Abstract
This study aims to find out what the role of parents is in cultivating the religious character of elementary school age children during the COVID-19 pandemic and to find out what the religious character of grade 4A students at SDN JEPARA 1/90 is like. This research uses descriptive qualitative research with case studies. This study uses interview techniques, questionnaires, and documentation. The subjects studied in this study were 5 guardians and 5 students in grade 4A. The results of this study are parents act as role models and motivators for children, and the religious character of grade 4A students at SDN JEPARA 1/90 has shown indicators of obedience to Allah SWT, sincerity, responsibility and tolerance.
Pendahuluan
Pada saat ini, negara – negara yang ada di dunia sedang mengalami pandemi virus covid 19. Coronavirus itu sendiri ialah virus yang menyebabkan penyakit dari yang ringan hingga berat. Setidaknya ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Serve Acute Respiratory Syndrome (SARS).[1] Dengan adanya virus tersebut, maka seluruh masyarakat diharapkan mampu beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan – kegiatan yang diwajibkan selama masa pandemi covid 19 ini. Contohnya yaitu masyarakat diharuskan menggunakan masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Terdapat berbagai bidang yang terkena dampak dari virus COVID - 19, yakni bidang sosial, pariwisata, ekonomi serta pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim menerbitkan Surat Edaran / SE Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID – 19 pada tanggal 24 Maret 2020. Dalam surat tersebut telah dijelaskan bahwa proses belajar dilakukan di rumah melalui pembelajaran jarak jauh / daring.[2] Menurut Moore, Dickson – Deane, & Galyen (2011) Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.[3] Dalam hal ini guru dan siswa dapat menggunakan berbagai aplikasi guna menunjang pembelajaran daring, misalnya zoom, google meet, live chat, whatsaap dan lain – lain.
Saat di sekolah guru tidak hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja, akan tetapi guru juga membekali serta mendidik mengenai karakter. Karakter adalah ciri khas yang di miliki oleh setiap individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian individu serta merupakan penggerak seseorang dalam berperilaku, bersikap dan merespon sesuatu sesuai dengan norma – norma yang berlaku.[4]
Terdapat beberapa karakter yang ada pada kurikulum, salah satunya yaitu karakter religius. Religius ialah nilai karakter yang ada keterkaitannya dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan atau ajaran agamanya.[5]
Pada saat ini kehidupan mulai berkembang, dimana zaman semakin modern dari tahun ke tahun, otomatis banyak sekali kebiasaan – kebiasaan maupun tren – tren yang baru dan bermunculan di kehidupan saat ini. Hal tersebut menimbulkan kasus yang bermunculan, yaitu terjadinya sentiment antar etnis, perselisihan antar suku, kasus – kasus narkoba, tawuran antar pelajar, kekerasan terhadap anak, bullying, sertabegal dimana – mana. [6] Melihat hal tersebut, dapat dilihat bahwa pendidikan karakter yang di dapatkan anak – anak masih sangat kurang dan harus segera di tindak lanjuti agar tidak semakin memburuk di kemudian hari.
Pada masa pandemic ini, seluruh kegiatan belajar dilakukan di rumah. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diharapkan untuk mampu menghidupkan suasana pembelajaran serta mampu mendidik anak – anaknya dengan baik mengenai pengetahuan dan juga karakter. Mengapa peran orang tua ini dianggap penting? Karena karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana dari usia 1 hingga 18 tahun anak-anak di Indonesia menghabiskan waktunya 60-80% bersama keluarga. Sampai usia 18 tahun, mereka masih membutuhkan peran orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Keberhasilan seorang anak tidak lepas dari kehangatan dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan.[7] Selain itu peran orang tua dapat dikatakan sangat penting karena dalam hal ini orang tualah yang otomatis berkumpul serta berinteraksi dengan anaknya. Sehingga peran orang tua dalam mendidik karakter anak ini sangat dibutuhkan agar dapat mencetak karakter – karakter yang baik, terutama karakter religius. Dimana karakter – karakter tersebut akan sangat berguna bagi kehidupan anak itu sendiri, baik di masa sekarang maupun di masa depan serta sangat berguna bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa narasi tertulis atau lisan dari perilaku orang – orang yang diamati.[8] Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Dalam pendekatan ini peneliti melakukan dan mengumpulkan data penelitian secara cermat dan lengkap dengan berbagai prosedur berdasarkan waktu yang telah ditentukan terait suatu peristiwa, proses dan aktifitas pada sekelompok individu. Subyek dari penelitian ini yaitu wali murid serta siswa sekolah dasar kelas 4A. Teknik pengumpulan datanya yaitu menggunakan angket atau kuisioner, dokumentasi dan wawancara. Menurut Esterberg dalam Sugiyono, wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. [9] Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber, menurut Sugiyono adalah uji kredibilitas data dengan cara melakukan pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa narasumber.[10] Terdapat beberapa teknik keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu. Teknik analisis data yaitu menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Peran orang tua dalam menumbuhkan karakter religius anak usia sekolah dasar pada masa pandemic covid -19
Beberapa negara saat ini sedang mengalami pandemic virus Covid-19, dimana dengan adanya virus tersebut mampu membuat beberapa keadaan berubah dari yang sebelumya. Dengan adanya virus ini otomatis pemerintah mengeluarkan beberapa anjuran yang wajib untuk dipatuhi, antara lain yaitu menjaga jarak, memakai masker, serta rajin mencuci tangan. Virus ini sangat berpengaruh terhadap beberapa bidang yang ada di Indonesia, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Pada tahun – tahun sebelumnya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, akan tetapi pada saat ini proses tersebut telah berganti menjadi proses pembelajaran jarak jauh. Hal tersebut otomatis perlu adanya adaptasi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dalam pembelajaran ini guru – guru biasanya memanfaatkan grup whatsaap, zoom, bahkan google meet guna melangsungkan pembelajaran tetap terlaksana. Pada saat proses belajar di sekolah tentunya seorang gurulah yang menjadi panutan, pengawas serta pendamping bagi siswa – siswinya, akan tetapi pada saat ini peran tersebut berganti pada orang tua meskipun masih terdapat campur tangan seorang guru . Hal tersebut dapat terjadi karena anak – anak lebih sering menghabiskan waktunya bersama orang tua di rumah pada saat ini, sehingga peran orang tua sangatlah dibutuhkan.
Orang tua merupakan bagian dari keluarga inti, sehingga orang tua memiliki peran yang penting dalam sebuah keluarga. Keluarga merupakan sarana utama guna pembentukan karakter anak serta pendidikan kecakapan hidup. Dalam hal mendidik anak orang tua sangat tidak dianjurkan untuk melakukan kekerasan, karena hal tersebut akan sangat membekas di memori anak atau bahkan mereka akan melakukannya pada orang lain. Oleh karena itu orang tua sudah seharusnya menjadi panutan atau menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Pada zaman yang semakin modern ini orang tua juga memiliki tugas untuk mengawasi anak – anaknya dari pergaulan – pergaulan atau tontonan – tontonan yang negatif, karena hal tersebut mampu membuat anak terjerumus dalam hal yang sangat merugikan. Oleh karena itu orang tua dapat membekali atau mendidik anak mengenai pendidikan karakter sejak dini.
Pendidikan karakter merupakan bekal bagi anak dimasa depan, karena pendidikan tersebut mampu memberikan dampak yang positif bagi anak selagi orang tua mampu mendidik dengan benar. Terdapat berbagai macam pendidikan karakter, salah satunya yaitu pendidikan karakter religius. Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa pendidikan ini ada keterkaitannya dengan kepercayaan seseorang serta hubungan seseorang tersebut dengan Tuhan Nya, oleh karena itu nilai – nilai religius dapat dilihat dari aspek keyakinan, sikap (akhlaq/perilaku) serta ibadahnya. Sebagai upaya dalam menumbuhkan karakter religius ini, maka perlu adanya campur tangan orang tua karena orang tua merupakan orang dewasa pertama yang diikuti oleh anak – anak mereka baik dari segi sikap, minat dan lain – lain. Berikut merupakan peran – peran orang tua dalam menumbuhkan karakter religius anak:
a. Peran orang tua sebagai teladan
Segala tingkah laku atau sikap orang tua kemungkinan besar akan ditiru oleh anaknya, sehingga dalam hal ini sangat diharapkan agar orang tua mampu memberi contoh – contoh yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Orang tua juga harus konsisten dan berkomitmen dalam memberikan ketegasan pada anak, karena dalam hal ini karakter religius anak akan dapat terbentuk melalui kegiatan-kegiatan yang dicontohkan orang tua secara langsung.
b. Peran orang tua sebagai motivator
Orang tua dapat memberikan motivasi agar anak dapat bersemangat dalam melakukan suatu kegitan. Pemberian motivasi juga diperlukan guna dapat mentaati sebuah peraturan anak tidak akan merasa keberatan. Dalam hal ini orang tua bisa memberikan hadiah sebagai pencapaian keberhasilan anak, agar anak bisa termotivasi dalam hal tersebut.
Karakter religius siswa kelas 4A SDN JEPARA 1/90
Karakter merupakan sikap yang dimiliki oleh setiap individu, otomatis karakter yang ada pada invividu yang satu akan berbeda dengan individu yang lain. Begitupun dengan seorang siswa tentunya harus memiliki karakter yang baik, terutama pada karakter religius. Adapun karakter religius siswa kelas 4A sesuai dengan indikator religius dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Taat kepada Allah SWT
Karakter religius siswa kelas 4A SDN Jepara 1/90 adalah dengan taat kepada Allah SWT, dalam hal ini ditunjukkan dengan membaca doa sebelum dan sesudah belajar, pembiasaan sholat dhuha, belajar membaca al-qur’an. Melalui program-program yang diterapkan dalam kegiatan sehari-hari tentunya akan membawa dampak positif bagi diri siswa itu sendiri, dengan pegalaman-pengalaman yang didapat dari lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah maka siswa akan senantiasa taat kepada Allah SWT dan melakukan hal-hal yang baik, sehingga dengan banyaknya mengingat kepada Allah SWT tentunya siswa akan lebih melakukan aktivitas yang sesuai dengan ajaran agama, serta terhindar dari perbuatan-perbuatan dosa.
b. Ikhlas
Ikhlas merupakan sifat terpuji yang dimiliki seseorang dengan tidak mengharapkan atau tidak mendapatkan imbalan apapun, dan seakan-akan hanya mencari ridho Allah SWT. Seseorang yang memilik sifat ikhlas akan senantiasa melakukan hal-hal baik. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh siswa kelas 4A SDN Jepara 1/90 yakni dengan memberikan bantuan kepada orang lain. Hal ini ditunjukkan apabila ada orang tua dari teman sekolah maupun warga sekolah yang terkena musibah. Contoh lain yang baru-baru ini dilakukan oleh siswa kelas 4A yakni dengan memberikan sumbangan berupa bahan pokok untuk masyarakat yang terkena dampak pandemic covid-19. Dalam hal ini ikhlas tidak hanya mengacu pada beramal atau bersodaqah saja, akan tetapi ikhlas disini yakni juga dapat diwujudkan dengan bentuk ibadah lain seperti sholat dhuha berjamaah, membaca doa-doa, dan lain-lain.
c. Bertanggung jawab
Pada indikator ini dapat ditunjukkan siswa dengan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang sudah diberikan oleh guru. Siswa juga mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik. Dalam hal ini sudah menjadi kewajiban siswa yakni dengan belajar dan menyelesaikan tugas yang sudah diberikan oleh baak atau ibu guru. Siswa yang memiliki kesadaran dalam bertanggung jawab dapat memenuhi tugas serta kebutuhan untuk dirinya sendiri, serta dapat tanggap dengan lingkungan sekitar. Sebagaimana pendapat Listani bahwa tanggung jawab adalah sikap yang harus dilaksanakan oleh siswa atas tugas-tugas dan tanggung jawab baik dilingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.
d. Toleransi
Toleransi ini merupakan salah satu indikator dari karakter religius, toleransi adalah sikap menghargai orang lain untuk memberikan kebebasan berpendapat, pandangan seseorang maupun pendirian dalam melakukan hal-hal yang berbeda dari dirinya sendiri. Pada karakter ini sikap toleransi yang ditunjukkan oleh siswa kelas 4A yakni dengan menghargai serta menghormati teman yang berbeda agama dengannya. Hal tersebut selaras dengan pendapat menurut Poerwadarminta bahwa tolerasni adalah sikap tenggang rasa berupa rasa menghargai orang lain serta membolehkan suatu pendirian yang berbeda dengan dirinya.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu peran orang tua yang dilakukan agar dapat menumbuhkan karakter religius anak dengan berperan sebagai teladan serta motivatr bagi anak. Karakter religius siswa kelas 4A SDN Jepara 1/90 diantaranya: dengan membiasakan berdoa sebelum dan sesudah belajar, melaksanakan sholat, belajar mengaji, bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan oleh guru serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, beramal, serta toleransi dengan orang lain apabila orang lain tersebut memiliki agama yang berbeda dengannya. Selain itu indikator yang muncul dalam karakter religius ini yaitu: 1) taat kepada Allah SWT, 2) Ikhlas, 3) Bertanggung jawab, 4) toleransi.
References
- Achmad Yurianto dkk, Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease ( COVID – 19 ), 2020, Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan RI. SE Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid – 19.
- Novan Ardy, Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management, 2018, Yogyakarta : AR – RUZZ MEDIA. Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan Karakter, 2011, Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
- Mulia, Rahmi, “Penguatan Peran Keluarga Dalam Mendampingi Anak Belajar Di Masa Pandemi Covid-19” dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam: Vol.9 Nomor 1 Maret- Agustus 2020.