Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2618

The Relationship Between Emotion Regulation And Academic Stress In Class XII High School Students


Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Stres Akademik Pada Siswa Kelas XII Sekolah Menengah Atas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Emotion Regulation Academic Stress Class XII Students

Abstract

This study aims to determine whether there is a relationship between emotional regulation and academic stress in class XII students of SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School. The variables in this study are Emotion Regulation as the independent variable and Academic Stress as the dependent variable. The research was conducted at Insan Cendekia Mandiri High School Boarding School. The number of samples is 64 students, using the saturated sampling technique. The hypothesis is that there is a negative relationship between emotional regulation and academic stress in class XII students of SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School. Data analysis using Pearson correlation technique with the help of SPSS 24.0 for windows. The results of the data analysis of this study indicate a correlation coefficient of -0.448** with a significance value of p = 0.000 <0.05, then Ha is accepted with an effective contribution coefficient value of R Square of 20.0%. It is concluded that there is a negative relationship between emotion regulation and academic stress. it means that if emotion regulation is high then academic stress is low. conversely, if emotion regulation is low then academic stress is high.

Pendahuluan

Pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal merupakan kegiatan tersistem, bertingkat atau berjenjang seperti: TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan, pendidikan non formal merupakan kegiatan terorganisasi dan tersistem seperti: Pondok Pesantren dan Boarding School[1]. Boarding school dalam bahasa inggris terbagi dua yaitu boarding menetap dan school sekolah, yang dipahami ke bahasa indonesia menjadi sekolah berasrama. Boarding school merupakan sekolah yang memadukan materi agama dan umum, dimana siswa, pendamping asrma, dan pengelola sekolah berada di lingkungan sekolah yang sama dalam kurun waktu tertentu [2].

Menurut sun.dkk [3] stres akademik adalah tekanan yang dirasakan siswa ketika di sekolah dan asrama, karena adanya berbagai tuntutan tugas yang harus diselesaikan. Namun, tidak sesuai kemampuan dimilikinya. Kondisi tersebut ditandai dengan berbagai reaksi yakni: reaksi tekanan belajar, reaksi beban tugas, reaksi kekhawatiran akan nilai, reaksi ekpektasi diri, dan reaksi keputusasaan. Tingginya beban pembelajaran dan aturan sekolah/asrama membuat siswa tidak siap dalam menerima kegiatan pembelajaran, hal tersebut menjadi pemicu terjadinya stres pada siswa [4].

Penelitian terdahulu tentang regulasi emosi dan stres akademik menyatakan bahwa stres yang dialami oleh mahasiswa baru meliputi tugas yang dikerjakan tidak sesuai dengan kemampuan mahasiswa sehingga merasa tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik. Hal tersebut menimbulkan sikap negatif, ada masalah dengan konsentrasi serta munculnya kecenderungan menghindari masalah. Dari hasil penelitian diatas terdapat 7 (17,5%) mahasiswa dengan tingkat stres akademik tinggi, 17 (42,5%) mahasiswa dengan tingkat stres akademik sedang, dan 16 (40%) mahasiswa dengan tingkat stres akademik rendah, serta lebih dari 50% mahasiswa mengalami tingkat stres akademik rentang sedang hingga tinggi. Sehingga, untuk mengatasi permasalahan yang dikemukakan diatas, salah satu bagian dari kecerdasan emosi yang dapat dilatih adalah regulasi emosi [5]. Penelitian lainnya menyatakan bahwa selain stres akademik yang terjadi pada mahasiswa baru. Stres akademik juga dapat dijumpai pada siswa SMA, terutama SMA boarding school dimana terdapat siswa SMA boarding school mengalami stres akademik yang tinggi karena tekanan teman sebaya, interaksi guru dan murid, konflik di sekolah, dan tuntutan berprestasi [6].

“Fenomena yang terjadi di SMA insan cendekia mandiri boarding school terutama kelas XII, menurunnya minta belajar dan kegiatan keasramaan dan sekolah berjalan secara terstruktur. Dimana siswa boarding school memiliki waktu belajar lebih panjang dan lebih rentan mengalami stres, beban belajar yang dirasa cukup berat di sekolah dan asrama akan menimbulkan kondisi tekanan pada siswa, terutama bagi siswa jenjang pendidikan SMA boarding school, teman sebaya dan juga dari orang tua untuk mendapatkan nilai tinggi. Sehingga, mampu ke perguruan tinggi favorit.”

Regulasi emosi adalah bagaimana cara siswa mengendalikan emosi negatif menjadi positif, juga dapat mempengaruhi perilaku dan pengalaman siswa dalam waktu tertentu[7]. Ketika individu memiliki kemampuan meregulasikan emosi maka dirinya dapat mengendalikan suasana hati serta emosi yang dialaminya dan dapat membantu mempercepat dalam pemecahan suatu masalah yang dihadapinya. Ketidakstabilan emosi merupakan salah satu karakter remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri siswa, terutama siswa SMA boarding school. Sehingga, siswa yang belum mampu untuk meregulasikan emosi akan mengalami banyak tekanan maupun tuntutan dalam kegiatan sekolah maupun asrama [8].

Siswa SMA boarding school memiliki banyak tuntutan baik secara akademik maupun non akademik. Untuk menghindari tekanan dan tuntutan dalam akademik diperlukan kemampuan meregulasikan emosi yang baik. Dengan memiliki regulasi emosi yang baik memungkinkan siswa meningkatkan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan pemikiran, mengatasi tekanan, berperilaku baik, mampu bertanggung jawab, dan meningkatkan akademik disekolah. Dengan demikian, siswa dapat berhasil di sekolah, di asrama dan diharapkan mampu mengurangi kondisi tekanan yang dialami oleh siswa yaitu stres akademik [5]. Keterampilan meregulasikan emosi siswa juga terkait dengan Menurut Reivich & Shatte [9]mengemukakan dua hal penting yang memiliki keterkaitan dengan regulasi emosi, yaitu ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Saat individu memiliki kemampuan dalam mengolah kedua hal penting ini maka dapat membantu sekali untuk meredakan emosi yang dirasakan dan dapat mengurangi stres akademik pada siswa SMA boarding school.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa adanya Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Stres Akademik Pada Siswa Kelas XII SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Stres Akademik Pada Siswa Kelas XII SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel [10]. Subjek penelitian siswa kelas XII di SMA insan cendekia mandiri boarding school. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh yang artinya semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dengan jumlah 64 siwa.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yaitu skala Regulasi Emosi (α = 0,832) dan skala Stres Akademik (α = 0,884). Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data skala Regulasi Emosi dan skala Stres Akademik. Skala Regulasi Emosi mengukur lima aspek yaitu: seleksi situasi, modifikasi situasi, mengalihkan perhatian, perubahan kognitif, dan perubahan respon. Dan skala Stres Akademik terdiri dari lima aspek yaitu: tekanan belajar, beban tugas, kekhawatiran terhadap nilai, ekspektasi diri, dan keputusasaan. Teknik yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah teknik statistic dengan menggunakan korelasi product moment dan perhitungan SPSS 24.0 for windows. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik statistik yaitu product moment karena untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas (x) yaitu Regulasi Emosi dengan variabel terikat (y) yaitu Stres Akademik dengan bantuan program SPSS 24.0 for windows.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil uji normalitas diketahui nilai normalitas stres akademik dengan signifikansi nilai 0,200 > 0,05 yang artinya bahwa data tersebut berdistribusi normal. Nilai signifikansi hasil uji normalitas regulasi emosi sebesar 0,200 > 0,05 yang artinya data tersebut berdistribusi normal. Hasil kesimpulan bahwa variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Regulasi Emosi Stres Akademik
N 64 64
Normal Parametersa,b Mean 82.56 91.03
Std. Deviation 7.634 11.052
Most Extreme Differences Absolute .092 .095
Positive .082 .054
Negative -.092 -.095
Test Statistic .092 .095
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Table 1.Uji Normalitas

Hasil uji linieritas dapat diketahui bahwa nilai F Liniearity sebesar 14,959 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa antara dua variabel tersebut linier. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 2.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Stres Akademik * Regulasi Emosi Between Groups (Combined) 3574.730 23 155.423 1.509 .125
Linearity 1541.240 1 1541.240 14.959 .000
Deviation from Linearity 2033.491 22 92.431 .897 .598
Within Groups 4121.207 40 103.030
Total 7695.938 63
Table 2.Uji Linieritas

Hasil uji hipotesis diketahui bahwa hasil koefisien korelasi (rxy) – 0,448** signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif antara regulasi emosi dengan stres akademik yang signifikan. Artinya bahwa jika regulasi emosi tinggi maka stres akademik rendah dan sebaliknya regulasi emosi rendah maka stres akademik tinggi. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3.

Correlations
Regulasi Emosi Stres Akademik
regulasi emosi Pearson Correlation 1 -.448**
Sig. (2-tailed) .000
N 64 64
stres akademik Pearson Correlation -.448** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 64 64
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 3.Uji Hipotesis

Hasil sumbangan efektif terdapat nilai 0,200 R Square yang artinya variabel regulasi emosi memberikan pengaruh terhadap stres akademik sebesar 20,0% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 80,0%. Hasil sumbangan efektif dapat dilihat pada tabel 4.

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .448a .200 .187 9.963
a. Predictors: (Constant), Regulasi Emosi
b. Dependent Variable: Stres Akademik
Table 4.Sumbangan Efektif

Hasil uji kategorisasi variabel stres akademik diketahui skor subjek stres akademik terdapat 6 siswa memiliki tingkat stres akademik yang sangat rendah dengan presentase 9,4%, 13 siswa memiliki tingkat stres akademik rendah dengan presentase 20,3%, 20 siswa memiliki tingkat stres akademik sedang dengan presentase 31,3%, 20 siswa memiliki tingkat stres akademik tinggi dengan presentase 31,3%, dan 5 siswa memiliki tingkat stres akademik sangat tinggi dengan presentase 7,8%. Hasil uji kategorisasi variabel stres akademik dapat dilihat pada tabel 5.

kat_stresakademik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Rendah 6 9.4 9.4 9.4
Rendah 13 20.3 20.3 29.7
Sedang 20 31.3 31.3 60.9
Tinggi 20 31.3 31.3 92.2
Sangat Tinggi 5 7.8 7.8 100.0
Total 64 100.0 100.0
Table 5.Uji Kategorisasi Variabel Stres Akademik

Hasil uji kategorisasi variabel regulasi emosi diketahui skor regulasi emosi terdapat 7 siswa memiliki tingkat regulasi emosi sangat rendah dengan presentase 10,9%, 11 siswa memiliki tingkat regulasi emosi rendah dengan presentase 17,2%, 24 siswa memiliki tingkat regulasi yang sedang dengan presentase 37,5%, terdapat 15 siswa memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi dengan presentase 23,4%, dan terdapat 7 siswa yang memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi dengan presentase 10,9%. Hasil uji ketgorisasi variabel regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 6.

kat_regulasiemosi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Rendah 7 10.9 10.9 10.9
Rendah 11 17.2 17.2 28.1
Sedang 24 37.5 37.5 65.6
Tinggi 15 23.4 23.4 89.1
Sangat Tinggi 7 10.9 10.9 100.0
Total 64 100.0 100.0
Table 6.Uji Kategorisasi Variabel Regulasi Emosi

Pembahasan

Hasil penelitian diatas menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,448** dengan taraf signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Hasil ini menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara stres akademik dan regulasi emosi. Artinya hipotesis pada penelitian ini diterima. Hubungan negatif dari penelitian ini menggambarkan bahwa semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah stres akademik yang dimiliki siswa SMA insan cendekia mandiri boarding school. Sebaliknya semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi stres akademik yang dimiliki siswa SMA insan cendekia mandiri boarding school.

Nilai koefisien sumbangan efektif sebesar 20.0% dan sisanya sebesar 80.0% dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan demikian stres akademik pada siswa kelas XII SMA lebih besar dipengaruhi oleh variabel lain dibandingkan oleh variabel regulasi emosi. Variabel lain yang mempengaruhi stres akademik juga ditemukan seperti penelitian yaitu perilaku disiplin yang diteliti oleh Nansi dan Utami (2016) berjudul Hubungan Antara Regulasi Emosi dengan Perilaku Disiplin Santri Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Qodratullah Langkan. Variabel lain yaitu penerimaan kelompok sebaya yang diteliti oleh Nisfiannoor dan Kartika (2004) berjudul Hubungan Antara Regulasi Emosi Dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja, dan variabel lainnya yaitu asertivitas yang diteliti oleh Silaen dan Dewi (2015) berjudul Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Asertivitas.

Hasil dari data deskriptif yang menunjukkan bahwa skala stres akademik terdapat nilai mean teoritik (µ) sebesar 91.03 dan standart deviasi (σ) sebesar 11.052. Sedangkan pada skala regulasi emosi terdapat nilai mean teoritik (µ) sebesar 82.56 dan standart deviasi (σ) sebesar 7.63. Selain itu dapat dilihat dari hasil tabel kategorisasi skor subjek stres akademik terdapat 6 siswa memiliki tingkat stres akademik yang sangat rendah dengan presentase 9,4%, 13 siswa memiliki tingkat stres akademik rendah dengan presentase 20,3%, 20 siswa memiliki tingkat stres akademik sedang dengan presentase 31,3%, 20 siswa memiliki tingkat stres akademik tinggi dengan presentase 31,3%, dan 5 siswa memiliki tingkat stres akademik sangat tinggi dengan presentase 7,8%. Berdasarkan tabel kategorisasi skor regulasi emosi terdapat 7 siswa memiliki tingkat regulasi emosi sangat rendah dengan presentase 10,9%, 11 siswa memiliki tingkat regulasi emosi rendah dengan presentase 17,2%, 24 siswa memiliki tingkat regulasi yang sedang dengan presentase 37,5%, terdapat 15 siswa memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi dengan presentase 23,4%, dan terdapat 7 siswa yang memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi dengan presentase 10,9%.

Dari kesimpulan hasil kategorisasi skor stres akademik dan regulasi emosi bahwa siswa di SMA insan cendekia mandiri boarding school memiliki tingkat stres akademik dengan jumlah siswa 20 dan presentase 31,3% dapat dinyatakan seimbang cenderung sedang dan tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa SMA boarding school memiliki stres akademik sedang dan tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan beban akademik yang begitu berat serta berbagai macam tuntutan dirasakan oleh siswa. Ini juga dirasakan oleh tingkat regulasi emosi di SMA insan cendekia mandiri boarding school yang mana memiliki tingkat regulasi emosi jumlah siswa 24 dan presentase 37,5% cenderung sedang dan jumlah siswa 15 dan presentase 23,4% cenderung tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa SMA boarding school memiliki regulasi emosi sedang dan tinggi, dimana siswa mampu mengolah emosi terutama emosi negatif.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara regulasi emosi dengan stres akademik pada siswa kelas XII SMA insan cendekia mandiri boarding school. Koefisien korelasi -0,448** dan taraf signifikansi p = 0,000 < 0,05. Artinya hipotesis penelitian diterima. Hubungan negatif dari penelitian ini menggambarkan semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah stres akademik yang dimiliki oleh siswa kelas XII SMA insan cendekia mandiri boarding school dan sebaliknya semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi stres akademik siswa kelas XII SMA insan cendekia mandiri boarding school. Nilai koefisien sumbangan efektif yakni nilai R Square sebesar 20.0% sisanya dipengaruhi faktor lain sebesar 80,0%. Dengan demikian stres akademik pada siswa kelas XII SMA lebih besar dipengaruhi oleh variabel lain dibandingkan oleh variabel regulasi emosi.

Saran

Bagi Subjek Penelitian

Stres akademik yang dialami oleh siswa tidak dapat dihilangkan namun harus dihadapi, oleh karena itu diharapkan siswa untuk meningkatkan kemampuan positif yang ada dalam dirinya, artinya siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan akibat dari stres akademik yang siswa alami. Dalam hal ini peneliti menyarankan untuk meningkatkan kemampuan dalam meregulasi emosi karena regulasi emosi dapat menurunkan emosi negatif yang disebabkan oleh stres akademik. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan melihat strategi regulasi emosi seperti, memodifikasi keadaan, mengarahkan perhatian dalam hal ini mengalihkan perhatian dari situasi yang tidak menyenangkan, melakukan perubahan kognitif dengan tujuan untuk menambah atau mengurangi emosi positif maupun negatif, dan juga melakukan perubahan respon seperti melakukan kegiatan olahraga maupun relaksasi untuk mengurangi respon emosi negatif.

Bagi Pihak Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memahami siswa terutama Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Stres Akademik Pada Siswa Kelas XII SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School.”

Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai saran untuk peneliti lainnya agar mengkategorisasi karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin, Sehingga, menggambarkan perbedaan stres akademik berdasarkan jenis kelamin. Selanjutnya bisa mengkaji tentang faktor lain yang dapat mempengaruhi stres akademik yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

References

  1. S. Purwaningsih, “Hubungan Pola Asuh Demokratis Dan Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Siswa di Asrama,” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
  2. S. Awalia, K. Nisa, and W. wiwit widya Hendriani, “Sekolah Menengah Atas Berasrama,” in Sekolah Menengah Atas Berasrama, 1st ed., A. Salim, A. Wardhani, J. B. Pen, N. Mahfudi, W. Heriyanto, U. Veriyanti, M. A. S. Nugroho, A. Supriyatna, and Kusriyah, Eds. Jakarta Selatan, 2018, pp. 2–5.
  3. Sun et al., “Educational stress scale for adolescents: Development, validity, and relia- bility with Chinese students,” J. ofPsychoeducational Assess., pp. 5–24, 2011, doi: https://doi.org/10.117/0734282910394976.
  4. W. Adawiyah and Ni’matuzahroh, “Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Untuk Menurunkan Tingkat Stres Akademik Pada Siswa Menengah Atas Di Pondok Pesantren,” J. Ilm. Psikol. Terap., vol. 4, no. 2, pp. 1–18, 2016.
  5. K. Anwar, “Hubungan antara Regulasi Emosi dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Baru,” 2018.
  6. D. Y. Fathonah, T. Hernawaty, and N. Fitria, “Respon Psikososial Siswa Asrama Di Bina Siswa SMA Plus Cisarua Jawa Barat,” J. Pendidik. Keperawatan Indones., vol. 3, no. 1, p. 69, 2017, doi: 10.17509/jpki.v3i1.7487.
  7. M. Nisfiannoor and Y. Kartika, “Hubungan Antara Regulasi Emosi Dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja,” J. Psikol., vol. 2, no. 2, pp. 160–178, 2017, [Online]. Available: shorturl.at/bAJST.
  8. A. C. Silaen and K. S. Dewi, “Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Asertivitas (Studi Korelasi Pada Siswa Di Sma Negeri 9 Semarang),” J. Empati, vol. 4, no. 2, pp. 175–181, 2015, [Online]. Available: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/14912/14427.
  9. A. Sukmaningpraja and F. H. Santhoso, “Peran Regulasi Emosi terhadap Resiliensi pada Siswa Sekolah Berasrama Berbasis Semi Militer,” Gadjah Mada J. Psychol., vol. 2, no. 3, pp. 184–191, 2016, doi: 10.22146/gamajop.36944.
  10. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.