Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2974

Implementation of Tahfidz Al Quran Learning Management in Improving the Quality of Tahfidz Al Quran and Tactile Learners at Junior High School


Implementasi Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al Quran Dalam Meningkatkan Kualitas Tahfidz Al Quran Dan Tartil Peserta Didik di SMP

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Implementasi Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al Quran Tartil Peserta Didik

Abstract

This research is expected to be able to find out in more details what problem are actually faced by the teachers of Al-qur’an. This study aims to determine the implementation of tahfidz Al-qur’an learning management in improving the quality tahfidz al-qur’an and tartil of the students. There are five components that are measured in this study, they are: planning, organizing, implementing, evaluating and the teachers role in carrying out thafidz and tartil learning activities. This implementation of this research used descriptive qualitative method. Researchers want to focus on finding out how the implementation, process, response, teacher’s role and evaluations are expected and sought. In this study of course hools. It is hoped that it will be able to provide spliyions to others quranic teachers but each research can give different result. During the implementation of the research, these obstacles must have included some children who memorized a lot but were weak in reading ability, there were children who were good at reading but weak in memorizing this could be due to different educational backgrounds. There were children who graduated from public and private elementary schools. This research is done in SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo. And the research subjects are: the headmaster, vice principal, tutor, administrative staff and some students. This research using qualitative descriptive method. And the data is collected by interviews, observation and documentation. From this research can be concluded that 1)tahfidz al-qur’an learning curriculum has not been implemented in the form of syllabus or RPP 2) tutor hasn’t created yet RPP but has already inform to the students what surah or juz must be memorized 3) the learning implementation is held outside of school hours 4) the evaluation activity is held in every the student memorize .

Pendahuluan

Pembelajaran tahfidz Al-Qur’an adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis untuk meningkatkan tahfidz al-Qur’an ayat-ayat atau surat-surat dalam Al-Qur’an. Pembelajaran Al-qur’an menekankan pada metode menghafal akan membutuhkan keseriusan dan sikap ekstra hati-hati, karena tidak semua peserta didik memiliki kemampuan menghafal atau daya ingat yang sama, sehingga perlu pemetaan kemampuan peserta didik sesuai kompetensi dan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an secara baik dan benar.[1] Dalam hal ini maka penulis membutuhkan keseriusan dalam terwujudnya implementasi managemen pembelajaranAl-qur’an yang harus dilakukan oleh segenap guru untuk bisa memperbaiki, meningkatkan , mengembangkan bahkan menghasilkan bibit-bibit unggul penghafal Al-quran yang semestinya.

Manajemen adalah suatu mekanisme yang dapat difungsikan untuk mengintegrasikan berbagai kekuatan dalam sebuah organisasi untuk mempercepat pencapaian sebuah tujuan, atau dengan kata lain bahwa manajemen adalah sebuah kompetensi yang dapat digunakan untuk mengatur dan memberdayakan berbagai sumber daya agar mampu menciptakan efektifitas dan efisiensi kinerja dalam meraih sebuah tujuan bersama. [2] Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan secara strategis, efektif dan efisien dalam mengembangkan dan meningkatkan potensi serta kemampuan dan bahkan keterampilan peserta didik agar berkembang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. [3]

Kendala- kendaala dalam proses pembelajaran tentunya bisa saja terjadi karena mengingat subjek yang bervariasi dalam sebuah kelompok pembelajaraan, namun Penggunaan metode yang tepat dengan disertai managemen yang matang maka akan menghasilkan sistem pembelajaraan yang terstruktur dengan baik. Kekurangan-kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran tentunya akan dijadikan bahan evalusi dalam memperbaiki sistem pendidikan.

Metode

Dalam pelaksanaan sebuah penelitian dibutuhkan sebuah metode yang jelas dan terarah untuk mengukur dan meninjau seberapa jauh penelitian tersebut dilakukan dengan benar. Pemilihan metode penelitian yang tepat akan mempermudah peneliti dalam memperoleh, mengolah dan menganalisis sebuah kebenaran data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. yaitu penelitian ilmiah yang menggali mengolah dan mengalisis data penelitian berupa kata dan ucapan yang muncul dari informan penelitian.[4] Oleh karena itu penelitian kualitatif dapat difahami sebagai proses penelitian ilmiah yang bersifat obyektif dan alamiah berdasarkan fakta ilmiah yang terjadi di lapangan.[5]Penelitian kualitatif ini digunakan untuk memahami fenomena social berdasarkan perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang menjadi target wawancara dan diobservasi untuk memberikan data penelitian, pendapat, asumsi bahkan pemikiran terkait dengan fokus penelitian.[6]

Pendekatan yang peneliti gunakan adalah Pendekatan fenomenologis yaitu suatu pendekatan yang mengharuskan peneliti melakukan penggalian data dengan tehnik yang memungkinkan sumber data dapat mengungkapkan semua data yang terkait dengan “Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan Kualitas tahfidz al-Qur’an dan Tartil Peserta Didik di SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo”. [7]

Dalam pengumpulan data, penulis menyajikan sumber data dan tehnik pengumpulan data. Ada 2 dua sumber data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data utama penelitian yang didapat langsung dari informan penelitian melalui observasi dan wawancara.[8] Data ini diperoleh melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis kelas (learning sistem) maupun berbasis pembiasaan (school culture), wawancara intensif dengan kepala sekolah, para waka dan para guru Al-Islam, kemuahammdiyahan dan bahasa Arab. Data Sekunder adalah data penunjang yang dikategorikan, diteliti bahkan diolah sedemikian rupa oleh orang / penelitian lainnya.[9]Hal ini sejalan dengan pandangan Arikunto yang menjelaskan bahwa data sekunder merupakan data penelitian yang diterima dari pihak lain.[10]Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip – arsip dokumentasi terkait. Sedangkan tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua tehnik tersebut dilakukan dan diwujudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan.

Hasil dan Pembahasan

Sebuah penelitian sudah pasti menuntut sebuah hasil pencapaian yang diharapkan. Namun tidak semua hasil penelitian akan sesuai seperti yang diharapkan. Ada kendala-kendala atau kesulitan yag tentunya didapatkan oleh peneliti atau para guru khususnya, mengingat setiap individu itu beragam karakter dan kemampuan serta faktor-faktor penentu lainya. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya evaluasi-evaluasi dalam dunia pendidikan. Dan sebuah evaluasi harus selalu diadakan untuk mewujudkan sistem pembelajaran yg terukur. Berdasarkan tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu observasi,wawancara dan dokumentasi, maka penulis akan memaparkan bahwasanya:

Kondisi peserta didik di sekolah ini dari sisi kemampuan tahfidz dan membacanya sangat bervariatif. Ada yang sudah lancar membacanya sekaligus tahfidz al-Qur’an. Ada yang lancar bacaannya namun tahfidz al-Qur’an nya sedikit. Ada yang belum bisa membaca sama sekali sekaligus belum mempunyai tahfidz al-Qur’an dan lain sebagainya. Hal ini dilatarbelakangi oleh pendidikan sebelumnya. Mereka berasal dari sekolah yang bervariasi, ada yang tamatan SD negeri, SD muhammadiyah atau Sd dan MI swasta lainya. Faktor- faktor tersebut yang bisa menjadi kendala para guru atau ustadz/ustadzah dalam mewujudkan konsep pembelajaran Al-qur’an yang sudah dirancang dengan sangat matang.

Adapun dalam pelaksananaan pembelajaran baca dan tahfidz Al-qur’an tersebut sesuai dengan kurikulum yang dibuat oleh pihak sekolah, disini peran kepala sekolah sangat menentukan karena pimpinan sekolah memiliki kebebasan dan keleluasaan untuk memanajemen kurikulum tahfidz sesuai dengan kebutuhan dan target lulusan yang ditetapkan sekolah. Pimpinan sekolah SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo mengambil kebijaksanaan untuk merumuskan materi Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an dengan cara membagi surat-surat yang ditentukan kepada 3 bagian (kelas VII, VIII dan IX). Kemudian surat-surat itu dibagi lagi untuk bahan semester ganjil dan semester genap pada setiap kelas.[11] Batas-batas surat yang harus dihafal oleh setiap siswa pada setiap kelas dan semester tertentu, disebut dengan “maqra’.” Pembagian maqra’ tersebut secara rinci adalah sebagai berikut: [12]

Kelas VII (Genap): Surat Al-Ghosyiyah- An-naba’

  1. Kelas VII (Ganjil): Surat An-nas- Al-fajr
  2. Kelas VIII(Ganjil): Surat Al-mulk- Nuh

Kelas VIII(Genap): Al-jin- Al-mursalat

c.Kelas IX (Ganjil) : Juz 1 ayat 1-76

Kelas IX (Genap) : Juz 1 ayat 77-141

Pelaksanaan Pembelajaran Tahfizd Al Qur’an di SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo meliputi:

  1. Membagi/menentukan maqra’-maqra’ surat yang harus dihafal oleh siswa pada setiap kelas dan semester.
  2. Mengangkat guru-guru pembimbing Tahfiz Al Qur’an serta memberikan bisyarah yang sangat pantas
  3. Membagi dan menentukan siswa-siswa kepada pembimbing masing-masing.
  4. Memasukkan pelajaran Tahsin Qiraah pada mata pelajaran wajib di setiap kelas satu kali dalam seminggu (2 x 35 menit) khusus mempelajari bacaan dan tajwid Alquran.
  5. Mewajibkan siswa setiap pagi, 5-10 menit sebelum jam belajar untuk tasmi’ yang dibaca secara murattal oleh guru pembimbing
  6. Mendirikan Klinik Al Qur’an, yang bertujuan untuk membantu siswa yang bermasalah dalam membaca atau menghafal Al Qur’an.
  7. Mengadakan dauroh tahsin setiap 2 minggu sekali bertempat di sekolah. (kondisi sebelum pandemic)
  8. Menciptakan budaya cinta Al Qur’an yang diwujudkan dengan memperdengarkan sayup-sayup bacaan murattal dari kaset surat-surat yang menjadi maqra’ Tahfiz Al Qur’an. Sehingga di sudut-sudut sekolah terdapat beberapa peserta didik yang asyik menghafal Al-Qur’an ditemani Al-Qur’an-Al Qur’an kecil di tangan mereka.
  9. Menyelenggarakan acara Wisuda Tahfiz Al Qur’an serta pengukuhan Hafiz & Hafizah serta memberikan piagam penghargaan setiap akhir tahun ajaran bagi siswa kelas IX, yang mendapat sambutan antusias dari orang tua/wali siswa.

Untuk mendukung semua itu maka metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Al-qur’an adalah dengan cara mendengar langsung dari para asatidz dan asatidzah kemudian ditirukan, mengulang per ayat sampai hafal dan mendengarkan CD / kaset ayat ayat yang sedang dihafalkan bahkan main game sambung ayat antar siswa, hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dengan cara yang menyenangkan.[13] Sebagai hasil pencapaian maka pembimbing memberikan penilaian “siswa yang sudah hafal maqra’ yang ditetapkan dan sudah mampu melampaui batas maqra’ tersebut, benar makraj dan tajwid, serta bagus murattalnya, diberikan nilai “A+”. Siswa yang belum melampaui batas maqra’ yang ditentukan diberi nilai “A”. Siswa yang hanya sampai hafal sebatas maqra’ nya, dan belum bagus murattalnya diberi nilai “B”.. Sedangkan siswa yang belum menyelesaikan tahfidz al-Qur’an maqra’nya akan diberikan sanksi, berupa tidak dapat kartu ujian, atau tidak dapat raport sebelum menyelesaikan tahfidz al-Qur’an maqra’nya.[14] Menurut hasil pengamatan ketika kegiatan evaluasi dilaksanakan menunjukkan bahwa guru-guru pembimbing masih belum bisa melepaskan unsur subyektifitasnya sehingga mempengaruhi sikapnya dalam memberikan nilai pada peserta didik. Hal ini sebagai nilai tambahan atau bahan pertimbangan para pembimbing terhadap para siswa yang memperhatikan betul kesungguhan didalam pembelajaran. Sebagai contoh pembimbing tidak ragu memberi bonus nilai terhadap siswa yang disiplin , rajin, tekun, konsentrasi selama pembelajaran bahkan tutur kata yg santun dan sopan.

Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan mendalami masalah-masalah atau kendala-kendala yang terkait maka peneliti menyimpulkan bahwasanya meskipun implementasi manajemen membelajaran tahfidz Al-Qur’an dan tartil tersebut bukan menjadi kuasa atau kebijakan yang terikat oleh kanwil kementrian pendidikan dan kebudayaan propinsi jawa timur namun hal tersebut diambil penuh oleh kepala sekolah dengan kebijakan kebijakan sangat matang dan serius. Program tahfidz tersebut menjadi program andalan bagi sekolah muhammdiyah 10 sidoarjo lantaran sekolah tersebut adalah sekolah berbasis islami . Disamping itu program ini menjadi program yang diminati banyak wali siswa dan siswi. Dalam pelaksanaanya tentu saja banyak sekali kendala yang terjadi lantaran disebabkan atau dilatarbelakangi berbagai macam aspek kondisi namun hal ini tidak mematahkan para pembimbing untuk terus melakukan inovasi-inovasi pembelajaran dan bahan evaluasi untuk masa yang akan datang. Harapan dari semua itu adalah tidak lain ingin menciptakan atau memunculkan generasi-generasi qur’ani yang cerdas dan terdepan. Serta menghidupkan Al-qur’an dalam kehidupan umat islam.

Untuk mewujudkan pencapaian yang tinggi dalam pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan tahfidz Al-qur’an serta tartil yang baik dan benar tersebut maka peneliti berharap dengan penuh kesungguhan akan beberapa hal untuk dilakukan, diantaranya:

  1. Peneliti berharap kepada kepala sekolah untuk terus memperhatikan dan mempertahankan kebijakan-kebijakan yang baik dan matang terhadap program tersebut.
  2. Peneliti berharap terus ada inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pihak kepala sekolah dan para pembimbing dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Al-qur’an tersebut
  3. Peneliti berharap kepada kepala sekolah untuk mempertimbangkan para pembimbing atau ustadz dan ustadzah yang mengajar karena kematangan ilmu seorang guru sangat berpengaruh sekali dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru yang berkompeten dan berpengalaman bisa menjadi tolak ukur keberhasikan dalam proses pembelajaran.
  4. Peneliti berharap terus ada evaluasi-evalusi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang sebagai bahan untuk mengkaji sebuah masalah.

References

  1. Ahmad Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips Dan Motivasi Menghafal Al- Qur’an, (Solo: Aqwam, 2016), 34
  2. Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 1.
  3. Muhaimin, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 5.
  4. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, 4
  5. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metoden dan Paradigma Baru, (Bandung: Rosda, 2012), 140.
  6. I b i d, 94
  7. Syamsul Arifin, Merambah Jalan Baru dalam Beragama ; Rekonstruksi Kearifan Perennial dalam masyarakat Madani dan Pluralitas Bangsa, (Yogyakarta, Ittaqa Press, 2001), 62
  8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, 107
  9. Santana K, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif 80
  10. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. 102
  11. Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum tanggal 6 April 2021
  12. Hasil studi dokumentasi pada data administrasi kurikulum
  13. Wawancara dengan Peserta didik program tahfidz Al-Qur’an tanggal 4 Mei 2021
  14. Wawancara dengan guru pembimbing tahfidz Al-Qur’an tanggal 3 Mei 2021