Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2786

The Relationship Between Subjective Well Being And Narcissistic Behavior In Students Using Instagram On Campus


Hubungan Antara Subjective Well Being Dengan Perilaku Narsistik Pada Mahasiswa Pengguna Instagram di Kampus

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Subjective Well Being Perilaku Narsistik Mahasiswa Pengguna Instagram

Abstract

This research is motivated by the phenomenon of students experiencing narcissistic behavior. This study aims to determine the relationship between subjective well being and narcissistic behavior in students using Instagram at the University of Muhammadiyah Sidoarjo. This research is a type of quantitative research with a correlational approach. The population in this study were all students of the University of Muhammadiyah Sidoarjo, totaling 10,806 students. The sample in this study were 340 students using probability sampling and random sampling. Data collection techniques in this study used a subjective well being scale (ɑ = 0.949) and a narcissistic behavior scale (ɑ = 0.951). The data analysis technique used Pearson's product-moment correlation with the help of SPSS 18.0. The results of this research data analysis indicate that the correlation coefficient (rxy) is -0.535 with a significance of 0.000 <0.05, which means that there is a significant negative relationship between subjective well-being and narcissistic behavior in students using Instagram at the University of Muhammadiyah Sidoarjo. The effect of subjective well being on narcissistic behavior in this study was 28.6%.

Pendahuluan

Internet merupakan teknologi yang dimanfaatkan masyarakat saat ini untuk mempermudah dalam menjalin komunikasi jarak jauh, serta melakukan sosialisasi melalui media sosial dengan sesame pengguna tanpa mengenal batasan ruang dan waktu .[1] Komunikasi dan informatika (Kemenkominfo) memberi informasi terdapat 63 juta orang pengguna internet di Indonesia, 95 persen diantaranya menggunakan internet untuk mengakses media sosial yang mereka miliki [2]. Media sosial yang populer di kalangan remaja saat ini yaitu Instagram (Nugroho, 2019). Instagram adalah media sosial yang digunakan dengan cara membagaikan video dan foto untuk menunjukkan seberapa eksistensi penggunanya dengan pengguna lain (Maulhayat, Kesuma, & Amiruddin, 2018). Sebuah lembaga analisis Internasional sosial media NapoleonCat menyatakan bahwa pengguna instagram mencapai 28,2% pengguna atau 77.190.000 dari populasi di Indonesia pada Agustus 2020. Pengguna tersebut berusia antara 18 hingga 24 tahun yang menjadi kelompok pengguna terbesar di Indonesia saat ini, dengan total 28 juta pengguna instagram. Dalam rentang usia tersebut pengguna instagram berada pada jenjang pendidikan yaitu seorang mahasiswa. Mahasiswa ialah individu yang sedang berada dalam masa tahapan perkembangan remaja akhir atau dewasa awal, dimana dalam masa pertumbuhan kepribadian, individu juga mengetahui dan menerima kemampuan diri didalam lingkungan sekitarnya. Sebagai mahasiswa tentu memiliki suatu kebutuhan serta permasalahan yang sedang dihadapi seperti kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai, kebutuhan untuk dianggap penting, kebutuhan akan harga diri tinggi, kebutuhan aktualisasi diri dan perwujudan diri, kebutuhan informasi, serta kebutuhan untuk lebih dimengerti. [3]

Penggunaan instagram pada mahasiswa dapat menjadi suatu tempat untuk terpenuhinya kebutuhan yang memberi rasa bahagia, serta dapat memberi kepuasan hidup dalam kehidupannya namun hal tersebut dapat menyebabkan munculnya fenomena perilaku narsistik untuk para pengguna instagram. Penggunaan instagram secara berlebihan dan aktif mengunggah foto setiap waktu, mengalami peningkatan ciri narsistik 25% karena individu akan memposting segala aktifitas yang dilakukannya dan ketika mendapat berbagai reaksi dari pengguna lain, hal tersebut mampu memberikan ketertarikan yang kuat untuk lebih sering menggunakan media sosial Instagram. Namun memposting berbagai kegiatan dalam sehari-hari secara berlebihan sehingga dapat menganggu lingkungan sekitar serta mampu menjadikan individu sedikit memiliki rasa empati yang akan mendorong subjek memiliki perilaku narsistik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya pengguna instagram rentan mengalami perilaku narsistik, salah satu faktornya yaitu harga diri, kepercayaan diri dan rasa kepentingan diri yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan perilaku narsistik yang dialami individu. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa terdapat 10,7% mahasiswa pengguna instagram tergolong dalam kategori perilaku narsistik tinggi (Rekayasa, 2019). Peneliti lainnya juga berpendapat bahwa perilaku narsistik yang dialami mahasiswa dapat bersumber dari hubungan interpersoalnya, seperti penerimaan diri, harga diri , kesepian, dan kontrol diri.

Bedasarkan hasil wawancara, mahasiswa pengguna instagram menunjukkan beberapa indikasi perilaku narsistik, seperti ingin menjadi pusat perhatian, ingin terlihat cantik, menunjukkan diri ideal, mengharapkan komentar pujian dari orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain. Sehingga memunculkan beberapa indikasi perilaku narsistik pada mahasiswa seperti ingin menunjukkan diri yang ideal, menjadi pusat perhatian disekitarnya, ingin dirinya terlihat cantik, mengharapkan komentar pujian dari orang lain, dan mendapat penghargaan dari orang lain. Indikasi perilaku yang ditampakkan tersebut sesuai dengan aspek perilaku narsistik menurut pendapat Raskin dan Terry [5]. Selain itu, hasil survey awal menunjukkan tingkat stres akademik peserta didik 10,7% dalam kategori tinggi, 74% kategori sedang, dan 14,8% kategori rendah. Sehingga hal tersebut perlu diperhatikan karena perilaku narsistik dapat berpengaruh pada kepuasan hidup mahasiswa kedepannya.

Fenomena perilaku narsistik yang sedang terjadi perlu mendapat perhatian khusus karena dapat berdampak pada masalah interpersonal, lingkungan, dan kesehatan psikologis atau fisik lainnya. Salah satu dampaknya yaitu dalam pergaulan individu sehari-hari, individu hanya sedikit memiliki rasa empati pada perasaan orang lain, mereka akan lebih cenderung mencintai diri sendiri [6] serta selalu tertarik hanya pada dirinya sendiri untuk tetap eksis dimanapun kapanpun dan tidak memperdulikan keamanan dirinya sendiri [7]. Menurut (Kilic & Eryilmas, 2019) penyebab timbulnya perilaku narsistik dapat dipengarui oleh empat faktor, yaitu faktor harga diri, depresi, kesepian, dan subjective well being . Berdasarkan faktor dan munculnya fenomena dikalangan mahasiswa universistas muhammadiyah sidoarjo bahwa kepuasana hidup dan emosional yang dirasakan individu dapat mempengaruhi perilaku narsistik. Seperti hasil penelitian sebelumnya menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara subjective well being dengan perilaku narsistik dengan kekuatan korelasi sedang dan koefisien korelasi sebesar -0,623 dan p= 0,000.

Menurut Diener Subjectivewell beingadalah bagaimana individu dapat melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang melibatkan reaksi emosi positif dan negarif pada individu. Subjective well being terdiri dari 2 dimensi yaitu kepuasan hidup merupakan kemampuan individu dalam meyakini dan merasa puas atas apa yang sudah dilakukan secara menyeluruh di kehidupannya dimana peristiwa yang terjadi sesuai dengan harapan dan keinginannya, afektif (afek positif & afek negatif) meliputi pengalaman yang mendasar dalam peristiwa yang terjadi di kehidupan individu berkaitan dengan perasaan dan emosi yang ditekankan pada tingkat kesenangan atau kesedihan, Positive affect (afek positif) dapat menggambarkan emosi postif yang menyenangkan seperti kebahagiaan, optimisme, keceriaan, dan aktif dalam kehidupannya serta Negative affect (afek negatif) menggambarkan emosi negatif yang tidak menyenangkan seperti sedih, kecewa, khawatir, dan pasif di kehidupannya[8].

Menurut Raskin dan Terry perilaku narsistik merupakan menunjukkan kekaguman pada diri sendiri secara berlebihan , merasa dirinya hebat, ingin dipuji dan dikagumi, serta sedikit memiliki rasa empati. Perilaku narsistik terdiri dari tujuh aspek yaitu otoritas, pemenuhan diri, superioritas, eksibisionisme, eksploitasi, kesombongan, perasaan berhak atau istimewah. Pada aspek eksibisionisme yang ditimbulkan seperti individu ingin menjadi pusat perhatian, menampilkan dirinya secara berlebihan sehingga tidak sesuai dengan apa yang ada pada diri individu tersebut, menjadi individu yang tidak tampil apa adanya, dan melakukan segala sesuatu dibuat – buat agar individu lain memiliki rasa kagum pada dirinya dan tidak melihat kekurangan pada dirinya. Dari aspek perilaku narsistik dapat menimbulkan pribadi yang lebih tertarik dengan hal menyangkut kesenangan pribadinya. Perilaku narsistik tidak hanya dilihat dari segi gaya hidup, finansial, namun juga prestasi, kekuasaan, penampilan serta fisik individu. Berdasarkan segi perasaan individu akan mengalami perasaan kesepian , depresi, memanfaatkan individu lain, dan stres.

Perilaku narsistik memiliki tingkat yang berbeda-beda bergantung dari cara individu merasakan kepuasan dalam hidupnya dan emosi yang dirasakan setiap harinya. Adanya subjective well being yang baik, membantu mahasiswa untuk tidak mudah merasa stres dalam mengevaluasi hidupnya dan merasakan emosi setiap harinya. Sehingga subjective well being berpengaruh terhadap perilkau individu dewasa.

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara subjective well being dengan perilaku narsistik pada mahasiswa pengguna instagram di universitas muhammadiyah sidoarjo . Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan negatif antara subjective well beingdengan perilaku nasristik pada mahasiswa pengguna Instagram di universitas muhammadiyah sidoarjo. Artinya, jika semakin tinggi subjective well being maka semakin rendah perilaku narsistik. Begitu sebaliknya, jika semakin rendah subjective well being maka semakin tinggi perilaku narsistik.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif korelasional, yang dimana bertujuan untuk mngetahui hubungan antara satu variable dengan variable yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa universitas muhammadiyah sidoarjo dengan jumlah 10.806 mahasiswa. Sampel penelitian dengan jumlah 340 mahasiswa yang menjadi subjek dalam penelitianyang dipilih dnegan menggunakan table Issac & Michael dengan taraf signifikasi 5%.

Teknik sampling dalam penenelitian ini menggunakan probability sampling dan sample random sampling. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu skala psikologi subjective well being(α= 0,949) serta skala perilaku narsistik (α=0,951). Penelitian ini menggunakan model skalalikertyang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya.

Teknik yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini yaitu Teknik korelasi product moment melaluimelalui program SPSS 18.0 for windows untuk mengetahui bagaimana hubungan antara subjective well beingdan perilaku narsistik.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data dengan bantuan SPSS 18 untuk menguji hasil hipotesis diterim atau ditolak, tetapi sebelum melaksanakan uji hipotesis pada penelitian ini, dilakukan uji asusmsi dahulu. Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linieritas.

Hasil uji normalitas pada penelitian ini yaitu yang terdapat pada tabel uji Kolmogrov-Smirnov yang menunjukkan jika variabel subjective well beingmemiliki nilai signifikasi 0,218 > 0,05 dan variabel perilaku narsistik menunjukkan 0,171 > 0,05. Sehingga dapat ditarik simpulan jika variabel subjective well beingdan perilaku narsistik memiliki nilai signifikan yang lebih dari 0,05 yang artinya kedua variabel tersebut berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SWB NARSISTIK
N 340 340
Normal Parametersa,b Mean 87.9618 99.8324
Std. Deviation 13.08408 11.48417
Most Extreme Differences Absolute .057 .060
Positive .053 .032
Negative -.057 -.060
Kolmogorov-Smirnov Z 1.052 1.109
Asymp. Sig. (2-tailed) .218 .171
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Table 1.Uji Normalitas

Berdasarkan tabel yang dibawah ini dari hasil uji linieritas jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat diartikan

memiliki hubungan yang linier. Pada table ini nilai signifikansi yang terdapat pada kolom linearity menunjukkan nilai f = 244,370 dengan signifikansi 0,000, jadi varibel subjective well beingdan perilaku narsistik memiliki hubungan yang linier.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Perilaku Narsistik (Y) * Subjective Well Being (X) Between Groups (Combined) 55193.587 50 1103.872 11.293 .000
Linearity 23886.672 1 23886.672 244.370 .000
Deviation from Linearity 31306.915 49 638.917 6.536 .000
Within Groups 28249.152 289 97.748
Total 83442.738 339
Table 2.Uji Linieritas

Pada uji hipotesi menunjukkan jika hasil dari uji korelasi (rxy) -0,053 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi <0,05 maka hipotesis diterima, yang artinya terdapat hubungan negative signifikan anatara variabel subjective well beingdan variabel perilaku narsistik. Jika semakin tinggi subjective well beingmaka semakin rendah perilaku narsistik, namun jika semakin rendah subjective well beingmaka semakin tinggi perilaku narsistik.

Correlations
Subjective Well Being (X) Perilaku Narsistik (Y)
Subjective Well Being (X) Pearson Correlation 1 -.535**
Sig. (2-tailed) .000
N 340 340
Perilaku Narsistik (Y) Pearson Correlation -.535** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 340 340
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 3.Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel sumbangan efektif, dapat diketahui bahwa sumbangan variabel subjective well beingpada variabel perilaku narsistik sebesar 28,6 %. Hasil yang diperoleh dari R square 0.028 x 100% = 28,6%. Artinya pengaruh subjective well beingterhadap 28,6%, dan sisanya 71,4% dapat dipengaruhi faktor lainnya.

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .535a .286 .284 15.219
a. Predictors: (Constant), Subjective Well Being (X)
b. Dependent Variable: Perilaku Narsistik (Y)
Table 4.Sumbangan Efektif

Tabel 5 menunjukkan kategorisasi subjek dengan jumlah 340 subjek, terdapat 21 subjek memiliki tingkat subjective well beingsangat rendah, 81 subjek yang memiliki tingkat subjective well beingrendah, 156 subjek memiliki tingkat subjective well beingsedang, 64 subjek dengan tingkat subjective well beingtinggi , serta 18 subjek dengan tingkat subjective well beingsangat tinggi.

Selain itu terdapat kategorisasi dari perilaku narsistik, terdapat 21 subjek memiliki tingkat perilaku narsistik yang snagat rendah, 51 subjek memiliki tingkat perilaku narsistik rendah, 178 subjek dengan tingkat perilaku narsistik

Sedang, 77 subjek memiliki tingkat narsistik tinggi, dan terdapat 13 subjek memiliki tingkat perilaku narsistik yang sangat tinggi.

Kategori Subyek Penelitian
Subjective Well Being Perilaku Narsistik
∑ Subyek % ∑ Subyek %
Sangat Rendah 21 6% 21 6%
Rendah 81 24% 51 15%
Sedang 156 46% 178 52%
Tinggi 64 19% 77 23%
Sangat Tinggi 18 5% 13 4%
Jumlah 340 100% 340 100%
Table 5.Kategori Skor Subjek

Artinya bahwa mahasiswa universitas muhammadiyah sidoarjo memiliki tingkat subjective well beingdan tingkat perilaku narsistik dalam kategori sedang. Hal tersebut berdasarkan dari persentase dan jumlah subjek pada tabel diatas, mayoritas berada pada tingkat sedang.

Pembahasan

Hasil penelitian di atas menunjukkan nilai koefisien korelasi rxy = -0,535 dengan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,05). Artinya hipotesi diterima sehingga terdapat hubungan negatif signifikan antara subjective well being dengan perilaku narsistik pada mahasiswa pengguna instagram.Sehingga jika subjective well beingsemakin tinggi, maka perilaku narsistik semakin rendah. Begitupun sebaliknya, jika subjectivewell beingsemakin rendah, maka perilaku narsistik semakin tinggi.

Hasil penelitian ini sesui dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menunjukkanhubungan negative signifikan antara subjective well being dengan perilaku narsistik, yang diperoleh (rxy) -0.623 dan taraf signifikan p = 0,000. Dan penelitian lain yang telah dilakukan oleh Letari, Utami, Ramadhani (2020) menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif dan signifikan yang menunjukkan besarnya koefisien kolerasi antara variabel subjective well beingdengan variabel kecenderungan narsisme -0,028 dengan taraf signifikan p= 0,006. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika semakin tinggi subjective well being, maka perilaku narsistik semakin rendah, dan sebaliknya jika semakin rendah subjective well being, maka semakin tinggi perilaku narsistik yang dialami mahasiswa. [10]

Hasil kategorisasi penelitian ini menunjukkan jika subjective well being mahasiswa universitas muhammadiyah sidoarjo berada pada kategori sedang sebesar 46%. Artinya banyak mahasiswa universitas muhammadiyah sidoarjo yang memiliki subjective well being sedang, sehingga perilaku narsistik yang dialami mahasiswa juga pada kategori sedang sebesar 52%.

Berdasarkan dari teori subjective well beingyang telah dikembangkan oleh Freud, mahasiswa yang mempunyai tingkat subjective well being sedang, merupakan tipe individu yang sekali waktu merasakan adanya kepuasan hidup dan sekali waktu juga tidak merasakan adanya kepuasan hidup dalam diri mereka, seperti bagaimana cara individu memandang pada keseluruhan aspek di kehidupannya mulai sejak lahir sampai saat ini, dan perasaan puas yang lebih menuju pada evaluasi ranah kehidupan mereka sehari-hari, serta individu juga terkadang merasakan perasaan positif yaitu rasa senang, bahagia, aktif, bangga, berpendirian kuat, dan lainnya sebagainya. Namun terkadang individu juga merasakan perasaan negatif, seperti rasa sedih, rasa marah, rasa kecewa, dan sebagainya. Sedangkan, mahasiswa yang mengalami perilaku narsistik yang berada dalam kategori sedang, artinya individu tersebut sangat yakin dengan dirinya sendiri, selalu ingin dipuji oleh orang sekitarnya, memiliki perasaan yang sensitif terhadap kritikan, tetapi tidak membutuhkan pengakuan dari orang yang ada sekitarnya.

Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku narsistik yaitu subjective well beingSumbangan efektif pada penelitian ini dari variabel subjective well being dengan perilaku narsistik sebesar 28,6%, dapat disimpulkan subjective well being memiliki pengaruh sebesar 28,6% pada perilaku narsistik. Sesuai dengan penelitian sebelumnya menyatakan jika subjective well being memberikan pengaruh pada perilaku narsistik sebesar 6,7%[11]. Sedangkan suisanya yaitu sebesar 71,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak menjadi fokus penelitian ini.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa dalam penelitian ini bahwa adanya hubungan negatif antara subjective well being dengan perilaku narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di universitas muhammadiyah sidoarjo. Namun pada penelitian ini tentu memiliki kekurangan seperti, kajian menggunakan variabel subjective well being yang mempengaruhi perilaku narsistik. Variabel subjective well being dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang sedang terhadap perilaku narsistik. Adapun variabel lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku narsistik seperti harga diri, kontrol diri, penerimaan diri dan sebagainya. Selain itu pada penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi yang disebarkan melalui google form, sehingga peneliti tidak melihat secara langsung yang dapat menyebabkan subjek mungkin saja tidak memberikan jawaban dengan sungguh-sungguh.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Pada penelitian ini menujukkan bahwa terdapat hubungan negative yang signifikan antara subjective well being dengan perilaku narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di universitas muhammadiyah sidoarjo. Pada penelitian ini menunjukkan hasi yang koefisien korelasi rxy = -0,535 dengan signifikan <0,05 yaitu 0,000, yang artinya hipotesis pada penelitian ini dapat diterima. Apabila jika semakin tinggi subjective well being yang dimiliki, maka semakin rendah perilaku narsistik yang dialami mahasiswa. Begitpun sebaliknya, jika semakin rendah subjective well beingyang dimiliki, maka semakin tinggi perilaku narsistik yang dialami. Sumbangan efektif yang diberikan variabel subjective well being terhadap variabel perilaku narsistik sebesar 28,6%. Artinya subjective well being dapat mempengaruhi perilaku narsistik pada individu.

Saran

Bagi Mahasiswa

Penelitian ini menunjukkan subjective well being mahasiswa berada pada tingkat katagori sedang. Kepuasan hidup dan emosi yang dimiliki cukup baik sehingga mahasiswa sangat diharapkan mampu mempetahankan, seperti mengembangkan kualitas dirinya seperti mengikuti seminar, pelatihan mengenai edukasi peranan subjective well being, produktif dan lebih bijak menggunakan Instagram atau media social lainnya.

Bagi Universitas

Bagi pihak universitas diharap dapat memembantu meningkatkan subjective well being pada mahasiswa, seperti memberikan dukungan sosial, mengadakan seminar, menciptakan lingkungan yang kondusif, menjalin dan membangun hubungan yang positif, sehingga mahasiswa mampu mengevalusi kepuasan hidupnya secara keseluruhan.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang berkaitan dengan perilaku narsistik agar menggunakan variabel atau faktor lain yang memberikan pengaruh terhadap perilaku narsistik lebih tinggi untuk diteliti sebagai variabel X, kerana banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku narsistik yang tidak disebutkan pada penelitian ini. Sehingga mampu mengungkap lebih banyak fenomena perilaku narsistik yang sedang terjadi.

References

  1. Anggana, N. P. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dan adversity quotient dengan tingkat stres akademik peserta didik kelas VIII smp negeri 12 bandung. universitas pendidikan indonesia.
  2. Aulia, D. (2019). Hubungan antara efikasi diri akademik dengan penyesuaian diri pada siswa boarding school di madrasah tsanawiyyah nu assalam dan madrasah tranawiyyah amtsilati. universitas diponegoro.
  3. Azwar, S. (2014). Metode penelitian (pertama). PUSTAKA PELAJAR.
  4. Ferdiana, C. R. (2019). Hubungan adversity quotient dan stres akademik mahasiswa yang mengerjakan skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.
  5. Hidayah, M. (2018). Hubungan dukungan teman sebaya dan stres akademik pada siswa sma boarding school. universitas islam indonesia.
  6. Isro’atin, L. (2020). HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN PERILAKU NARSISTIK PADA MAHASISWA PENGGUNA INSTAGRAM DI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS FPIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
  7. Isthofaiyah, F. U. (2017). Pengaruh self-efficacy dan hardiness terhadap stres akademik santri kelas vii dan viii tsanawiyah pondok pesantren nurul ulum putri malang. universitas islam negeri maulana malik ibrahim malang.
  8. Majrika, R. Y. (2018). Hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik pada remaja sma di sma yogyakarta. universitas islam indonesia yogyakarta.
  9. Putri, S. A., Zulharman, & Firdaus. (2016). Hubungan adversity quotient dengan tingkat stres akademik pada dokter muda fakultas kedokteran universitas riau. Online Mahasiswa, 3(2), 1–8.
  10. Qomari, M. N. (2015). Hubungan antara adversity quotient dengan prokrastinasi akademik siswa di smp insan cendekia mandiri boarding school sidoarjo. Psikosains, 10(2), 127–138.
  11. Sari, C., Firdaus, & Risma, D. (2013). Hubungan adversity quotient dengan tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama fakultas kedokteran universitas riau. Psikologi, 1–12.
  12. Sari, D. R. (2020). HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BERMAIN GAME ONLINE DENGAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA SISWA KELAS XI PEMAIN GAME ONLINE SMK KRIAN 2 SIDOARJO. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
  13. Utami, S. D. (2015). Hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik pada siswa kelas XI di man 3 yogyakarta. universitas negeri yogyakarta.
  14. Wijaya, W. (2016). Hubungan antara adversity quotient dengan stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa psikologi uksw. universitas kristen satya wacana.
  15. Winajah, N. R. (2013). Hubungan antara locus of control dengan stres akademik peserta didik. universitas pendidikan indonesia.
  16. Zakiyah, N., Hidayati, F. N. R., & Setyawan, I. (2010). Hubungan antara penyesuaian diri dengan prokrastinasi akademik siswa sekolah berasrama smp n 3 peterong jombang. Psikologi Undip, 8(2), 156–167.