Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.2490

The Role of Green Accounting in Efforts to Prevent Environmental Pollution to Support Business Continuity


Peran Green Accounting Dalam Upaya Mencegah Pencemaran Lingkungan Untuk Menunjang Keberlangsungan Usaha

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Green Accounting Business Continuity Environmental pollution

Abstract

This study aims to describe and explain the application of green accounting in helping business continuity at PT Petrokimia Gresik. This research is based on the fact that most companies are still less concerned about environmental pollution problems and only prioritize profits without paying attention to their surroundings and stakeholders. This research method uses qualitative, data collection is carried out by in-depth interviews, documentation of company reports or files that are directly related to environmental costs, then the last is observation. This is done by observing the state of the company to be studied. The data analysis method used interpretive analysis with testing the validity of the data (triangulation) and theory. The results of this study indicate that PT Petrokimia Gresik is still at a level that is not optimal in implementing the application of environmental costs (green accounting) in terms of identifying, recognizing, measuring and disclosing environmental costs for waste management. The company incurs costs regarding environmental conservation, but the company's treatment of these costs is still included in the factory overhead costs. Environmental costs must be reported separately, in the sense of being categorized alone rather than combining them with other costs. The company is still grouping it with other costs so that the environmental costs do not appear in the financial statements. As a result, the environmental costs are hidden.

Pendahuluan

Akuntansi tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang juga terus berkembang, dan bisnis telah mengetahui bahwa sistem akuntansi konvensional tidak mencukupi dan memadai seiring dengan semakin tingginya kompleksitas bisnis. Perekonomian modern seperti saat ini, telah memunculkan berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti pemanasan global, ekoefisiensi, dan kegiatan industri lain yang memberi dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya (Pratiwi, 2013).[1]

Dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi, berbagai usaha dilakukan oleh perusahaan, di antaranya berproduksi menggunakan teknologi modern, pengurangan biaya, melakukan merger dan akuisisi, dan penggunaan sumber daya yang lebih murah. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memberikan hasil maksimal bagi stockholder. Saat ini, perusahaan dituntut tidak hanya mengutamakan pemilik dan manajemen, tetapi juga seluruh pihak yang yang terkait, seperti karyawan, konsumen, serta masyarakat dan lingkungan. Hal ini karena keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah dukungan lingkungan. Seringkali usaha peningkatan produktivitas dan efisiensi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa pencemaran udara, air, dan pengurangan fungsi tanah. Pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan secara jangka panjang.

Pada era pergerakan perusahaan ke arah green company, kalangan industri tidak hanya dituntut untuk sebatas pengolahan limbah, tetapi tuntutan masyarakat-konsumen lebih jauh lagi yaitu agar proses produksi suatu barang mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan suatu produk setelah digunakan tidak merusak lingkungan (Aniela, 2012). Dalam upaya pelestarian lingkungan, ilmu akuntansi berperan melalui pengungkapan sukarela dalam laporan keuangannya terkait dengan biaya lingkungan atau environmental costs. Sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat akun-akun terkait dengan biaya lingkungan ini disebut sebagai green accounting atau environmental accounting. Secara internal, peran dari green accounting dapat memberikan sebuah motivasi bagi manajer untuk mengurangi biaya lingkungan yang ditimbulkan, yang akan berpengaruh terhadap keputusan yang akan menjadi dasar eksistensi perusahaan di masa mendatang (Sahasrakirana, 2012).[2]

Selain karena tuntutan dari masyarakat, pengelolaan lingkungan dengan baik pada dasarnya akan berimplikasi juga untuk perusahaan kedepannya. Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak diluar manajemen dan pemilik modal. Perusahaan kadang kala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Astuti, 2012).[3]

Hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal, transaksi antara keduanya tidak menimbulkan presentasi timbal balik. Tanggung jawab lingkungan memiliki berbagai pengaruh pada kinerja perusahaan. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi saja, melainkan juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, untuk dapat bergerak maju dan tetap menjaga kelangsungan usahanya. Cooper (1992) mengatakan bahwa agar akuntansi ikut berperan yakni ikut memberikan kontribusi terhadap permasalahan lingkungan hidup dari pada hanya mencegah. Implementasi akuntansi lingkungan ditujukan untuk menghasilkan informasi yang berkaitan dengan lingkungan (Burhany, 2014).[4]

Pengungkapan akuntansi lingkungan seharusnya tidak saja sekedar mengungkapkan permasalahan lingkungannya tetapi juga melaporkan bagaimana mengelola perbaikan lingkungan dalam sosialnya. Permasalahan ini menjadi ilmu akuntansi semakin berkembang yang selama ini hanya memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga (stockholders dan bondholders) yang mempunyai kontribusi langsung pada perusahaan, tetapi sekarang dituntut tidak hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ketiga, tetapi juga dengan lingkungannya (Burhany, 2014). Perusahaan juga dituntut untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin baik, sehingga perusahaan dipaksa untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman, tentram serta kesejahteraan karyawan terpenuhi. Saat ini tidak ada standar yang baku mengenai item-item pengungkapan lingkungan (Susilo dan Astuti, 2014). Perekonomian modern seperti saat ini, telah memunculkan berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti pemanasan global, ekoefisiensi dan kegiatan industri lain yang memberi dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya (Gunawan dan Lestari, 2019). Namun, beberapa institusi telah mengeluarkan rekomendasi pengungkapan lingkungan, antara lain Dewan Ekonomi dan Sosial – Perserikatan Bangsa-Bangsa (ECOSOCPBB).[5]

Akuntansi lingkungan kerapkali dikelompokkan kedalam akuntansi sosial. Hal ini terjadi karena kedua diskursus (akuntansi lingkungan dan akuntansi sosial) tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menginternalisasi eksternalitas (eksternalitas lingkungan sosial dan lingkungan ekologis), baik positif mau pun negatif, ke dalam laporan keuangan perusahaan. Serupa dengan akuntansi sosial, akuntansi lingkungan juga menemui kesulitan dalam pengukuran nilai cost and benefit eksternalitas yang muncul dari industri. Bukan hal yang mudah untuk mengukur kerugian diterima oleh masyarakat sekitar dan lingkungan ekologis yang ditimbulkan polusi udara dan limbah cair atau eksternalitas lain oleh perusahaan. Pengembangan lingkungan yang berkelanjutan haruslah di tingkatkan tentu sajadengan mempertimbangkan kos-nya (Astuti, 2012).[6]

Menurut (Hadjoh, 2013) pengungkapan lingkungan sangat bermanfaat untuk pemulihan lingkungan hidup memengaruhi kesejahteraan umat manusia dan makhluk hidup lain. Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan memengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia (Effendi, Salsabila dan Malik, 2018). Tujuan perusahaan dalam usaha peningkatan produktivitas dan efisiensi seringkali mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa pencemaran udara, air, dan pengurangan fungsi tanah. Pengaruh aktivitas perusahaan terhadap lingkungan telah mendapat perhatian yang besar bagi publik. Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat, baik perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Marnelly, 2012). Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai cara perusahaan mengatur produksi yang berdampak positif, bukan pada investor dan kreditur saja melainkan juga kepada masyarakat luas (Andreas, Sucahyo dan Elisabeth, 2015). Pembangunan selalu menyebabkan perubahan terhadap lingkungan. Sebagian industri berubah tersebut memang sudah direncanakan, namun ada juga yang belum.[7]

Perusahaan berharap bahwa dengan kinerja lingkungan yang baik maka kinerja keuangan sebagai tujuan akhir juga dapat ditingkatkan, sebagaimana dikemukakan oleh de Beer dan Friend (2006) bahwa saat ini industri menjadi peduli dengan aspek lingkungan karena meyakini adanya pengaruh terhadap keuangan perusahaan. Semakin meningkatnya kesadaran manusia akan dampak kerusakan lingkungan yang akan mempengaruhi keberlangsungan hidup di masa yang akan datang, sehingga tuntutan masyarakat lebih besar. Karena pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan secara jangka panjang. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu akuntansi berperan melalui pengungkapan sukarela dalam laporan keuangannya terkait dengan biaya lingkungan atau environmental costs. Dengan demikian green accounting adalah upaya meningkatkan perekonomian perusahaan tanpa mengabaikan keadaan lingkungan perusahaan.[8]

Green Accounting juga diartikan sebagai suatu identifikasi, prioritisasi, kuantifikasi, atau kualifikasi dan penggabungan biaya lingkungan ke dalam keputusan-keputusan bisnis. Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan (Astuti, 2012) bahwa green accounting ini mengumpulkan biaya, produksi, persediaan, dan biaya limbah dan kinerja untuk perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan kontrol atas keputusan-keputusan bisnis. Berdasarkan hal tersebut maka green accounting merupakan langkah awal yang menjadi solusi dalam masalah lingkungan tersebut. Penerapan akuntansi lingkungan akan mendorong kemampuan untuk meminimalkan masalah lingkungan yang dihadapinya. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (enviromental costs) dan manfaat atau efek (economic benefit), serta menghasilkan efek perlindungan lingkungan (environmental protection). Pengungkapan akuntansi lingkungan di negara-negara berkembang memang masih sangat kurang (Astuti, 2012).[9]

Banyak penelitian yang berkembang di area social accounting disclosure memperlihatkan bahwa pihak perusahaan melaporkan kinerja lingkungannya masih sangat terbatas. Lindrianasari (2007) menegaskan bahwa salah satu faktor keterbatasan itu adalah lemahnya sanksi hukum yang berlaku di negara tersebut (Dewi, 2016). Ada beberapa kesulitan manajemen keuangan untuk melaporkan kewajiban lingkungan, yaitu sebagai berikut: permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan belum ada secara tegas, biaya dan manfaat dalam rangka menyajikan informasi lingkungan dalam laporan keuangan dirasakan tidak seimbang oleh perusahaan, pengenalan kewajiban bersyarat dan kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan.[10]

Metode Penelitian

Dalam melaksanakan pengumpulan data dan informasi yang akurat untuk mendapatkan data yang paling utama (data primer). Peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam dengan dibantu alat perekam suara serta alat dokumentasi lainnya. Dengan itu data yang ada di rekaman suara ataupun dokumentasi lainnya berguna sebagai bahan untuk crosscheck, jika pada analisa terdapat data, keterangan atau informasi yang tidak sempat tercatat oleh pewawancara.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Wawancara
  2. Dokumentasi
  3. Observasi.
  4. Triangulasi Data (Uji Keabsahan Data)

Hasil dan Pembahasan

A. Kerangka Berfikir

Gambar . Kerangka Berfikir

B. Uji Keabsahan Data (Triangulasi Data)

Pertanyaan Penelitian Hasil Wawancara Substansi Data
Pendapat tentang perusahaan yang harus dituntut untuk memiliki tanggung jawab terhadap stockholders atas aktivitas yang dilakukan Perusahaan dengan upaya dalam memperhatikan lingkungan sangat berusaha untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat setempat dengan mengikuti sistem nilai yang ada di dalam masyarakat. Melakukan program kampung sehat di sekitar wilayah perusahaan, pembagian sembako kepada masyarakat di sekitar wilayah perusahaan, serta program pendampingan pertanian (Agro Solution) bersama lembaga-lembaga terkait untuk meningkatkan kemudahan petani mendapatkan pupuk non-subsidi.
Pendapat perusahaan mengenai sustainability report Mengenai sustainability report PT Petrokimia Gresik yang merupakan perusahaan pupuk dan nitrogen dibawah naungan BUMN jelas membuat laporan tersebut. Dari tahun 2007 hingga sampai saat ini, perusahaan setiap tahun membuat sustainability report, selengkapnya bisa diakses di website resmi perusahaan.
Pandangan perusahaan terkait pelaporan biaya-biaya terkait dengan biaya lingkungan Semua upaya dilakukan oleh perusahaan maka ketika berbicara tentang lingkungan harus maksimal dalam memperhatikan masalah lingkungannya termasuk biaya pencegahan lingkungan dan biaya deteksi lingkungan. Biaya-biaya terkait dengan biaya lingkungan yang dilaporkan oleh perusahaan yakni : Kegiatan pelestarian alam untuk lingkungan warga di wilayah ring 1, luar ring 1 dan luar Gresik sebesar Rp. 91.700.000,-. Kegiatan aksi pembersihan lingkungan desa sekitar bersama warga sebesar Rp. 41.500.000,-. Program Community Development yakni : kegiatan program “Mangrove Kali Lamong” sebesar Rp. 56.200.000,- dan kegiatan program “Mangrove Mengare” sebesar Rp. 209.000.000,-.
Pandangan tentang pelestarian lingkungan dan mempertahankan kualitas lingkungan perusahaan merupakan elevator bisnis dalam memperoleh laba dalam jangka panjang dan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam pengambilan keputusan terkait kinerja lingkungan perusahaan. Pelestarian lingkungan perusahaan sangat penting dan benar-benar harus diperhatikan, karena dengan demikian menjamin langsung dampak dari keberlangsungan usaha. Perusahaan melakukan pendauran ulang limbah B3 yang dihasilkan perusahaan dan dikelolakan ke pihak ke-3 yang juga dimanfaatkan untuk bahan baku internal perusahaan yang dihasilkan akibat produksi sebelum mengalirkan ke lingkungan perusahaan itu sendiri.
Pendapat tentang transparansi pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan yang akan berdampak positif terhadap perusahaan. Misalnya, memberikan pencitraan yang positif, menunjang keberlangsungan usaha serta mencegah opini negatif terhadap perusahaan. Penerapan green accounting ini sangat mendukung sekali oleh perusahaan dalam mengungkapkan masalah lingkungan yang dihadapinya. Terutama, bagi perusahaan ini yang jelas-jelas di dalam produksi menghasilkan limbah, maka sudah seharusnya perusahaan memberikan perhatian lebih kepada lingkungan dan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. Pencemaran dan limbah industri merupakan salah satu contoh negatif dari operasional industri. Industri memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol tanggung jawab perusahaan. Penerapan green accounting dalam sebuah perusahaan, khususnya PT Petrokimia Gresik sangat membantu dalam proses pelaporan terkait dengan biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan dengan tujuan memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang berbasis perlindungan lingkungan.
Pencegah an yang dapat dilakukan agar dampak dari aktivitas perusahaan tidak langsung berdampak pada lingkungan dan di dalam melakukan pencegahan tersebut, pasti membutuhkan biaya. Biaya-biaya yang termasuk dalam pencegahan tersebut Penerapan green accounting sangat dibutuhkan dalam proses evaluasi seperti kegiatan lingkungan dan tak jarang melakukan analisa terutama masalah limbah. Karena kita tahu bahwa perusahaan ini sangat menghasilkan limbah. Pelestarian lingkungan tidak dapat dilakukan hanya sekali, atau dua kali. Dananya harus benar-benar sudah dianggarkan di dalam data perusahaan, khusus untuk penanganan lingkungan. Adapun kegiatan lingkungan yang dilakukan perusahaan seperti :Pengelolaan limbah B3Pengelolaan air limbahPengelolaan emisi.
Pandangan perusahaan tentang penerapan green accounting dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan menunjang keberlangsungan perusahaan. Penerapan green accounting sangat mendukung sekali bagi perusahaan. Bahwa, sebuah perusahaan itu dituntut untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan stakeholders atas aktivitas yang digunakan. Bantuan yang dilakukan perusahaan dan dilaporkan di sustainability report 2019 yakni :Untuk sektor industri disalurkan kepada 21 mitra binaan dengan komoditi batik tulis, sarung tenun, kerajinan tangan, songkok, sambel pecel, tas, konveksi dan bordir.Di sektor perdagangan disalurkan kepada 111 mitra binaan dengan usaha kios pupuk, perdagangan meubel, sembako, alat tulis, busan dan perdagangan ikan kering.Sektor pertanian disalurkan kepada: 87 kelompok tani padi, 20 kelompok tani dan 3 orang petani benih padi.Sektor peternakan disalurkan kepada: 120 kelompok ternak sapi, 1 kelompok ternak kambingSektor perkebunan disalurkan kepada: 3 kelompok tani tebu, 1 kelompok tani kelengkeng, dan 1 kelompok tani nanas.Di sektor perikanan disalurkan kepada: 1 kelompok budidaya ikan lele, 12 kelompok budidaya ikan gurami dan 4 kelompok budidaya ikan bandeng.Sektor jasa yang mana disalurkan kepada mitra yang bergerak di bidang usaha katering dan penyalur tenaga kerja.
Yang diungkap dalam sustainability report dan menyangkut masalah lingkungan Perusahaan tidak hanya berorientasi atau berfokus pada misi mencari laba atau keuntungan saja, akan tetapi kami juga harus memperhatikan bagaimana kelangsungan perusahaan kedepannya. Kewajiban yang harus benar-benar perusahaan perhatikan. Misalnya, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya terhadap lingkungan dan setiap tahun kami memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar perusahaan, mitra binaan, kelompok tani, kelompok ternak, kelompok budidaya, penyalur tenaga kerja, dsb. Lalu dimasukkan ke dalam annual report dan dikelompokkan di dalam kategori tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Tetapi tidak masuk di dalam laporan keberlanjutan usaha atau sustainability report, karena biasanya perusahaan hanya memaparkan secara langsung, tidak dalam bentuk laporan.
Dalam proses produksi, apakah dilakukan pencegahaan polusi yang nantinya akan dibuang langsung ke lingkungan Sebagai perusahaan yang banyak menghasilkan zat kimia, jelas menghasikan banyak limbah. Jadi, limbah tersebut harus diolah sebelum dibuang ke badan alam. perusahaan. Dengan begitu perusahaan dapat meminimalisir dana untuk biaya bahan baku itu sendiri. Perusahaan menghasilkan limbah. Tetapi, sudah tidak termasuk limbah berbahaya, yakni gipsum. Limbah ini didaur ulang dan dikelolakan ke pihak ke-3 yang juga dimanfaatkan untuk bahan baku internal.
Table 1.Uji Keabsahan Data (Triangulasi Data)

C. Perbandingan Biaya Pencegahan Lingkungan, Biaya Deteksi Lingkungan, Biaya Kegagalan Lingkungan dan Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan berdasarkan perspektif teori dengan biaya terkait aktivitas lingkungan PT Petrokimia Gresik

Tabel 2. Perbandingan Biaya Pencegahan Lingkungan, Biaya Deteksi Lingkungan, Biaya Kegagalan Lingkungan dan Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan berdasarkan perspektif teori dengan biaya terkait aktivitas lingkungan PT Petrokimia Gresik

No. Keterangan Hansen dan Mowen PT. Petrokimia Gresik
1. Biaya Pencegahan Lingkungan Biaya evaluasi dan pemulihan alat untuk mengendalikan polusi.Biaya desain khusus dan produk untuk mengurangi limbah.Biaya melatih dan mengajari karyawan untuk mempelajari dampak lingkungan.Biaya audit risiko lingkungan.Biaya pelaksanaan penelitian lapangan.Biaya pengembangan sistem manajemen lingkunganBiaya pemerolehan sertifikat ISO 14001. Keselamatan KerjaTenaga TemporerPenelitian LimbahPenyusunan Studi AMDALKerjasama Korelasi Laboratorium dengan LIPI, ITB dll.Program ISO 14000Kerjasama Pemantauan Kawasan Petrokimia GresikKerjasama Penelitian dengan InstansiPenelitian Pengelolaan LimbahPemeliharaanPemeliharaan KawasanPemeliharaan PerumahanPemeliharaan PermesinanPemeliharaan Pabrik IPemeliharaan Pabrik IIPemeliharaan Pabrik IIIInstalasiInstalasi AirInstalasi BabatInstalasi Air Gunungsari
2. Biaya Deteksi Lingkungan Biaya audit aktivitas lingkungan.Biaya pemeriksaan produk dan proses ramah lingkungan.Biaya pengembangan ukuran kinerja lingkungan.Biaya pelaksanaan pengujian pencemaran.Biaya verifikasi kinerja lingkungan.Biaya pengukuran tingkat pencemaran. Material HandlingBiaya Inspeksi
3. Biaya Kegagalan Internal Lingkungan Biaya pengoperasian peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi.Biaya pengelolaan dan pembuangan limbah-limbah beracun.Biaya pemeliharaan peralatan polusi. Effluent Treatment (instalasi pengolahan air limbah sungai)
4. Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan Biaya pembersihan danau atau sungai yang tercemar.Biaya penggunaan bahan baku dan energi secara tidak efisien.Biaya pembersihan minyak yang tertumpah.Biaya pembersihan tanah yang tercemar.Biaya penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktek kerja yang tidak ramah lingkungan. Tidak ada
Table 2.

D. Formulasi Biaya Lingkungan PT Petrokimia Gresik

No Keterangan Biaya Lingkungan
Biaya Pencegahan Lingkungan
Biaya evaluasi dan pemulihaan alat pengendali polusi XXX
Biaya produk untuk mengurangi limbah XXX
Biaya pelatihan mempelajari dampak lingkungan XXX
Biaya audit risiko lingkungan XXX
Biaya pelaksanaan penelitian lapangan XXX
Biaya pengembangan sistem manajemen lingkungan XXX
Biaya memperoleh sertifikat XXX
Total XXX
Biaya Deteksi Lingkungan
Biaya audit aktivitas lingkungan XXX
Biaya pemeriksaan produk ramah lingkungan XXX
Biaya pengembangan ukuran kinerja XXX
Biaya pelaksanaan pengujian pencemaran XXX
Biaya verifikasi kinerja lingkungan XXX
Biaya pengukuran tingkat pencemaran XXX
Total XXX
Biaya Kegagalan Internal Lingkungan
Biaya pengoperasian alat untuk mengurangi polusi XXX
Biaya pembuangan dan pengelolaan limbah beracun XXX
Biaya pemeliharaan peralatan polusi XXX
Total XXX
Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan
Biaya pembersihan sungai/danau yang tercemar XXX
Biaya pemakaian bahan baku secara tidak efisien XXX
Biaya pembersihan minyak yang tertumpah XXX
Biaya pembersihan tanah yang tercemar XXX
Biaya kecelakaan kerja yang tidak ramah lingkungan XXX
Total XXX
Table 3.Formulasi Biaya Lingkungan PT Petrokimia Gresik

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui biaya-biaya lingkungan PT Petrokimia Gresik berdasarkan kategori pengelompokannya. Pengukuran kinerja lingkungan perusahaan berdasarkan pada aktivitas-aktivitas lingkungan yang dilakukan perusahaan selama proses produktivitas dengan mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan. Hal tersebut didukung oleh de Beer dan Friend (2006) yang mengatakan bahwa pengungkapan semua biaya-biaya yang terkait lingkungan baik internal maupun eksternal dan mengalokasikan biaya-biaya tersebut berdasarkan kategorinya akan berdampak baik pada kinerja lingkungan perusahaan. Penerapan green accounting pada PT Petrokimia Gresik akan berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan dan akan menunjang keberlangsungan usaha kedepannya.

Kesimpulan

Dari semua hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa PT Petrokimia Gresik masih dalam level yang belum maksimal untuk mengimplementasikan penerapan biaya lingkungan (green accounting) dalam hal pengidentifikasian, pengakuan, pengukuran dan pengungkapan biaya lingkungan atas pengelolaan limbah. Penerapan green accounting ini sangat membantu perusahaan dalam proses pelaporan terkait biaya yang dikeluarkan dalam pelestarian lingkungan dalam upaya mencegah pencemaraan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan. Selain itu, dengan penerapan green accounting sangat mendukung dalam proses evaluasi seperti kegiatan lingkungan yang melakukan analisa terutama masalah limbah. Karena dengan menerapkan green accounting perusahaan akan secara sukarela mematuhi kebijakan pemerintah serta tempat perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya. Informasi dari pelaporan biaya-biaya lingkungan berfungsi dengan baik sebagai alat bagi suatu perseroan dalam memenuhi tanggung jawab lingkungan atas akuntabilitas kepada stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk mengevaluasi pelestarian lingkungan dan meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan untuk menunjang keberlangsungan usaha saat ini dan masa yang akan datang.

References

  1. Pratiwi, Wahyu. (2013). “Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur.” Jurnal Akuntansi AKUNESA.
  2. Aniela, Yoshi. (2012). “Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja.” Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi 1(1): 15–19., & Sahasrakirana, Galuh Widya. 2012. “Evaluasi Peran Akuntansi Lingkungan Untuk Mendukung Keputusan Manajemen Lingkungan Dalam Mencapai Sustainability Perusahaan PT Sahabat Mewah dan Makmur.” Universitas Bina Nusantara.
  3. Astuti, Neni. (2012). “Mengenal Green Accounting.” Permana 4(1): 69–75.
  4. Cooper, Christine. (1992). “The Non and Nom of Accounting for (M)other Nature.” Accounting, Auditing & Accountability Journal 5(3): 16–39., & Burhany, Dian Imanina. (2014). Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Informasi Lingkungan.” Indonesia Journal of Economics and Business, 1–8.
  5. Burhany, Dian Imanina. (2014). Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Informasi Lingkungan.” In Indonesia Journal of Economics and Business, 1–8., & Susilo, Joko, dan Neni Astuti. (2014). “Penyusunan Model Green Accounting Untuk Perusahaan Melalui Perhatian, Keterlibatan, Pelaporan Akuntansi Lingkungan dan Auditnya.” Permana 5(2): 17–32., & Gunawan, Juniati, and Riana Lestari. (2019). “Persepsi Dosen Akuntansi Perguruan Tinggi di Jakarta Atas Implementasi Material Flow Cost Accounting (MFCA).” Jurnal Akuntansi Trisakti 5(1): 53.
  6. Astuti, Neni. (2012). “Mengenal Green Accounting.” Permana 4(1): 69–75.
  7. Hadjoh, Rinny Amelia. (2013). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kinerja Keuangan dan Eksposur Media Pada Pengungkapan Informasi Lingkungan.” E-Jurnal Akuntansi 4(1): 1–18., & Effendi, Rahayu, Hana Salsabila, dan Abdul Malik. (2018). “Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan.” Modul 2018 18(2): 75., & Marnelly, T Romi. (2012). “Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia.” Jurnal Aplikasi Bisnis 3(1): 49–59., & Andreas, Hans Hananto, Usil Sis Sucahyo, dan Delima Elisabeth. (2015). “Corporate Social Responsibility dan Profitabilitas.” Jurnal Manajemen Maranatha 15(1): 119–36.
  8. de Beer, Patrick, dan Francois Friend. (2006). “Environmental Accounting: A Management Tool for Enhancing Corporate Environmental and Economic Performance.” Ecological Economics 58(3): 548–60.
  9. Astuti, Neni. (2012). “Mengenal Green Accounting.” Permana 4(1): 69–75.
  10. Lindrianasari. (2007). “Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia.” Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 11(2): 159–72., & Dewi, Santi Rahma. (2016). “Pemahaman dan Kepedulian Penerapan Green Accounting (Studi Kasus UKM Tahu di Sidoarjo).” Ekonomi & Bisnis: 497–511