Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.2385

The Effect of Financial Ratios on Financial Distress During the Covid 19 Period


Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Masa Covid 19

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Financial Distress Likuiditas Profitabilitas Leverage Activity Cash flow

Abstract

The purpose of this study is to determine, analyze, and explain the significant influence between the variables of Liquidity, Profitability, Leverage, Activity and operating cash flow on financial distress in Transportation Sub-Sector Companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the second Quarter of 2020, namely as many as 36 million companies. This research uses a quantitative approach. By using secondary data from the IDX official website. Data collection is done by tracing financial statements, annual reports and previous journals. The analysis technique used in this research is multiple regression analysis technique. Liquidity, profitability, and cash flow have a significant effect on Financial Distress, while Leverage and Activity have no significant effect on Financial Distress.

Pendahuluan

Salah satu negara yang telah terjangkit penularan dari virus Covid-19 ialah Indonesia dengan kasus positif pertama terjadi pada tanggal 2 Maret 2020 hingga saat ini.Pada tanggal 10 April 2020 selang satu bulan sejak dua kasus covid-19 ditemukan pada awal maretmpemerintah mulai menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana hal ini diterapkan pada daerah dengan penanganan Covid-19 terbesar atau dalam wilayah yang berada pada zona merah. Dalamkmenerapkan PSBB ini ada bebarapa kegiatan yang perlu diperhatikan, seperti menutup sejumlah fasilitas umum, kegiatan sekolah dan perkantoran dilakukan dirumah, pembatasan transportasi, dan hanya mengizinkan 11 sektor yang boleh beroperasi selama masa PembatasanmSosial Berskala Besar (PSBB).

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam sebuah survei yang telah dilakukan mengenai sektor usaha paling terdampak saat Covid-19 mencatatmbahwa 82,85% perusahaan telah terdampak oleh pandemi virus corona. Berdasarkan sektornya, usaha yang mengalami penurunan paling banyak merupakan usaha akomodasi dan makan/minuman dengan jumlahm92,47%, Jasa lainnya menjadi salah satu sektor dengan penurunan pendapatan kedua sebesar 90,90%, dan disusul oleh sektor transportasi danbpergudangan, konstruksi, industri dan pengolahan, serta perdagangan.[1]

Tujuan didirikanya sebuah perusahaan yaitu untukmmendapatkan suatu keuntungan, sehingga hal itu nantinya dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (Suryanawa, 2017). Adanya kondisi perekonomian negara yangmdisebabkan oleh Covid-19 hal itu telah berpengaruh pada kinerja keuangan, baik itu dari perusahaan kecil, tengah, ataupun besar. Dalam hal ini bayangan adanya penurunan dari kinerja perusahaan atau bahkan munculnya bahaya kebangkrutan yang akan dihadapi oleh perusahaan apabila ketidakmampuan manajemen dalam mengelolakkeuangan dengan baik (Liana, 2014).Awal kemunculan adanya kebangkrutan biasanyamditandai dengan kesulitan keuangan dalam perusahaan (financial distress) yaitu suatu kondisi ketidakmampuan sebuah perusahaan guna memenuhi segala kewajibannya.[2]

Suatu perusahaan perlu untuk memprediksi terhadap kondisi financial distress perusahaannya karena hal tersebut sangat diperlukan oleh stakeholders yang mana prediksi tersebut digunakan sebagai sistem untuk mengenali gejala dini adanya kondisimfinancial distress perusahaan atau bisa disebut sebagai earlynwarning system. Kondisi financial distress sebuah perusahaan diprediksi dengan menganalisis pada laporan perusahaan menggunakan rasio keuangan. Hal ini dapat membantu manajer dalamamemberikan dasar untuk memprediksi prospek dimasa depan dan hal tersebut juga dapat menjadi petunjuk dalam mengenali gejala-gejala yang dapat timbul dari informasi yang disampaikan.[3]

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas juga dapat menunjukkan kemampuan dari sebuah entitas untuk menutupi kewajiban lancar perusahaan dengan cara memanfaatkan aktiva lancarnya. Likuiditas suatu perusahaan dapat diketahui dengan menggunakan current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Current ratio dapat digunakan sebagai alat ukur kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi utang jangkakpendeknya dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan, sehingga ketika kemampuan perusahaanhdalam menghasilkan keuntungan semakin tinggi, maka akan semakin kecil terjadinya kemungkinan perusahaan tersebut akan mengalami kondisi financial distress untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan ratio return on asset.[4]

Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan hutang yang cukup tinggi dapat menyebabkan kondisi yang membahayakan perusahaan, karena dalam hal ini perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitumkondisi dimana perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang cukupktinggi dan hal ini menyulitkan perusahaan untuk keluar atau melepaskan beban utang tersebuttersebut (Fahmi, 2014: 127). Sehingga rasio leverage dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin besar hutangnya maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan tidak dapat melunasi hutangnyakpada saat jatuh tempo, yang menandakan bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan di masa yang akan datang.[5]

Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi atau efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dalam hal ini Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalampiutang yang berputar pada suatu periode tertentu.Arus kas dapat digunakan untuk memberikan sebuah informasi yang relevan mengenai kesehatan suatu perusahaan. Semakin besar jumlah kas yangkdihasilkan dan masuk dari aktivitas operasi maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut dalam mempertahankan serta mengatasi adanya kondisi operasional perusahaan yang tidak stabil. Apabila arus kas mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya atau bahkan negatif maka perusahaan tersebut dapat dikatakan sedang mengalami kondisi financial distress.[6]

Adanya informasi yang dirasa cukup lengkap terkait pencapaian yang diperoleh kinerja peruahaan, yang meliputi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta kegiatan operasional perusahaan.Hal ini dapat membantu manajer dalam memberikankdasar untuk memprediksi prospekndimasa depan dan hal tersebut juga dapat menjadi petunjuk dalam mengenali gejala-gejala yang dapat timbul dari informasi yang disampaikan.. Berdasarkan perbedaan dalam hasil penelitian maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Masa Covid 19 (Studi pada Perusahaan Sub Transportasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Triwulan II Tahun 2020”

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena merupakan penelitian ilmiah yang sistematis dengan mengumpulkan data yang dapat diukur dengankmelakukan teknik statistik.Data kuantitatif tersebut dapat diperoleh dengan mengunduh laporan perusahaan yang sesuai dengan kriteria penelitian pada website Bursa Efek Indonesia. [7]

Populasi dalammpenelitian ini menggunakan Perusahaan Transportasi yang terdaftar dibursa Efek Indonesia Tahun 2020 yang menyampaikan laporan interm atau triwulan sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan untuk periode 2020.Sampel penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yang dimaksud dengan purposive sampling adalah pengambilan sampelnsecara sengaja sesuai denganpertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative.Dari kriteria purposive sampling diatas, maka diperoleh sebanyak 36 perusahaaan.

Hasil dan Pembahasan

1. Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,50617120
Most Extreme Differences Absolute ,096
Positive ,096
Negative -,092
Test Statistic ,096
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Table 1.Data diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Pada Tabel 4.1menunjukkan bahwa data yang diuji memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) 0,200 yaitu lebih tinggi dari taraf signifikan yang digunakan olehkpeneliti dalam penelitian yakni 0,05. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan sudahmberdistribusi normal.

Uji Multikolineritas

Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Likuiditas ,743 1,347
Profitabilitas ,637 1,571
Leverage ,956 1,046
Aktivitas ,949 1,054
Arus Kas ,677 1,477
Table 2.Hasil Uji MultikolineritasData diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai tolerance model penelitian lebih besar dari 0,10 (tolerance > 0.10) dan nilai VIF lebih kecil dari 10 (VIF < 10), yang dapat dijelaskan bahwa modelkpenelitian tidak memiliki masalah multikolinearitas

Uji Autokorelasi

Hasil Uji Autokolerasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,746a ,556 ,483 2,70697428 2,360
Table 3.Data diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Dari tabel 4.4 diatas menunjukan Nilai DW yang terdapat dalam tabeh hasil pengujian diatas menunjukkan angka sebesar 2,360. Diperolehnnilai Du 1.7987 durbin Watson 2,360 < (4-du = 2,2013) sehingga du < dw > 4-du = dalam hal ini dinyatakan bahwa uji autokorelasintersebut terdapat gejala Autokorelasi. Untuk mengatasi itu, maka dilakukan transformasi uji dengan menggunakan uji run test.

Uji Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,09762
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 18
Z -,169
Asymp. Sig. (2-tailed) ,866
Table 4.

Sumber : Data diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil run test, dimana menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,866> 0,05. Sehingga dapat dikatakkan pada data tersebut dipergunakan cukup random, yang artinya tidak terdapat masalah Autokorelasi pada data yang telah diuji.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji heteroskedastisitas
Likuiditas Profitabilitas Leverage Aktivitas Arus Kas Unstandardized Residual
Spearman's rho Unstandardized Residual Correlation CoefficientSig. (2-tailed)N ,015,93136 -,017,92236 -,319,05836 ,011,95036 ,048,78236 1,000.36
Table 5.Data diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Hasil uji spearman’s rho menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari semua variabel bebas (likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas dan arus kas) berada diatasktaraf signifikansi yang digunakan yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti model penelitian yang digunakan terbebas dari masalah heterokedastisitas.

2. Uji Regresi Linear Berganda

Hasil Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,257 ,948 ,271 ,788
Likuiditas 1,801 ,448 ,567 4,021 ,000
Profitabilitas 30,086 10,277 ,446 2,927 ,006
Leverage ,059 ,279 ,026 ,211 ,834
Aktivitas 1,044 1,088 ,120 ,960 ,345
Arus Kas -5,836 1,664 -,518 -3,507 ,001
Table 6.Data diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Pada tabel 4.7 menunjukkan hasil nilai - nilai yang terdapat pada kolom B yakni constant sebesar -1,033; Likuiditas (X1) sebesar 4,021, Profitabilitas (X2) sebesar 2,927, Leverage (X3) sebesar 0,211,Aktivitas (X4) sebesar 0,960, dan Arus Kas(X5) sebesar -3,507. Sehingga nilai tersebut dapat dimasukkan kedalam persamaan Regresi Linear Berganda, sebagai berikut :

Z-Score = 0,271 + 4,021 Likuiditas + 2,927 Profitabilitas + 0,211 Leverage + 0,960 Aktivitas - 3,507 Arus Kas + Ԑ

Uji Hipotesis

Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik T)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,257 ,948 ,271 ,788
Likuiditas 1,801 ,448 ,567 4,021 ,000
Profitabilitas 30,086 10,277 ,446 2,927 ,006
Leverage ,059 ,279 ,026 ,211 ,834
Aktivitas 1,044 1,088 ,120 ,960 ,345
Arus Kas -5,836 1,664 -,518 -3,507 ,001
Table 7.Data diolah oleh peneliti, dengan SPSS 20

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,746a ,556 ,483 2,70697428
Table 8.Data diolah dengan SPSS versi 20

Sesuai dengan hasil perhitungan pada tabel menunjukkan Uji t yang dilakukan dengan bantuan program SPSS di atasmenyatakanbahwa Likuiditas memiliki t-hitung sebesar 4,021 dengan signifikansi t sebesar 0,000 karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (4,021 > 2,040) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05)Sehingga dapat disimpulkan bahwahvariabel independen Likuiditas (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Financial Distress.Hasil yang kedua menyatakan bahwa Profitabilitas memiliki t-hitung sebesar 2,927 dengan signifikansi t sebesar 0,006 karena t-hitungnbesar kecil dari t-tabel (2,927 > 2,040) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,006 < 0,05)Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Profitabilitas (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Financial Distress. Hasil yang ketiga menyatakan bahwa Leverage memiliki t-hitung sebesar 0,211 dengan signifikansi t sebesar 0,834 karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0,211 < 2,040) atau signifikansi t lebih besar dari 5% (0,834 > 0,05) Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Leverage (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Financial Distress. Hasil yang keempat menyatakan bahwa Aktivitas memilikit-hitung sebesar 0,960 dengan signifikansi t sebesar 0,345 karena t-hitung lebih kecilkdari t-tabel (0,960 < 2,040) atau signifikansi t lebih besar dari 5% (0,345 > 0,05)Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Aktivitas (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Financial Distress. Hasil selanjutnya menyatakan bahwa Arus Kas memiliki tt-hitung sebesar -3,507 denganhsignifikansi t sebesar 0,001 karena t-hitung lebih besar darint-tabel (-3,507 < 2,040) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,001 > 0,05) Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Arus Kas (X5) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Financial Distress.

Nilai koefisien korelasi (R) adalah 0.746 atau mendekati 1. Artinya, terdapat hubungan yang kuat dan searah antara variabel bebas yang meliputi Likuiditas (X1), Profitabilitas (X2), Leverage (X3), Aktivitas (X4) dan Arus Kas (X5). Adjusted R Square sebesar 0,483 atau sebesar 48.3% dimana dapat diartikan bahwa presentase pengaruh variabel independen Likuiditas (X1), Profitabilitas (X2), Leverage (X3), Aktivitas (X4) dan Arus Kas (X5) terhadap variabel dependen Financial Distress (Y) yaitu cukup lemah hanya sebesar 44.6%.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap FinancialkDistress yang diproksikan dengan Current Ratio. Likuiditas umumnya digunakan untuk mengetahui kemampuan sebuah perusahaan untuk membayarndan memenuhi hutang atau kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Hal ini dikarenakan bahwa pada perusahaan sampel perusahaan belum memiliki cukup kemampuan dalam mendanai operasional perusahaan untukkmemenuhi kewajiban (utang) jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimilikinya. [8]

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Financial Distress yangmdiproksikan dengan Return On Asset. Profitabilitas mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rendahnya tingkat profitabilitas belum tentu menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami financial distress. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mempunyai kemampuanmmemperolah laba yang semakin tinggi akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang baik sehingga akan terhindar dari kondisi financial distress. Akan tetapi bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah, tidak mempunyai kekuatanmekonomi yang baik akan mendorong perusahaan mengalami financial distress.[9]

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketigamenunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap financial distresss yang diproksikan dengan Debt to equity. Besar kecilnya leverage pada perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial distress selamakpengelolaan utang dilakukan dengan baik oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan besar cenderungmmengandalkan sebagian besar pembiayaan pada pinjaman bank. Oleh karena itu, dapat dikatakan perusahaan tersebut lebih mampu untuknmenghindari kesulitan keuangan perusahaannya melalui pinjaman tersebut.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempatmenunjukkan bahwa aktivitas tidak berpengaruh terhadap financial distresss yang diproksikan dengan total asset turnover. Rasio aktivitas yang diukur menggunakan total assets turnover menunjukkan kemampuankperusahaan mengelola aktiva-aktivanya dalam mengasilkan laba perusahaan. Bila suatumperusahaan mampu mengendalikan asetnya dengan baik maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distress akan menjadi semakin kecil. Aktivitas bukanlah prediktor yang tepat dari kesulitan keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaranntotal aset maka semakin efektif penjualan yang dihasilkan oleh total aset perusahaan, namun biaya penjualan juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, ketika perusahaan tidak dapat merampingkan biaya setiapppenjualan, mungkin akan mengalami kesulitan keuangan. [10]

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelimamenunjukkan bahwa aktivitas yang diproksikan dengan Operating Cash Flow Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap Financial Distress. Arus Kas dari aktivitas operasi dapat menjadi indikator yang menentukanmapakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang dapat digunakan untuk melunasippinjaman, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar, sehingga arus kas aktivitas operasi dapat menjadi sinyalkbagi investor mengenai kondisi perusahaan.

References

  1. Agung, Y., Putra, P., Purnamawati, I. G. A., & Sujana, E. (2017). Financial Distress Perusahaan Manufaktur-Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 1.
  2. Liana, D. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur, 1(2), 52–62.
  3. Hirawati, H., P, P. K., V, D. M., Ekonomi, F., & Magelang, U. T. (2019). Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Indikator Dalam-Memprediksi Financial Distress Perusahaan, 5(02), 36–47.
  4. Oktavianti, H. (2020). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2018, 1(April), 20–34.
  5. Fahmi, I. (2014). Analisis-Laporan Keuangan (Hal. 127). Bandung: Alfabeta
  6. Rodoni, A. ; H. A. (2010). Manajemen-Keuanga. Jakarta: Mitra Wacana Media.
  7. Sari, R. P. (2015). Kebangkrutan Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.
  8. Syarifah, N. U. R., Ekonomi, F., & Bisnis, D. A. N. (2020). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Financial Distress Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Bank Umum Syariah Periode 2014-2018 Skripsi
  9. Wijarnarto, H., & Nurhidayati, A. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Di Sektor Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2(02), 117–137.