Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2992

The Principal Strategy in Improving Teacher Personality Competence


Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Guru

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Strategi Kepala Sekolah Kompetensi Kepribadian Guru Sekolah Dasar

Abstract

Teachers have a very important role in improving the quality of education in schools. Therefore, strategies appropriate principals are highly demanded to improve teacher competence. The purpose of this research to describe the principal’s strategy in improving the personality competence of teachers at Multilingual Anak Saleh Sedati elementary schools. The research method was qualitative. The result showed that principal made a teacher personality up grading program. The program consists of: coaching, training, assignments and supervision. The up grading program increases the personality competence of teachers who are steady and stable, mature, wise, dignified and have a noble character. This research is expected to add insight and knowledge about the principal’s strategy in improving teacher personality competence.

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan sitematis yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu manusia melalui pengembangan potensi diri dalam ranah afektif, kognitif, psikomotor secara optimal [1]. Sebagai suatu kegiatan sadar akan tujuan, maka pendidikan dilaksanakan dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semua proses tersebut berkaitan dalam satu sistem pendidikan yang integral, yaitu sistem totalitas fungsional yang terarah pada suatu tujuan.

Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak yang dimaksud antara lain terhadap efektifitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif, budaya mutu, team work yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (tranparansi) manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik).

Salah satu kewajiban dari kepala sekolah adalah membina guru, yaitu membina seluruh komponen sekolah termasuk guru. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah diarahkan untuk membantu pencapaian tujuan pendidikan, sehingga kepala sekolah berkewajiban dalam membina, mengarahkan, menugasi, memeriksa, mengukur hasil kerja para guru di sekolah yang dipimpinnya [2]. Pembinaan yang dilakukan berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, serta sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing guru tersebut. Tidak lain tujuannya adalah supaya guru dapat meningkat kompetensi kepribadiannya dan mampu melaksankan perannya sebagai pendidik dan uswatun hasanah untuk anak didiknya.

Guru saat ini memerankan lebih dari satu peran sehingga keberadaannya begitu esensial di dalam dunia pendidikan. Dia adalah bapak, ibu, syeh, komandan, sahabat, yaitu orang yang memberikan penjelasan dan orang yang melakukan kritik, yang dijadikan sebagi tempat berkeluh kesah, yang selalu memberi nasihat kebaikan, yang memerintahkan untuk tegas dan tegar, yang membersamai mereka menemukan hakikat kehidupan. Garis-garis yang ada dalam pribadi seorang anak kecil yang biasanya terbentuk pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Oleh karena itu, wajib atas mereka lahir sebuah generasi baru yang memiliki kekebalan terhadap tekanan psikologi, baik dari goncangan jiwa ataupun apatisme sosial.

Realita di masyarakat, ada banyak guru yang tidak mampu mendidik dan mengarahkan anak didiknya menjadi generasi yang berkepribadian kuat dan berakhlakul karimah, malah sebaliknya mereka memberi contoh tidak baik seperti yang sering diberitakan di media massa (cetak atau elektronik), banyak oknum guru yang melakukan tindakan asusila, asosial dan amoral. Oleh sebab itu, guru diharapkan memiliki kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Untuk itu diperlukan adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru [3].

Kepribadian yang menonjol tergambar pada diri Guru SD MAS Sedati, dimana aktifitas keseharian mereka adalah pada pagi hari sebelum pembelajaran dimulai guru berjajar di depan gerbang sekolah menyambut siswa yang baru datang. Dengan senyum mereka yang ramah terpancar antusias yang besar untuk menjadikan siswa bersemangat memulai aktifitas di sekolah hari itu. Sambil bersalaman sekaligus menjawab salam, para guru menanyakan kabar serta merapikan atribut sekolah siswa yang kurang rapi. Ketika bel masuk berbunyi para guru mengatur dan merapikan barisan siswa yang diatur perkelas untuk melaksanakan apel pagi yang dilaksanakan setiap hari, mengingatkan mereka untuk tetap fokus terhadap pesan-pesan moral yang disampaikan oleh pemimpin apel serta dengan antusias membersamai mereka mengucapkan yel-yel dan motto sekolah. Diujung apel guru-guru memimpin sekaligus mencontohkan adab berdo’a yang baik sebelum anak-anak masuk kelas untuk memulai menghafal Al-quran dan pembelajaran. Pada waktu memulai aktifitas di kelas, guru mengucapkan salam kemudian mengajak siswa membaca bismillah bersama-sama. Bina karakter siswa merupakan kegiatan primer di SD Multilingual Anak Saleh Sedati, kegiatan yang dilaksanakan oleh guru utuk mengontrol dan mengevaluasi aktifitas anak didik selama di rumah, tentang sholat 5 waktu, berbuat baik kepada orang tua, saling menyayangi dan menghormati atar saudara, menutup aurot dll. Artinya, kepedulian dan ketulusan mereka melakukan kegiatan bina karakter terhadap siswa setiap hari, menunjukkan kompetensi kepribadian guru yang siap bertanggung jawab secara moral terhadap Allah SWT.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mempunyai sifat deskriptif. Hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, dimana peneliti langsung terjun dilapangan untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data diperoleh dari subyek penelitian adalah seluruh apa yang ada pada variabel penelitian. Dalam penelitian ini kepala sekolah adalah subjek yang merupakan pendidik, dan sasaran strategiknya adalah guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati. Adapun objek dari penelitian ini adalah strategi yang digunakan oleh kepala sekolah SD Multilingual Anak Saleh Sedati dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru.

Pengumpulkan data peneliti menggunakan metode observasi sistematis, dimana peneliti menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Adapun yang akan diamati oleh peneliti adalah strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dan kompetensi kepribadian guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati, kemudian metode interview terstruktur dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersetruktur kepada subyek untuk mendapatkan informasi tentang strategi kepala sekolah SD Multilingual Anak Saleh Sedati terkait dengan usaha meningkatkan kompetensi kepribadaian guru, serta tetang kompetensi kepribadian guru yang ada di SD Multilingual Anak Saleh Sedati itu sendiri, dan metode dokumentasi dimana peneliti mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu, yang berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang yang ada hubungan dengan objek penelitian baik itu berupa tulisan, diari, jurnal maupun dokumentasi berupa photo dan lain-lain

Hasil dan Pembahasan

Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati.

Ada lima indikator yang menjadi acuan kepala sekolah dalam membuat strategi peningkatkan kompetensi kepribadian guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati, yaitu :

Kepribadian yang mantap dan stabil

Untuk dapat meningkatkan kompetensi guru yang mempunyai kepribadian yang mantap dan stabil, kepala sekolah membuat program up grading kepribadian diantara kegiatannya adalah menjadwalkan guru untuk menjadi pembina apel, menjadwalkan guru menjadi imam sholat, l iqo guru serta evaluasi pekanan yaitu pemberian estimasi terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan sekolah dan program pendidikan yang telah ditetapkan [4] . Kegiatan-kegiatan itu menjadi sarana komunikasi antara kepala sekolah dan guru dalam memberikan pemahaman pentingnya memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma hukum, sesuai dengan norma sosial dan juga bertind ak sesuai dengan syariat agama, s ehingga menjadikan mereka lebih perhatian terhadap peraturan serta tugas-tugas dari sekolah dan menger ti tentang muamalah dalam islam William menyatakan “The leader behavior of school principal is one determinant of the ability of a school to attain its stated eduacational goals” . Pendapat tersebut menggambarkan bahwa setiap perilaku kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan diarahkan untuk membantu pencapaian tujuan pendidikan, sehingga kepala sekolah berkewajiban dalam membina, mengarahkan, menugasi, memeriksa, mengukur hasil kerja para guru di sekolah y ang dipimpinnya [5] .

Kepribadian yang dewasa

Untuk meningkatkan kompetensi guru yang berkepribadian dewasa, kepala sekolah menyelenggarakan program up grading kepribadian berupa pelatihan dan penugasan. Pelatihan ini diadakan agar guru mempunyai wawasan baru [6], sehingga dengan bertambahnya pengetahuan guru akan berdampak pada pelayanan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, diantaranya pelatihan problem solving dan pelatihan tentang metode pembelajaran. Reza (2008) menjelaskan bahwa pembinaan terhadap guru merupakan salah satu tugas dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, namun dalam pembinaan terhadap guru masih sangat memperhatinkan program dan kegiatan pembinaan serta pengembangan kompetensi guru, khususnya komponen-komponen professional[7].Selanjutnya untuk lebih mengasah kemampuan mereka, diberikan juga penugasan-penugasan, misalnya menjadi PJ kegiatan dan koordinator program dimana strategi kepala sekolah dalam memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas[8]. Kemudian, kepala sekolah mengadakan evaluasi dengan cara mengumpulkan jurnal tugas guru setiap hari.Selaras dengan penelitian sebelumya, kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik adalah mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan lanjutan dengan cara mendorong para guru untuk memulai kreatif dan berprestasi [9].

Kepribadian yang arif

Dalam rangka meningkatkan kompetensi kepribadian guru yang arif, sekolah melaksanakan program up grading kepribadian guru. Diantara kegiatannya adalah memberi pelatihan kepada guru tentang manajemen kelas, pembinaan pekanan, tahsin Al-qur’an dan menghafal Al-qur’an. Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, mengikutsertakan guru untuk mengikuti pelatihan bagi guru yang mengalami kendala adalah salah satu solusi dalam rangka meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru [10]. Adapun tujuan yang dimaksud adalah meningkatkan kemampuan guru dalam mengatur kelas dengan baikdan mengkondisikan peserta didik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran peserta didik, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya[11]. Sedangkan liqo guru, pembinaan pekanan, tahsin Al-qur’an dan menghafal Al-qur’anadalah salah satu cara meningkatkan kepribadian guru melalui pembinaan kepala sekolah [12]. Dengan pembinaan dan pembiasaan tersebut guru diharapkan memiliki sifat sabar dalam mengejar target hafalan anak didik serta bersikap rendah hati dan pemaaf menerima kekurangan dan kelebihan peserta didik pada kegiatan pembelajaran. Selanjutnya kepala sekolah mengadakan supervisi secara rutin untuk mendaptakan dan menjaga hasil yang berkualitas. Menurut Danim (2011:152) bahwa “secara etimologi istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris “supervision” yang berarti pengawasan. Pelaku atau pengawasannya disebut supervisor dan orang yang disupervisi disebut subjek supervisi.”Supervisi adalah segala bantuan dari para pimpinan sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan[13].

Kepribadian yang berwibawa

Dalam rangka meningkatkan kepribadian guru yang berwibawa, kepala sekolah membuat program up grading kepribadian guru. Diantara kegiatan-kegiatannya adalah melaksanakan pelatihan kepemimpinan , liqo guru, pembinaan pekanan, pemateri liqo anak-anak, dan mabit guru selaras dengan apa yang dikatakan [14] program pembinaan dan pembiasaan rutin mengajak semua guru dan karyawan til awah qur’an setiap pagi, k uliah dhuha, m abit, jaslah ruhiyah, halaqoh, t aklim, parenting, paguyuban, menjenguk teman yang sakit dan menghadiri un dangan, serta sholat fardu berja maah dan penciptaan suasana islami (religious).

Pelatihan kepemimpinan diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan dalam memimpin sehingga guru mampu mengayomi seluruh anak didik. Liqo guru dan pembinaan pekanan diharapkan mampu meningkatkan sikap santun guru dalam menghadapi peserta didik saat kegiatan pembelajaran. Sedangkan pemateri liqo anak-anak dan mabit guru diharapkan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menasehati dan membimbing anak didik dengan baik. Selanjutnya kepala sekolah mengadakan evaluasi dan koordinasi pekanan ser ta supervisi lapangan dan kelas dalam mengawasi jalannya program up grading ini seperti yang disampaikan [15] k epala sekolah mengadakan rapat kerja guru dan karyawan supaya memberikan pemahaman dan koordinasi yang berkesinambungan antar guru dan karyawan dengan memiliki tujuan yang sama sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Kepribadian yang berakhlak mulia

Program up grading kepribadian guru yang disusun oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kepribadian guru yang berakhlak mulia adalah membuat kesepakatan tentang target amalan harian. (John 2008) menyatakan bahwa di dalam penciptaan budaya religius di sekolah tidak pernah lepas dari peran dan tanggung jawab kepala sekolah. Karena orang yang pertama mempunyai kewajiban dalam meningkatkan segala hal yang berkaitan dengan sekolah yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah harus menjadi inovator dan mempunyai upaya- upaya dalam meningkatkan serta menciptakan hak-hak baru dalam suasana religius di sekolah yang dipimpi n nya (Gobel et al., 2020) . Amalan harian tersebut meliputi : sholat jama’ah untuk guru laki-laki dan tepat waktu untuk guru perempuan, tilawah al-quran 1 juz setiap hari, istighfar minimal 1000 kali setiap hari, sholawat nabi minimal 100 kali setiap hari, qiyamullail 2 kali sepekan, puasa sunnah sekali sepekan, do’a pagi dan petang minimal sekali sehari, infaq setiap hari tidak menentukan nominal dan olah raga minimal 3 kali sepekan .

Program amalan harian tersebut di laporkan secara rutin setiap hari dan di evaluasi setiap bulan. Berdasarkan hasil evaluasi, hendaknya kepala sekolah memberikan motivasi kepada personel sekolah dengan memberikan rewards dan punishment sehingga guru semakin termotivasi d alam meningkatkan mutu sekolah (Banun & Usman, 2016) . Kepala sekolah akan memberikan reward bagi guru-guru yang mencapai target dan punishment bagi guru-guru yang belum mencapai target. Reward dan punishment yang diberikan sebagai salah satu upaya kepala sekolah untuk memotivasi guru-guru agar senantiasa berusaha meningkatkan kualitas mereka. Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, m emberikan reward kepada para guru dengan bertujuan untuk memacu semangat berprestasi guru-guru (Utomo, 2017) .

Kompetensi Kepribadian Guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati.

Adapun kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru SD Multilingual Anak Saleh adalah :

Kepribadian yang mantap dan stabil

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat dalam keseharian guru di sekolah, mereka senantiasa antusias menjalankan peraturan sekolah, seperti menjadi petugas apel, imam sholat dll. Walaupun kadang ada penurunan semangat dalam menjalankannya, tetapi mereka bisa kembali bersemangat karena mereka secara rutin mendapatkan motivasi dari kepala sekolah dalam pembinaan pekanan yang mereka ikuti. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Danim (2009:13) yang mengemukakan bahwa “Kepala sekolah bertanggungjawab menjaga dan memotivasi guru, peserta didik, dan staf administrasi sekolah agar mau dan mampu melaksanakan ketentuan dan peraturan yang berlaku di sekolah (Hazal Fitri, 2017). Mereka sudah terbiasa bersikap kooperatif dalam kerja tim, sehingga program-program sekolah seperti English Day bisa terlaksana dengan baik. Interaksi yang terjalin dengan warga sekolah juga terbilang cukup baik, walaupun terlihat akrab mereka dapat menjaga batasan-batasan pergaulan sesuai syariat agama. Kecerdasan interpersonal melibatkan banyak kecakapan, yaitu kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju suatu tujuan bersama, kemampuan memahami dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau berinteraksi sosial (Oviyanti, 2017).

Kepribadian yang dewasa

Di dalam kelas seringkali ditemukan permasalahan yang menyangkut anak didik, baik di dalam maupun di luar pembelajaran. Namun guru-guru di SD Multilingual Anak Saleh Sedati sudah terbiasa menghadapi hal tersebut dan berusaha mencari solusi yang terbaik, bahkan jika perlu melakukan koordinasi dengan guru lain atau kepala sekolah jika di rasa hal itu penting untuk dilakukan. Hal tersebut selaras dengan penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa kolaborasi antar guru yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan beberapa kegiatan seperti case discussion, action research, study groups dan lesson study (Departement of Education & Training, 2005: 10; Tedjawati, 2011: 483) (Tyagita & Iriani, 2018).

Pembelajaran sehari-hari di kelas juga menyenangkan. Banyak metode pembelajaran yang menarik minat anak-anak sehingga membuat anak-anak selalu bersemangat dalam belajar. Misalnya game vocab yang sangat digemari anak-anak, sampai-sampai mereka enggan untuk berhenti. Lingkungan belajar yang konduksif dan kegiatan belajar yang menarik, kegiatan belajar yang menarik harus diciptakan oleh seorang guru, melalui berbagai cara , misalnya dengan metode belajar yang disukai siswa, dengan kedekatan guru dalam pembelajaran dan lain-lain (Huda, 2018).

Selain metode pembelajaran yang menarik, guru juga mampu mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai islami. Hal tersebut adalah salah satu upaya pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia.

Hal tersebut menandakan guru telah memiliki kepribadian yang dewasa karena mampu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan melaksanakan tugas pembelajaran dengan etos kerja tinggi sebagai guru.

Kepribadian yang arif

Manajemen kelas merupakan salah satu faktor yang mendukung suksesnya sebuah pembelajaran di kelas. Kepandaian guru dalam mengatur kelas menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Pelatihan dan pengalaman menjadikan guru-guru di SD Multilingual Anak Saleh mampu mengambil tindakan yang tepat saat ada hal yang mengganggu proses belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk memiliki kemampuan untuk berperan sebagai fasilitor dalam membangkitkan semangat belajar, mengidentifikasi kesulitan belajar, serta memberikan bantuan menyelesaikan masalah belajar yang di hada pi peserta didik (Huda, 2018). Kesabaran dalam membersamai anak didik menghafal juga tidak jarang peneliti temui di kelas-kelas. Mereka berusaha memahami kemampuan masing-masing anak yang berbeda sehingga dengan sabar mereka senantiasa memotivasi dan mengawal hafalan anak-anak sampai mencapai target yang telah ditetapkan oleh sekolah. Peneliti juga melihat sikap rendah hati guru-guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati. Meskipun menghadapi anak-anak, mereka tidak malu untuk meminta maaf saat mereka melakukan kesalahan dan tidak serta merta menghukum an ak yang melakukan pelanggaran.

Kepribadian berwibawa

Guru membimbing dan mendampingi anak didik ketika proses pembelajaran sudah biasa ditemui di dalam kelas SD Multilingual Anak Saleh Sedati. Mereka selalu bertanya pada anak didiknya saat mengajar tentang kesulitan apa yang ditemui dan dengan sabar membimbing anak didiknya sampai mereka mengerti. Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya “Proses Bimbingan dan konseling di sekolah” berpendapat bahwa : “Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi prib adi yang mandiri”. (Huda, 2018) Hal itu tercermin dalam UU no. 14 tahun 2005 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Mulyasa, 2007). Tugas guru sebagai pendidik profesional yang tercantum dalam Undang-Undang tersebut harus dilaksanakan seoptimal mungkin agar tujuan kegiatan belajar mengajar dapat tercapai (Mulyas a, 2008) (Sulaki et al., 2019). Santun dalam bertingkah laku juga senantiasa guru-guru tunjukkan dalam interaksi sehari-hari. Mereka sangat menghargai anak didiknya sehingga tidak pernah bersikap menyepelekan walaupun berhadapan dengan anak kecil. Mereka juga memanggil anak didiknya dengan panggilan-panggilan yang baik. Nasehat- nasehat yang diberikan anak didiknya juga dipilihkan kata-kata yang baik dan menyentuh. Mereka menyadari bahwa hati hanya bisa di sentuh dengan hati sehingga sedapat mungkin mereka menghindari menasehati anak didiknya dengan emosi yang negatif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa guru telah memiliki kepribadian yang berwibawa karena prilaku guru memiliki pengaruh positif terhadap peserta didik sehingga guru menjadi figur yang disegani. Secara umum kewibawaan pada seseorang dapat membuat pihak lain menjadi tertarik, bersifat mempercayai, men ghormati, dan menghargai (Manan, 2018).

Kepribadian berakhlak mulia

Guru-guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati sudah terbiasa hidup dalam tuntunan agama. Mereka selalu berusaha menjalankan syariat agama dimanapun mereka berada. Salah satu contoh yang dapat peneliti lihat adalah menutup aurat yang tidak hanya dilakukan saat di sekolah saja tapi juga di luar sekolah. Mereka menyadari bahwa aktifitas mereka bukan hanya mengajar tapi juga berdakwah mengajak kepada kebaikan. Sehingga tidak heran juga kalau mendapati para guru tersebut rajin mengerjakan ibadah-ibadah walaupun yang hukumnya sunnah . Misalnya sholat dhuha yang setiap hari mereka lakukan meskipun tidak sedang berada di sekolah. Hal tersebut selaras dengan Permenag No. 16 Tahun 2010 ayat 1, dijelaskan bahwa terdapat satu lagi kompetensi tambahan yang seharusnya dimiliki oleh masing-masing guru, yakni kompetensi kepemimpinan keagamaan yang berisi pembudayaan pengamalan ajaran agama pada k omunitas sekolah. (Utomo, 2017) . Guru-guru SD Multilingual Anak Saleh Sedati berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan yang baik. Mereka menjaga penampilan, perilaku dan tutur kata. Sampai media sosial pun mereka tetap gunakan sebagai sarana dakwah bagi anak didiknya. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik, hal ini bisa dimaklumi karena pada dasarnya sifat manusia adalah meniru dan suka mencontoh termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukan bahwa kompetensi kepribadian atau personal guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya (Mulyasa, 2007: 4) (Manan, 2018).

Kesimpulan

Kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kompetensi kepribadian guru di SD Multilingual Anak Saleh Sedati membuat program up grading kepribadian guru. Program up grading tersebut berupa pembinaan, pelatihan, penugasan dan pengawasan yang bertujuan untuk menanamkan pemahaman, pemberian motivasi, pemberian ilmu pengetahuan, pengasahan skill dan evaluasi pelaksanaan program. Melalui program up grading tersebut memberikan banyak dampak positif bagi guru, membentuk mereka menjadi pendidik yang memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa dan kepribadian yang berakhlak mulia.

References

  1. Banun, S., & Usman, N. (2016). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada Smp Negeri 2 Unggul Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. None, 4(1), 137–147.
  2. Gobel, S., Roskina Mas, S., & Arifin, A. (2020). Strategi Kepala Sekolah dalam Penguatan Karakter Religiusitas. Jambura Journal of Educational Management, 1, 1–12. https://doi.org/10.37411/jjem.v1i1.102
  3. Hazal Fitri. (2017). Strategi Kepala Sekolah Dalam Menyusun Program Sekolah Untuk Peningkatan Kompetensi Guru Di Sd Negeri 16 Banda Aceh. Visipena Journal, 8(2), 221–232. https://doi.org/10.46244/visipena.v8i2.405
  4. Manan, M. A. (2018). Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Guru di SMP Ibrahimy 1 Sukorejo Situbondo. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 3(1), 18–31. https://doi.org/10.35316/jpii.v3i1.84
  5. Marianita, A. Y. (2019). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru. Journal of Administration and Educational Management Volume 2, Nomor 1, Juni 2019 e-ISSN, 8(5), 55.
  6. Minan, M. (2019). Praktik Kepemimpinan Tranformasional Dalam Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Al-Qur’an. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 177–196. https://doi.org/10.36671/andragogi.v1i1.53
  7. Muflihah, A., & Haqiqi, A. K. (2019). Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah. Quality, 7(2), 48. https://doi.org/10.21043/quality.v7i2.6039
  8. Oviyanti, F. (2017). Urgensi Kecerdasan Interpersonal Bagi Guru. Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 75. https://doi.org/10.19109/tadrib.v3i1.1384
  9. Rina Rahmi. (1967). Strategi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Guru Di Mi Ma’rif Bego’ Yogyakarta. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
  10. Riza Rosita, Djailani AR, K. (2016). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pada Sd Negeri Unggul Montasik. Jurnal Administrasi Pendidikan, 4(1), 127–136.
  11. Sukarmen, S. (2018). Pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 3(2), 82. https://doi.org/10.29210/3003251000
  12. Utomo, S. A. (2017). Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Educan : Jurnal Pendidikan Islam, 1(1). https://doi.org/10.21111/educan.v1i1.1302
  13. Zairotul Malikkhah, N. A. (2020). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam, 242–259.