjadi sebuah wahana bagi siswa untuk bisa mempelajari kehidupan dilingkungan diri sendiri (internal) maupun dilingkungan sekitarnya (eksternal), mampu didalam mengembangkan ilmu teknologi secara lebih lanjut dan mampu dalam menerapkan dikehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa disekolah adalah sebagai subyek pendidikan yang di tuntut supaya bisa aktif didalam pembelajaran, mampu memecahkan masalah, mampu mencari informasi sebagai pemecahan masalah, serta mampu mengeksplorasi / menjelaskan pemecahan masalah kepada teman-temannya, baik secara individu maupun berkelompok.

Guru selain sebagai fasilitator dikelas yaitu juga sebagai pemberi motivasi saat pembelajaran. Guru diharapkan mampu menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Didalam pembelajaran siswa dimotivasi secara terus menerus dapat memunculkan semangat siswa untuk selalu aktif belajar. Motivasi dan belajar ini merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Setiap anak yang lahir memiliki motivasi belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu itu bertindak dan berbuat.[3]

Pembelajaran bidang studi IPA di sekolah memiliki beberapa fungsi dantaranya sebagi berikut:

  1. Meningkatkan rasa ingin tahu dan kesadaran mengenai berbagai jenis lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam hubungannya dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia.
  2. Mengembangkan keterampilan proses siswa agar mampu memecahkan masalah melalui sains / penelitian.
  3. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan IPA, teknologi dan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
  4. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna serta keterkaitan dengan kemajuan iptek, keadaan lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan pelestariannya.[4]

Berdasarkan permasalahan yang didapati dalam pelajaran IPA dikelas V SDN Sidokare 1, bahwa pembelajaran dikelas terlihat sangatlah monoton, rasanya pembelajaran hanya berkesan memjelaskan-tugas-pulang. Pembelajaran yang dilakukan dengan menjelaskan materi yang ada dibuku kemudian dilanjut pemberian tugas, tanpa adanya sebuah kegiatan yang rill kepada siswa, yaitu paraktek atau menjelaskan sistam pencernaan manusia dan hewan dengan sebuah media kongkrit. Dari observasi saya ketika didalam pembelajaran guru menyajikan materi pada pelajaran IPA sudah sangat baik, namun karena hanya dengan sebatas menjelaskan saja kemudian memberi tugas mengisi soal, sehingga siswa menjadi bosan terhadap penjelasan guru.

Permasalahan dalam proses pembelajaran dalam hal ini juga ditemukan, banyaknya kesulitan siswa dalam memahami penjelasan dari buku, dikarenakan siswa dikelas hanya sekedar merespon, dan duduk manis mendengarkan penjelasan guru, tidak ada kegiatan yang bisa mengembangakan pemahaman konsep siswa terait materi yang sudah diberikan oleh guru, sehingga berakibat semakin lama siswa semakin bosan dengan pembelajaran, hanya sekedar masuk kelas dan main-main tampa ada materi yang dikuasai siswa. Maka dari itu setelah peneliti mengetahui permasalahan dari pembelajaran ini, peneliti mencoba melakukan suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga siswa bisa lebih terampil dlam pembelajaran dan pembelajaran bisa menjadi lebih berkesan. Hal lainnya juga sebagai pemberi peluang kesempatan kepada siswa untuk bisa berperan aktif didalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction (ARCS). Peneliti mengambil sebuah tindakan yaitu penerapan sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan dalam belajar IPA ini. Dari beberapa model-model pembelajaran yang ada, model pembelajaran ARCS yang dipilih peneliti untuk menyelesaikan pemrmasalahan dalam pembelajaran IPA ini. Model pembeljaran ARCS adalah model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang didalamnya mengangkat motivasi belajar siswa. [5]

Model pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk model pembelajaran yang mengutamakan perhatian dan motivasi peserta didik, dan guru menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar peserta didik. [6] Pada pembelajaran IPA dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Model pembelajaran ARCS ini menjadi salah satu model pembelajaran yang bermakna dan menyokong motivasi siswa untuk bisa berkreasi dan aktif dalam pembelajaran. ARCS ini merupakan pengembangan dari teori motivasi ARCS, bahwa motivasi tersebut adalah hasil kepuasan kebutuhan pribadi dan juga jumlah harapan untuk menjadi sukses, dan mengandung empat komponen yaitu satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (perhatian, kegunaan, kepercayaan diri, dan kepuasan). Pada dasarnya ARCS mempunyai sifat yang luwes dan fleksibel sehingga dalam pelaksanaannya dapat dipadukan dengan metode belajar yang lain, namun kegiatan inti yang ingin dicapai yakni menekankan pada upaya membangkitkan semangat siswa yang kurang tertarik dengan suatu mata pelajaran tertentu menjadi lebih tertarik dan senang untuk belajar. Pembelajaran ARCS ini juga melatih siswa untuk belajar mandiri, bertanggung jawab, dan membangun rasa percaya diri siswa.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan eksperimen tipe one group pre and post test desain. Pada desain penelitian ini, sebelum memberikan perlakuan maka diberikan terlebih dahulu test awal (pretest) dan diakhir pembelajaran diberikan tes akhir (posttest) sebagai penentu hasilnya. Desain ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannaya model ARCS. Penelitian ini akan menggunakan 2 kelompok siswa sebagai objek penelitian. Maka dalam hal akan dapat diketahui secara lebih akurat dengan membandingkan langsung antara kelompok yang sudah diberikan perlakuan dengan kelompok yang belum diberikan perlakuan.

Pembahasan

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan maksud untuk melihat perubahan perilaku peserta didik baik dengan cara penyesuaian diri maupun perkembangan peserta didik. [7] Didalam model pembelajaran memuat rencana pembelajaran serta konsep dan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dipergunakan sebagai pendekatan belajar guru untuk dapat mencapai tujuan dari pembelajaran. Menurut Agus Suprijono model pembalajaran adalah pola yang dimanfaatkan sebagai suatu pedoman didalam merencanakan pembelajaran untuk mengacu terhadap pendekatan yang akan digunakan, di antaranya tujuan dari pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan termasuk juga lingkungan kelas. [8]

Menurut pendapat Tritanto, tentang model pembelajaran, dijelaskannya bahwa model pembelajaran adalah sebuah pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran toturial yang dilakukan secara terencana dan terpola dengan baik. [9] Dengan demikian model pembelajaran dapat dimaknai sebagai sebuah pola sistemetis yang dimanfaatkan guru sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang dibertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang didalamnya mencakup setrategi, teknik, metode, bahan dan media beserta alat penilaian pembelajaran.

Pengertian Model Pembelajaran ARCS

Model pembelajaran ARCS adalah model pembelajaran yang menyatukan beberapa bentuk sikap dari peserta didik yakni attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan) yang dirancang untuk mendorong motivasi belajar siswa. [10] Pembelajaran ARCS berdasarkan teorinya Keller lebih mengutamakan kepada perhatian terhadap peserta didik, guru menyesuaikan menyesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman belajar peserta didik sehari-hari, sehingga mampu menciptakan rasa percaya diri dalam diri peserta didik dan menimbulkan rasa puas dalam diri peserta didik tersebut untuk belajar dengan lebih giat.

Model pembelajaran ARCS ini mengutamakan adanya pengelolaan motivasi peserta didik selama mengikuti pembelajaran sebagimana yang telah dikatakan oleh Keller. Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pembelajaran untuk memecahkan masalah dengan merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar. [11]

Komponen-Komponen Model Pembelajaran ARCS

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran ARCS ini memiliki empat komponen yaitu (perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan). Berikut ini akan dijelaskan perincian dari tiap-tiap komponen tersebut yaitu sebagai berikut:

Attention (perhatian)

Perhatian adalah suatu hal yang sangat penting didalam kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajarannya tergantung pada bagaimana perhatian siswanya saat pembelajaran berlangsung. Perhatian adalah suatu bentuk pengarahan didalam berkonsultasi atau pemusatan pikiran dalam menghadapi siswa didalam pelaksaan belajar mengajar. [11]

Perhatian juga dapat diartikan sebagai konsentrasi siswa yang menunjuk pada minat / perasaan tertarik terhadap pelajaran. Perhatian disini yaitu tindakan guru dalam mengonsentrasikan dan memfukuskan siswa saat pembelajran. Konsentrasi dan minat belajar siswa bisa dilihat dari siswa sikap / perasaaannya. Siswa yang memiliki perasaan senang dan yang memiliki perasaan tidak senang akan berbeda dalam hal konsentrasi belajarnya. Siswa yang memiliki perasaan senang dengan mata pelajaran tertentu pasti siswa tersebut akan sangat memperhatikan penjelasan gurunya saat mengajar, namun sebaliknya siswa yang memiliki perasaan tidak senang terhadap mata pelajaran tertentu pasti siswa tersebut mengalami kesuliatan berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung. Perhatian peserta didik muncul karena rasa keingintahuannya, maka dari itu rasa keingitahuan tersebut perlu mendapatkan stimulasi dari guru, sehingga peserta didik akan memberikan attention atau perhatiannya saat pembelajaran berlangsung. Rasa ingin tahu ini dapat dirasang melalui cara-cara sapaan guru dengan yang sudah ada kontrodiktif ataupun kompleks. [13]

Relevance (relevan)

Relevan disini adalah bagimana kesesuaian materi yang di sediakan oleh guru dengan pengalaman belajar siswa. Bagaimana materinya yang akan sampaikan guru tersebut mudah diserap siswa dan akan memberi manfaat besar dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa menjadi tertarik dan merasa sangat membutuhkan materi tersebut. Ketertarikan siswa tersebut akan memunculkan motivasi dalam dirinya untuk belajar karena merasa materi yang didapatkannya akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-harinya. Motivasi siswa akan muncul dan terpelihara dengan baik apabila mereka merasakan apa yang mereka telah pelajari bermanfaat baginya. [14]

Confidence (percaya diri)

Percaya diri merupakan salah satu motivasional yang juga mendapatkan perhatian. Hal tersebut untuk membantu siswa didalam membangun harapan positif didalam pembelajaran dimana mereka menghubungkan pemahaman belajar mereka dengan kemampuan mereka sendiri dengan upaya meraih tugas untuk mencapai syarat suatu keberhasilan. Bahkan suatu pencapaian yang sukses tidak akan mampu didalam meningkatkan kepercayaan diri seseorang jika orang tersebut percaya bahwa satu-satunya alasan suatu kesuksesan terjadi disebabkan karena suatu keberuntungan. [15]

Oleh sebab itu suatu keberhasilan belajar bukanlah mucul dari suatu keberuntungan siswa akan tetapi keberhasilan belajar muncul dari diri siswa yang mempunyai kepercayaan diri.

Satisfaction (kepuasan)

Dalam hal ini kepuasan yang dimaksud adalah perasaan gembira siswa terhadap suatu pembelajaran yang telah dilakukannya, siswa merasa gembira atas pelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini bisa didapat dari pelayanan terbaik guru saat melakukan pemnbelajaran, ataupun dari penghargaan yang guru berikan kepada siswa, misalnya berupa reward ataupun dalam bentuk penjelasan materi yang mudah dipahami. Kepuasan dalam pembelajaran ini sangat diperlukan agar siswa memiliki perasaan positif terhadap pelajaran, dan siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang baik serta dapat memberikan kesan belajar yang baik. Kepuasan belajar merupakan penghargaan dan pengakuan positif kepada siswa terhadap upaya keberhasilan yang telah diperoleh didalam pembelajaran. [16]

Oleh sebab itu kepuasan yang ditujukan tersebut adalah merupakan sebuah penghargaan terhadap siswa yang mampu mencapai nilai yang baik didalam pembelajaran.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran ARCS

Adapun langkah-langkah model pembelajaran (ARCS) menurut Harmorano berdasarken teori keller adalah sebagai berikut:

  1. Guru mampu menarik perhatian siswa yaitu dengan cara menyapa, memberikan apersepsi, kemudian menanyakan kembali materi pelajaran yang sudah di pelajari siswa pada pertemuan sebelumnya.
  2. Guru mendeskripsikan kepada siswa tentang tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari hari ini. (R)
  3. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin dan terperinci dan mudah dipahamisiswa sehingga menjadi tertarik untuk memperhatikan penjelasan guru. (R)
  4. Guru meberikan contoh yang kongkrit (nyata) pada setiap materi yang dijelaskan, guru memberikan contoh nyata yang ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa mudah memaahami materi pelajaran dan siswa memiliki rasa ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. (A dan R)
  5. Guru membimbing dan memotivasi siswa agar lebih mudah dalam memahami pembelajaran. Langkah ini bertujuan untuk menciptkan rasa percaya diri dalam diri siswa sehingga siswa diharapkan tidak merasa ragu didalam meberikan respon pembelajaran dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. (R)
  6. Guru memberikan kesempatan siswa bertanya, dan menanggapi, atau mengerjakan soal tentang materi pembelajaran yang sudah di pelajari. (C dan S)
  7. Guru meberikan umpan balik terhadap siswa dengan tujuan untuk merangsang pola berfikir siswa. Setelah itu siswa secara aktif dan spontan akan menanggapi umpan balik dari guru. Dari hasil pemberian umpan balik siswa diharapkan merasakan kepuasan dalam dirinya. (S)
  8. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil dalam menjawab soal dan berperan aktif didalam pembelajaran supay siswa meraskan kepuasan didalam dirinya dari hasil upaya yang telah di perolehnya. (S)
  9. Guru menyimpulkan pembelajaran dengan jelas dan terperinci dan cara tersebut juga dapat dilakukan dengan berbagi macam cara salah satunya yaitu guru memerintahkan siswa untuk menyimpulkan dari hasil pembelajaran dari materi yang telah siswa pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri dengan hal ini dapat menciptakan kepuasan didalam diri siswa. (S). [17]

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar. Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf ataupun kalimat. [18]

Menurut Singgih D. Gunar saprestasi belajar adalah hasil maksimum yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha belajar”. Menurut Saifudin Azwar prestasi belajar adalah hasil yang telahdicapai oleh siswa dalam belajar”. Menurut John M. Keller yang dikutip Mulyono Abdurrahman hasil belajar adalah sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.” Selanjutnya dikemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Menurutnya perbuatan merupakan petunjuk proses belajar telah terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.[19]

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa secara garis besar factor factor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai factor internal, dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yangdisebut faktor eksternal. Menurut Nana Sudjana dalam Khusnul k, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalampengajaran harus mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi menurut definisi tersebut yang dimaksud prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yangmencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.serta nilai dan sikap. Selainperubahan tingkah laku prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yangdimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar. Prestasi belajar diukurdengan tes pelajaran atau tes pendidikan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dapat diketahui dengan melihat hasil nilai pretes dan postest siswa kelas 5 SDN Sidokare 1 Sidoarjo pada tahun ajaran 2020 dengan penerapan model ARCS. Sebagaimana tujuan utama telah dirumuskan bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan model ARCS terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Sidokare 1 Sidoarjo. Maka selanjutnya pengumpulan data dari hasil nilai pretes dan postest siswa akan dijelaskan sebagai berikut.

Hasil nilai ini murni didapatkan dari proses pemberian soal kesiswa, yaitu dengan jumlah 20 siswa. Tes yang pertama atau pretest adalah tes yang diberikan kepada siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran ARCS dan yang kedua atau postest setelah siswa diterapkan model pembelajaran ARCS.

Berikut adalah tabel dari hasil nilai pretes dan postest siswa kelas 5 SDN Sidokare 1 Sidoarjo.

Tabel 4.1. Pretest dan Postest Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Sidokare 1 Sidoarjo

No Responden/Siswa Pretest Postest
1 A.B.I 56 74
2 A.N.R 62 78
3 B.I.N 80 94
4 P.T.R 60 84
5 B.L.S 68 84
6 F.D.L 58 80
7 F.R.L 76 84
8 A.D.Y 58 76
9 M.R.F 68 84
10 R.Z.K 62 92
11 M.A.L 62 80
12 N.H.R 70 84
13 S.F.D 76 84
14 A.L.S 62 72
15 A.J.N 62 72
16 J.N.R 64 82
17 N.V.R 58 86
18 F.H.D 54 72
19 A.Z.F 56 80
20 R.F.Q 56 76
Jumlah N = 20 1246 1618
Rata - rata 63,4 80,9
Table 1.

Berdasarkan pada data diatas yang merupakan hasil dari data pretes dan postes siswa, dapat kita lihat bahwa mengalami kenaikan. Dimana nilai rata rata siswa sebelum diterapkan model pembelajaran ARCS dengan nilain rata-rata 63,4. Sedangkan setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran ARCSmaka mengalami peningkatan nilai rata rata yaitu dengan nilai rata-rata 80,9 dimana nilai tersebut sudah memenuhi KKM.

Langkah dalam menajawab rumusan masalah yamg pertama adalah sebagai berikut:

No Responden/Siswa Pretest Postest Deviasi ( ∑d )
1 A.B.I 56 74 18
2 A.N.R 62 78 16
3 B.I.N 80 94 14
4 P.T.R 60 84 24
5 B.L.S 68 84 16
6 F.D.L 58 80 22
7 F.R.L 76 84 8
8 A.D.Y 58 76 18
9 M.R.F 68 84 16
10 R.Z.K 62 92 30
11 M.A.L 62 80 18
12 N.H.R 70 84 14
13 S.F.D 76 84 8
14 A.L.S 62 72 10
15 A.J.N 62 72 10
16 J.N.R 64 82 18
17 N.V.R 58 86 28
18 F.H.D 54 72 18
19 A.Z.F 56 80 24
20 R.F.Q 56 76 20
Jumlah N = 20 1268 1618 350
Rata - rata 63,4 80,9 Md = 17,5
Table 2.

Md =

Md =

No Responden/Siswa Pretest Postest Deviasi ( ∑d ) Xd = D-Md Xd²
1 A.B.I 56 74 18 0,5 0,25
2 A.N.R 62 78 16 -1,5 2,25
3 B.I.N 80 94 14 -3,5 12,25
4 P.T.R 60 84 24 6,5 42,25
5 B.L.S 68 84 16 -1,5 2,25
6 F.D.L 58 80 22 4,5 20,25
7 F.R.L 76 84 8 -9,5 90,25
8 A.D.Y 58 76 18 0,5 0,25
9 M.R.F 68 84 16 -1,5 2,25
10 R.Z.K 62 92 30 12,5 156,25
11 M.A.L 62 80 18 0,5 0,25
12 N.H.R 70 84 14 -3,5 12,25
13 S.F.D 76 84 8 -9,5 90,25
14 A.L.S 62 72 10 -7,5 56,25
15 A.J.N 62 72 10 -7,5 56,25
16 J.N.R 64 82 18 0,5 0,25
17 N.V.R 58 86 28 10,5 110,25
18 F.H.D 54 72 18 0,5 0,25
19 A.Z.F 56 80 24 6,5 42,25
20 R.F.Q 56 76 20 2,5 6,25
Jumlah 1268 1618 350 703
Rata-Rata 63,4 80,9 17,5
Table 3.Jumlah deviasi
  1. Membuat data tabel nilai pretes dan postes siswa, serta menghitung jumlah Deviasi dari pretes dan postes ( ∑d)
  2. Menentukan nilai mean
  3. Rumus uji t (t hitung)

12,86

Berdasarkan tabel perhitungan uji t tersebut maka diperoleh hasil 12,86. Maka dapat di simpulkan bahwa t hitung > t tabel yaitu dengan nilai 12,86 > 2,086 dengan taraf signifikansi 5%. Maka dapat artikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian menjadi jawaban bahwa adanya pengaruh anatara model pembelajaran ARCS terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SDN Sidokare 1 Sidoarjo.

7

Adapun dari hasil perhitungan uji etasquered diatas menunjukkan hasil perhitungaan sebesar 0,897 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh besar antara penggunaan model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar IPA siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini yang sudah dijaabarkan dalam pembahasan diatas menghasilkan dua kesimpulan yaitu:

Adakah pegaruh model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Sidokare 1 Sidoarjo?

Dari hasil uji t yang didapatkan maka mendapat jawaban bahwa adanya pengaruh anatara model pembelajaran ARCS terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SDN Sidokare 1 Sidoarjo.

Kemudian yang kedua. Seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran ARCS terahadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Sidokare 1 Sidoarjo?

Berdasarkan hasil uji etasquered menunjukkan hasil perhitungaan sebesar 0,897 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh besar antara penggunaan model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar IPA siswa.

References

  1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Arta duta Mas, 2003), 20
  2. Undang-undnag republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB II pasal 3
  3. Suranto, Pengaruh Motivasi, Suasana Lingkungan Dan Sarana Prasarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Studi , Vol 25, No.2 (Desember 2015), h.12
  4. Sri Sulistyorini, 2007. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar. Unnes: Tiara Wacana
  5. Keller dalam Damar, Ifa Fauziah, Pembelajaran IPA Mengunakan Model ARCS (Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction) dengan Metode The Power of Two pada Siswa Kelas IV SDIT Al Akhyar Bae Kudus, jurnal unucirebon, 2019, h.57
  6. Erni Maidiyah,Cut Zulisna Fonda, Penerapan Model Pembelajaran Arcs Pada Materi Statistika Di Kelas Xi Sma Negeri 2 Rsbi Banda Aceh, Jurnal Peluang,Vol.1 No2, h.13
  7. Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, 41.
  8. Suprijono A, Cooperatif Learning Teori dan Implikasi Paikem (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2012), 46
  9. Muhammad Afandi et.Al., Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah (Semarangg : Unissula Press,2013), 15
  10. John M. Keller and Katsuaki Suzuki b Learner motivation and E-learning design: a multinationally validated process Journal of Educational Media, Vol. 29, No. 3, October 2004
  11. Keller, J. M. (1987). Development and use of the ARCS model of instructional design. Journal of instructional development, 10 (3), 2.
  12. Keller, J. M. (1987). Development and use of the ARCS model of instructional design. Journal of instructional development, 10 (3), 2. Ibid, 231
  13. Agus Suprijono, Cooperative learning,( Yogyakarta : Celana Timur, 2015 ), h.185
  14. Arif mahmudi, “Pengaruh Model Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction (ARCS) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa”. 12-13
  15. John M. Keller and Katsuaki Suzuki , “Learner motivation and E-learning design: a multinationally validated process Journal of Educational Media, Vol. 29, No. 3, October 2004”
  16. John M. Keller and Katsuaki Suzuki , “Learner motivation and E-learning design: a multinationally validated process Journal of Educational Media, Vol. 29, No. 3, October 2004”
  17. Harmorano dalam (rachmawati), Pengaruh Penggunaan Model Attention, Relevance, Confidence, Dan Satisfaction (Arcs), Subang, 2019. 16
  18. Khusnul Khotimah, Pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar di tinjjauh dari aktifitas belajar. Surakarta:2016 :14
  19. Khusnul Khotimah, Pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar di tinjjauh dari aktifitas belajar. Surakarta:2016 :14