Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2721

Planting Tolerance Characters for Class VI Students in Elementary Schools in Wates District, Blitar Regency


Penanaman Karakter Toleransi Siswa Kelas VI di Sekolah Dasar di Kecamatan Wates Kabupaten Blitar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Karakter Toleransi Siswa

Abstract

This research is based on field results that the tolerance character of class VI students at SDN Tulungrejo 04, Wates District, Blitar Regency has not been maximized. The purpose of this study was to describe the teacher's efforts in instilling the tolerance character of sixth grade students at SDN Tulungrejo 04, Wates District, Blitar Regency and to describe the supporting and inhibiting factors in instilling the tolerance character of sixth grade students at SDN Tulungrejo 04 Wates District, Blitar Regency. Data analysis was carried out using the Miles and Huberman model field analysis. The results showed that efforts to cultivate the character of tolerance were carried out by inviting students to respect each other with all parties and pray according to their respective beliefs. The results also show that the supporting factors in instilling the character of tolerance in students are students' willingness, coordination between teachers and students, and the existence of rules from the school to instill tolerance in students. While the inhibiting factor in efforts to cultivate the character of tolerance in students is the willingness of students and the nature of students who differ from one student to another. Keywords: Character, Tolerance, Students

Pendahuluan

Persoalan intoleransi di lingkup pendidikan bukan menjadi hal baru. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya aturan berpakaian yang diskriminatif di lingkungan sekolah, adanya intervensi guru terhadap pemilihan OSIS dengan agama minoritas, fasilitas ibadah agama di sekolah yang tidak terpenuhi sampai buku pelajaran dengan materi yang mendukung intoleransi dan menganggu hak asasi manusia (HAM). Permasalahan intoleransi di lingkup pendidikan mengandung problematika dari aspek regulasi, struktural, sistematik dan birokratis[1].

Karakter toleransi adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang pada aturan, di mana individu menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan oleh individu lain[2]. Toleransi adalah adalah sifat dan sikap menghargai. Toleransi juga dianggap sebagai sikap menghargai dan memperbolehkan[3]. Terkait demikian, penting untuk dikembangkan karakter toleransi agar siswa dapat saling menghormati dan menerima perbedaan-perbedaan orang lain, dapat menghargai kebiasaan-kebiasaan siswa lain tanpa merendahkan dan menghilangan hak-hak individu[4].

Temuan awal peneliti menunjukkan bahwa karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sikap beberapa siswa yang saling menghina pekerjaan orang tua siswa lain, memanggil siswa dengan nama orang tua dan memilih-milih teman yang memiliki agama sama. Faktanya agama para siswa di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar terdiri dari agama Katholik, Kristen dan Islam, namun agama mayoritas siswa adalah agama Islam. Selain itu, peneliti menemukan fakta bahwa siswa dengan agama minoritas (Katholik dan Kristen) sering dicemooh oleh siswa yang beragama Islam dan saat dilakukan pembagian kelompok belajar, siswa dengan agama minoritas sering tidak mendapatkan kelompok yang diinginkan. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar kurang memiliki karakter toleransi.

Terkait demikian, rumusan permasalahan yang dikaji yaitu:

  1. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar?
  2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya menanamkan karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar?

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi[5]. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis lapangan model Miles dan Huberman.

Hasil dan Pembahasan

Penyajian Data

Penelitian ini fokus pada penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar dan hasil wawancara dengan informan penelitian menunjukkan bahwa karakter toleransi dilihat dari tiga indikator, yaitu:

  1. Kedamaian

Siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar memiliki kemauan untuk membantu siswa lain yang mengalami kesulitan.

“...Apabila saya amati, siswa kelas VI memiliki kepedulian dengan sesama siswa di dalam kelas karena mereka juga saling bantu satu sama lain...” (Wawancara emic dengan JMG, selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Yang saya lihat itu, siswa punya kepedulian antara satu dengan yang lain sehingga terlihat damai dan guyup...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Memang yang saya lihat itu siswa kelas VI jarang ada yang ribut. Mereka saling peduli dan membantu satu main sehingga kelihatan rukun dan damai...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar saling peduli dan membantu antara satu dengan yang lain sehingga terlihat rukun dan damai.

Beberapa kutipan wawancara di atas, diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa kedamaian tampak pada siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar karena siswa berlaku saling peduli dan saling membantu.

  1. Menghargai

Siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar saling menghargai antara siswa satu dengan siswa lain.

“...Sejauh ini saya lihat mereka saling menghargai dengan tidak memaksakan kehendak dan kemauan, tidak membeda-bedakan atau dapat dikatakan saling membaur dan membantu...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Umumnya siswa kelas VI ini mau membaur, ya memang sih masih ada satu atau dua orang yang kurang bisa bergaul tapi siswa lainnya itu sudah berusaha mengajak untuk berbicara dan ada juga yang mengajak untuk masuk kelompoknya...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Kalau saling menghargai ini udah dilakukan yaa, maksud saya para siswa juga pasti saling menghargai satu dengan yang lain karena bagaimanapun mereka di sini adalah sama, dalam artian sama-sama sebagai siswa dan memiliki kedudukan sama serta hak sama untuk memperoleh pengajaran...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Beberapa kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar saling menghargai antara siswa satu dengan siswa lain. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sikap siswa yang tidak memaksakan kehendak pribadi dan kemauan pribadi pada siswa lain, tidak membeda-bedakan dalam berteman, saling membaur dan membantu.

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 18 dan 19 Agustus 2021 yang menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar bersikap saling menghargai satu sama lain, tidak membeda-bedakan dalam berteman dan saling membantu.

  1. Kesadaran

Siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar memiliki kesadaran untuk melakukan upaya-upaya dalam membina dan peningkatan kualitas diri.

“...Meskipun siswa di sini ini memiliki latar belakang yang berbeda karena kan ada yang beragama Islam ada yang non Islam, ada yang orangtuanya bekerja sebagai petani, ada yang pedagang, ada yang PNS juga, tapi mereka ini tidak membedakan dan menyadari bahwa adanya perbedaan-perbedaan tersebut merupakan hal yang lumrah. Karena yang saya lihat ya, mereka ini tetap kompak dan kebersamaan di dalam kelas terus terjalin...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Menurut saya pribadi, mereka semua ini paham dan sadar bahwa perbedaan itu ada. Tapi balik lagi, mereka tidak mempermasalahkan dan menganggap semua ini sama. Sama-sama sebagai siswa di sini yang berkewajiban untuk terus belajar...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Kalau untuk kesadaran saya rasa tiap-tiap siswa di sini sadar bahwa mereka harus memiliki karakter toleransi pada dirinya...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Beberapa kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar sadar bahwa antara satu siswa dengan siswa lain memiliki perbedaan latar belakang seperti agama dan pekerjaan orang tua, namun pihaknya menyadari bahwa adanya perbedaan tersebut membuat perlunya penanaman karakter toleransi dalam diri dan membuat kebersamaan serta kekompakan antar siswa tetap terjalin.

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar saling menyadari bahwa perbedaan pada diri masing-masing siswa itu ada namun pihaknya tidak mempermasalahkan dan tetap memilih untuk tetap berteman serta berlaku toleran sehingga tercipta kebersamaan dan kekompakan.

Pada praktiknya masih terdapat siswa yang kurang memiliki karakter toleransi.

“...Kalau secara keseluruhan sih belum mas, karena ada satu dua orang siswa yang kurang memiliki karakter toleransi tinggi. Mungkin dari siswanya sendiri yang kurang bisa membaur karena mungkin dasarnya dia pendiam...” (Wawancara emic dengan JMG, selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Seperti yang sudah saya utarakan tadi ya, masih ada satu atau dua orang yang kurang bisa bergaul tapi siswa lainnya itu sudah berusaha mengajak untuk berbicara...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa masih terdapat siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar yang kurang memiliki karakter toleransi. Hal tersebut dikarenakan siswa yang bersangkutan memang pendiam sehingga kurang bisa berbaur dengan siswa lain.

Hasil wawancara dengan informan penelitian mengaku bahwa pihaknya berupaya untuk menanamkan karakter toleransi pada diri siswa.

“...Terkait dengan penanaman karakter toleransi, kita berupaya dengan mengajak siswa bersikap saling menghargai entah itu pada kepala sekolah, guru-guru dan sesama siswa, mengajarkan siswa untuk selalu bertutur kata yang sopan dengan siapapun dan mengajak siswa untuk tidak main hakim sendiri...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Untuk penanaman karakter toleransi, yang saya amati itu para siswa memang diajarkan untuk saling menghargai dan berlaku sopan pada guru-guru serta semua pihak yang ada di sekolah ini. Peran besar ada di wali kelas ya, karena wali kelas ini merangka pengajaran beberapa mata pelajaran dan tahu betul atau jeli pada karakter masing-masing siswa sehingga pihaknya juga lebih paham pada upaya mana yang sekiranya dilakukan untuk penanaman karakter toleransi tersebut...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Memang saya himbau pada tiap-tiap wali kelas untuk menanamkan karakter toleransi pada siswa dan yang saya lihat wali kelas VI ini sudah berupaya penuh dalam upaya penanaman karakter toleransi dengan mengajarkan siswa untuk saling menghargai satu sama lain dan selalu bertutur serta berlaku sopan pada semua orang tanpa melihat latar belakang orang lain tersebut...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa upaya penanaman karakter toleransi dilakukan dengan mengajak siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar untuk bersikap saling menghargai dengan semua pihak seperti kepala sekolah, guru-guru dan sesama siswa. Siswa juga diajarkan untuk bertutur kata yang sopan dengan semua pihak dan mengajak siswa untuk tidak berbuat semau sendiri.

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa guru kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar telah berupaya untuk mengajak siswa berlaku saling menghargai dengan semua pihak, bertutur kata yang sopan dan tidak berlaku semaunya sendiri.

Tutur kata sopan yang diucapkan oleh siswa pada guru ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Krama Inggil ketika berada di luar jam pelajaran.

“...Saat di luar jam pelajaran, siswa di sini selalu menggunakan bahasa Krama Inggil ketika berbicara dengan guru atau kepada orang lain yang lebih tua..” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Iya benar, semua siswa kelas VI di sini pada sopan-sopan dan menggunakan bahasa kromo saat menyapa guru-guru di luar jam pelajaran...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Sejauh ini semua siswa berlaku sopan dan dalam bertutur kata memang kebanyakan menggunakan bahasa Krama Inggil...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar menggunakan bahasa Krama Inggil ketika bertutur kata pada guru dan kepala sekolah.

Pada sisi lain, karakter toleransi juga ditanamkan dengan adanya kegiatan berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing ketika memulai dan penutupan kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, saat bulan Ramadhan baik siswa Muslim atau Non Muslim ikut dapat kegiatan Pondok Romadhon agar terjalin sikap toleransi dan kebersamaan.

“...Kita juga selalu mengajarkan siswa untuk saling berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing ketika memulai pelajaran dan saat selesai pembelajaran. Saat bulan Ramadhan, kita ada Pondok Romadhon, itu juga diikuti oleh semua siswa baik Muslim dan non Muslim. Kalau siswa non Muslim, akan diisi dengan kegiatan keagamaan sesuai agama yang dianut. Jadi dari kegiatan tersebut yang saya jelaskan tadi, diharapkan siswa dapat bertoleransi dan kebersamaan tetap terjaga...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Kan memang siswa di sini tidak semua itu Muslim ya. Sebelum perlajaran di mulai dan saat mau pulang kita semua selalu berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Misal terdengar adzan juga, kita berhenti sejenak dan siswa yang non Muslim juga ikut diam. Mereka tidak serta merta karena yang saya amati juga siswa non Muslim ini menghargai...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Untuk penanaman karakter toleransi juga dilakukan dengan sikap saling menghormati. Kan sebelum memulai pelajaran kita selalu berdoa, saat akan pulang juga berdoa. Kita doanya ada yang mimpin dan dalam pembukaan doa serta isinya kita tidak full berbahasa Arab melainkan dengan menyebutkan beberapa hal sesuai dengan keyakinan yang dianut oleh siswa di sini karna ada siswa yang non Muslim juga...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa guru kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar telah membiasakan siswa untuk berdoa menurut agam dan keyakinan masing-masing.

Terkait dengan respon siswa, hasil wawancara dengan informan penelitian menunjukkan bahwa siswa antusias dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam penanaman karakter toleransi.

“...Kalau saya amati sih siswa antusias, dan melakukan dengan baik...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Karena guru di sini juga menganjurkan agar kita semua saling menghargai satu sama lain jadinya kita juga patuh. Saat mau pelajaran juga berdoa sesuai agama yang dianut. Kalau waktunya adzan kan kita berhenti melakukan aktivitas, semua siswa melakukan baik yang islam maupun non Islam. Saya juga tidak pernah membedakan dalam berteman karena semua sama. Meskipun kita berbeda agama dan pekerjaan orang tua, tapi kita tetap berteman...” (Wawancara emic dengan ADS, selaku siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 18 Agustus 2021)

“...Saya senang karena guru selalu mengingatkan untuk menanamkan toleransi agar tidak ada pertengkaran antara satu siswa dengan siswa lain...” (Wawancara emic dengan AP, selaku siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 18 Agustus 2021)

“...Sekarang saya lebih menghargai pada semua teman di sini, terutama teman sekelas...” (Wawancara emic dengan FA, selaku siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 18 Agustus 2021)

“...Karena kita saling menghargai dan menerapkan toleransi, kita jadinya kompak dan tetap berteman dengan semuanya...” (Wawancara emic dengan RES, selaku siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 18 Agustus 2021)

“...Saya patuh sama semua ajaran guru dan menerapkan sikap toleransi saat berada di kelas ini...” (Wawancara emic dengan FS, selaku siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 18 Agustus 2021)

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar mendukung upaya guru dalam penanaman karakter toleransi.

Hasil wawancara dengan informan penelitian menunjukkan bahwa kendala dalam upaya penanaman karakter toleransi pada siswa adalah pada kemauan siswa dan sifat dasar siswa yang berbeda-beda antara siswa satu dengan yang lain.

“...Kalau menurut saya lebih ke kemauan siswa dan sifat siswa itu sendiri. Karena seperti yang saya bilang tadi, ada siswa yang pendiam jadi dia kurang bisa membaur dengan siswa lain. Selain itu ada siswa minoritas yang malu-malu untuk menunjukkan potensi dan membaur dengan siswa mayoritas mengingat mayoritas siswa di sini sebagian besar kan Islam jadi kadang siswa minoritas ini kayak minder gitu...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Kan memang adanya siswa yang kurang bisa membaur itu mungkin karena dirinya minder akibat perbedaan yang dimiliki. Kan ada siswa minoritas, itu banyak diemnya. Saya menyadari kalau dalam diri mereka masih ada rasa canggung dan takut tidak diterima semua yang dia lakukan. Namun ada beberapa siswa mayoritas yang tetap mengajaknya bermain dan berkomunikasi...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Untuk adanya siswa yang masih belum bisa mau membaur itu mungkin karena siswa yang bersangkutan memang memiliki karakter pendiam dan malu-malu...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Beberapa kutipan wawancara di atas diperkuat dengan temuan hasil observasi pada 15, 17 dan 18 Maret 2021 yang menunjukkan bahwa memang ada siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar yang masih malu-malu dan kurang bisa membaur dengan siswa lain.

Untuk mengatasi kendala yang ada terkait dengan upaya penanaman karakter toleran pada siswa, guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar mengaku bahwa pihaknya melakukan pendekatan dengan siswa dan memberikan dukungan pada siswa yang bersangkutan agar memiliki kemauan untuk berbaur dengan siswa lain.

“...Dari saya sendiri sudah berusaha mas, saya bicara dengan siswa bersangkutan dengan baik-baik ya melakukan pendekatan interpersonal gitu lah. Habis itu saya ajak dan beri dukungan kalau dia itu bisa dan jangan malu-malu untuk berbaur karena semua teman itu sama dan pasti semua teman mau menerima dia...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Kalau untuk itu, saya anjurkan memang pada guru kelas utamanya wali kelas untuk terus melakukan pendekatan pada siswa yang bersangkutan. Bisa dilakukan dengan melakukan komunikasi yang intens karena mungkin siswa yang bersangkutan itu kurang power atau masih canggung sehingga perlu didukung juga...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Saya rasa sudah ditangani oleh wali kelas dengan melakukan pendekatan pada siswa yang bersangkutan karena yang lebih tau dan mengenal siswa di kelas adalah wali kelas...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Pada sisi lain, terdapat hal-hal yang dianggap mendukung upaya guru dalam penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar.

“...Kalau faktor pendukungnya menurut saya lebih ke adanya aturan dari pihak sekolah sendiri untuk menanamkan toleransi pada diri siswa sehingga siswa terbiasa untuk menghargai sesama, berdoa sesuai dengan agama masing-asing dan respon serta antusiasme siswa sehingga memudahkan proses penanaman karakter toleransi...” (Wawancara emic dengan JMG selaku guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Informan lain menambahkan:

“...Memang benar, kalau untuk faktor pendukungnya mungkin lebih ke adanya kemauan dari siswa...” (Wawancara emic dengan SRY, selaku kepala sekolah SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

“...Ya memang balik lagi, kalau tidak ada koordinasi antara guru dan siswa maka penanaman karakter toleransi itu tidak akan berjalan dengan maksimal...” (Wawancara emic dengan EIW, selaku guru pendidikan jasmani di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar pada 19 Agustus 2021)

Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar yaitu kemauan siswa, koordinasi antara guru dan siswa yang bersangkutan serta adanya aturan dari pihak sekolah untuk menanamkan toleransi pada diri siswa sehingga siswa terbiasa untuk menghargai sesama, berdoa sesuai dengan agama masing-asing dan respon serta antusiasme siswa sehingga memudahkan proses penanaman karakter toleransi.

Pembahasan

  1. Penanaman Karakter Toleransi Siswa Kelas VI

Karakter toleransi merupakan sikap atau tindakan menghargai perbedaan agama, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari keyakinan yang seseorang yakini serta sikap membiarkan orang lain memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat kita sendiri, atau melakukan hal yang tidak sesuai dengan pendapat kita, tanpa adanya gangguan[6]. Adapun manfaat dari sikap toleransi khususnya dalam kehidupan bermasyarakat antara lain: tercipta keharmonisan dalam hidup bermasyarakat; menciptakan rasa kekeluargaan; menimbulkan rasa kasih sayang satu sama lain; dan tercipta kedamaian, rasa tenang dan aman[7]. Supriyanto dan Wahyudi menjelaskan bahwa karakter toleransi memiliki beberapa indikator, antara lain[8]:

Kedamaian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedamaian ditunjukkan oleh siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar saling peduli dan membantu antara satu dengan yang lain sehingga terlihat rukun dan damai.

Menghargai pendapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar saling menghargai antara siswa satu dengan siswa lain. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sikap siswa yang tidak memaksakan kehendak pribadi dan kemauan pribadi pada siswa lain, tidak membeda-bedakan dalam berteman, saling membaur dan membantu.

Kesadaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar sadar bahwa antara satu siswa dengan siswa lain memiliki perbedaan latar belakang seperti agama dan pekerjaan orang tua, namun pihaknya menyadari bahwa adanya perbedaan tersebut membuat perlunya penanaman karakter toleransi dalam diri dan membuat kebersamaan serta kekompakan antar siswa tetap terjalin.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar yang kurang memiliki karakter toleransi. Hal tersebut dikarenakan siswa yang bersangkutan memang pendiam sehingga kurang bisa berbaur dengan siswa lain. Terkait demikian, dilakukan penanaman karakter toleransi pada siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penanaman karakter toleransi dilakukan dengan mengajak siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar untuk bersikap saling menghargai dengan semua pihak seperti kepala sekolah, guru-guru dan sesama siswa. Siswa juga diajarkan untuk bertutur kata yang sopan dengan semua pihak dan mengajak siswa untuk tidak berbuat semau sendiri. Tutur kata sopan yang diucapkan oleh siswa pada guru ditunjukkan dengan penggunaan bahasa krama inggil ketika berada di luar jam pelajaran. Selain itu, karakter toleransi juga ditanamkan dengan adanya kegiatan berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing ketika memulai dan penutupan kegiatan belajar mengajar di kelas. Saat bulan Ramadhan baik siswa Muslim atau Non Muslim ikut dapat kegiatan Pondok Romadhon agar terjalin sikap toleransi dan kebersamaan.

  1. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Karakter Toleransi Siswa Kelas VI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang menghambat dan mendukung penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar.

Faktor pendukung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar yaitu kemauan siswa, koordinasi antara guru dan siswa yang bersangkutan serta adanya aturan dari pihak sekolah untuk menanamkan toleransi pada diri siswa sehingga siswa terbiasa untuk menghargai sesama, berdoa sesuai dengan agama masing-masing dan respon serta antusiasme siswa sehingga memudahkan proses penanaman karakter toleransi.

Faktor penghambat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat dalam upaya penanaman karakter toleransi pada siswa adalah pada kemauan siswa dan sifat dasar siswa yang berbeda-beda antara siswa satu dengan yang lain. Untuk mengatasi kendala yang ada terkait dengan upaya penanaman karakter toleran pada siswa, guru kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar mengaku bahwa pihaknya melakukan pendekatan dengan siswa dan memberikan dukungan pada siswa yang bersangkutan agar memiliki kemauan untuk berbaur dengan siswa lain.

Kesimpulan

Upaya penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar dilakukan dengan mengajak siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar untuk bersikap saling menghargai dengan semua pihak seperti kepala sekolah, guru-guru dan sesama siswa. Selain itu, karakter toleransi juga ditanamkan dengan adanya kegiatan berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing ketika memulai dan penutupan kegiatan belajar mengajar di kelas. Saat bulan Ramadhan baik siswa Muslim atau Non Muslim ikut dapat kegiatan Pondok Romadhon agar terjalin sikap toleransi dan kebersamaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam penanaman karakter toleransi siswa kelas VI di SDN Tulungrejo 04 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar yaitu kemauan siswa, koordinasi antara guru dan siswa yang bersangkutan serta adanya aturan dari pihak sekolah untuk menanamkan toleransi pada diri siswa sehingga siswa terbiasa untuk menghargai sesama, berdoa sesuai dengan agama masing-masing dan respon serta antusiasme siswa sehingga memudahkan proses penanaman karakter toleransi. Sedangkan faktor penghambat dalam upaya penanaman karakter toleransi pada siswa adalah pada kemauan siswa dan sifat dasar siswa yang berbeda-beda antara siswa satu dengan yang lain.

References

  1. CNNIndonesia.(2021,January26).Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210126140126-20-598528/guru-minta-nadiem-bongkar-semua-kasus-intoleransi-di-sekolah.
  2. Digdoyo, E. (2018). Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya dan Tanggungjawab Sosial Media. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018.
  3. Maunah, B. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter Tahun V Nomor 1 April 2015.
  4. Supriyanto, A., & Wahyudi, A. (2017). Skala Karakter Toleransi: Konsep dan Operasional Aspek Kedamaian, Menghargai Perbedaan dan Kesadaran Individu. Ilmiah Counsellia Vol 7 No 2 November 2017.