Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2756

Overview of Career Maturity in Class XII Students in High School


Gambaran Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII di Sekolah Menengah Atas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

kematangan karir siswa

Abstract

Career is an important issue in human life which includes the development of a lifelong decision-making process. Career maturity is the readiness of individuals in choosing a career and making career decisions that are in accordance with the will of the heart and personality tendencies and stages of career development. This study aims to determine the career maturity of class XII students. This research uses descriptive quantitative method. The sample used is class XII students who attend SMA Al-Islam Krian Sidoarjo. The number of samples in this study was 221 students. The sampling method used in this research is simple random sampling. The data collection method uses a Likert scale, namely the career maturity scale. The results of the reliability test on the career maturity scale show a reliability coefficient of 0.943. The result of data analysis from this research is that the career maturity of the XII grade students of SMA Al-Islam Krian Sidoarjo is in the medium category. The results of further research that the percentage of high career maturity aspects is the career exploration aspect. The second in terms of type, women are taller than men. The third is in terms of school majors, science majors are higher than social studies and language majors. Keywords: career maturity, students

Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka. Pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan [1]. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja berada pada tahap ekplorasi yang dimulai pada usia 15-24 tahun. Tahap eksplorasi karier sebagai sebuah proses psikologis yang kompleks dalam pencarian informasi tentang diri dan lingkungan untuk mencapai tujuan karier. Proses ini melibatkan faktor kognitif dan afektif dalam menginterpretasikan pengalaman dimasa lalu, kondisi yang dialami saat ini dan cita-cita karier yang ingin dicapai di masa mendatang. Berdasarkan tugas-tugas perkembangan tersebut terdapat salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk karir dan pekerjaan atau merencanakan karir di masa depan.

Penguasaan keterampilan-keterampilan karir sangat diperlukan mengingat remaja sudah memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan dalam mencapai hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock [2] bahwa remaja mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan dicita-citakan. Karir seseorang dalam kehidupannya mengalami perkembangan. Super [3] mengemukakan perkembangan karir terdiri atas lima tahapan, yaitu: growth (pertumbuhan), exploratory (eksplorasi), establishment (pemantapan), maintenance (pemeliharaan), decline (penurunan). Karir merupakan masalah yang penting dalam kehidupan manusia yang mencakup perkembangan dari proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup [4].

Kematangan karir adalah kesiapan individu dalam memilih karir dan membuat keputusan karir yang sesuai dengan kehendak hati serta kecenderungan kepribadian dan tahap perkembangan karirnya [5]. Aspek-aspek kematangan karir mencakup (a) perencanaan karir Aspek ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut.; (b) eksplorasi kari Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor.; (c) pengetahuan tentang membuat keputusan karir Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan; (d) Pengetahuan tentang Dunia Kerja Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan. ; (e) Realisasi keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis. (Super, 2013) .Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super [6], siswa SMA kelas XII sedang berada pada masa kristalisasi, dimana individu mulai mencari bekal pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan non formal untuk mempersiapkan masa depan hidupnya. Tanudidjojo [5] mengatakan bahwa rendahnya kematangan karir dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karir, termasuk kesalahan dalam menentukan jurusan pendidikan bagi siswa SMA.

Pada kenyataannya tidak semua remaja/siswa SMA kelas XII memiliki kematangan karir. Tak jarang ditemui beberapa siswa yang memiliki kebingungan akan masa depannya. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan terhadap 380 siswa SMK di Bandung, didapatkan bahwa sebagian besar siswa belum bisa menentukan masa depannya [7]. Penelitian Setyowati [8] juga menemukan bahwa siswa SMK belum memiliki kematangan karir ditandai dengan tidak memiliki perencanaan karier dan informasi yang minimal, kurangnya informasi komprehensif seperti kelompok pekerjaan dan bagaimana untuk membuat keputusan karir [7]. Hal ini juga terjadi pada sekolah SMA Al-Islam Krian. Menurut wawancara dengan guru BK di SMA Al-Islam Krian, dan hasil suvey kepada 10 siswa, ternyata ada siswa yang memilih suatu universitas tanpa mempertimbangkan kemampuan, bakat, minat yang dimiliki, serta siswa kebingungan untuk bekerja. Berdasarkan hasil survey di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki kematangan karir yang kurang.

Super menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan karir juga merupakan kesiapan afektif dan kognitif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis, sosial dan harapan dari masyarakat yang telah mencapai tahap perkembangan tersebut [9] . Tanudijoyo [5] menjelaskan bahwa siswa kelas XII SMA mencapai kematangan karir apabila mereka telah mampu (a) Menentukan tujuan tentang keberhasilan masa depan karir melalui pengumpulan informasi yang mencakup diri, penggunaan kemampuan, dan melakukan konsultasi dengan orang lain. (b) Menghubungkan pemilihan kelas dengan tujuan-tujuan karir. (c) Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pendidikan yang spesifik sesuai kebutuhan untuk mencapai keberhasilan. (d) Mengklarifikasi nilai-nilai tentang diri ketika mereka menghubungkan dengan karir atau waktu luang. Bedasarkan fenomena di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk gambaran kematangan karirpada siswa Kelas XII SMA Al-Islam Krian Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif, yang digunakan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai Kematangan karir [10].Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Al-Islam Krian Sidoarjo berjumlah 530 dengan sampel berjumlah 221 siswa dan diambil menggunakan teknik Simple Random sampling. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah Skala kematangan karir untuk mengukur tingkat kematangan karir siswa. Koefisien reliabilitas dari Skala kematangan karir adalah 0,943. Untuk analisis data, peneliti ini menggunakan perhitungan statistik deskriptif dengan bantuan software Microsoft OfficeExcel 2013.

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui tingkat kematangan karir pada siswa SMA Islam Krian berada pada kategori sedang dengan nilai prosentase sebesar 74% (163 siswa), pada kategori tinggi mendapatkan nilai prosentase 12% (27 siswa), dan pada ketegori rendah mendapatkan nilai proentase 14% (31 siswa). Berdasarkan hasil prosentase terlihat bahwa kematangan karir siswa SMA Al-Islam Krian yang sebagian besar ada pada kategori sedang, tetapi sebagian kecil kematangan karirnya rendah. Bagi siswa yang memiliki kematangan kategori sedang maupun yang kematangan karirnya rendah akan mungkin mengalami masalah kesulitan dalam menentukan karir. Adapun ciri-ciri siswa belum dikatakan matang dalam karir diantaranya adalah, Individu mempunyai banyak potensi dan membuat banyak pilihan tetapi ia tidak dapat memilih satu sebagai tujuannya, Individu tidak dapat mengambil keputusan, Individu yang tidak berminat, ia telah memilih satu pekerjaan tetapi ia bimbang akan pilihannya itu karena tidak didukung oleh pola minat yang memadai [11] Hal ini bisa terjadi karena perubahan tingkat kematangan karir bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karier menurut seligman [12] adalah (a) faktor keluarga; (b) faktor internal individu, mencakup self esteem, kemampuan, minat, kepribadian, dan prestige; (c) faktor sosial ekonomi, mencakup lingkungan, status sosial-ekonomi, dan jenis kelamin. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kematangan karier. Namun dukungan teman sebaya menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kematangan karier, karena dalam hal ini teman sebaya merupakan tempat dimana mahasiswa tingkat akhir mendapatkan sebagian besar dukungan sosial yang dibutuhkan. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya dibanding dengan keluarga. Intensitas dan waktu yang dihabiskan bersama teman lebih besar pada masa remaja dibandingkan waktu lain dalam rentang kehidupan [13].

Ditinjau dari aspek kematangan karir, berdasarkan dari hasil penelitian ini nampak bahwa aspek perencanaan karir memiliki prosentase 19,8%, ekplorasi karir 20,3%, pengetahuan tentang membuat keputusan Karir 20%, Pengetahuan tentang Dunia Kerja 19,8%, dan Realisasi keputusan karir 19,9%.. Hasil ini menunjukkan prosentase yang tidak berbeda secara signifikan, sehingga bisa disimpulkan semua aspek memiliki peranan dalam menentukan kematangan karir siswa. Pada aspek eksplorasi karir, ada siswa yang berusaha untuk memperoleh informasi karier. Informasi yang didapat bisa dari orangtua, guru, teman, internet dll. Siswa mampu menerima informasi dan berusaha mengolah informasi karier tersebut. Ketika siswa kurang memahami informas yang didapatkan maka siswa berinisiatif mencari informasi lebih dalam lagi hingga siswa memahami betul informasi karier tersebut. Siswa juga peduli dengan pentingnya mencari informasi karier dalam merencankan masa depan terlebih lagi setelah lulus dari SMA. Meskipun siswa belum bekerja namun siswa telah mencari dan mengetahui mengenai jurusan-jurusan studi lanjut yang ada di perguruan tinggi serta prospek kerjanya Pada aspek pengetahuan tentang membuat keputusan karir,ada siswa yang menunjukkan usaha untuk membuat pilihan pendidikan atau pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, Pada aspek perencanaan karir,ada juga siswa menunjukkan cukup usaha membuat perencanaan pilihan pendidikan atau pekerjaan untuk masa depannya. Adajuga siswa cukup berusaha untuk memperimbangkan kelebihan dan kelemahannya untuk pemilihan pendidikan atau pekerjaan yang diinginkan, serta ada juga siswa yang berusaha mengetahui gambaran pekerjaan untuk menetapkan bidang pendidikan ata pekerjaan yang akan dipilih.[9]

Dari hasil penelitian ,ditinjau dari jenis kelamin kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin pada laki laki kategori tinggi mendapatkan prosentasi 9%, kategori sedang mendapatkan 73%, dan kategori rendah mendapatkan 18%. Pada jenis kelamin perempuan ketegori tinggi mendapatkan prosentase 15%, kategori sedeng mendapatkan prosentase 74%, dan kategori rendah mendapatkan 11%. Aspek kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin. aspek yang pertama aspek perencanaan karir, pada aspek ini menyatakan bahwa perempuan tinggi nilainya di bandingkan laki-laki. Aspek yang kedua, eksplorasi karir nilai perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Aspek yang ketiga pengetahuan karir perempuan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Aspek yang keempat pengetahuan di dunia kerja perempuan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada aspek yang kelima, aspek realisasi karir perempuan mendpatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Terdapatnya perbedaan kematangan karir antara siswa laki-laki dan siswa perempuan pada hasil penelitian ini, membuktikan bahwa kematangan karir siswa perempuan lebih tinggi disbanding kematangan karir siswa laki-laki. Beberapa penelitian sebelumnya mendukung hasil penelitian ini dimana perempuan memiliki skor yang tinggi pada kematangan karir dibandingkan laki-laki [3]. Penelitian lain juga menemukan bahwa terdapat perbedaan kematangan karir berdasarkan jenis kelamin dimana siswa perempuan lebih matang dibanding dengan siswa laki-laki [15]. Perempuan lebih terbuka terhadap informasi dalam kaitannya dengan pengetahuan karir mereka [16]. Selanjutnya, penelitian lain menjelaskan bahwa perempuan lebih tertarik dengan karir dibanding dengan laki-laki. Perempuan memiliki ketelitian yang tinggi sehingga tekun terhadap tugas, lebih mengenal suatu pekerjaan yang akandilakukan, lebihmengenali diri sendiri, dan mengetahui kemampuan yang dimiliki [17] .

Hasil lain dari penelitian ini adalah melihat kematangan karir ditinjau dari jurusan di sekolah. Pada jurusan Bahasa kategori tinggi mendapatkan prosentasi 10%, kategori sedang mendapatkan 67%, dan kategori rendah mendapatkan 23%. Pada jurusan IPS ketegori tinggi mendapatkan prosentase 14%, kategori sedeng mendapatkan prosentase 68%, dan kategori rendah mendapatkan 18%. Sedangkan pada jurusan IPA ketegori tinggi mendapatkan prosentase 12%, kategori sedeng mendapatkan prosentase 80%, dan kategori rendah mendapatkan 8%. Hasil penelitian Astutiningsih [15] membuktikan bahwa terdapat perbedaan kematangan karir antara siswa dari jurusan Bahasa, IPA dan IPS. Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan kematangan karir ditinjau dari jurusan. Siswa IPA memiliki kematangan karir lebih tinggi dari jurusan IPS dan Bahasa.

Kematangan karir merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, salah satunya adalah siswa SMA. Kematangan karir ditandai dengan kesiapan seseorang dalam menentukan pilihan karir yang realistis dengan dirinya. Begitu pula halnya dengan kematangan karir siswa SMA yaitu bagaimana siswa mampu menentukan pilihan jurusan keahlian yang diambil sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.

Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada variabel kontrol subjek status individu dan status tempat tinggal.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Al – Islam Krian tergolong sedang yang mendapatkan nilai prosentase 74%. Selain itu, ada siswa yang memiliki kematangan karir yang terglong tinggi sekitar 12%, tetapi sebaliknya ada juga yang rendah kematangan karirnya yaitu 14%. Terdapatnya perbedaan kematangan karir antara siswa laki-laki dan siswa perempuan pada hasil penelitian ini, kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin pada laki laki kategori tinggi mendapatkan prosentasi 9%, kategori sedang mendapatkan 73%, dan kategori rendah mendapatkan 18%. Pada jenis kelamin perempuan ketegori tinggi mendapatkan prosentase 15%, kategori sedeng mendapatkan prosentase 74%, dan kategori rendah mendapatkan 11%. membuktikan bahwa kematangan karir siswa perempuan lebih tinggi dibanding kematangan karir siswa laki-laki. Terdapat perbedaan kematangan karir antara siswa dari jurusan Bahasa, IPA dan IPS. Pada jurusan Bahasa kategori tinggi mendapatkan prosentasi 10%, kategori sedang mendapatkan 67%, dan kategori rendah mendapatkan 23%. Pada jurusan IPS ketegori tinggi mendapatkan prosentase 14%, kategori sedeng mendapatkan prosentase 68%, dan kategori rendah mendapatkan 18%. Sedangkan pada jurusan IPA ketegori tinggi mendapatkan prosentase 12%, kategori sedeng mendapatkan prosentase 80%, dan kategori rendah mendapatkan 8%.

References

  1. j. W. Santrock, Psikologi Pendidikan. Jakarta: salemba humanika, 2014.
  2. e. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: erlangga, 2011.
  3. marpaung and yulandari, “Kematangan Karir Siswa SMU Banda Aceh ditinjau dari Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah.,” j. Psikoislammedia, vol. 1, no. 2, pp. 311–324, 2016.
  4. nasriyah, “Hubungan Antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip UNS.,” j. Ilm. Psikol. Candrajiwa, vol. 5, pp. 196–197, 2014.
  5. tanudidjojo, “Kematangan Karir Siswa (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasinya pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Karir),” univ. Sanata dharma yogyakarta, vol. 6, pp. 45–48, 2019.
  6. fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: pustaka setia, 2010.
  7. m. Prahesti, “Hubungan Antara Locus of Control Internal dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Kelas XII,” j. Univ. Mercu Buana, vol. 6, pp. 12–17, 2018.
  8. t. Ayu kusuma, a. Tjalla, and e. Setyowati, “Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri 8 Jakarta Barat,” j. Fip unj, vol. 10, pp. 96–110, 2015.
  9. super, the Psychology of Career, an Introduction to Vocational Development. New york: harper, 1984.
  10. sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: rosdakarya, 2015.
  11. seligman, Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif (Authentic Happiness). Bandung: pt mizan pustaka, 2005.
  12. papalia and feldman, Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta: salemba humanika, 2009.
  13. r. A. Ramadhan, “Hubungan Antara Konsep Diri dan Self Efficacy dengan Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri Se-Wilayah Semarang Utara Tahun Pelajaran 2018/2019,” j. Unnes, vol. 2, pp. 29–31, 2019.
  14. a. D. Astutiningsih, “Tingkat Kematangan Karir Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua,” j. Sanata Dharma, vol. 1, pp. 11–16, 2021.
  15. m. Herin and d. R. Sawitri, “Dukungan Orang Tua dan Kematangan Karir pada Siswa SMK Program Keahlian Tata Boga,” j. Empati Undip, vol. 6, pp. 301–306, 2017.
  16. m. A. F. Hasan, s. Rahardjo, and e. Zamroni, “Meningkatkan Kematangan Karir Melalui Layanan Informasi Media Portofolio Karir pada Siswa,” j. Prakarsa Paedagog., vol. 2, pp. 11–21, 2019.