Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2741

The Relationship Between Emotion Regulation and Academic Stress in Class XII Students of Vocational High School Accounting Department


Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Stres Akademik Pada Siswa Kelas XII Jurusan Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Academic Stress Emotional Regulation Vocational Students

Abstract

This study uses a type of correlational quantitative research. This study aims to determine whether there is a relationship between emotional regulation and academic stress in class XII students in Accounting in Antarctica 2 Sidoarjo Vocational School. The variables contained in this study are emotional regulations as independent variables and academic stress as dependent variables. This research was conducted at Antarctic Vocational School 2 Sidoarjo with a sample of 103 students using non probability sampling with accidental sampling techniques. Techniques in data collection using 2 Likert scales, namely the emotional regulation scale and academic stress scale. The results of this study are the existence of a significant relationship between emotional regulation and academic stress in students. Data analysis was carried out using Pearson correlation statistics with the help of SPSS ver. 24 for Windows. The results of the data analysis in this study showed a correlation coefficient of -0.569 with a significance value of 0.000 <0.05, this could be concluded that there was a negative relationship between emotional regulation and academic stress. This means that if the higher regulation of emotion, the lower the academic stress experienced by the Antarctic Vocational School 2 Sidoarjo, on the contrary if emotional regulation is lower, the felt academic stress will be higher.

Pendahuluan

Sarwono [1] menjelaskan siswa adalah individu yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Menurut Rifai & Barnawi [2] Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja.

Menurut Payne [3] masa remaja merupakan masa storm and stress, dimana masa ini merupakan masa remaja yang berisi konflik serta adanya perubahan suasana hati yang dapat menyebabkan diri mereka tidak stabil. Dunne [4] tingginya beban pembelajaran serta aturan sekolah yang dihadapi, serta ketidaksiapan dalam menerima pelajaran dan lingkungan yang tidak nyaman merupakan salah satu bagian pemicu terjadinya stres pada siswa. Adanya tuntutan yang semakin tinggi terhadap prestasi siswa maka akan menyebabkan siswa mengalami stres akademik. Stres yang sering kali dialami oleh siswa adalah stres akademik. Menurut Frijda [5] setiap individu memiliki emosi yang berbeda-beda saat merasakan stres akademik, setiap sikap yang diambil oleh individu terhadap emosi yang muncul pada dirinya serta mampu menerima segala konsekuensi dari setiap tindakan, kondisi ini disebut dengan regulasi emosi.

Gross [6] reguasi emosi adalah dimana seorang individu mampu mengolah emosi yang mereka rasakan, kapan seseorang tersebut merasakannya dan seperti apa yang dialami atau bagaimana seseorang mengekspresikan emosi tersebut. Troy & Mauss [5] regulasi emosi dapat menjadi media dalam menyesuaikan diri terhadap stres. Lazarus & Folkman [7] mengatakan tuntutan eksternal dan internal yang melebihi individu akan menyebabkan individu tersebut merasakan stres, hal ini dapat dikelola dengan regulasi emosi.

Menurut Oon [8] siswa yang mengalami stres akademik tentu akan berdampak pada hasil belajar, siswa yang mengalami stres akademik secara terus-menerus akan mengakibatkan daya tahan tubuh siswa tersebut mengalami penurunan sehingga siswa menjadi mudah sakit. Aty Mulyani [8] juga menyatakan bahwa stres akademik yang dialami siswa akan berdampak negatif pada prestasi akademik, hal ini dikarenakan banyaknya tuntutan akademik yang harus dikerjakan oleh siswa.

Ada beberapa faktor penyebab stres akademik pada siswa yang dijelaskan Puspitasari [9] adapun faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pola pikir dimana siswa memiliki pola pikir negatif, kepribadian yang pesimis dan keyakinan rendah. Faktor eksternal meliputi pelajaran lebih padat dimana adanya perubahan kurikulum dan siswa menerima banyak tugas, tekanan untuk berprestasi tinggi akibat tuntutan dari lingkungan dan kedua orang tua, dorongan status sosial dimana ketika siswa yang berprestasi akan lebih dipandang atau disukai banyak orang sedangkan siswa yang tidak berprestasi cenderung ditolak oleh lingkungan, dan orang tua saling berlomba supaya anak-anak mereka memiliki kemampuan dalam berbagai aspek sesuai dengan keinginan kedua orang tua. Seperti halnya siswa Kelas XII Jurusan Akuntansi SMK Antartika 2 Sidoarjo yang mengalami tuntutan eksternal maupun internal dalam dunia akademik membuat mereka merasakan berbagai emosi. Saat tuntutan eksternal dan internal terus bertambah, para siswa SMK akan merasakan beratnya beban dunia akademik dan semakin sulit meregulasi emosinya, hal itu pula yang membuat siswa SMK mengalami stres akademik, jadi stres akademik yang dialami siswa dipengaruhi oleh regulasi emosi.

Gross [6] reguasi emosi adalah dimana seorang individu mampu mengolah emosi yang mereka rasakan, kapan seseorang tersebut merasakannya dan seperti apa yang dialami atau bagaimana seseorang mengekspresikan emosi tersebut. Thompson [6] arti lain dari regulasi emosi adalah seorang individu yang memiliki kemampuan untuk mengevaluasi maupun mengubah emosi yang dirasakannya untuk tujuan tertentu yang sesuai dengan situasi yang dihadapi saat itu juga.

Gross [10] regulasi emosi adalah proses individu untuk mempengaruhi emosi seperti apa yang dimiliki, kapan emosi tersebut muncul pada individu dan mengetahui bagaimana individu mengalami serta mengekspresikan emosi tersebut. Menurut Champi [11] regulasi emosi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk tetap berfikir positif saat menghadapi suatu tantangan, memiliki rasa tenang ketika mengalami tekanan, dan mencegah diri agar tidak terpuruk dalam perasaan atau pikiran negatif.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif dengan metode penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan stres akademik, dengan asumsi bahwa regulasi emosi sebagai variabel X dan stres akademik sebagai variabel Y. populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Jurusan Akuntansi SMK Antartika 2 Sidoarjo yang berjumlah 140 orang dengan jumlah sampel penelitian berjumlah 103 orang. Teknik sampling yang digunakan nonprobabilitysamplingdengan teknik accidentalsampling.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala, ada 2 jenis skala yang digunakan yaitu skala regulasi emosi dan skala stres akademik yang pengungkapannya menggunakan skala Likert. Pada skala Likertterdapat empat jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam skala Likertterdiri dari pertanyaan favorable(mendukung) dan unfavorable(tidak mendukung).

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil dari uji normalitas yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai uji normalitas sebesar 0,200 > 0,05 yang artinya bahwa kedua variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 103
Normal Parametersa,b Mean 99.1456311
Std. Deviation 7.29390488
Most Extreme Differences Absolute .063
Positive .063
Negative -.062
Test Statistic .063
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Table 1.Uji Normalitas

Hasil dari uji linieritas yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai F Linierity sebesar 48.670 dengan signifikasi 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang linier secara signifikan antara varaibel independentdengan variabel dependent.

ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Stres Akademik * Regulasi Emosi Between Groups (Combined) 9868.077 40 246.702 2.213 .002
Linearity 5426.507 1 5426.507 48.670 .000
Deviation from Linearity 4441.570 39 113.886 1.021 .462
Within Groups 6912.739 62 111.496
Total 16780.816 102
Table 2.UjiLinieritas

Hasil dari uji hipotesis dapat diketahui bahwa hasil koefisien korelasi pearson sebesar -0,569 dengan angka signifikasi 0,000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara regulasi emosi dengan stres akademik. Hubungan negatif pada penelitian ini menjelaskan bahwa semakin tinggi regulasi emosi maka akan semakin rendah stres akademik yang dialami oleh siswa SMK Antartika 2 Sidoarjo, sebaliknya jika regulasi emosi semakin rendah maka stres akademik yang dirasakan akan semakin tinggi.

Correlations

Regulasi Emosi Stres Akademik
Regulasi Emosi Pearson Correlation 1 -.569**
Sig. (2-tailed) .000
N 103 103
Stres Akademik Pearson Correlation -.569** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 103 103
Table 3.Uji Hipotesis

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil dari uji koefisien determinasi dapat diketahui besarnya nilai (R) yaitu sebesar 0,569, untuk koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,323 atau sama dengan 32,3%. Angka tersebut mengandung arti bahwa variabel regulasi emosi (X) berpengaruh terhadap variabel stres akademik (Y) sebesar 32,3%. Sedangkan sisanya 67,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.

Tabel 4. Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Regulasi Emosi

Hasil dari kategori variabel dapat diketahui jumlah persentase tingkat regulasi emosi sangat tinggi sebesar 6,8% dan untuk jumlah persentase stres akademik dengan tingkat sangat tinggi sebesar 4,9%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang dihasilkan yaitu adanya hubungan negatif antara regulasi emosi dengan stres akademik. Jika banyak siswa yang mampu meregulasi emosinya dengan baik maka akan semakin sedikit siswa yang mengalami stres akademik dengan tingkat sangat tinggi. Sebaliknya jika siswa belum mampu meregulasi emosinya dengan baik maka akan mengalami stres akademik.

Tabel 5. KategoriSkorSubjekRegulasiEmosidanStresAkademik

Kategori Regulasi EmosiStres Akademik

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Antartika 2 Sidoarjo pada kelas XII Jurusan Akuntansi, diketahui bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara regulasi emosi dengan stres akademik dengan hasil korelasi sebesar -0,569 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMK Antartika 2 Sidoarjo, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa kelas XII Jurusan Akuntansi memiliki tingkat regulasi emosi dalam kategori sedang dengan persentase 40,8%, adapun siswa yang memiliki tingkat regulasi emosi tinggi dengan persentase 6,8%, namun ada juga siswa yang memiliki tingkat regulasi emosi dalam kategori sangat rendah dengan persentase 7,8% dari jumlah subjek 103 siswa. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki regulasi emosi sangat rendah, cenderung kurang mampu dalam mengolah emosi terutama emosi negatif yang dirasakan, hal ini akan berdampak pada stres akademik.

Hasil penelitian pada variabel kedua yaitu stres akademik. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa stres akademik yang dialami siswa sebagian besar dalam kategori sedang dengan persentase 41,7%, untuk siswa yang memiliki stres akademik dalam kategori tinggi memiliki persentase sebesar 23,3%, namun hal ini tidak memungkinkan jika siswa tidak mengalami stres akademik yang sangat tinggi. Hal ini dapat terlihat dari persentase sebesar 4,9% dari jumlah subjek 103 siswa cenderung memiliki stres akademik yang sangat tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan beban akademik yang begitu berat serta berbagai macam tuntutan dirasakan oleh siswa.

Hasil dari kategori variabel dapat diketahui jumlah persentase tingkat regulasi emosi sangat tinggi sebesar 6,8% dan untuk jumlah persentase stres akademik dengan tingkat sangat tinggi sebesar 4,9%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang dihasilkan yaitu adanya hubungan negatif antara regulasi emosi dengan stres akademik. Jika banyak siswa yang mampu meregulasi emosinya dengan baik maka akan semakin sedikit siswa yang mengalami stres akademik dengan tingkat sangat tinggi. Sebaliknya jika siswa belum mampu meregulasi emosinya dengan baik maka akan mengalami stres akademik.

Hal ini berarti semakin tinggi regulasi emosi pada diri siswa maka akan semakin rendah stres akademik yang dirasakan, dan sebaliknya jika regulasi emosi semakin rendah maka stres akademik yang dirasakan siswa akan semakin tinggi. Hasil dari penelitian ini juga dapat diketahui seberapa besar pengaruh variabel independent yaitu regulasi emosi terhadap variabel dependent yaitu stres akademik. Diketahui besarnya nilai (R) yaitu sebesar 0,569, untuk koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,323 atau sama dengan 32,3%. Angka tersebut mengandung arti bahwa variabel regulasi emosi (X) berpengaruh terhadap variabel stres akademik (Y) sebesar 32,3%. Sedangkan sisanya 67,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian diatas yaitu adanya hubungan negatif antara regulasi emosi dengan stres akademik pada siswa kelas XII Jurusan Akuntansi SMK Antartika 2 Sidoarjo, dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi pearson sebesar -0,569 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa jika regulasi emosi pada diri siswa tersebut tinggi maka stres akademik yang dirasakan akan semakin rendah, sebaliknya jika regulasi emosi pada diri siswa tersebut rendah maka stres akademik yang dirasakan akan tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti akan memberikan beberapa saran antara lain:

Bagi Siswa

Siswa diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan akibat dari stres akademik yang dialami. Dalam hal ini peneliti memberikan saran untuk siswa lebih mampu meregulasi emosinya agar tidak menyebabkan stres akademik yang berlebih. Regulasi emosi sangat penting dan dapat menurunkan emosi negatif, sehingga jika merasakan adanya gejala stres akademik hal itu dapat diminimalisir. Cara meningkatkan regulasi emosi dapat dilakukan dengan melihat strategi regulasi emosi seperti memilih situasi yang baik, mengubah lingkungan sekitar agar tidak menimbulkan emosi negatif, mengalihkan hal-hal yang dirasa akan menimbulkan emosi negatif, merubah pola pikir menjadi lebih positif, dan memberikan respon emosi sesuai porsi atau tidak berlebihan.

Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas konseling bagi siswa yang mengalami stres akademik. Hal tersebut dilakukan supaya siswa dapat segera mengurangi stres akademik yang dirasakan agar tidak menjadi stres yang berelbih. Pihak sekolah juga disarankan supaya mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan yang memungkinkan siswa tidak mengalami stres akademik yang berlebih. Para guru juga diharapkan untuk dapat memahami serta membantu siswa ketika siswa mengalami kesulitan atau masalah.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari keterbatasan serta kekurangan dari hasil penelitian yang dilakukan saat ini. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat lebih mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan cakupan subjek yang lebih luas dikarenakan subjek dalam penelitian ini relatif minim sehingga hasil dari penelitian menjadi kurang maksimal. Peneliti juga menyarankan untuk menambahkan variabel penelitian dan mengkategorikan stres akademik berdasarkan jenis kelamin.

References

  1. A. Khuroidah, “Kecenderungan perilaku,” Institusi Agama Islam Negri Sunan Ampel, 2013.
  2. S. Edi, Suharno, and I. Widiastuti, “Pengembangan Standar Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) Siswa SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan di Wilayah Surakarta,” J. Ilm. Pendidik. Tek. Kejuru., vol. X, no. 1, pp. 22–30, 2017.
  3. Taufik, Ifdil, and Z. Ardi, “Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota Padang,” J. Konseling dan Pendidik., vol. 1, pp. 143–150, 2013.
  4. W. Adawiyah and Ni’matuzahroh, “Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) untuk Menurunkan Tingkat Stres Akademik pada Siswa Menengah Atas Pondok Pesantren,” J. Ilm. Psikol. Terap., vol. 04, no. 02, pp. 228–245, 2016.
  5. P. Pusvitasari, H. Wahyuningsih, and Y. D. Astuti, “Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim,” J. Interv. Psikol., vol. 8, no. 1, pp. 127–145, 2016.
  6. M. Alfian, “Regulasi Emosi pada Mahasiswa Suku Jawa, Suku Banjar, dan Suku Bima,” J. Ilm. Psikol. Terap., vol. 02, no. 02, pp. 263–275, 2014.
  7. A. Gyurak, J. J. Gross, and A. Etkin, “Explicit and Implicit Emotion Regulation : A Dual-Process Framework,” Cogn. Emot., vol. 23, no. April 2011, pp. 400–412, 2011, doi: 10.1080/02699931.2010.544160.
  8. M. Barseli, R. Ahmad, and I. Ifdil, “Hubungan Stres Akademik Siswa Dengan Hasil Belajar,” vol. 4, pp. 40–47, 2018.
  9. M. Barseli, I. Ifdil, and N. Nikmarijal, “Konsep Stres Akademik Siswa,” J. Konseling dan Pendidik., vol. 5, no. 2005, pp. 143–148, 2017.
  10. J. J. Gross, “Emotion regulation : Affective , cognitive , and social consequences,” Psychophysiology, vol. 39, pp. 281–291, 2002.
  11. Y. K. Dwityaputri and H. Sakti, “Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Forgiveness Pada Siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD-Tangerang Selatan,” J. Empati, vol. 4, no. April, pp. 20–25, 2015.