Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2541

The Increase in the Ability to Speak through the Katumbar Media in Children Aged 3-4 Years in Kindergarten


Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media Katumbar Pada Anak Usia 3-4 Tahun di KB

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Kemampuan Berbicara melalui Media Kartu Kata Bergambar

Abstract

Word cards pictorial of one of the media that can help the development of the ability to speak the child, because the media card images are concrete. From the observation of the researcher, the problem that often occurs in the KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi. The ability to speak, children Play Groups yet can achieve optimal development, this is because the ability to speak the child is not smooth and less interestingly media used during the learning process takes place. Therefore it is necessary supporting media so that the kids want to reveal the experience of day - to- day, so that children become excited in following the learning and the goal of the teacher to improve the speaking skills of children can be successfully and running maximum by using the Card Word Picture. This research using the Method of Classroom Action Research to improve the ability to speak. This study was conducted in 2 cycles. The study was conducted in three stages namely pre-cycle, cycle I and cycle II to obtain the results as expected. In the pre cycle, most children still acquire an average value of 44,98% while in the first cycle the percentage value increases so that the obtained percentage value to be 63,31%, which means less than the maximum. Then the researchers proceeded to give the action in cycle II, after doing research on the second cycle is the percentage of the average value of the child becomes 81,66%, resulting from the acquisition of the average in cycle I and cycle II increased again. It can be seen from the comparison between cycle I and cycle II during the study. From the results obtained, there is an increase in proving that with the Word Cards Picture can improve the Speaking ability of the child.

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan enam perkembangan yaitu: perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio-emosional (sikap dan emosi), bahasa, dan komunikasi, sesuai dengan keunikan tahap- tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia”dini. Salah satu tahap yang memiliki peranan yang sangat penting adalah bahasa dan komunikasi karena dengan bahasa anak bisa menyampaikan pikiran dan pesan kepada teman, guru, orang tua, dan sebagainya, oleh sebab itu bahasa sangat penting untuk diajarkan atau ditanamkan sejak dini kepada anak. Ada empat aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis [1].

Peneliti ingin meneliti tentang kemampuan berbicara anak, karena berbicara merupakan kemampuan yang perlu dipelajari untuk anak usia dini sebagai alat sosialisasi. Pada masa inilah anak senang- senangnya berbicara, bahkan mereka berbicara sendiri dengan imajinasinya sendiri. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata- kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Di dalam berbicara terdapat beberapa tugas utama belajar bicara, diantaranya pengucapan kata, pengembangan kosa kata, pembentukan kalimat [2].

Melalui berbicara maka akan terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lainnya. Berbicara pada anak perlu dikembangkan dan dilatih secara terus menerus agar perkembangan anak terutama dalam hal berbicara untuk komunikasi dapat berkembang dengan optimal [3]. Anak akan berbicara dan berkomunikasi dengan teman sebayanya, saat bermain bersama anak akan berbicara dengan imajinasinya masing- masing sesuai dengan topik bahasan mereka saat bermain. Anak akan terus menerus berbicara apabila teman lawan bicaranya juga merespon baik pembicaraannya, akan terus menerus terjadi komunikasi antara anak dengan teman- temannya. Kemampuan berbicara anak usia 3-4 tahun berdasarkan Permendikbud No 137 tahun 2014 tentang perkembangan bahasa ekspresif yaitu mrnggunakan kalimat pendek dengan kosakata yang lebih banyak untuk menyatakan apa yang dilihat dan dirasakan, berbicara dengan kalimat yang sederhana, berbicara sesuai dengan tujuan, bertanya dan memberikan pendapat.

Kemampuan berbicara anak perlu dikembangkan agar anak dapat menambah perbendaharaan kata yang lebih banyak lagi dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar melalui bahasa lisan dan komunikasi yang baik, dikatakan berkembang apabila anak sudah mampu berbicara dengan mengungkapkan ide, perasaan, mampu menjawab pertanyaan apabila diberikan pertanyaan dengan bahasanya sendiri, dan mampu memahami perintah sederhana. Anak dapat menirukan, dan memahami apa yang diucapkan dengan melihat gerak bibir dari guru, anak akan lebih mudah menirukan jika anak fokus pada gerak bibir guru saat guru mengucapkan kata. Sering mengajak anak berbicara, sesungguhkan anak- anak sangat suka medengarkan orang tuanya berbicara dan memperhatikan ekspresi saat berkomunikasi, mengajari anak untuk bersosialisasi, menggunakan FlashCard gambar- gambar yang tertera pada flashcard dapat menambah kosakata anak, perbaiki ucapannya, menghindari berbicara bilingual anak akan sulit berbicara jika orang tuanya berbicara menggunakan lebih dari satu bahasa. Membatasi anak dalam bermain gadget [4].

Penerapan media pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak belum dapat mencapai perkembangan secara optimal. Dari hasil observasi peneliti, masalah yang sering terjadi di KB ‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi. Yang menjadi obyek penelitian yakni anak kelompok Bermain usia 3-4 Tahun di mana terdapat 8 anak dari 10 anak dalam satu kelas yang masih kesulitan dalam berbicara. Anak masih kesulitan mengungkapkan perasaannya dan memberikan keterangan, anak belum bisa berbicara sesuai dengan tujuan (bertanya dan menjawab pertanyaan), serta anak tidak dapat menceritakan pengalamannya dikarenakan kemampuan berbicara anak tidak lancar. Ini terlihat pada saat anak mencoba menceritakan pengalaman di depan kelas, anak-anak masih bingung dengan kata-kata yang akan di ucapkan, sehingga anak menjadi kurang percaya diri bila berbicara di depan teman-temannya. Solusi yang dapat diberikan antara lain adalah dengan mengubah kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan tujuan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat berhasil dan berjalan maksimal dengan menggunakan Media Kartu Kata Bergambar (KATUMBAR). Media pembelajaran kartu kata bergambar salah satu media yang dapat membantu pengembangan kemampuan berbicara anak. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak karena mempunyai kelebihan antara lain bersifat konkrit, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan masalah, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, murah dan mudah didapat serta dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok [5].

Di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 candi, belum pernah menggunakan Media KATUMBAR ( Kartu Kata Bergambar), dari latar belakang tersebut, peneliti ingin meningkatkan berbicara anak melalui media KATUMBAR ( Kartu Kata Bergambar), dengan kata lain sebagai pembanding dengan media yang lain agar peneliti tahu sampai sejauh mana media KATUMBAR bisa meningkatkan kemampuan berbicara anak. Maka dari itu penulis membuat penelitian tentang Peningkatan kemampuan berbicara melalui Media KATUMBAR ( Kartu Kata Bergambar) anak usia 3-4 tahun. Karena pada usia 3-4 tahun anak lebih tertarik pada gambar- gambar yang berwarna, gambar yang biasa dikenali di sekitar lingkungan anak dan sesuai dengan pengalaman sehari- hari anak.

Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Windriantari Sahputri, dalam jurnal yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar”, bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara anak melalui media gambar di TK Bener Tegalrejo Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kemampuan berbicara anak pada Pratindakan sebesar 65,60%, meningkat menjadi 76,52% pada tindakan Siklus I, dan mencapai 94,16% pada tindakan Siklus II. Kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan setelah peneliti memberikan tindakan yang dilakukan melalui beberapa tahapan dan proses yang peneliti lakukan (Windriantari Sahputri, 2015 : vii). Yeni Kusuma Warnadani dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bercerita Menggunakan Media Gambar Seri”. Hasil dari penelitian ini pada siklus I aktivitas guru menunjukkan persentase 80% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 90%. Aktivitas anak pada siklus I sebesar 78,57% meningkat menjadi 90% pada siklus II. Nilai rata-rata Kemampuan berbicara pada siklus I tingkat perkembangannya memperoleh persentase sebesar 53,33%, sedangkan siklus II meningkat menjadi 82,22%. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara pada anak usia 4-5 tahun di TK Mardi Rahayu Jombang melalui metode bercerita menggunakan media gambar seri. (Yeni Kusuma Wardani, 2017 : 03). Dari ke dua penelitian terdahulu di atas, dapat disimpulkan bahwa Media gambar merupakan media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, pada peneliti terdahulu I menggunakan media gambar dan peneliti terdahulu II melalui metode bercerita dengan media gambar seri. Perbedaan penelitian kali ini adalah menggunakan media Kartu Kata Bergambar, di mana Kartu Kata Bergambar dapat dimainkan anak bersama- sama dengan guru dan temannya, sedangkan media gambar yang di gunakan pada peneliti terdahulu hanya guru yang membawa media itu.

Metode

Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif sebab menggambarkan suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan untuk dicapai. Penelitian tidakan kelas merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang palingefisien, sehingga produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas juga dimaksudkan sebagai suatu proses yang dilalui perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, melaksanakan prosedur ini [6]. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang terjadi di dalam kelas dan bertujuan untuk meningkatkan pengembangan dan memberikan perubahan hasil yang baik. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Untuk mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Oleh sebab itu penelitian tindakan kelas harus berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. Oleh karena itu Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal- hal yang terjadi pada proses belajar- mengajar di kelas. Tujuan dari penelitian tindakan kelas yang lain adalah meningkatkan respon siswa denga menerapkan metode pengajaran baru, hal ini dilakukan pada bahan atau materi yang sama [7].

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas menggunakan model Kemmis & Mc Taggart ada dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi [8]. Adapun penjelasan tindakan siklus sebagai berikut :

  1. Perencanaan, didalam perencanaan ini, peneliti menyusun rancangan tindakan siklus, membuat instrumen observasi yaitu lembar penilaian kemampuan berbicara anak, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), mempersiapkan media, alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran.
  2. Pelaksanaan, pelaksanaan tindakan dilakukan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan ini dengan menerapkan media KATUMBAR untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak. Adapun pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini :
  1. Mempersiapkan media, alat dan bahan yang akan digunakan peneliti.
  2. Memberikan pengarahan bagaimana cara menggunakan media KATUMBAR dalam pembelajaran.
  3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media KATUMBAR.
  1. Pengamatan, pengamatan dilakukan peneliti dengan guru wali kelas kelompok bermain saat tindakan berlangsung, dengan menggunakan instrumen lembar penilaian anak untuk mengobservasi saat kegiatan pembelajaran berlangsun, dengan mencatat semua kejadian yang terjadi saat tindakan berlangsung, serta didukung dengan kamera Hand Phone untuk mendokumentasikan saat tindakan berlangsung, untuk mendapatkan bukti yang lebih akurat.
  2. Refleksi, pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil tindakan untuk menemukan kekurangan dan kelemahan berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru wali kelas. Hasil refleksi ini digunakan untuk hasil pertimbangan pada perencanaan tindakan Siklus II. Adapun tahap- tahap refleksi :
  1. Melakukan analisis data
  2. Merumuskan dan memperbaiki tindakan sebelumnya.

Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan data dari anak- anak Kelompok Bermain di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi yang berjumlah 10 anak, 7 anak yang masih kesulitan berbicara. Penelitian ini dilakukan pada anak Kelompok Bermain di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi, Larangan Sidoarjo Perum MCG Blok B1 No.01 & 06.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti untuk mengumpulkan data [9]. Adapun Indikator Kemampuan Berbicara Pada Anak Kelompok Bermain, 1) Anak mampu bercerita, 2) Anak mampu bertanya, 3) Anak mampu menjawab pertanyaan [10].

RPPH

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah RPPH, lembar observasi, Catatan lapangan, Dokumentasi dimana peneliti menjadi observer dan guru kelas yang akan melaksanakan tindakan. Instrumen Penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Perangkat pembelajaran harian yang akan digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar, yang berisi tentang kompetensi dasar, indikator, muatan materi, tujuan kegiatan, metode pengajaran, dan teknik penilaian.

Lembar Observasi

Digunakan peneliti untuk mencatat kegiatan anak selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar penilaian.

Catatan Lapangan

Catatan lapangan akan digunakan peneliti untuk mencatat hal- hal di luar dugaan selama proses penelitian berlangsung.

Dokumentasi

Media pendukung yang akan digunakan untuk memperoleh gambaran visual tentang aktivitas yang dilakukan anak selama penelitian berlangsung.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain. Pada dasarnya teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data [11]. Dalam teknik pengumpulan data terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data terdiri dari observasi, interview (wawancara), kuesioner (angket), tes, jurnal anak, asesmen, pekerjaan siswa, audio taping or video taping, catatan tingkah laku anak (anecdotal records), attitude scales, dan dokumentasi [12].

Teknik pengumpulan data yakni dapat digunakan seperti observasi, wawancara, tes dan catatan harian. Berikut ini teknik pengumpulan data :

Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya dengan lembar observasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung [13]. Observasi dilakukan pada murid di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi, dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya sesuai dengan kejadian yang sedang berlangsung. Dilakukan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kemampuan berbicara anak yang dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian dalam bentuk ceklist.

Wawancara

Wawancara atau Interview dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan dan tatap muka [14]. Wawancara dilakukan peneliti kepada guru Kelompok Bermain Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi, tentang bagaimana perkembangan berbicara murid Kelompok Bermain.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memberikan gambaran secara nyata berupa foto tentang kegiatan anak [15]. Foto diambil pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan media KATUMBAR, untuk memperkuat data dan sebagai bukti yang akurat.

Rumusan yang digunakan untuk analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif presentase menurut Anas Sudjiono adalah sebagai berikut [16] :

P = Keterangan :

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Jumlah Anak dalam satu kelas

p = Angka persentase

Adapun presentase untuk mengukur kemampuan anak, target keberhasilan dalam penelitian tersebut seperti berikut ini :

  1. Apabila hasil tingkat keberhasilan keseluruhan mendapat nilai 9 atau lebih, atau dengan presentase 75% - 100% maka penelitian tersebut dinyatakan berhasil dengan penerapan permainan Kartu Kata Bergambar pada siswa KB dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.
  2. Dan apabila hasil tingkat keberhasilan keseluruhan siswa mendapat nilai 0-8, atau dengan presentase kurang 0% - 74% maka penelitian tersebut dinyatakan belum berhasil dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, siklus 1 dan siklus 2 untuk mencapai target peningkatan keberhasilan dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak Kelompok Bermain dengan target per siklus masing- masing 2 pertemuan. Dari hasil pra siklus diperoleh prosentase yang beragam. Indikator (1) anak yang mendapatkan nilai 1 menunjukkan prosentase 60%, yang mendapatkan nilai 2 menunjukkan prosentase 30%, yang mendapatkan nilai 3 menunjukkan prosentase 10%, dan yang mendapatkan nilai 4 memperoleh prosentase kosong. Pada indikator (2) anak yang mendapatkan nilai 1 menunjukkan prosentase 40%, yang mendapatkan nilai 2 menunjukkan prosentase 50%, yang mendapatkan nilai 3 menunjukkan prosentase 10%, dan yang mendapatkan nilai 4 memperoleh prosentase kosong. Pada indikator (3) anak yang mendapatkan nilai 1 menunjukkan prosentase 20%, yang mendapatkan nilai 2 menunjukkan prosentase 40%, yang mendapatkan nilai 3 menunjukkan prosentase 30%, dan yang mendapatkan nilai 4 menunjukkan prosentase 10%. Melihat prosentase pada nilai 3 dan 4 masih rendah, peneliti ingin melakukan tindakan untuk memperoleh peningkatan dengan kegiatan yang berbeda, agar anak mampu berkembang dan mencapai hasil yang maksimal dengan menggunakan media KATUMBAR.

Dari hasil pengamatan pada siklus I dari kegiatan penerapan media KATUMBAR, kempuan berbicara anak mulai berkembang sehingga diperoleh hasil prosentase lebih tinggi dari hasil prosentase pra siklus. Peningkatan di siklus I mendapatkan hasil prosentase untuk indikator (1) anak didik yang memperoleh nilai 1 menunjukan prosentase 30%, yang memperoleh nilai 2 menunjukan prosentase 30%, yang memperoleh nilai 3 menunjukan prosentase 40% dan yang memperoleh nilai 4 menunjukkan prosentase 10%. Pada indikator (2) anak didik memperoleh nilai 1 menunjukkan prosentase 10%, yang memperoleh nilai 2 menunjukkan prosentase 50%, yang memperoleh nilai 3 menunjukkan prosentase 30% dan yang memperoleh nilai 4 menunjukkan prosentase 10%. Dan pada indikator (3) anak didik memperoleh nilai 1 prosentase kosong, yang memperoleh nilai 2 menunjukkan prosentase 40 %, yang memperoleh nilai 3 menunjukkan prosentase 20% dan memperoleh nilai 4 prosentase 40%. Meskipun masih ada beberapa anak yang masih memerlukan bantuan dan bimbingan, yang seharusnya pada siklus I anak sudah bisa melakukannya namun pada siklus ini masih ada anak yang kemampuan berbicaranya masih kurang. Sehingga peneliti masih harus melakukan siklus II untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak yang lebih maksimal terhadap kemampuan berbicara anak melalui media KATUMBAR.

Dari hasil pengamatan pada siklus II dari kegiatan penerapan media KATUMBAR, kemampuan berbicara anak mulai berkembang, sehingga diperoleh hasil prosentase lebih tinggi dari hasil prosentase siklus I, pada siklus II ini banyak anak yang mengalami peningkatan pada masing-masing indikator . Peningkatan di siklus II mendapatkan hasil prosentase untuk indikator (1) anak didik yang memperoleh nilai 2 menunjukkan prosentase 30%, nilai 3 menunjukan prosentase 30 % dan yang memperoleh nilai 4 menunjukkan prosentase 40%. Pada indikaror (2) anak yang memperoleh nilai 2 menunjukkan prosentase 20%, nilai 3 menunjukkan prosentase 40% dan yang memperoleh nilai 4 prosentase 40%. Dan pada indikator (3) anak didik yang memperoleh nilai 2 menunjukkan prosentase 10%, nilai 3 menunjukkan prosentase 30% dan nilai 4 menunjukkan prosentase 60% .

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan media KATUMBAR untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok bermain pada siklus ini sudah berhasil mengingat target keberhasilan dalam penelitian ini adalah 75%-100%. Dengan nilai ketuntasan keseluruhan sebesar 81,66%.

Dari hasil siklus II presentase menunjukkan 81,66% yang berarti kemampuan berbicara anak kelompok bermain sudah berkembang. Jadi, penerapan media KATUMBAR ini mampu meningkatkan kemampuan berbicara bagi anak. Yang dapat dilihat dari hasil peningkatan prosentase kemampuan berbicara anak kelompok bermain. Berikut adalah tabel rekapitulasi hasil nilai dari kemampuan berbicara dari anak kelompok bermain melalui media KATUMBAR pada tahap prasiklus, siklus I dan siklus II di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi.

Tabel 1

Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Nilai Ketuntasan Nilai Jumlah Nilai Ketuntasan Nilai Jumlah Nilai Ketuntasan Nilai
Ami 7 58,3% 10 83,3% 12 100%
RF 3 25% 4 33,3% 6 5%
VS 7 58,3% 10 83,3% 12 100%
FT 4 33,3% 5 41,6% 8 66,7%
AQ 3 25% 5 41,6% 7 58,3%
RB 5 41,6% 7 58,3% 10 83,3%
AZ 9 75% 11 91,7% 12 100%
SN 8 66,7% 11 91,7% 12 100%
SR 4 33,3% 6 50% 9 75%
EL 4 33,3% 7 58,3% 10 83,3%
Ketuntasan Nilai Keseluruhan 44,98% Ketuntasan Nilai Keseluruhan 63,31% Ketuntasan Nilai Keseluruhan 81,66%
Table 1.Rekapitulasi Hasil Nilai Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media KATUMBAR

Pada tabel diatas dilihat bahwa sebelum diterapkan media KATUMBAR dalam meningkatkan kemampuan berbicara masih kurang. Pada siklus I rata-rata anak masih memperoleh 63,31%. anak yang mampu bercerita pada siklus II mengalami peningkatan yakni memperoleh prosentase 82,5% yang artinya anak-anak sudah mampu bercerita, bertanya serta menjawab pertanyaan dengan pelafalan yang jelas dan lancar.

Grafik 1

Hasil Nilai Ketuntasan Peningkatan Kemampuan Berbicara pada Anak Pada Pra Siklus, Siklus I , Siklus II

Dari hasil diagram di atas dijelaskan bahwa adanya peningkatan secara signifikan dari mulai Pra siklus, Siklus I dan Siklus II. Terbukti adanya peningkatan kemampuan membaca anak pada pra siklus hanya sebesar 43,0%. Dan setelah di berikan perlakuan pada siklus I mencapai hasil peningkatan sebesar 63,1%. Namun dari hasil pencapaian ini masih belum dikatakan berhasil, maka diberikan perlakuan kembali pada tahap siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu sebesar 87,3%. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa media kartu dinding dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak.

Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan berbicara pada anak kelompok Bermain melaui media KATUMBAR di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi Larangan Sidoarjo. Telah dilaksanakan dua siklus kegitan sekaligus, dan dapat disimpulkan jawaban dari rumusan masalah pada bab I maka menghasilkan kesimpulan berikut ini :

  1. Penerapan media KATUMBAR untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia 3-4 tahun di KB Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Candi dengan cara bercerita sederhana sesuai gambar yang didapatkan sesuai dengan pilihannya, dan anak diberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sedehana dan jelas.
  2. Pada setiap siklus mengalami peningkatan dilihat pada praskilus sebagian besar anak-anak memperoleh prosentase sebesar 44,98% sedangkan pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 63,31% dan pada siklus I peningkatan ini kurang maksimal. Kemudian peneliti melanjutkan sebuah perbaikan dan memberi tindakan dengan mencoba ke penelitian siklus II dan mendapatkan nilai prosentase sebesar 81,66% yakni mengalami peningkatan sebesar 18,35% dari siklus I.

References

  1. Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Tangerang: Universitas Terbuka,2015), 1.6.
  2. Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: PT. Angkasa, 2008), 15.
  3. Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), 2
  4. Madyawati, Lilis.. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. (Jakarta : Kencana, 2016) 74-76
  5. Arif S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 29-31.
  6. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 9.
  7. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 128-129
  8. Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2015), 17-19
  9. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 134
  10. Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa (Tangerang: Universitas Terbuka, 2015), 5.18
  11. Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tidakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2015), 143-144.
  12. Hamzah B. Uno, dkk. Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional .(Jakarta: Bumi Aksara 2011.)
  13. Wina Sanjaya Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama 2016) 75
  14. Wina Sanjaya Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama 2016) 76
  15. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 329
  16. Sujiono Anas, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 43