Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2441

Parenting Patterns of Working Parents at Home and Working Parents Outside the Home in Formation of Children's Character During the Covid-19 Pandemic


Pola Asuh Orang Tua Pekerja Di Rumah Dan Orang Tua Pekerja di Luar Rumah Dalam Pembentukan Karakter Anak Selama Pandemi Covid-19

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

pola asuh orang tua pekerja pembentukan karakter pandemi covid-19

Abstract

This study aims to determine the parenting pattern of working parents at home and working parents outside the home in the formation of children's character during the Covid-19 pandemic and to determine the effect of parenting patterns of working parents at home and working parents outside the home in character building. children during the Covid-19 pandemic. The research method used is descriptive-qualitative research. The subjects of this study were the parents of 5th grade elementary school children. The object of this research is parenting style. The method used in collecting data is observation and interviews. The results of the study indicate that there are differences in parenting patterns that cause differences in the character of children. From the results of the study, it is known that many parents educate their children with their different parenting patterns which causes the formation of character in children is also different. In educating, guiding children, appropriate parenting patterns are needed so that the formation of children's character can be in accordance with what parents want.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku seseorang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain. Perkembangan zaman yang pesat dan cangih mempengaruhi dunia pendidikan. Pendidikan terbagi dari dua macam yaitu, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara terstruktur atau terencana dan memiliki jenjang tingkatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah lewat lembaga sekolah. Sedangkan pendidikan non formal merupakan jenis pendidikan yang dilakukan oleh anak sebagai penunjang pendidikan formal.

Sesuai dengan ketetapan Menteri Pendidikan Nasional mengatakan penguatan karakter mudah dilakukan adalah ketika anak masih duduk di bangku sekolah dasar . Maka hal itu menjadi alasan pemerintah memfokuskan pendidikan karakter di sekolah dasar, bukan berarti pada jenjang tingkatan lainya tidak mendapatakan fokus yang lebih mungkin setiap bagianya yang berbeda-beda. Meskipun karakter menjadi fokus kita bersama, namun ternyata gambaran situasi masyarakat di lingkungan sekitar masih memperhatinkan. Menurut Lie Anita untuk menerapkan pendidikan karakter ini, semua warga sekolah harus memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolah

Karakter memiliki arti watak, sifat, tabiat atau ciri khas yang telah dimiliki seseorang dan berbeda dengan orang lain. Sedangkan arti kata pendidikan karakter sendiri merupakan suatu tindakan yang mewadahi sebuah karakter anak melalui pendidikan. Nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, namun selama ini tidak menjadi fokus dalam proses pengajaran berlangsung.Menurut Kementrian Pendidikan Nasional yang mengatakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bersumber pada Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional.

Dalam pembentukan karakter anak diperlukan pola asuh orang tua yang baik. Keluarga merupakan unit terkecil dan terdekat dalam masyarakat. Keluarga merupakan peran penting dalam aspek sosial di kehidupan, maka dari itu kerja sama antara orang tua dalam hal pembentukan karakter anak sangat diperlukan. Menurut Nauli, Karnadi dan Meilani mengatakan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua juga tidak lepas dari pengaruh nilai dalam budaya tertentu terutama budaya lokal tempat menetapnya sebuah keluarga. Dimana pola asuh setiap anak memang berbeda sesuai dengan lingkungan.

Generasi Z yang lahir dan bertumbuh pada zaman globalisasi tentu sangat berbeda dengan generasi milenial atau generasi sebelumnya. Sehingga pola asuh harus di update terus agar tidak tertinggal. Dapat dilihat pada saat itu persebaran informasi belum seluas dan segencar pada zaman sekarang. Sehingga karakter anak-anak sekarang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan erat dengan nilai-nilai, penalaran dan perilaku dari seorang hal tersebut diungkapkan oleh Zuchdi

Tapi sayangnya di era yang telah modern ini banyak orang tua yang mengabaikan hubungan atau interaksinya dengan anaknya. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil penelitian yang menunjukan hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku anak SD. Hasil presentase anak yang mendapatkan pola asuh demokratis dan memiliki perilaku normal sebesar 55 (64%). Dapat dilihat menurut Situmorang, Nurnannigsih dan Sutomo yang mengatakan hasil laporan bahwa terdapat hasil hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku anak yang lebih banyak diterapkan adalah non demokratis.

Metode Penelitian

Penelitian dalam penulisan ini berkaitan dengan pola asuh orang tua pekerja di rumah dan pola asuh orang tua pekerja di luar rumah untuk mendapatkan jawaban lebih dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Menurut Creswell, 1998 dalam Noor mengatakan penelitian kualitatif adalah suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Sedangkan untuk jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji sebuah hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapatkan sebuah gambaran tentang pola asuh orang tua pekerja di rumah dan pola asuh orang tua pekerja di luar rumah dalam pembentukan karakter anak selama pandemi Covid-19

Hasil dan Pembahasan

Setelah peneliti melakukan penelitian di tempat lingkungan peneliti yaitu di Desa Magersari Krian dengan metode observasi dan wawancara dapat di paparkan temuan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana pola asuh orang tua pekerja di rumah di masa pandemi covid-19?

Subjek 1 berinisial AM, Ayah dan Ibu dari subjek 1 berinisial BM dan HN. Karakteristik AM berusia 12 tahun, AM di didik langsung oleh orang tua dari kecil hingga masa sekolah seperti saat ini. Itu yang membuat AM menjadi anak penurut dan disiplin. Orang tua subjek 1 adalah termasuk orang tua pekerja di rumah, Ayahnya BM bekerja sebagai pedagang dan Ibunya HN juga pedagang dirumah. Kegiatan AM pada masa pandemi covid tidak jauh beda dengan sebelum adanya pandemi covid. AM masih dibiasakan untuk bangun pagi, melakukan shalat, belajar, mengikuti pembelajaran secara daring, mengikuti bimbingan belajar, bermain dan mengaji.

“kalo saya mba, memang dari dulu saya asuh sendiri dari kecil hingga saat ini. Jadi saya rasa tidak ada kesulitan karena pengajaran yang saya lakukan memang sedari kecil jadi saat besar seperti saat ini AM tidak merasa kesulitan atau terkekang”

Saat pembelajaran daring AM selalu didampingi oleh orang tua terutama ibunya. Hal ini dilakukan untuk lebih memahami dan mengerti kemampuan AM dan jika ada tugas untuk langsung dikerjakan dengan pendampingan dan pengawasan orang tua.Terlihat ibu AM sangat sabar dalam mendidik AM, hal ini diutarakan oleh ibu subjek

“Alhamdulillah saya makin sabar dan waktu untuk berinteraksi dengan AM juga makin luas, sehingga saya dapat memahami karakter nya dengan baik”

Diasuh orang tua sejak kecil membuat waktu yang dimiliki AM dengan orang tua sangat banyak. Hampir tiap hari AM melakukan kegiatan sehari-hari dengan orang tua. Kegiatan sehari-hari juga tidak pernah lepas dari pengawasan orang tua. AM juga di didik tentang agama sejak kecil, hingga saat ini AM tak pernah lupa untuk mengerjakan shalat dan kewajibanya yang lain. AM sudah diajarkan untuk disiplin dan bertanggung jawab dengan harapan AM tidak lupa untuk selalu mengingat apa yang telah orang tua ajarkan sejak kecil saat besar nanti.

Subjek ke 2 berinisal QB yang berusia 11 tahun. Orang tua subjek QB berinisial Ayah MA dan Ibu NM. QB tinggal bersama orang tua dan adiknya yang masih berusia 3 tahun. Orang tua QB bekerja di rumah karena memiliki sebuah usaha online shop yang dapat dikerjakan di rumah. karakteristik QB adala ceria dan selalu berpikir kritis. Subjek 2 ini terkenal banyak berbicara diantara teman sebayanya yang lain. Dalam memberikan perhatian sehari-hari QB selalu diawasi oleh orang tuanya apalagi dalam masa pandemi covid saat ini aktivitas QB sedikit berubah dengan sebelum adanya pandemi covid. QB termasuk anak yang masih dapat dikendalikan untuk aktivitas sehari-hari. Hal ini diutarakan oleh ibu subjek

“Untuk mendidik sih masih sama seperti biasanya mba walaupun sekarang pembelajaran secara darig tapi untuk anaknya sendiri masih beraktivitas seperti pergi ke sekolah, yaitu pagi bangun tidur, lalu mandi, sarapan jika ada tugas yaa langsung dikerjakan. Tapi mungkin bedanya sekarang tidak pergi ke sekolah jadi absen juga melalui link yang dikirim gurunya melalui wa. Dan jika ada tugas yaa langsung dikerjakan”

Pengasuhan langsung oleh Ibu membuat QB lebih dekat dengan kedua orang tua, meskipun begitu QB bukan lah tipe anak yang manja justru rasa ingin tau subjek besar akan hal yang belum dia ketahui. Hal ini membuat QB dapat mengerti dan memahami hal-hal yang baik dan buruk. Kedekatan sejak dini membuat Ibu subjek dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan QB, hal ini dijawab oleh orang tua subjek

“Yah semakin dekat mba, waktu yang saya habiskan dengan QB dan adiknya juga banyak mba. Biasanya hampir setengah hari dihabiskan di sekolah sekarang Alhamdulillah lebih banyak”

Waktu yang kebanyakan sering digunakan di sekolah, sejak pandemi ini berganti di rumah. hal ini disambut baik oleh orang tua QB karena memiliki waktu yang banyak untuk mengajari dan bermain di rumah dan agar terhindar dari virus Covid-19 apalagi virus ini tidak pandang bulu, mulai dari anak kecil hingga lansia.

Subjek 3 berinisial ZM berusia 12 tahun, tinggal bersama orang tua dan kakaknya. Orang tua ZM berinisial SP dan NA sehari-hari bekerja lingkungan rumah. Ayah SP yang bekerja pembuat guci di rumah dan Ibu NA yang mempunyai warung di depan rumah nya. Subjek 6 termasuk anak yang pendiam dan tidak sering keluar rumah. Dalam kegiatan sehari-hari SP dan NA mendidik ZM seperti anak pada umunya.

orang lain, mungkin sedikit dibantuin sama Ayahnya. Alhamdulillah selama ini nurut-nurut saja mba sedikit nakal nya juga ada namanya juga anak laki-laki ya mba. Tapi masih bisa saya kendalikan terkadang kalo saya sudah capek yaa biarkan Ayahnya yang bilangi mba”

Subjek ketiga termasuk anak yang pendiam walaupun pintar dalam bergaul dan bersosialisasi. Dalam keseharianya ZM selalu di rumah dan memainkan handphone nya. ZM telah diberi handphone oleh orang tuanya guna untuk lebih mudah mengakses sendiri pembelajaran secara daring nya. Handphone memang menjadi benda wajib yang harus dimiliki oleh semua anak. Namun harus tetap dalam pengawasan orang tua

Bagaimana pola asuh orang tua pekerja di luar rumah di masa pandemi Covid-19?

Subjek ke 4 berinisial FA yang berusia 12 tahun. Orang tua subjek 4 Ayah FT dan Ibu AW. Orang tua FA bekerja sebagai karyawan koperasi dan memiliki toko di tempat lain, sehingga dapat dikatakan orang tua FA adalah orang tua pekerja di luar rumah. FA termasuk anak yang mandiri, dimana ia sudah paham akan pekerjaan orang tuanya dan telah mengerti aktivitas yang akan ia lakukan setiap harinya. Orang tua nya bersikap tegas dalam hal mengingatkan subjek 4 untuk mengikuti pembelajaran secara daring, mengikuti bimbingan belajar dan mengaji. Kesadaran FT dan AW yang tidak dapat menberikan pengajaran dirumah, Subjek 4 tinggal bersama orang tua dan adiknya yang berusia 6 tahun.

“Yaa mungkin semua tetangga tau saya mendidik anak saya begitu keras, keterbatasan waktu yang saya punya membuat saya dan suami harus mendidik dengan keras mba. Kadang saya tidak dapat mengawasi selama pembelajaran daring berlangsung karena saya sudah mengizinkan untuk FA memegang handphone sendiri jadi yaa saya memantaunya melalui wa wali murid mba. Tak hanya itu kadang jika ada tetangga atau teman bermainya memberikan laporan ke saya tentang FA yang nakal, saya langsung bertindak dengan mulut dan tangan. Memang itu salah tapi saya terkadang juga telah capek mba sepulang bekerja langsung melihat anak nakal itu rasanya geregetan”

Subjek ke empat merupakan anak pertama, namun tidak membuat orang tua FA untuk membuat nya menjadi manja justru di didik untuk mandiri. Sejak kecil FA sudah diajarkan untuk selalu membantu orang tua dan melakukan aktivitas nya dari mulai bersekolah, mengikuti bimbingan belajar dan mengaji. Pemberian aktivitas tersebut di karenakan orang tua sadar tidak dapat membimbing FA dari pelajaran sekolah yang di dapat. Tak hanya itu FA juga semakin mengerti bahwa belajar adalah hal yang penting, hal ini dijelaskan oleh Ibu subjek

“Anak semakin mengerti mba bahwa belajar itu penting dan semakin konsisten untuk kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal sebelumnya”

Meskipun keduang orang tua subjek bekerja di luar rumah, namun kedua orang tua FA tetap memantau dan mengawasi, hal ini dapat terlihat dari orang tua FA yang selalu mengingatkan subjek untuk melakukan aktivitasnya dan tidak membatasi waktu bermain FA asalkan semua kegiatan sudah dilakukan. Dengan begitu membuat karakter FA menjadi bertanggung jawab dan disiplin

Karakteristik subjek 5 adalah anak berusia 12 tahun yang berinisial PS. Orang tua subjek 5 Ayah DA dan Ibu MS. Subjek 5 tinggal bersama orang tua, nenek dan adik nya yang berusia 3 tahun. Orang tua PS merupakan orang tua pekerja yang melakukan aktivitas pekerjaan nya di luar rumah, Ayah PS merupakan karyawan tetap di sebuah PT dan Ibu PS merupakan guru TK Islam. Dalam mendidik PS sehari-ibu orang tua DA dan SA bersikap tegas apalagi jika menyangkut belajar.

“Ya saya merasa kasihan jika sekolah dilakukan secara daring seperti saat ini, karena saya bekerja di luar rumah jadi yaa jika ada tugas selalu menunggu saya untuk mengerjakanya. Saya tidak memberikan handphone kepada PS karena saya takut akan menjadi ketergantungan dan terlebih lagi malas mba”

Dirumah PS adalah termasuk anak yang kalem dan tak pernah meminta sesuatu yang berlebihan kepada orang tua nya. Namun rasa ingin tahu subjek juga besar. Walaupun orang tua subjek bekerja di luar rumah namun tak membuat PS lupa waktu dalam hal belajar dan bermain. PS juga termasuk anak yang tekun untuk beribadah dengan kakeknya. PS juga mudah bersosialisasi dengan baik. Jiwa sosial yang dimiliki PS juga tinggi, hal itu terlihat dari PS yang tidak membeda-bedakan teman lama maupun teman baru.

“Dengan adanya pandemi Covid-19 ini saya juga dapat mengerti dan memahami karakter anak saya, pengetahuan dan pemahaman nya juga mba. Jadi lebih mendekatkan saya dengan anak saya”

Hubungan antara orang tua dengan subjek juga dekat walaupun orang tua subjek bekerja di luar rumah. Bentuk perarturan dan kegiatan yang membuat antara orang tua dengan subjek dekat tidak ada batasan. Dari kecil memang PS diasuh langsung oleh orang tuanya, namun selepas cuti sang Ibu habis PS diasuh oleh kakek dan nenek nya dirumah. Tetapi hal itu tidak membuat PS jauh dari orang tuanya. PS masih dekat dengan orang tuanya tak jarang PS masih bermanjaan dengan orang tuanya.

Subjek 6 berinisial DH berusia 12 tahun. orang tua DH yang berinisial Ayah MZ dan Ibu MY. Subjek 6 tinggal bersama orang tua, adik dan kakeknya. Pekerjaan dari Ayah MZ adalah karyawan tetap di sebuah pabrik dan Ibu MY adalah buruh pabrik, pekerjaan yang dilakukan di luar rumah membuat perhatian untuk DH sedikit berkurang apalagi DH memiliki adik yang masih berusia 2 tahun. Aktivitas sehari-hari DH adalah belajar dan bermain. Dikarenakan MZ dan MY tidak dapat mengajari DH, maka DH diberikan bimbingan belajar dan mengaji.

“Yah walaupun saya tidak dapat mengawasi secara penuh karena saya juga bekerja. Tapi DH termasuk anak yang sopan santun dan patuh pada orang tuanya. Dan apabila saya bertanya kegiatan apa yang telah dilakukan dalam sehari ini, DH selalu menjawab jujur sesuai dengan apa yang dia lakukan mba. Meskipun saya dan ayahnya bekerja di luar tapi justru itu saya mencoba melihat tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian DH. Apalagi dia laki-laki jadi harus diajarkan sejak dini mba”

Subjek 6 termasuk anak yang penurut dan selalu mengalah pada adik nya. Oleh karena itu terkadang orang tua MZ dan MY merasa kasihan apabila DH dan adiknya ditinggal bekerja hanya dengan kakeknya saja. Dalam kegiatan pembelajaran secara daring DH memang telah diberi smartphone untuk mengakses pembelajaranya sendiri. Orang tua DH juga merasa kasihan apabila DH harus belajar sendiri di rumah, tetapi orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan DH. Meski tidak dapat memperhatikan secara penuh orang tua DH memastikan untuk kebutuhan DH selalu terpenuhi. Kelebihan dari subjek 6 adalah ia belajar untuk semakin bertanggung jawab pada dirinya dan aktivitasnya.

“Walaupun sering saya tinggal untuk bekerja di luar rumah. Alhamdulillah DH menjadi anak yang semakin mandiri mba, bertanggung jawab akan kegiatan nya sehari-hari mba”

Meskipun kedua orang tua bekerja di luar rumah, namun tidak merubah pola asuh orang tua untuk DH. Subjek masih dalam bimbingan orang tua dan didikan orang tuanya. Perhatian dan rasa kasih sayang orang tua subjek juga tidak pudar masih sama. Sehingga hal itu membaut DH dekat dengan orang tua.

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan tiga indikator sesuai dengan pendapat Thomas Gordon dalam Syamaun yang menggolongkan beberapa tipe pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Ketiga pola asuh tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Karakter anak yang baik tidak terlepas dari keberhasilan kelurga dalam mendidik dan memberikan pendidikan yang terbaik. Karena karakter bukan genetic seperti kepribadian tetapi karakter perlu dibina dan dikembangkan secara sadar melalui proses yang pastinya tidak instan.

Pada pola asuh otoriter menurut Gunarsa, yaitu pola asuh di mana orang tua menerapkan batasan dan aturan yang harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk mengeluarkan pendapatnya dan jika anak tidak mematuhi perarturan yang dibuat maka akan diancam dan dihukum. Pada pola ini dapat membuat anak merasa hilangnya kebebasan, inisiatif dan aktivitasnya akan berkurang. Tak hanya itu anak akan merasa kurang percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya. Anak juga cenderung memiliki sikap disiplin dan patuh yang semu tidak dapat berjalan secara alami seperti yang orang tua lain lakukan.

Sesuai dengan pendapat Heinrich menyatakan bahwa orang tua yang bekerja untuk tetap membangun kebersamaan bersama anak dan orang tua yang bekerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak, dan dari hal tersebut bukan berarti pekerjaan orang tua menjadi penghambat dalam mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.

Peran orang tua selama pandemi Covid 19 memang sangat besar bukan hanya sebagai tempat pendidikan anak dalam membentuk karakter, nilai agama dan budi pekerti tetapi juga menjadi peran tambahan sebagai guru untuk anaknya dalam belajar di rumah. Masa pandemi Covid-19 ini mengakibatkan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Orang tua pun memiliki peran penting dalam pembelajran jarak jauh ini untuk memotivasi anak, memfasilitasi anak belajar, tetap menumbuhkan kreatifitas anak dan mengawasi anak, hal itu sesuai dengan pendapat Trisnadewi & Muliani.

Kesimpulan

Pola asuh orang tua yang diberikan kepada anak-anak berbeda-beda. Yaitu terdiri dari pola asuh otoriter, pola asuh permissif dan pola asuh demokratis.

Terlihat dari karakter anak yang berbeda-beda ditinjau dari pola asuh orang tua. Anak yang diasuh dengan pola asuh Otoriter maka menjadikan anak susah untuk bergaul dan pembangkang karena orang tua tidak memberikan kebebasan atau mengekang. Jika anak diasuh dengan pola asuh permisif maka anak akan susah dikendalikan dan tidak memiliki disiplin akan norma atau nilai-nilai sosial. Tapi jika anak diasuh dengan pola asuh demokratis, maka menjadikan anak selalu terbuka dengan orang tuanya, memiliki sikap yang baik dan sesuai dengan apa yang orang tua harapkan. Orang tua memegang kendali yang sangat penting dalam mengasuh anak. Pengasuhan yang terbaik memang dibentuk oleh orang tua.

References

  1. Menteri Pendidikan Nasional. 2010. Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai di SD. http: // www.antaranews.com/berita/1273933824/mendiknas, Sabtu, 15 Mei 2010.
  2. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa. (Jakarta: Kemendiknas, 2010) 3
  3. Nauli, V. A., Karnadi, K., & Meilani, S. M. (2019). Peran Ibu Pedagang Pasar 24 Jam Terhadap Perkembangan Moral Anak (Penelitian Studi Kasus di Kota Bekasi). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 241. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i1.179
  4. Situmorang TSK, Nurnaningsih, Sutomo R. Perbedaan perilaku anak prasekolah berdasarkan pola pengasuhan. Sari Pediatri 2016;18:314-9 .
  5. (Creswell, 1998 dalam Noor, 2011:34)