Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2994

Collective Leadership Model in Improving the Target of Development of Islamic Boarding School Educational Institutions


Model Kepemimpinan Kolektif Dalam Meningkatkan Target Pengembangan Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Keywords Collective Leadership Model Development Target Islamic Boarding School Educational Institution

Abstract

The collective leadership model is very influential in the implementation of the development of educational institutions, basically the implementation of this collective leadership model is the division of tasks and positions as a whole with the shared authority and responsibility.
This study describes the collective leadership model in increasing the target for the development of the An Nur Penatarsewu Islamic boarding school Tanggulangin Sidoarjo educational institution, the focus of the research is the collective leadership model, its implementation, "supporting and inhibiting factors" in the implementation of the development of Islamic boarding school educational institutions.
The choice of research method in describing it using qualitative methods. Researchers collect data by means of observation, interviews and documentation. The validity of the data was tested by triangulating the data, examining the suitability of the written data, the results of interviews and observations that had been made.
This research produces findings. First, the An Nur Penatarsewu Islamic boarding school uses a collective leadership model in developing educational institutions by means of: planning, monitoring and evaluation. The decision-making system of the An Nur Islamic Boarding School is by way of deliberation and consensus by taking steps; identification of problems, gathering information, predicting the consequences that will occur, alternative decisions Second, the collective leadership of the An Nur Islamic boarding school carries out the duties and responsibilities shared by each other. Third, the application of collective leadership is driven by a sense of togetherness in developing the An Nur Islamic boarding school educational institution.

Pendahuluan

Setiap manusia menjadi pemimpin, baik untuk dirinya sendiri dan orang lain, sekala besar ataupun paling terkecil yaitu pemimpin bagi dirinya sendiri. Manusia diciptakan untuk memimpin bukan menguasai, mengatur hal yang buruk menjadi sesuatu yang lebih baik. Karena apa yang dilakukan adalah menjadi tanggung jawab di dunia dan dia akhirat. Dalam hal ini kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk mengatur, memotivasi, menggerakkan semua bagian-bagian agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan bagiannya menuju cita-cita yang diinginkan.

Setiap manusia memiliki karakter perilaku, demikian pula dalam hal memimpin. Seorang pemimpin akan memiliki model kepemimpinan yang berbeda-beda pula. Model kepemimpinan ini akan membawa pengaruh terhadap orang-orang yang dipimpin secara langsung ataupun tidak langsung. Istilah kepemimpinan, M. Ngalim Purwanto memberikan definisi sebagai berikut; kepemimpinan adalah merupakan seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) agar orang lain, pengikut, ataupun simpatisannnya” dalam sebuah organisasi formal ataupun informal ikut serta dalam kegiatan yang diinginkan oleh pemimpin tersebut, membuat mereka begitu termotivasi ikut serta rela berkorban untuknya. Secara tidak langsung dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang memotivasi (mendorong) agar orang lain melakukan suatu kegiatan. [1]

Dari pemimpim tokoh-tokoh dunia memiliki perbedaan dalam gaya memimpin, oleh karena itu antara pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu yang berbeda yaitu terletak pada subyek dan model memimpin. Pemimpin maksudnya ialah subyek, orang yang berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasikan visi. [2]Dalam pengertian lain pemimpin adalah kecakapan dan kelebihan yang dimiliki oleh seseorang, karena cakap dan memiliki keistimewaan yang melebihi orang lain, sehingga orang lain dapat dipengaruhi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama untuk satu atau beberapa tujuan. [3] Adapun pengertian kepemimpinan menurut Ishak Arep dan Tanjung bahwa kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan, pengaruh untuk menguasai atau orang lain atau . masyarakat . yang . berbeda-beda menuju . pencapaian . tertentu . tujuan [4]Definisi lain tentang kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan definisi yang lain bahwa kepemimpinan selalu terkait dengan kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain sehingga rela melibatkan diri dalam mencapai suatu tujuan.

Dalam dunia pendidikan dikenal dengan pendidikan pesantren. Dalam pesantren atau biasa disebut dengan pondok pesantren memiliki pengaruh yang berbeda dalam setiap perkembangan dan kemajuannya. Hal tersebut diantaranya sangat tergantung pada pengaruh pemimpin dalam mengendalikan dinamika pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Menurut Kasyful Anwar, dalam kepemimpinan pesantren terdapat dua model kepemimpinan yaitu kepemimpinan individual dan kepemimpinan kolektif. Kepemimpinan individual dilakukan oleh seorang pemegang peran dalam suatu lembaga pesantren dalam hal ini adalah kiai, segala hal aktifitas, kebijaksanaa, keputusan, metode pengajaran, dan yang berhubungan dengan lembaga tersebut ada pada kiai. Sedangkan kepemimpinan kolektif dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keputusan dan kebijaksanaan pendidikan lembaga adalah konsensus bersama yang disepakati semua untuk melaksanakan sesuai dengan bagian-bagian yang telah ditentukan oleh yayasan. [5]

Perkembangan pondok pesantren merupakan diantara model pendidikan Islam di Indonesia yang layak untuk selalu dipelajari dan diteliti, karena pondok pesantren mengalami perubahan-perubahan yang signifikan mulai dari perkembangan kurikulum, fasilitas dan kepemimpinan pondok pesantren. Walaupun diantaranya ada model pondok pesantren yang masih mempertahankan model dan ciri khas yang ada sejak didirikan oleh sang pendiri pondok pesantren tersebut di tengah era globalisasi dan modernisasi pendidikan yang semakin berkembang pesat seperti saat ini. Peran pengelola (kiai, ustad dan pengurus) pondok pesantren sangatlah penting dalam perkembangan dan kemajuannya. Ketika dinamika pendidikan pondok pesantren berjalan sekedar mengikuti rutinitas seperti sediakala dan dianggap sudah mapan, hal ini merupakan tanda-tanda bahwa perkembangan peradaban pondok pesantren tersebut sampai pada jalan yang melingkar. Bisa jadi hal tersebut adalah proses kemunduran yang akan berlangsung, maka pengelola pondok pesantren selaku pemimpin berperan dalam pembaharuan dalam segala bidang secara bertahap dan memiliki rencana, serta strategi untuk meraih peningkatan mutu yang lebih baik dari sebelumnya.

Istilah pondok dalam arti bahasa, berasal kata “pondok” dari pengertian pondokan yaitu tempat para santri untuk tidur, istirahat. Disebut pondok bisa dikatakan sebuah tempat untuk dihuni yang terbuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata Arab funduk, yang berarti hotel atau kamar-kamar yang jumlahnya banyak. [6] Menurut Mastuhu bahwa pondok pesantren telah dikenal di Nusantara kurang lebih abad ke 13-17 M, dan di pulau Jawa terjadi abad ke 15-16 M. Akan tetapi melalui data sejarah tentang Islam masuk di negara Indonesia, .. bersifat global dan makro tersebut sangat ..sulit ..menunjuk ..dengan ....tepat ..tahun ..pendirian dan dimana pondok pesantren pertama kali didirikan. Pengertian pesantren yang sering dikutip adalah “lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya didalam dan diluar pondok pesantren sebagai pedoman dalam menjalan roda” kehidupan. Sedangkan unsur pondok pesantren terdiri dari empat unsur utama. Pertama, kiai sebagai pemimpin dan guru sekaligus, untuk pesantren yang masih kecil pada umumnya ditangani langsung oleh seorang kiai dan keluarga kiai, untuk pondok pesantren yang telah memiliki santri dan fasilitas yang memadai maka kiai dibantu oleh para asatidz dalam mendidik dan mengajar serta mengasuh santri. Kedua, santri sebagai murid yang belajar di pondok pesantren. Ketiga, asrama tempat menginap para santri. Keempat, masjid. Masjid dalam pondok pesantren memiliki fungsi ganda, sebagai ibadah dan tempat belajar. [7]

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi pelopor pendidikan di Indonesia terbukti telah terbukti berperan serta dalam pembangunan karakter bangsa. Muhammadiyah yang menganut model kepemimpinan kolektif kolegial secara otomatis model kepemimpinan kolektif ini diterapkan secara struktural maupun non struktural agar tidak terjadi kesalahpahaman, tumpang tindih dalam memberikan keputusan dan kebijakan antara pemimpin satu dengan yang lainnya.

“Kepemimpinan kolektif merupakan kepemimpinan yang tidak dijalankan oleh seorang dalam kapasitas jabatan apa saja, kepemimpinan kolektif tidak sama dengan kepemimpinan birokrasi yang cenderung sebagai pemimpin tunggal, kepemimpinan kolektif lebih banyak diwarnai oleh nilai-nilai kolektivitas yang berbasis rasa keikhlasan dalam bertanggungjawab untuk melaksanakan” amanahnya. [8] Kepemimpinan “kolektif adalah upaya kepemimpinan pendidikan dan pengasuhan“ dalam satu sistem tim secara bersama-sama berdasarkan kedekatan kemampuan profesional sehingga tujuan organisasi dapat tercapai lebih efektif dan partisipatif. [9]

Menyadari hal tersebut Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Jabar Nur sebagai salah satu amal usahanya, menggerakkan jama’ah KBIH Jabal Nur Sidoarjo untuk bersama-sama mendirikan pondok pesantren. Butuh perjuangan yang tidak terbatas, maka pada tahun 2014 mulailah peletakkan batu pertama pembangunan gedung pondok pesantren. Pada tahun 2015 resmi pondok pesatren tersebut dinamakan Pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. Sebagai pondok pesantren dibawah naungan organisasi Muhammadiyah yakni Pimpinan Daerah Muhamadiyah (PDM) Sidoarjo otomatis model kepemimpinan pondok pesantren An Nur Tanggulangin adalah kepemimpinan kolektif, yakni kepemimpinan yang dilakukan bersama-sama, pengambilan kebijakan dan peran ditentukan beberapa orang dalam menjalankan program kerja.

Namun pada tahun 2016 penyelenggaraan dan pengelolaan pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin yang semula di kelola oleh Majelis Dikdasmen PDM Sidoarjo diserahkan secara penuh kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Penatarsewu agar dapat lebih efektif dan optimal dalam pengelolaan, pengawasan, penyelenggaraan dan pengembangannya.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Pondok Pesantren An Nur

  1. Ide pendirian

Lembaga pondok pesantren yang berbasis persyarikatan Muhammadiyah tidaklah banyak, apalagi pondok pesantren Muhammadiyah yang besar dengan menampung jumlah santri yang banyak. Kader-kader Muhammadiyah yang haus ilmu agama dengan pendidikan khusus berdasar faham Muhammadiyah bimbang dalam menentukan pondok pesantren yang sesuai.

Menilik hal tersebut pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Jabal Nur berinisiatif membangun pondok pesantren. Dengan sekuat tenaga, daya dan pikiran berusaha mewujudkan cita-cita tersebut, pada tahun 2013 pengurus KBIH Jabal Nur memulai perencanaan dalam membangun pondok pesantren sebagai wadah kader-kader Muhammadiyah yang memiliki ghirah dalam mengembangkan dan meneruskan cita-cita Muhammadiyah.

  1. Ide pendirian

Nama pondok pesantren

Pada tahun 2014 pondok pesantren terwujudlah pendirian pondok pesantren tersebut, dan pondok pesantren belumlah memiliki nama yang baku, dengan semangat para pengurus KBIH Jabal Nur maka nama pondok pesantren diambil dari nama An Nur sebagai mengenang jasa dari pendiri, penggagas, jama’ah, yang telah ikut serta dalam terwujudnya pembangunan pondok pesantren. Nama An Nur (cahaya) sinergi dengan lambang Muhammadiyah berupa matahari yang bersinar.

Dengan nama An Nur yang berarti cahaya tersebut diharapkan;

  1. Dapat menerangi santri yang belajar dengan cahaya ilmu dan cahaya Allah Swt. yaitu mendapat hidayah Allah Swt.
  2. Sebagai penerang / cahaya bagi masyarakat sekitar pondok pesantren.
  3. Sebagai penerang / inspirasi bagi pondok pesantren Muhammadiyah lainnya.

Satu tahun berikutnya yaitu pada tahun 2015, pondok pesantren An Nur telah membuka penerimaan santri baru jenjang Sekolah Menengah Pertama dan dalam perkembangannya pondok pesantren An Nur yang semula pengelolaannya oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo diserahkan penuh kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Penatarsewu sebagai pengelola dan bertanggungjawab atas pengembangan dan pelaksanaan pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin.

Pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin dalam menjalankan program kerjanya memiliki visi dan misi yang terarah. Visinya adalah terwujudnya generasi muslim yang tangguih sebagai rahmatan lil alamin. Misinya adalah;

  1. Menanamkan aqidah Islami
  2. Mengajarkan ibadah syari’ah
  3. Membentuk akhlakul karimah
  4. Menanamkan kesadaran berdakwah
  5. Membentuk generasi berprestasi dan unggul dalam kehidupan

Model Kepemimpinan Kolektif Dalam Meningkatkan Target Pengembangan Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo

  1. Model kepemimpinan

Pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin bukan didirikan secara individu atau milik seseorang ataupun milik beberapa orang, namun pondok pesantren An Nur adalah milik organisasi Muhammadiyah dalam naungan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo. Oleh sebab itu maka pelaporan pertanggungjawaban kepada Majelis Dikdasmen PDM Sidoarjo.

Secara otomatis kepemimpinan pondok pesantren An Nur yang dibawah naungan Dikdasmen PDM Sidoarjo dengan model kepemimpinan kolektif. Kepemimpinan kolektif yang dimaksud adalah segala perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban dilakukan bersama-sama untuk mencapai maksud dan tujuan yang diharapkan. Sifat musyawarah yang diadakan adalah musyarah mufakat. Artinya musyawarah diadakan untuk mencari kesepakatan yang disepakati bersama tanpa mementingkan pihak-pihak tertentu dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program tertentu.

Pembagian kerja

Pembagian kerja yang dilakukan di pondok pesantren An Nur adalah direktur bersama pimpinan bermusyawarah untuk memperoleh kepala dan staf dengan cara membagi kriteria menjadi dua hal yakni; kriteria jabatan dan kriteria kerja. Dari dua kriteria tersebut, diperlukan lima analisis calon kepala dan staf yaitu kualitas kepribadian, keilmuan, kompetensi bidang, pengalaman dan pengabdian. Enam kriteria masing-masing memiliki tujuan, yaitu ; religius, kepribadian, keilmuan, pengalaman, dan pengabdian.

Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kepemimpinan kolektif pondok pesantren An Nur adalah musyawarah mufakat secara demokratis dengan melihat dan menilai disiplin ilmu, pengalaman, situasi dan kondisi. Musyawarah tersebut dilakukan berdasarkan Al Quran

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ

Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.[10]

Usaha dan target pengembangan pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) lima tahun pada tahun pelajaran 2020 – 2025 diantaranya adalah;

Menurut Anwar, [11]target lima tahun yang akan datang yaitu tahun pelajaran 2024-2025 jumlah santri 700 atau lebih dengan rincian 18 rombel dengan dengan rincian setiap jenjang memiliki 6 rombel. Santri baru akan dilakukan penyaringan dan menempuh beberapa ujian masuk antara; wawancara, membaca Al Quran, hafalan Al Quran, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris. Dengan tes ujian masuk tersebut akan menemukan santri-santri yang lebih berkualitas dan santri yang benar-benar ingin menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.

  1. Santri
  2. Sarana

Konsentrasi pondok pesantren An Nur dalam periode lima tahun terakhir adalah pembangunan gedung asrama dan ruang kelas disebabkan gedung asrama dan ruang kelas yang ada sudah tidak memadai lagi dengan jumlah kapasitas santri yang terus meningkat sebelumnya.

3. Kurikulum

Pondok pesantren An Nur yang notabene adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas Muhamadiyah maka kurikulum yang dipakai adalah kurikulum umum dan kurikulum yang berbasis agama Islam berciri khas pondok pesantren yang telah diteliti dan disesuaikan dengan persyarikatan Muhammadiyah.

Kurikulum mata pelajaran yang diajarkan antara lain; Al Qur an–hadits, bahasa Arab, nahwu, sharaf, aqidah, fiqh, muthalaah, tarikh Islam, kemuhammadiyahan, kaligrafi (khat). Target utama unggulan sebagai yang harus dimiliki oleh setiap santri adalah hafal Al Quran juz.

4. Keuangan

Sumber dana pondok pesantren An Nur berasal dari Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) santri, donatur tetap dan simpatisan warga Muhammadiyah. Dari sumber dana tersebut pondok pesantren An Nur dapat menganggarkan, merencanakan dan mengelola usaha-usaha perkembangan pondok yang tertuang dalam Rencana Anggaran Belanja Pondok dan Sekolah (RABPS)

Dalam RABPS pondok pesantren An Nur meliputi 10 standar yang dirumuskan yaitu ; Standar isi, standar proses, standar penilaian, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan, standar pengelolaan, standar kesiswaan, standar budaya pesantren dan standar kompetensi kelulusan. Setelah pembuatan RAPBS, melakukan evaluasi dan analisis guna melaksanakan strategi pelaksanaan yang lebih efektif dan efesien.

5. Humas

Pondok pesantren An Nur dalam hubungan masyarakat menggunakan prinsip komunikasi motivasi. Artinya pemberi pesan atau informasi harus didasari oleh minat atau motivasi terhadap pesan yang disampaikan. Dengan mengadakan pengajian rutin satu bulan sekali untuk masyarakat sekitar dan tiga bulan sekali dengan wali santri adalah wujud dari komunikasi motivasi yang terselip dalam setiap pengajian yang dilakukan.

Target dari kegiatan pengajian tersebut adalah mengembangkan pengertian masyarakat dan wali murid akan kebutuhan pendidikan agama secara khusus seperti belajar di pondok pesantren dan pentingnya keberadaan pondok pesantren. Maka akan diperoleh perkembangan opini positif masyarakat terhadap pondok pesantren.

Dalam pelaksanaan tugas humas, pondok pesantren An Nur memiliki langkah-langkah yang dikerjakan, yaitu :Menganalisa dan mendata sekolah tujuan. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan dalam memperoleh santri.Menentukan anggaran kegiatan.Membentuk relationship.Membuat laporan dan dokumentasi

Selain itu, tugas humas yang dilajukan adalah melakukan promosi. Menurut Dzulfikar[12] langlah-langkah promosi yang dilakukan dalam mengembangkan pondok pesantren An Nur dalam bentuk ;Media sosial dan website dan Media cetak

6. Pendidik dan tenaga kependidikan

Keteladanan dan keilmuan pimpinan dan guru pondok pesantren An Nur mendapat penilaian sendiri dari masyarakat sekitar dan wali murid yang mempercayakan anak-anak mereka belajar di pondok pesantren. Maka usaha dan target peningkatan pendidik dan ketenaga pendidikan manusia yang dilakukan oleh pondok pesantren An Nur diantaranya adalah meningkatkan kompetensi dengan mengadakan pelatihan, workshop, diskusi yang menitik beratkan pada profesionalitas, pengetahuan tentang hukum muamalah dan adab sopan santun.

Dari usaha tersebut diharapkan pendidik dan tenaga kependidikan memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan kompetensi dirinya masing-masing yang akan diberikan kepada siswa dan masyarakat.

7. Tata kelola

Sebagaimana banyak diketahui, pada umumnya bahwa tata kelola asrama poondok pesantren memiliki tata kelola asrama sesederhana mungkin dengan tujuan kemandirian santri dalam mengelola kehidupannya sehari-hari. Pondok pesantren An Nur yang baru lima tahun ini selalu berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan tata kelola asrama yang baik dan benar.

Usaha-usaha tersebut adalah memberikan fasilitas asrama santri yang terbaik yaitu dengan perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Menambah jumlah ruang dan fasilitas memadai dengan memberikan peraturan dan tata tertib selama dalam asrama yang diawasi oleh kepala asrama dan staf / wali asrama akan memberikan dampak positif dalam pelaksanaan tata tertib.[13]

8. Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler wajib adalah ekstrakurikuler yang wajib diikuti setiap santri. Ekstrakurikuler tersebut adalah kepanduan Hizbul Wathan dan seni bela diri Tapak Suci. Adapun ektrakurikuler pilihan adalah ekstrakurikuler yang dapat diikuti sesuai dengan keinginan dan tidak bersifat wajib. Ekstrakurikuler tersebut adalah; pidato bahasa Indonesia, pidato bahasa Arab, pidato bahasa Inggris, robotic, qira’ah, papercraftscience, jurnalistik, teater, paduan suara, design grafis.dan diantara pelajaran unggulan adalah tahfidzul quran yang akan menjadi pelajaran unggulan pondok pesantren An Nur

Selain ekstrakurikuler wajib dan pilihan, pondok pesantren An Nur memfasilitasi beberapa olah raga yang diharapkan dapat menunjang bakat dan minat santri, antara lain ; sepak bola, futsal, bulu tangkis, volly, basket, panah. Dari sejumlah ekstrakurikuler yang ada prestasi yang diukir para santri terus diraih. Sebagaimana tabel 2 tentang prestasi ekstrakurikuler ponndok pesantren An Nur. Menurut Dzulfikar :

9. Budaya pondok pesantren

Selama ini budaya pondok pesantren kental dengan budaya sarungan (memakai sarung). Menurut Dzulfikar.[14] pengembangan budaya pondok pesantren yang dilakukan oleh pondok pesantren An Nur memodifikasi budaya lama pondok pesantren menuju budaya pondok pesantren modern, sehingga tidak meninggalkan karakteristik pondok pesantren pada umumnya dan tidak tertinggal dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Target pengembangan budaya pondok pesantren An Nur meliputi tiga 3 hal;

Menurut Suharsimi, lembaga pendidikan adalah badan atau instansi baik negeri ataupun swasta yang melaksanakan kegiatan pendidikan.[15]Adapun hal-hal berkaitan dengan pengembangan lembaga pondok pesantren meliputi ;

  1. Arsitektur bangunan, gedung baru yang masih dalam proses pembangunan memakai arseitektur gaya modern klasik. Kesan yang timbul yaitu menampilkan sosok pondok pesantren namun dengan gaya modern.
  2. Fasilitas, target pengembangan fasilitasnya dalam lima tahun kedepan, seluruh fasilitas yang ada akan diperbaharui sesuai perkembangan zaman. Contohnya kamar dan kelas akan dilengkapi air conditioner (AC), dapur santri menggunakan sistem yang modern dengan motto bersih, sehat dan nyaman.
  3. Media, target pengembangan media diantaranya; pembelajaran, informasi, dan komunikasi dibuat semodern mungkin mengikuti perkembangan tehnologi yang semakin canggih. Namun beberapa media lama yang layak tetap digunakan sebagai sarana pendukung.

Modernisasi tenaga pendidik dan tenaga pendidikan

Faktor utama dalam proses belajar dan mengajar serta aktivitas pondok pesantren tertuju pada pendidik dan tenaga pendidikan. Pondok pesantren An Nur memberikan tata tertib dalam busana dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan moment-moment yang dilakukan.

Budaya pondok pesantren model lama tidak seratus persen digunakan di pondok pesantren para asatidz dan karyawan selalu menggunakan sarung dalam setiap kegiatan, akan tetapi pondok pesantren An Nur didalam pengajaran para asatidz (guru laki-laki) menggunakan dasi dan seragam yang telah ditentukan (terjadwal) dan asatidzah menggunakan jilbab yang sekarang trend dengan jilbab syar’i.

Modernisasi santri.

Target pengembangan budaya modernisasi santri pondok pesantren An Nur bidang tehnologi adalah memfasilitasi santri dengan komputer atau yang dapat mengaskses pelajaran-pelajaran. Santri tidak dituntut lagi membawa dan membaca kitab-kitab tebal dan berat, santri hanya membawa laptop atau tablet android yang bisa mengakses aplikasi kitab-kitab dan pelajaran.

Diharapkan modernisasi budaya santri dibidang tehnologi ini, santri tidak gaptek (gagap teknologi), bahwa santri di pondok pesantren An Nur tetap mengikuti perkembangan tehnologi yang berkembang.

Faktor pendukung dan penghambat model kepemimpinan kolektif

Sebuah teori tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan, diantara pendukung dan dalam kepemimpinan kolektif kolegian dalam mengembangkan pondo pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin antara lain;

Faktor Pendukung

  1. Pembagian kerja yang berimbang secara kompetensi bidang dan keilmuan.
  2. Keputusan dilakukan musyawarah mufakat secara bersama-sama dan tidak ada rasa saling curiga dalam setiap pengambilan keputusan tersebut. resiko akan ditanggung bersama pula.
  3. Lebih efektif dan efesien dalam mengerjakan tugas karena telah terbagi dalam bagian-bagian kerja yang telah disepakati bersama dan satu dengan yang lainnya saling memotivasi dalam penyelesaian tugas.
  4. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas seperti teman sejawat, seperti dalam bermain bola, saling mengumpan dan menggiring bola untuk hasil yang maksimal namun tidak meninggalkan etika dalam berbicara dan bertindak.
  5. Setiap pengurus mempunyai hak bicara dan pendapat yang sama, antara pengurus baru dan lama, yang tua dan yang muda, yang tinggi tingkat pendidikan dan yang rendah tingkat pendidikannya.

Faktor Penghambat

  1. Proses pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lama disebabkan jika terjadi perdebatan individu yang mempertahankan ide dan gagasan.
  2. Terhambatnya jenjang karir karena tidak adanya orang menggantikan posisi jabatan karena hanya orang-orang itu saja yang dianggap mampu menyelesaikan masalah.

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari hasil temuan di lapangan penulis membuat kesimpulan bahwa kepemimpinan kolektif dalam mengembangkan pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin mempunyai peran besar dalam mengembangkan pondok pesantren ditilik dari konsep organisasi secara struktural dan horizontal serta pembagian kerja yang rapi. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pelaksanaan model kepemimpinan kolektif pondok pesantren An Nur sangat sesuai karena usaha yang dilakukan dalam pengembangan pendidikan pondok pesantren oleh setiap. Karena pengambilan keputusan tidak dilakukan oleh seseorang atau perseorangan, namun dilakukan secara kolektif melalui musyawarah mufakat. Penyelesaian tugas adalah tangung jawab bersama.

  1. Model kepemimpinan pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo menerapkan konsep kepemimpinan kolektif sinergi dengan model kepemimpinan organisasi yang menaungi pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin yaitu Muhammadiyah.
  2. Target pengembangan pendidikan pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo tertuang dalam Rencana Strategi (Renstra) lima tahunan periode 2020 - 2025 antara lain :

Faktor Pendukung

  1. Pembagian kerja yang berimbang
  2. Keputusan berdasar musyawarah mufakat
  3. Efektif dan efesien waktu dan dalam mengerjakan tugas.
  4. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
  5. Mempunyai hak bicara dan pendapat yang sama.

Faktor Penghambat

  1. Pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lama.
  2. Terhambatnya jenjang karir.

B. Implikasi Teori

Penyelenggara pondok pesantren An Nur Penatarsewu Tanggulangin secara struktural dibawah naungan organisasi Muhammadiyah, sistem dan model kepemimpinan yang digunakan pondok pesantren An Nur secara otomatis mengikuti organisasi Muhammadiyah yaitu menggunakan model kepemimpinan kolektif kolegial. Kolektif kolegial yang dimaksud adalah kegiatan memimpin organisasi yang berdasar kepada pertemanan, persahabatan yang saling memberi dan saling menasehati untuk memajukan organisasi tanpa ada kepentingan pribadi.

Dalam kepemimpinan kolektif kolegial tersebut sesuai yang digambarkan dalam teori Peter G Northouse menyebutkan sebagai kepemimpinan tim atau kepemimpinan kolektif. Seperti yang digambarkan oleh Hill dalam Peter G Northouse

C. Saran

Pondok pesantren an Nur Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo merupakan pondok pesantren yang usianya masih dini perlu dukungan dalam pengembangan lembaga pendidikannya, maka peneliti perlu memberikan saran dari hasil temuan-temuan yang ada di lapangan, antara lain ;

  1. Selalu melakukan controling dan evaluasi dalam setiap kegiatan, hal itu akan menunjang tercapainya visi dan misi.
  2. Menghindari perdebatan dan argument berkelanjutan yang mengakibatkan menyita waktu dalam sebuah keputusan dan melaksanakan program kerja.
  3. Meningkatkan enterpreunur, usaha dagang dalam mengembangkan dan meningkatkan ekonomi masyarakat dan pondok pesantren An Nur.
  4. Kontribusi secara intensif kepada masyarakat sekitar pondok dalam pendidikan dengan cara bea siswa untuk masyarakat penatarsewu khususnya. Sehingga dukungan dan perhatian masyarakat kepada pondok dalam pengembangannya membantu dengan sepenuhnya

References

  1. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan.,(Bandung:Rosdakarya, 2003),
  2. Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung :Alfabeta).
  3. Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)
  4. Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. Manajemen Motivasi. (Jakarta:Penerbit PT.Gramedia Widiasarana).
  5. Kasyful Anwar US., Kepemimpinan Pesantren. (Jambi Timur:Sulthan Taha Press,2011)
  6. Zamahsari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta:LP3ES, 1982),
  7. Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
  8. Atiqullah, “Varian Kepemimpinan Pondok Pesantren di Jawa Timur”, Karsa, (Januari, 2012),.
  9. Al Qur’an 42:38 (Qur’an Kemenaq in word.2002). )
  10. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. (Sleman:Graha Cendekia:2008)