Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2744

The Effectiveness of Online Learning in Elementary School Children


Efektifitas Pembelajaran Daring Pada Anak Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

efektifitas pembelajaran daring

Abstract

In the times of Pandemic Covid-19, E-learning has become an activities learning model that should be done by all educational institutions in Indonesia, no exception at MI Nurul Huda Ngampelsari Candi Sidoarjo, Which a an activities learning model where an interaction between teacher and student through internet media. The e-learning Implementation requires the readiness of a learning management system, a teacher and student ability to use other applications based internet (digital talent), and student learning independence. Therefore, the aim research are; first, to descriptive a Implementation e-learning policy at MI Nurul Huda, and; Second, analysis effectivity e-learning to students at MI Nurul Huda. This Research uses descriptive qualitative approach with Miles - Hubermen Techniques Analysis, and Gibson Effectiveness Analysis Approach. Result this research are; First, The provisions for e-learning at MI Nurul Huda is outlined in Head Madrasah Decision Letter Number: KB/94.B-205/VII/2020 where the implementation to the teacher council by utilizing applications available on social media and utilizing packages by the Ministry of Education and Culture on TVRI. Second, Gibson Effectiveness Analysis show that e-learning system at MI Nurul Huda is not Effective. This is obtained from the low achievement of aim learning around 40%, and the low fulfillment in an effective learning system, around 36,6%. The percentage achievements are measured by the fulfillment of several components in the standardization of effective learning by theachers.

Pendahuluan

Pembelajaran secara Daring yang dimaksud dalam surat edaran tersebut merupakan suatu pembelajaran yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal yang mana peserta didik dan gurunya berada di suatu tempat yang terpisah maka diperlukan adanya sistem telekomunikasi yang interaktif guna untuk dapat menghubungkan diantara keduanya dan juga sebagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. Arti Pembelajaran adalah sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam berinteraksi secara langsung keduanya saling dihadapkan antara pendidik dengan peserta didik.[1]

Persiapan penting yang harus dilakukan pihak sekolah diantaranya pertama adanya sarana prasarana merupakan salah satu hal yang penting dan harus disiapkan oleh sekolah antara lain platform dan sarana prasarana yang memadai seperti komputer, wifi, layar proyektor yang dapat digunakan oleh sekolah dalam mendukung adanya pembelajaran daring. sebagai salah satu aspek fasilitas sangat penting agar informasi yang benar-benar tersampaikan dengan baik kepada peserta didik.

Pembelajaran Daring mempuyai manfaat diantaranya : pertama dapat membangun komunikasi dan diskusi yang sangat efisien antara guru dengan murid, kedua siswa saling berinteraksi dan berdiskusi antara siswa yang satu dengan lainnya tanpa melalui guru, ketiga dapat memudahkan interaksi antara siswa guru, dengan orang tua, keempat sarana yang tepat untuk ujian maupun tugas, kelima guru dengan mudah memberikan materi kepada siswa berupa gambar dan video selain itu murid juga dapat mengunduh bahan ajar tersebut tanpa ada ikatan waktu, keenam dapat memudahkan guru dalam membuat soal dimana saja dan kapan saja.[2]

Siswa dalam pembelajaran ini diberi kesempatan belajar di rumah dengan dipandu oleh guru dari jarak jauh, serta melibatkan orang tua sebagai pendamping, dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran (capaian kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran). Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan sekolah dapat menyelenggarakan pendidikannya. Proses pembelajaran bisa tetap berjalan dan peran guru tetap dibutuhkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajarnya dengan tujuan agar pembelajaran ini dapat mencapai sasaran dan tujuannya. Dengan harapan semoga peserta didik bisa memaksimalkan proses pembelajaran ini dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran daring juga membutuhkan tanggungjawab, kemandirian dan ketekunan pribadi karena hanya dirinya sendiri yang bisa mengontrol itu semua dengan cara mendownload dan sering membaca materi dan menjawab soal baik dalam bentuk quziz maupun bitly serta mensubmit tugas secara mandiri. Kapasitas pembelajaran daring secara online akan memberikan kinerja peserta didik yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka karena selain menambah pengetahuan juga melek akan teknologi.[3]

Surat Edaran Mendikbud SE Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19). Surat edaran tersebut berkenaan dengan penyebaran covid-19 yang semakin meningkat maka kesehatan lahir dan batin siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan pendidikan. sehubungan dengan hal tersebut maka kemendikbud mengeluarkan SE Nomor 4 tahun 2020 yang mana surat edaran tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19), isinya proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1) Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/pembelajaran jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan (2) Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi covid-19. (3) Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat bakat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. (4) Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.[4]

Tujuan dari pembelajaran daring ini diharapkan guru mampu berinteraksi kepada siswa walaupun antara siswa dan guru tidak bisa bertatap muka sepenuhnya selama pembelajaran berlangsung. Guru dapat memberikan pembelajaran yang maksimal dan bisa menarik perhatian siswa sehingga standar yang di rencanakan bisa tercapai tanpa memberikan beban kepada siswa. Dengan adanya pembelajaran ini diharapkan siswa dapat belajar dengan senang dan umpan balik yang diberikan bisa berjalan efektif sesuai standar ketercapaian dalam rencana pembelajaran.

  1. Pandemik Covid-19 yang mewabah sejak awal maret tahun 2020 berdampak sangat signifikan terhadap perubahan sistem pembelajaran di Indonesia khususnya di MI Nurul Ngampelsari Candi Sidoarjo dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara tatap muka (luring), menjadi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara online (daring). Pembelajaran daring merupakan suatu proses kegiatan belajar dan mengajar di mana antara guru dan siswa berada ditempat yang berbeda. Keduanya berinteraksi dengan menggunakan media internet dengan berbagai aplikasi pembelajaran berbasis internet, seperti; google meet, zoom cloud meeting, google classroom, Edmodo, dan beberapa aplikasi yang disediakan di sosial media.
  2. Pelaksanaan pembelajaran daring tersebut didasarkan pada Surat Edaran Mendikbud Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran corona virus disease (covid-19); Dan Surat Edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease (COVID-19). Untuk selanjutnya teknis pelaksanaan berpedoman pada Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Dimana SE Nomor 15 tahun 2020 ini dimaksud untuk memperkuat Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19).
  3. Menyikapi ketiga SE tersebut MI Nurul Huda melaksanakan pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi informasi yang telah disediakan oleh profider (penyedia) media social melalui Surat Edaran Kepala MI nomor KM/94.B-205/VII/2020. Melalui surat edaran tersebut memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada bapak/ibu guru di lingkungan MI Nurul Huda untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas pembelajaran yang lebih mengutamakan penggunaan media belajar berbasis internet.
  4. Tentunya dalam pelaksanaan inovasi dan kreativitas pembelajaran tersebut membutuhkan; pertama, kemampuan guru untuk menggunakan aplikasi media pembelajaran berbasis internet dan juga kesiapan madrasah dalam menfasilitasi sarana dan prasarana pembelajaran berbasis internet. Begitu pula dampak inovasi dan kreativitas pembelajaran daring dalam pembentukan sikap, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa, yang notabene anak usia sekolah dasar, juga dipengaruhi oleh kemandirian belajar dan literasi teknologi komunikasi yang mapan.
  5. Atas dasar permasalahan tersebut, sangat menarik untuk dilakukan penelitian yang bertujuan pertama, mendeskripsikan ketentuan pelaksanaan pembelajaran daring di MI Nurul Huda; kedua, mendeskripsikan hasil analisa efektitivas pembelajaran daring bagi siswa MI Nurul Huda. Dengan demikian yang menarik dalam penelitian ini adalah menganalisis Efektivitas Pembelajaran tersebut bila di terapkan pada anak-anak MI Nurul Huda yang menuntut adanya kemandirian belajar dan kemampuan/ melek IT

Metode

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif (descriptive research), yakni suatu pendekatan yang berupaya mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya,[5] kemudian dipetakan dan dianalisis untuk selnjutnya diinterpretasi dan disimpulkan.[6]Hal ini sebagaimana telah dijelaskan oleh Moelong bahwa penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, dimana peneliti tidak diperkenankan melakukan manipulasi data atau memberikan perlakuan terhadap obyek, sehingga semua penelitian atau observasi dan prosedur penelitian berjalan sesuai kenyataan.[7] Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan desain penelitiannya dengan pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan yang berupaya memperoleh dan menghimpun serta mengolah bahkan menganalisis dan mendefinisikan data penelitian secara kualitatif pula.[8] Sehingga analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif – kualitatif.

Memperhatikan fokus penelitian ini, yang menekankan pada dua persoalan yakni; ketentuan pelaksanaan pembelajaran daring dan Analisa efektifitas pembelajaran daring bagi anak usia SD di MI Nurul Huda, maka pisau analisis data yang digunakan adalah triangulasi Miles dan Hubermen,[9] dan interpretasi efektifitas Gibson. Triangulasi Miles dan Hubermen digunakan sebagai pisau analisis data-data pendukung ketentuan pelaksanaan pembelajaran daring melalui proses reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.[10] Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan dilapangan dan berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung, penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dalam memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data berupa teks naratif, grafiks, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk terpadu dan mudah untuk menarik kesimpulan/verifikasi. Pada proses menarik kesimpulan atau verifikasi, peneliti melakukan peninjauan ulang terhadap catatan lapangan, dan diuji kebenarnya.

Sementara untuk menjawab pertanyaan tentang efektivitas pembelajaran daring pada kajian ini, peneliti menggunakan pisau analisis interpretasi efektifitas Gibson. Menurut Gibson, sebuah proses dapat berjalan secara efektif ditinjau dari dua pendekatan yakni pendekatan tujuan dan pendekatan sistem. Pendekatan tujuan dugunakan untuk mentabulasi data-data berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, meliputi; indikator Capaian tujuan pembelajaran; dan Indikator Perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan pada pendekatan sistem digunakan untuk mentabulasi sistem pembelajaran meliputi; indikator Mutu Pembelajaran, indikator Siswa Aktif, indikator Ketepatan Metode dan Strategi, Sumber Belajar, serta indikator Varian Penilaian Hasil Belajar.

Oleh karenanya untuk memenuhi kebutuhan data-data penelitian ini, subyek penelitian ini antara lain kepala madarasah, guru dan siswa/siswi di lingkungan MI Nurul Huda. Dan data yang diperlukan berupa data primer yakni data yang digali langsung dari subyeknya dan data sekunder yakni data penunjang yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, studi dokumntasi dan pengumpulan angket. Wawancara dilaksanakan dalam 2 cara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan penentuan jadwal dan tahapan tatap muka sehingga dapat mengetahui dengan lebih pasti tentang persoalan yang akan diteliti atau informasi yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur dilakukan tanpa menggunakan jurnal dan tahapan-tahapan tertentu sehingga tidak terikat dan bisa dilakukan kapan dan dimana saja dengan berdasarkan pada garais-garis besar yang akan diteliti.[11]

Observasi digunakan sebagai tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati obyek penelitian serta melakukan pencatatan secara sistematis,[12] berupa proses pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa / peserta didik selama pembelajaran berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.[13]Dalam penelitian ini dokumen-dokumen tertulis seperti buku, catatan, noluten, surat kabar, majalah, bahkan surat-surat kebijakan yayasan / Majelis Dikdasmen dan kepala sekolah terkait dengan Efektifitas pembelajaran daring pada anak SD di MI Nurul Huda Ngampelsari menjadi sumber dan rujukan utama dalam pengumpulan data penelitian. Dan angket digunakan untuk menggali feedback siswa berupa capaian pembelajaran dan layanan pembelajaran yang diberikan kepada siswa sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui keefektifitasan pembelajaran daring yang diberikan para guru MI Nurul Huda Ngampelsari.

Hasil dan Pembahasan

Ketentuan Pembelajaran Daring di MI Nurul Huda selama masa Pandemik

Mengacu pada surat edaran kemendikbud nomor 3692/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran corona virus disease (covid-19), kepala madrasah telah menetapkan aturan pembelajaran daring di MI Nurul Huda Ngampelsari melalui surat edaran kepala madrasah MI Nurul Huda nomor KM/94.B-205/VII/2020 tentang kegiatan pembelajaran daring.

Pelaksanaan pembelajaran daring dimaksud dalam surat edaran tersebut merupakan upaya MI dalam melakukan pencegahan penyebaran corona virus disease (covid-19) juga sebagai bentuk mengikuti edaran KM.94.B-205/VII/2020 sebagaimana pernyataan beliau selaku kepala sekolah madrasah ”sehubungan surat edaran kemendikbud nomor 3692/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran corona virus disease (covid-19), saya sebagai kepala sekolah madrasah juga dengan upaya dan berusaha penuh untuk mewujudkan pembelajaran secara daring semaksimal mungkin agar pembelajaran daring tersebut bisa langsung diterima oleh siswa dengan baik dan lancar. berikut kutipan wawancara dengan narasumber tentang Kebijakan Pembelajaran Daring terhadap Surat edaran kemendikbud no 20 tentang pembelajaran jarak jauh :

” persiapan guru dalam menanggapi surat edaran kemendikbud no 20 tentang pembelajaran jarak jauh/pembelajaran daring harus kita persiapkan pembelajaran daring ini dengan sebaik-baiknya agar anak-anak bisa belajar seperti sedia kala / tatap muka walaupun kenyataannya kita terpisah ruang. Dan pada saat pembelajaran daring hal utama yang disiapkan oleh guru dan pihak sekolah yaitu perlengkapan pendukung agar pembelajaran langsung diterima anak-anak dengan mudah. Adapun perlengkapan dalam mendukung pembelajaran daring seperti jaringan seluler / kuota, laptop / komputer / handphone, server. Juga aplikasi yang dipakai guru dalam pembelajaran daring adalah aplikasi umum yang semua orang menggunakan dan sangat populer dikalangan masyarakat diantaranya wahatshapp, google form, youtube, video call (VC) dan televisi.”

Hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa semua guru MI Nurul Huda Ngampelsari sangat antusias dalam mempersiapkan pembelajaran daring agar pembelajaran daring bisa berjalan dengan baik dan langsung diterima oleh siswa siswi madrasah. Adapun persiapan perlengkapan yang mendukung pembelajaran daring diantaranya jaringan seluler/kuota, laptop/komputer/handphone dan server. Jaringan seluler atau kuota merupakan salah satu sarana yang disediakan oleh pihak sekolah dalam berlangsungnya pembelajaran daring para guru-guru MI Nurul Huda Ngampelsari, laptop/komputer/handphone juga prasarana pendukung dalam pembelajaran daring para guru-guru MI Nurul Huda Ngampelsari dalam menyiapkan bahan materi pembelajaran daring yang dikemas dengan menarik agar siswa siswi madrasah antusias menerima belajar dan server merupakan sarana yang dipersiapkan oleh pihak sekolah dalam mendukung pembelajaran daring para guru-guru MI Nurul Huda Ngampelsari berjalan lancar sesuai tujuan pendidikan. Para guru-guru MI Nurul Huda Ngampelsari menyiapkan berbagai macam aplikasi dalam mendukung pembelajaran daring diantaranya whatshapp, google form, youtube, video call dan televisi.

Kebijakan ini dilaksanakan dengan melibatkan semua dewan guru dan perangkat yang dimiliki oleh MI Nurul Huda Ngampelsari. Pelibatan guru dimaksudkan untuk menyusun strategi pembelajaran daring sesuai dengan kemampuan dan kapasitas guru dalam memanfaatkan teknologi IT. Sementara berkenaan dengan perangkat yang miliki oleh sekolah menjadi acuan para semua dewan guru untuk menyusun model dan strategi pembelajaran daring di MI Nurul Huda Ngampelsari.

Proses pembelajaran daring didasarkan pada kapasitas guru dan perangkat yang ada, tanpa menggunakan sistem learning manajemen system ( aplikasi E-learning) melainkan menggunakan aplikasi yang ada di media sosial seperti whatshapp group, youtube, google form, video call (VC) dan memanfaatkan paket pembelajaran online oleh kemendikbud melalui televisi yang ditayangkan setiap pagi . Tidak milikinya LMS di MI Nurul Huda Ngampelsari dikarenakan tidak adanya daya dukung dari perangkat IT dan juga tidak dimilikinya SDM untuk membuat sistem E-Learning tersebut. Dan hanya menggunakan aplikasi yang telah tersedia secara bebas dan gratis diinternet atau media sosial. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah madrasah melalui pernyataannya berikut:

”sesuai dengan kesepakatan bersama antara pihak sekolah dan guru bahwa pembelajaran ini melalui whatshap group antara guru dengan wali siswa, youtube, google form dan video Call (VC) “[14]

Aplikasi whatshapp digunakan guru dalam memberikan materi pembelajaran berupa video yang berisi guru menjelaskan materi yang akan diberikan pada hari itu dari mengucap salam, sapaan kepada siswa, berdoa, penjelasan materi secara singkat dan jelas, pemberian tugas dan diakhiri dengan salam, gambar berikut ini contoh aplikasi whatshapp group antara guru dan wali murid :

Aplikasi google form digunakan guru dalam mengumpulkan tugas untuk siswa siswi madrasah kelas 4 sampai kelas 6. Aplikasi ini digunakan guru untuk melatih siswa siswi madrasah belajar mandiri dan melek akan teknologi juga melatih guru-guru MI Nurul Huda Ngampelsari dalam memanfaatkan teknologi yang sudah ada. gambar tersebut adalah contoh aplikasi google form antara guru dan siswa madrasah :

Aplikasi youtube digunakan untuk menambah pengetahuan siswa dalam pemahaman materi, penambahan materi ini tidak selalu diberikan oleh semua guru disetiap pembelajaran daring. Akan tetapi penambahan materi melalui youtube ini digunakan oleh guru pada materi yang sulit dicerna oleh siswa dan butuh akan penjelasan yang lebih lanjut, karena kendala yang dihadapi oleh semua guru MI Nurul Huda Ngampelsari pada siswa siswi madrasah pada kuota. gambar berikut ini contoh aplikasi youtube bentuk videonya sebagai berikut :

Video call digunakan guru dalam menyapa siswa-siswi MI Nurul Huda Ngampelsari yang telat dalam pengumpulan tugas dan siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. VC ini digunakan tidak sesering mungkin, hanya 1 bulan 1 kali setelah guru merekap semua keaktifan siswa juga tugas yang diberikan ke siswa dan dilihat siswa siswi yang belum sama sekali menyetorkan tugas ke guru. Maka guru akan menggunakan VC kepada siswa secara langsung dengan didampingi oleh orang tua dan dibatasi akan waktu juga kuota. gambar tersebut merupakan contoh video call antara guru dan siswa siswi madrasah

Untuk mendukung proses kegiatan tersebut, perangkat yang telah disiapkan oleh MI Nurul Huda Ngampelsari berupa wifi yang dipasangkan dibeberapa titik dilingkungan sekolah untuk dimanfaatkan oleh semua guru dalam menunjang pembelajaran daring. Sementara perangkat yang lainnya dipenuhi oleh guru masing-masing.

Hasil Analisis Efektivitas Pembelajaran Daring di MI Nurul Huda Ngampelsari

Merujuk pada teori pengukuran efektivas Gibson, Donnely dan Ivancevich– bahwa untuk mengukur efektifitas pembelajaran daring dapat ditabulasikan pada dua pendekatan yakni pendekatan tujuan dan pendekatan sistem. Pendekatan tujuan dugunakan untuk mentabulasi data-data berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, meliputi; indikator Capaian tujuan pembelajaran; dan Indikator Perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan pada pendekatan sistem digunakan untuk mentabulasi sistem pembelajaran meliputi; indikator Mutu Pembelajaran, indikator Siswa Aktif, indikator Ketepatan Metode dan Strategi, Sumber Belajar, serta indikator Varian Penilaian Hasil Belajar. Berikut hasil analisa dari ketercapaian indikator efektivitas pembelajaran daring di MI Nurul Huda berdasarkan pendekatan tujuan dan pendekatan sistem;

  1. Pendekatan Tujuan

Melalui pendekatan tujuan, efektifitas pembelajaran diukur dari dua indikator; yakni indikator tujuan pembelajaran dan indikator perubahan sikap pengetahuan dan keterampilan. Dari hasil analisa pengukuran kedua indikator pada pendekatan tujuan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran daring di MI Nurul Huda tidak memenuhi capaian tujuan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari kedua indikator yaitu; Capaian Tujuan Pembelajaran dan Perubahan Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan.

Indikator tujuan pembelajaran menunjukkan bahwa dari tiga butir indikator observasi capaian tujuan pembelajaran, berada pada rata-rata 40%, selebihnya 60% tujuan pembelajaran tidak tercapai. Rendahnya capaian tujuan pembelajaran tersebut juga ditunjukkan oleh indkator perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa yang memperoleh 40% adanya perubahan dan 60% tidak ada perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa.

Hasil obsevasi tersebut juga diperkuat dengan hasil angket siswa yang mendedkripsikan bahwa dari proses pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh bapak/ibu guru di MI Nurul Huda memperoleh hasil 30% adanya perubahan sikap keagamaan dan sikap sosial sebagaimana dalam KI dan KD, 43% adanya peningkatan pengetahuan siswa sesuai target KI dan KD dan terdapat 41% adanya peningkatan keterampilan siswa sesuai target KI dan KD, dan 39% adanya peningkatan keterampilan siswa dalam penggunaan IT. Kondisi ini juga digambarkan oleh para dewan guru, seperti hasil wawancara berikut:

”Pembelajaran daring sudah berjalan selama 10 bulan, meskipun MI Nurul Huda belum memiliki sistem e learning seperti sekolah lain, namun para guru menggunakan aplikasi seadanya yang disediakan di internet. Dan berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran baik melalui PTS maupun PAS rata-rata nilai siswa menurun tidak seperti sebelum pandemik. Kami juga tidak dapat melakukan penilaian secara real berkenaan dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan, karena semua tugas dikerjakan di rumah, tanpa ada konrol guru dan semua diserahkan pada orang tua. Sementara nilai yang kami dapat adalah dari tugas-tugas yang dikumpulkan secara online. Meskipun demikian secara kualitas hasil pekerjaan mereka dibawah standar dan ini berpengaruh pada hasil penilaian”

  1. Pendekatan Sistem

Sementara melalui pendekatan sistem, efektifitas pembelajaran diukur dari lima indikator antara lain; Mutu Pembelajaran; Keaktifan Siswa; Ketepatan model/metode dan strategi pembelajaran; Sumber belajar; dan Penilaian hasil belajar. Indikator mutu pembelajaran bila diukur dari ketercapaian lembar obeservasi pada butir mutu pembelajaran, rata-rata hanya 41% guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai standar mutu pembelajaran daring, selebihnya 59% tidak mengikuti prosedur atau standar mutu pembelajaran. Capaian mutu pembelajaran tersebut juga diperkuat dari data hasil angket siswa terkait dengan ketepatan kegiatan pembelajaran dengan jadwal pelajaran mencapai 60%, kesesuaian materi yang diajarkan dengan buku ajar mencapai 25%.

Rendahnya capaian mutu pembelajaran tersebut dikarenakan tidak ada dukungan sisem pembelajaran daring, baik melalui learning management system, maupun melalui pedoman pembelajaran daring. Setiap guru diperintahkan untuk melaksanakan pembelajaran daring sesuai kapasitasnya masing-masing. Bagi guru yang melek teknologi informasi, mereka memanfaatkan berbagai aplikasi dari profider yang ada di media social maupun di layanan google, seperti google classroom, dan google meet. Sebaliknya para guru yang tidak kenal IT, mereka hanya memanfaatkan whatshap untuk kegiatan pembelajaran. Pernyataan ini sebagaimana dijelaskan melalui hasil wawancara berikut:

“Setiap hari pembelajaran daring dimulai jam 8 pagi langsung membuka whatshapp group disitulah guru akan membagikan video pembelajaran dan sebelum pembelajaran dimulai himbauan guru kepada siswa untuk meyiapkan buku penunjang belajar dihari itu. pembelajarannya melaui video rekaman guru dalam menjelaskan materi dihari itu secara singkat selebihnya siswa membaca langsung pada buku penunjang siswa baik buku paket maupun LKS. Setelah siswa siswi madrasah menyimak dan membaca materi tidak lupa guru memberikan tugas kepada siswa berupa mengerjakan soal-soal yang ada di LKS, membuat video, membuat hasil karya, dan pengiriman tugas dari guru melalui whatshapp group dengan foto hasil kerjaan siswa siswi madrasah bagi kelas rendah sedangkan untuk kelas tinggi bisa mengirimkan tugasnya melalui google form. Setiap tugas diberi jarak waktu paling lama satu minggu sedangkan kalau tugasnya banyak dan memerlukan waktu lama maka guru memberikan waktu satu bulan sebelum ulangan harian. Apabila siswa siswi tidak mengerti boleh bertanya langsung melalui dengan menulis melalui whatshapp group biar teman-temannya mendengarkan juga dan akan dijawab langsung oleh guru dan guru siap mendampingi siswa 24 jam.” [15]

Indikator keaktifan siswa dalam menerima pembelajaran bila diukur dari lima butir observasi keaktifan siswa menunjukkan bahwa rata-rata hanya 23% siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, selebihnya 77% siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran secara aktif. Rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran ini juga diperkuat dari hasil angket siswa dimana terdapat 30% guru memberikan pengalaman belajar untuk berkomunikasi dan mengemukakan pendapat, melalui diskusi, berkarya dan berinteraksi; 37% guru memberikan pengalaman belajar untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, 45% siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru; 42% Siswa membaca Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mengerjakan LKS; semua siswa belum mendapat kesempatan mempresentasikan hasil kelompok; semua siswa belum dapat mendengarkan kelompok lain pada saat presentasi kelompok; serta semua siswa belum dapat mengajukan pertanyaan saat presentasi kelompok.

Sebagaimana telah dijelaskan dari hasil wawancara sebelumnya, kegiatan pembelajaran daring di MI Nurul Huda Ngampelsari hanya menggunakan aplikasi whatshapp group orangtua dan siswa. Pembelajaran daring dimulai dari menyimak video guru dalam menjelaskan materi dan siswa siswi madrasah juga melihat buku pegangan siswa (buku paket) dan LKS yang diberikan pihak sekolah. Selesai Guru menjelaskan materi pembelajaran, guru memberikan tugas guna untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam mencerna materi pembelajaran daring. Adapun tugas yang diberikan guru dalam bentuk menyelesaikan soal di LKS, membuat prakarya, membuat video dan sebagainya, walaupun tugasnya beraneka ragam pengiriman tugasnya melalui whatshapp group dan google form.

Dengan demikian dipastikan tidak ada komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa. Orang tua siswa semakin sering menjadi media komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga orang tua yang memiliki banyak waktu dapat mendampingi anaknya belajar, sementara bagi orang tua yang sangat sibuk, hampir semua tugas-tugas yang diberikan oleh guru terabaikan.

Indikator ketepatan metode/model dan strategi pembelajaran ditinjau dari hasil analisa tiga butir obeservasi ketepatan metode/model pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hanya 46% guru menggunkan model/metode dan strategi pembelajaran dengan tepat, selebihnya 54% model/metode dan strategi pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang diberikan. Rata-rata guru menyampaikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode caramah/ekspositori melalui video pembelajaran.

Hal ini juga diperkuat dari hasil angket siswa bahwa terdapat 35% guru menerapkan berbagai metode/model dan strategi dalam pembelajaraan daring, 28% guru menggunakan teknologi informasi (google meet) dalam pembelajaran daring dan 37% guru mengajak siswa melek literasi selama pembelajaran daring. Gambaran tentang ketepatan model/metode dan strategi guru selama pembelajaran daring di MI Nurul Huda sebagaimana telah dijelaskan oleh guru, melalui hasil wawancara sebagai berikut;

”persiapan pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mana guru dan siswa belajar tanpa ada tekanan, beban maupun kebosanan, juga materi pembelajaran yang interaktif agar anak-anak antusias dalam menerima belajar. model pembelajaran interaktif itu dimana pemeran utamanya adalah guru dan siswa hanya menyimak dan mendengarkan penjelasan guru. Materi yang diberikan oleh guru berbentuk video rekaman guru dimana guru menyampaikan materi secara singkat dengan model ceramah sedangkan siswa hanya menyimak dan membaca buku pegangan yang dipinjamkan siswa dari sekolah dengan batasan waktu video pembelajaran tidak lebih dari 5 menit karena ini kesepakatan orangtua dengan guru agar tidak membebankan orangtua pada kuota dan pembelajaran tetap berjalan. Dan video pembelajarannya dikirim melalui aplikasi whatshapp group.” [16]

Hasil wawancara tersebut mendeskripsikan bahwa dalam menyiapkan materi pembelajaran daring yang interaktif dengan tujuan siswa/siswi dapat menerima dan mencerna materi yang diberikan oleh guru, dilakukan berupa video pembelajaran, dimana guru menjelaskan materi pembelajaran dengan batasan waktu agar tidak membutuhkan kuota yang banyak dan model ceramah singkat. Video pembelajaran daring dikirim melalui aplikasi whatshapp group yang dibuat guru dan orangtua guna komunikasi selama pembelajaran daring.

Indikator sumber belajar yang digunakan guru ditinjau dari tiga butir observasi sumber belajar menunjukkan bahwa rata-rata hanya 37% guru memanfaatkan berbagai sumber belajar, selebihnya 63% sumber belajar hanya menggunakan LKS (lembar Kerja Siswa). Hal ini juga ditunjukkan dari hasil hasil angket siswa, yang menjelaskan terdapat 39% guru memanfaatkan sumber belajar untuk memperkuat proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal, 29% sumber belajar yang digunakan guru memiliki nilai-nilai edukatif dan dapat menambah perubahan perilaku siswa lebih baik dan 48% sumber belajar tersedia dengan cepat guna memacu siswa dalam memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri selama pembelajaran daring.

Selanjutnya Indikator penilaian hasil belajar yang digunakan guru dalam mengevaluasi pembelajaran daring ditinjau dari hasil observasi terhadap tiga butir penilaian hasil belajar menunjukkan bahwa rata-rata hanya 36% adanya ketepatan prosedur penilaian hasil belajar yang digunakan guru dalam mengevaluasi selama pembelajaran daring, selebihnya 64% tidak adanya ketepatan prosedur penilaian hasil belajar dalam mengevaluasi selama pembelajaran daring. rendahnya ketepatan prosedur penilaian hasil belajar guru dalam mengevaluasi selama pembelajaran daring guna pengambilan keputusan tersebut maka rendahnya kualitas pembelajaran daring di MI Nurul Huda.

Hal ini juga ditunjukkan dari hasil angket siswa yang mendeskripsikan bahwa terdapat 31% guru mampu memilih prosedur penilaian yang tepat selama pembelajaran daring, 45% guru mampu mengembangkan prosedur penilaian yang tepat guna membuat keputusan pembelajaran, 49% guru mampu dalam melakukan penskoran dan menafsirkan hasil penilaian yang sudah dibuat selama pemeblajaran daring, 38% guru mampu menggunakan hasil-hasil penilaian dan memperbaiki metode pembelajaran, 47% guru mampu mengembangkan teknik penilaian yang valid dan menggunakan informasi penilaian, 39% guru mampu mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian, 25% guru memanfaatkan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi nilai, 37% guru memanfaatkan berbagai teknik penilaian sesuai dengan tujuan pembelajaran, 29% guru memanfaatkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa selama pembelajaran daring dan 34% guru mempertimbangkan kelemahan setiap penilaian danlam mengintrepretasikan hasil penilaian belajaran siswa selama pembelajaran daring.

Selama pembelajaran daring guru hanya menggunakan penilaian hasil belajar penilaian hasil melalui tes tulis, ulangan harian, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS), sebagaimana dari hasil wawancara berikut,

”sekitar kurang lebih 10 bulan MI Nurul Huda melaksankan pembelajaran daring, salah satu bentuk metode evaluasi pembelajaran yang digunakan oleh guru MI Nurul Huda Ngampelsari dalam bentuk tes lisan maupun tes tulis dan penilaian secara fleksibel sesuai kebutuhan siswa siswi madrasah, tes tulis berupa soal pilihan ganda dan isian, tes lisan berupa hafalan materi tertentu ( al qur’an, fiqih, bahasa arab, dan lain-lainnya) sebagaimana bentuk penilaian adalah A. Sangat baik B. Baik C. Cukup sedangkan dalam bentuk perskoran penilaian tugas siswa siswi madrasah sesuai dengan standar KKM.”[17]

Hasil analisis pendekatan sistem dalam pengukuran efektifitas pembelajaran daring yang ditunjukkan oleh lima indikator memperoleh skor yang sangat rendah. Kesimpulan tersebut dari skor setiap indikator dapat ditunjukkan dalam dalam tabel berikut:

Dengan demikian, bila ditinjau dari hasil pengukuran dari kedua pendekatan efektifitas antara pendekatan tujuan dan pendekatan sistem, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran darimg di MI Nurul Huda menunjukkan nilai yang rendah yakni rata-rata 40% untuk pendekatan tujuan dan 36,6% untuk pendekatan sistem. Sedangkan pembelajaran daring dikatakan efektif ketika hasil pengukuran kedua pendekatan berada di atas 80%.

Kesimpulan

Berdasarkanhasil analisis data-data penelitian disimpulkan bahwa; Pertama, Ketentuan pembelajaran daring di MI Nurul Huda Ngampelsari dilaksanakan mengacu pada surat edaran kemendikbud nomor 3692/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran corona virus disease (covid-19) dan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease (covid-19), bahwa sekolah MI Nurul Huda Ngampelsari tetap melaksanakan pembelajaran secara jarak jauh yakni pembelajaran daring sebagaimana mengacu surat edaran kemendikbud. Adapun persiapan perlengkapan yang mendukung pembelajaran daring diantaranya jaringan seluler/kuota, laptop/komputer/handphone dan server. Proses pembelajaran daring didasarkan pada kapasitas guru dan perangkat yang ada, tanpa menggunakan sistem learning manajemen system ( aplikasi E-learning) melainkan menggunakan aplikasi yang ada di media sosial seperti whatshapp group, youtube, google form, video call (VC) dan memanfaatkan paket pembelajaran online oleh kemendikbud melalui televisi yang ditayangkan setiap pagi. Tujuan diadakan pembelajaran daring selama pandemic untuk memenuhi target pendidikan yang telah ada pada kurikulum dan agar siswa dapat tetap mendapatkan pendidikan meskipun belajar di rumah, sasaran diterapkannya pembelajaran daring yakni siswa tetap dapat terus belajar dengan aman walaupun tanpa tatap muka dan belajar menggunakan media elektronik. Bentuk kegiatannya setiap hari pembelajaran daring di mulai pukul 08.00 yakni berasal dari televisi (TVRI) dan berasal dari guru. Pembelajaran dari guru, siswa langsung menyimak video penjelasan materi secara ringkas yang dikirim guru melalui whatshapp group dan siswa membaca materi pada buku paket serta buku LKS yang dibagikan oleh pihak sekolah. Waktu pengumpulan tugas sangat panjang tidak langsung dikumpulkan kepada guru dan pengumpulan tugasnya juga mudah bisa melalui whatshapp group maupun google form.

Kedua, Hasil pengukuran efektifitas yang dilakukan melalui dua pendekatan, yakni pendekatan tujuan dan pendekatan sistem, disimpulkan bahwa pembelajaran daring di MI Nurul Huda tidak efektif. Kesimpulan ini diperoleh dari rendahnya pencapaian tujuan pembelajaran yakni sekitar 40 % dari jumlah siswa yang memperoleh pengalaman belajar secara daring (ditinjau dari pendekatan tujuan), dan rendahnya pemenuhan dalam sistem pembelajaran efektif, yakni sekitar 36,6 % sistem pembelajaran dilaksanakan oleh para guru di MI Nurul Huda. Prosentase tersebut ditinjau dari terpenuhinya beberapa komponen dalam standarisasi pembelajaran efektif yang dilaksanakan oleh guru.

References

  1. Azhar Arsyad. 2011, Media pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rajawali Pres, h l45
  2. Meidawati. 2020, Pengaruh Daring terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar, h. 2
  3. Hakiman. Pembelajaran Daring pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Vol 7. 2020. H. 5
  4. Kemendikbud. SE Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19). 2020, h. 2
  5. Zainal Arifin, 2007, Penelitian Pendidikan Modern dan Paradigma Baru. Bandung : Rosda., h. 140.
  6. Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, h. 26
  7. Moleong, Lexy.J, 2007, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya. h.11
  8. Septiawan Santana K, 2007, Menulis ilmiah Metode penelitian kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, h.74
  9. Miles, M.B & Huberman, A.M, 1984, Qualitatif Data Analysis, Beverly Hills, Calif, Sage, h. 20
  10. Salim & Syahrum, Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Citapustaka Media Perintis h. 82
  11. Moleong, Lexy.J. Metode Penelitian Kualitatif…, h. 11 dan Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D., h. 61
  12. Dermawan. Deni, 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosada Karya, h. 18
  13. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…h. 66
  14. Wawancara dengan Bapak H. Moh Imron, Kepala MI Nurul Huda, 30/5/2021
  15. Wawancara dengan Ibu Muniroh Waka Kurikulum, 31/5/2021
  16. Wawancara dengan Ibu Roudhotin Walas 2, 31/5/2021
  17. Wawancara dengan Ibu Muniroh, 31/5/2021