Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2368

A Comparative Study on the Behavior of Adolescents Raised by Normal Families and Broken Home Families in Keboan Anom Village, Gedangan, Sidoarjo


Studi Komparatif Tentang Perilaku Remaja Yang Diasuh Oleh Keluarga Normal Dan Keluarga Broken Home Di Desa Keboan Anom, Gedangan, Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Studi Komparatif Perilaku Remaja Desa Keboan Anom Gedangan Sidoarjo Keluarga Normal Keluarga Broken Home

Abstract

The purpose of this study is (1) to find out the behavior of adolescents who are raised by normal families. (2) knowing the behavior of teenagers who are raised by broken home families and (3) knowing the comparison or differences in the behavior of teenagers who are raised by normal families and broken home families. The research method used a mixed method research or a combination of quantitative and qualitative with a population of 150 teenagers living in RW.03, RW.05 and RW.06 and obtained a sample of 60 teenagers to study. Then the data analysis technique used in the study used the independent sample t-test formula. Based on the research that has been done, the results of the research are as follows: (1) the behavior of adolescents who are cared for by normal families using an average analysis technique that has been through validity and reliability tests gets a score of 3.95 which is in the interval of 3.67 – 5.00 which means that the behavior of adolescents is quite good. (2) and the behavior of adolescents who are cared for by broken home families using an average analysis technique that has been through validity and reliability tests obtains a score of 2.72 which is in the interval 2.34 - 3.66, which means that adolescent behavior is classified as poor. . (3) based on the independent sample t-test test output in the equal variances assumed section, it is known that the value of sig.(2-tailed) is 0.000 <0.05.

Pendahuluan

Kehidupan remaja era milennial memberikan dampak positif dan negatif terhadap perilaku remaja. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor internal dan eksternal, adapun faktor internal berasal dari dirinya sendiri, sedangkan faktor eksternal dipicu oleh kondisi lingkungan sekitar, media sosial maupun keadaan keluarganya.[1]

Menurut Erikson (dalam Cremers, 1989) masa remaja merupakan masa dimana mereka mulai berhasrat pada sesuatu, keinginan mereka untuk bereksplorasi, memiliki potensi diri dan bakat individualisme. Adapun remaja akan mengeksplorasikan hasratnya ke dalam suatu hobi yang bermanfaat atau sebuah pergaulan bebas. Hal-hal baru yang dialami remaja akan menimbulkan dampak positif maupun negatif, hal ini dikarenakan kebingungan mereka akan peran barunya, dimana mereka mudah peka, ambisius dan sangat penasaran terhadap hal-hal baru.

Adapun penyebab lain terjadinya penyimpangan perilaku bisa disebabkan karena ketidak-mampuan seorang remaja untuk menyerap norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga ia akan merasa norma-norma tersebut telah menghalangi keinginannya. Kemudian, preses sosialisasi yang tidak sempurna juga menjadi salah satu penyebab penyimpangan perilaku remaja remaja. Remaja yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keretakan keluarga (broken home) kurang mendapatkan pengetahuan akan adanya hak dan kewajiban terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.[2]

Tidak bisa dipungkiri, pedesan merupakan tempat yang syarat akan norma-norma dan hukum. Berbagai kabar akan mudah tersebar dengan sendirinya. Adapun perilaku positif dan negatif akan menjadi pembahasan yang menarik untuk mereka selesaikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan desa mereka desa yang sesuai dengan visi misi yang menjadi pegangan hidupnya.

Berawal dari penelitian yang penulis temui di Desa Keboan Anom, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo terdapat perbedaan perilaku pada remaja-remaja remaja yang diasuh oleh keluarga normal dan keluarga broken home. Pada remaja-remaja remaja yang diasuh oleh keluarga normal mereka cenderung patuh dan mengikuti norma-norma yang berlaku di desa tersebut. Sedangkan remaja-remaja remaja yang diasuh oleh keluarga broken home cenderung menentang norma-norma yang berlaku di desa tersebut.

Metode

Penelitian menggunakan mixed method yaitu kombinasi kuantitatif dan kualitatif.[3] Adapun pengumpulan data menggunakan prosedure-prosedure sebagai berikut:

Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua populasi, yaitu populasi umum dan populasi target. Populasi umum merupakan keseluruhan objek penelitian, sedangkan Populasi Target merupakan target atau sasaran penelitian.[4] secara keseluruhan diketahui sekitar 9.524 jiwa yang bertempat tinggal di Desa Keboan Anom, Gedangan, Sidoarjo. Sedangan populasi target merupakan populasi yang diambil peneliti sesuai kebutuhan peneliti. Adapun jumlah populasi target akan disesuaikan berdasarkan keluarga utuh yang memiliki kartu keluarga dan keluarga broken home yang sudah pernah berumah tangga dan terjadi perceraian sehingga bisa diteliti perilaku remaja tersebut. Dengan jumlah populasi target sekitar 150 remaja yang diperoleh berdasarkan usia remaja 17-20 tahun, sesuai dengan usia yang akan dilakukan oleh peneliti.

No RW Target RT Target Total Populasi
1 RW. 03 6 RT 40
2 RW. 05 4 RT 30
3 RW. 06 8 RT 80
Jumlah Populasi 150 Remaja
Table 1.Daftar Populasi Remaja (17-20 Th)

Adapun teknik pengambilan sampel dari jumlah populasi ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan batas toleransi atau margin of error sebesar 10%.[5] Sehingga memperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

n= Ukuran sampel

N= Ukuran populasi

e= Persen kelonggaran ketidaktelitian.

150

= = 60

1 + (150 x 0,012)

No Respondens RW Sampel
1 Remaja Keluarga Normal 3 10
5 10
6 10
2 Remaja Broken Home 3 5
56 1015
Jumlah 60 Remaja
Table 2.Daftar Sampel Remaja (17-20 Th)

Jenis dan Sumber Data

Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Dinyatakan dalam bentuk angka yang kemudian di hitung dan di ukur menggunakan angka

Sumber Data

Data Primer.

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan.[6] Dalam penelitian ini adalah pelaku yang akan diberikan kuesioner penelitian yaitu remaja-remaja remaja yang diasuh keluarga normal dan remaja-remaja remaja yang diasuh keluarga broken home. Kemudian jawaban wawancara dari kepala desa, petugas pembinaan keluarga dan beberapa orang tua responden.

Data Sekunder.

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung sehingga tidak bisa dijadikan sebagai sumber utama dalam penelitian.[7] Adapun data sekunder diperoleh dari dokumen Desa Keboan Anom, buku, jurnal, internet maupun dokumentasi lainnya.

Metode Observsi

Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mengamati perilaku remaja berdasarkan rancangan indikator observasi yang telah disusun peneliti.[8]

Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab.[9] Angket digunakan untuk mengukur sejauh mana perilaku remaja yang diasuh keluarga normal dan keluarga broken home untuk kemudian dilakukan perbandingan perilaku. Responden akan diberikan kuisioner berupa pertanyaan sebanyak 10 item melalui google formulir. Responden hanya perlu mencentang subyek yang dirasa tepat dengan dirinya saat ini. Kemudian hasil kuisioner akan diukur menggunakan skala likert untuk mengukur respons dia terhadap indikator observasi yang sudah ditetapkan peneliti.

Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk kelengkapan peneliti dalam mencari informasi terkait perilaku responden terkait penerapan indikator yang dilakukan dalam sehari-hari.[10]

Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk menggali data mengenai sejarah atau latar belakang berdirinya Desa Keboan Anom, letak geografis, objek penelitian, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.[11]

No Indikator
1 Remaja mampu menunjukkan perilaku beragama yang baik.
2 Remaja mampu menunjukkan perilaku baik terhadap diri sendiri.
3 Remaja mampu menunjukkan perilaku baik terhadap keluarganya.
4 Remaja mampu menunjukkan perilaku baik (toleransi) pada masyarakat.
Table 3.Indikator Kuisioner

Teknik Analisis dan Interpretasi DataTeknik Pengolahan Data

  1. Editing merupakan langkah awal yang dilakukan dalam mereduksi data dan pemilihan data sesuai fokus penelitian.[12] Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan editing adalah kelengkapan pengisian kuisioner dan ketepatan pengisian jawaban.
    1. Editing merupakan langkah awal yang dilakukan dalam mereduksi data dan pemilihan data sesuai fokus penelitian.[12] Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan editing adalah kelengkapan pengisian kuisioner dan ketepatan pengisian jawaban.
    2. Skoring merupakan pemberian nilai pada setiap jawaban yang telah diberikan kepada respondens, data yang diberikan dalam bentuk kualitatif kemudian di kuantifikasikan ke dalam penskor-an atau angka.[13]
    3. Tabulasi merupakan proses penyusunan dan penghitungan data dalam bentuk tabel.[14]
  2. Pengujian Instrumen Penelitian
    1. Kisi-kisi Kuisioner
    2. Uji Validitas & Reliabilitas

Uji validitas merupakan sebuah alat ukur untuk menunjukkan seberapa valid sebuah instrumen. Jadi suatu instrumen akan dikatakan valid apabila hasil uji validitasnya tinggi, begitupun sebaliknya jika suatu instrumen memiliki hasil uji validitas yang rendah maka instumen dikatakan tidak valid, sedangkan Uji Reliabilitas yaitu menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya, bila digunakan beberapa kali untuk obyek yang sama akan menghasilkan hasil yang sama pula.[14] Adapun pengujian validitas kuisioner menggunakan rumus product momen sebagai berikut:

N ( ΣXY ) – ( ΣX ΣY ) r = √ [ N ΣX² - ( ΣX ) ² ] [ NΣY² - ( ΣY )² ]

Tabe

KN1 KN2 KN3 KN4 KN5 KN6 KN7 KN8 KN9 KN10 TOTALKN
KN1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 130 -,078,68130 -,024,90030 ,517**,00330 ,124,51430 ,073,70230 -,014,94330 ,261,16430 -,162,39330 ,355,05430 ,427*,01930
KN2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N -,078,68130 130 ,073,70130 ,185,32630 ,413*,02330 ,168,37530 ,117,54030 ,161,39530 ,140,46130 ,014,94230 ,489**,00630
KN3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N -,024,90030 ,073,70130 130 -,045,81230 ,281,13230 ,034,85930 ,525**,00330 ,274,14330 ,138,46830 -,013,94730 ,420*,02130
KN4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,517**,00330 ,185,32630 -,045,81230 130 ,078,68330 -,091,63230 ,034,85930 ,127,50330 ,227,22830 ,320,08530 ,473**,00830
KN5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,124,51430 ,413*,02330 ,281,13230 ,078,68330 130 ,108,56830 ,270,14930 ,426*,01930 -,062,74430 ,038,84430 ,584**,00130
KN6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,073,70230 ,168,37530 ,034,85930 -,091,63230 ,108,56830 130 ,006,97330 ,075,69430 ,255,17330 -,047,80530 ,377*,04030
KN7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N -,014,94330 ,117,54030 ,525**,00330 ,034,85930 ,270,14930 ,006,97330 130 ,308,09830 ,243,19630 -,050,79230 ,452*,01230
KN8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,261,16430 ,161,39530 ,274,14330 ,127,50330 ,426*,01930 ,075,69430 ,308,09830 130 -,008,96630 ,292,11830 ,654**,00030
KN9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N -,162,39330 ,140,46130 ,138,46830 ,227,22830 -,062,74430 ,255,17330 ,243,19630 -,008,96630 -,008,96630 ,106,57730 ,381*,03830
KN10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,355,05430 ,014,94230 -,013,94730 ,320,08530 ,038,84430 -,047,80530 -,050,79230 ,292,11830 130 130 ,440*,01530
TOTALKN Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,427*,01930 ,489**,006 30 ,420*,02130 ,473**,00830 ,584**,00130 ,377*,04030 ,452*,01230 ,654**,00030 ,440*,01530 ,440*,01530 130
Table 4.

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) .

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) .

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap remaja-remaja yang diasuh oleh keluarga normal didapatkan hasil sebagai berikut:

  1. Pertanyaan no 1 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,427
  2. Pertanyaan no 2 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,489
  3. Pertanyaan no 3 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,420
  4. Pertanyaan no 4 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,473
  5. Pertanyaan no 5 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,584
  6. Pertanyaan no 6 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,377
  7. Pertanyaan no 7 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,462
  8. Pertanyaan no 8 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,664
  9. Pertanyaan no 9 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,381
  10. Pertanyaan no 10 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,440

Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai r-tabel atas sampel 30 orang dengan toleransi 0,5 sebesar 0,3740 yang artinya dari keseluruhan uji diatas diketahui bahwa hasil r-hitung > r-tabel itu artinya hasil ini dikatakan valid. Tahap selanjutnya dilakukan uji reliabilitas terhadap hasil kuisioner keluarga normal didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Remaja Normal

Case Processing Summary
N %
Cases Valid ExcludedaTotal 30030 100,0,0100,0
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
Table 5.
Reliability Statistics
Cronbach’sAlpha N of Items
,700 11
Table 6.

Dari hasil uji reliabilitas diatas terhadap remaja-remaja yang diasuh oleh keluarga normal dengan sampel sebanyak 30, diperoleh hasil yang valid dengan perolehan nilai alpha sebesar 0,700 yang itu artinya lebih dari 0,600 dapat dikatakan uji sampel terhadap keluarga normal ini cukup handal, dan layak dilanjutkan untuk uji independent sample t-test.

Setelah mendapatkan hasil uji validitas dan reliabilitas dari perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga normal, maka selanjutnya dilakukan tahap uji validitas dan reliabilitas pada perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga broken home.

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Remaja Yg Diasuh Keluarga Broken Home

Correlation

KN1 KN2 KN3 KN4 KN5 KN6 KN7 KN8 KN9 KN10 TOTALKN
KBH1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 130 ,565**,00130 ,565**,00130 ,482**,00730 ,489**,00630 ,504**,00530 ,647**,00030 ,538**,00230 ,301,10530 ,926**,00030 ,802**,00030
KBH2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,565**,00130 130 ,986**,00030 ,944**,00030 ,292,11730 ,426*,01930 ,734**,00030 ,393*,03230 ,439*,01530 ,457*,01130 ,851**,00030
KBH3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,565**,00130 ,986**,00030 130 ,932**,00030 ,317,08830 ,448*,01330 ,762**,00030 ,395*,03130 ,460*,01030 ,492**,00630 ,866**,00030
KBH4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,482**,00730 ,944**,00030 ,932**,00030 130 ,222,23930 ,466**,00930 ,732**,00030 ,369*,04530 ,483**,00730 ,398**,03030 ,821**,00030
KBH5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,489**,00630 ,292,11730 ,317,08830 ,222,23930 130 ,213,25830 ,424*,01930 ,673**,00030 ,171,36630 ,451*,01230 ,576**,00130
KBH6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,504**,00530 ,426*,01930 ,448*,01330 ,466**,00930 ,213,25830 130 ,548**,00230 ,208,26930 ,464**,01030 ,515**,00430 ,629**,00030
KBH7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,647**,00030 ,734**,00030 ,762**,00030 ,732**,00030 ,424*,01930 ,548**,00230 130 ,461*,01030 ,461*,01030 ,647**,00030 ,863*,00030
KBH8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,538**,00230 ,393*,03230 ,395*,03130 ,369*,04530 ,673**,00030 ,208,26930 ,461*,01030 130 ,363*,04930 ,557**,00130 ,666**,00030
KBH9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,301,10530 ,439*,01530 ,460*,01030 ,483**,00730 ,171,36630 ,464**,01030 ,461*,01030 ,363*,04930 130 ,391*,03330 ,597**,00030
KBH10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,926**,00030 ,457*,01130 ,492**,00630 ,398*,03030 ,451*,01230 ,515**,00430 ,647**,00030 ,557**,00130 ,391*,03330 130 ,772**,00030
TOTALKBH Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ,802**,00030 ,851**,000 30 ,866**,00030 ,821**,00030 ,576**,00130 ,629**,00030 ,863**,00030 ,666**,00030 ,597**,00030 ,772**,00030 130
Table 7.

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) .

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) .

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap remaja-remaja yang diasuh oleh keluarga broken home pada tabel diatas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

  1. Pertanyaan no 1 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,802
  2. Pertanyaan no 2 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,851
  3. Pertanyaan no 3 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,866
  4. Pertanyaan no 4 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,821
  5. Pertanyaan no 5 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,576
  6. Pertanyaan no 6 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,629
  7. Pertanyaan no 7 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,863
  8. Pertanyaan no 8 mendapatkan nilai pearson correlationsebesar 0,666
  9. Pertanyaan no 9 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,597
  10. Pertanyaan no 10 mendapatkan nilai pearson correlation sebesar 0,772

Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai r-tabel atas sampel 30 dengan toleransi 0,5 sebesar 0,3740 yang artinya dari keseluaruhan uji diatas diketahui bahwa hasil r-hitung > r-tabel itu artinya hasil ini dikatakan valid.

Tahap selanjutnya dilakukan uji reliabilitas terhadap hasil kuisioner keluarga broken home dan didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Remaja Broken Home

Case Processing Summary
N %
Cases Valid ExcludedaTotal 30030 100,0,0100,0
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
Table 8.
Reliability Statistics
Cronbach’sAlpha N of Items
,776 11
Table 9.

Dari hasil uji reliabilitas diatas terhadap remaja-remaja yang diasuh oleh keluarga broken home dengan sampel sebanyak 30 orang, diperoleh hasil yang valid dengan perolehan nilai alpha sebesar 0,776 yang itu artinya lebih dari 0,600 dapat dikatakan uji sampel terhadap keluarga normal ini cukup handal, dan layak dilanjutkan untuk uji independent sample t-test.

Keterangan:

= Nilai rata-rata

x= Nilai persepsi

n= Jumlah sampel

Persepsi atau jawaban kuesioner dapat diukur sebagai berikut:

Baik: 3,67 – 5,00

Kurang baik: 2,34 – 3,66

Tidak baik: 1,00 – 2,33

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: - Ho diterima jika probabilitas > 0,05 - Ho ditolak jika probabilitas < 0,05

Analisis dan Interpretasi Data

  1. Untuk menjawab rumusan masalah nomer satu dan dua tentang “bagaimana perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga normal” dan “bagaimana perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga broken home”. Data yang telah dikumpulkan akan dibahas peneliti menggunakan model perhitungan rumus sebagai berikut:
    1. Untuk menjawab rumusan masalah nomer satu dan dua tentang “bagaimana perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga normal” dan “bagaimana perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga broken home”. Data yang telah dikumpulkan akan dibahas peneliti menggunakan model perhitungan rumus sebagai berikut:
    2. Kemudian untuk menjawab rumusan masalah nomer tiga yaitu tentang perbandingan perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga normal dan perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga broken home, maka peneliti menggunakan teknik analisis statistik dengan rumus Uji Independent Sampel T-test sebagai berikut:

Hasil dan Pembahasan

Kuisioner

Hasil Rata-Rata Kuisioner Perilaku Remaja Normal

No Pernyataan Mean
1 Saya memahami dan melaksremajaan ajaran agama saya dengan baik 4,17
2 Saya lebih banyak melakukan kegiatan di majelis agama daripada ketempat nongkrong. 3,90
3 Ketika saya berjanji saya berusaha segera menepatinya 4,07
4 Kerika diberi tugas atau tanggung jawab saya segera menyelesaikannya 3,80
5 Jika saya emosi saya akan cenderung diam daripada berbicara kasar. 3,73
6 Saya akan melakukan musyawarah terlebih dahulu bersama keluarga ketika mendapatkan kesulitan 3,70
7 Saya akan bersikap sopan kepada siapapun 4,23
8 Saya membantu siapapun yang sekiranya membutuhkan pertolongan 3,80
9 Saya suka mencoba hal-hal baru yang menarik dan bermanfaat bagi masa depan saya 3,97
10 Saya lebih suka menghabiskan waktu untuk bersosialisasi daripada berdiam diri dirumah 4,10
RATA-RATA 3,95
Table 10.Hasil Kuisioner Remaja Normal

Jadi, hasil persepsi responden yang diasuh oleh keluarga normal ialah sebagai berikut:

= 4,17+3,90+4,07+3,80+3,73+3,70+4,23+3,80+3,97+4,10

= 3,95

10

Melihat hasil perhitungan rata-rata diatas, maka diperoleh hasil rata-rata sebesar 3,95 yang berada pada interval 3,67 – 5,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja-remaja yang diasuh oleh keluarga normal memiliki perilaku tergolong BAIK.

Hasil Rata-Rata Kuisioner Perilaku Remaja Broken Home

No Pernyataan Mean
1 Saya memahami dan melaksremajaan ajaran agama saya dengan baik 2,97
2 Saya lebih banyak melakukan kegiatan di majelis agama daripada ketempat nongkrong. 2,43
3 Ketika saya berjanji saya berusaha segera menepatinya 2,40
4 Kerika diberi tugas atau tanggung jawab saya segera menyelesaikannya 2,50
5 Jika saya emosi saya akan cenderung diam daripada berbicara kasar. 2,83
6 Saya akan melakukan musyawarah terlebih dahulu bersama keluarga ketika mendapatkan kesulitan 2,60
7 Saya akan bersikap sopan kepada siapapun 2,83
8 Saya membantu siapapun yang sekiranya membutuhkan pertolongan 3,03
9 Saya suka mencoba hal-hal baru yang menarik dan bermanfaat bagi masa depan saya 2,57
10 Saya lebih suka menghabiskan waktu untuk bersosialisasi daripada berdiam diri dirumah 3,03
RATA-RATA 2,72
Table 11.Hasil Kuisioner Remaja Broken Home

Jadi, hasil persepsi responden yang diasuh oleh keluarga broken home ialah sebagai berikut:

= ,97+2,43+2,40+2,50+2,83+2,60+2,83+3,03+2,57+3,03

= 2,72

10

Melihat hasil perhitungan rata-rata diatas, maka diperoleh hasil rata-rata sebesar 2,72 yang berada pada interval 2,34 – 3,66. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja-remaja yang diasuh oleh keluarga broken home memiliki perilaku tergolong KURANG BAIK.

Hasil Interpretasi Komparatif Perilaku Remaja

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil KN KBH 1010 3,9472,719 ,1893,2474 ,0599,0782
Table 12.Rata-rata uji Independent Sampel t-test

Dari hasil uji ini terlihat bahwa rata-rata untuk remaja yang diasuh oleh keluarga normal sebesar 3,947 sedangkan rata-rata untuk remaja yang diasuh oleh keluarga broken home sebesar 2,719. Secara absolut ini terlihat jelas bahwa rata-rata remaja yang diasuh oleh keluarga normal berbeda dengan remaja yang pola asuhnya dilakukan oleh keluarga broken home, dan untuk melihat apakah perbedaan ini memang nyata (signifikan) dilihat dari hasil output bagian kedua yaitu uji independent sampel test. Berikut hasil dari uji independent sampel test dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Levene`s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Hasil Equal variances assumed Equal variances not assumed 2,255 ,151 12,46812,468 1816,848 ,000,000 1,22801,2280 ,0985,0985 1,02111,0201 1,43491,4359
Table 13.Hasil Uji Independent sampel t-tes

Berdasarkan output diatas diketahui nilai sig. levene's test for equality of variances adalah sebesar 0,151 > 0,05 maka bisa diartikan bahwa varians data antara kelompok A (anak remaja yg diasuh keluarga normal) dengan kelompok B (anak remaja yg diasuh keluarga broken home) adalah homogen atau sama (V. Wiratna Sujarweni, 2014:99). Sehingga penafsiran tabel output independent sample test diatas berpedoman pada nilai yang terdapat dalam tabel "equal variances assumed"

Kemudian berdasarkan tabel output "independent sample test" pada bagian "equal variancea assumed" diketahui nilai sig-2 tailed sebesar 0,000<0,05, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusam dalam uji indepemdent sample t test dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikiam dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan atau nyata antara rata-rata perilaku anak yg diasuh oleh keluarga normal dan perilaku anak yg diasuh oleh keluarga broken home.

Selanjutnya, dari tabel output diatas diketahui nilai "mean difference" adalah sebesar 1,2280. Nilai ini menunjukkan selisih antara rata-rata hasil perilaku yang diasuh oleh keluarga normal dan perilaku anak yang diasuh oleh keluarga broken home. Dengan perhitungan 3,947 - 2,719 = 1,2280 dan selisih perbedaan tersebut adalah 1,0211 sampai 1,4349 (95% confidence interval of the difference lower upper)

Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut:

  1. Kepala Desa Keboan Anom
  2. Petugas Masyarakat
  3. Orang Tua dari Respondens
  4. Respondens (Remaja Normal dan Remaja Broken Home)

Observasi

Setelah mendapatkan hasil ukur perbandingan pada perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga normal dan keluarga broken home. Maka bisa disimpulkan bahwa:

Pada remaja yang diasuh oleh keluarga normal, meraka sangat disiplin tentang waktu. Diketahui ada sebagain yang melaksanakan shalat berjamaah di masjid bersama-sama keluarganya secara konsisten, ada pun yang melaksanakan shalat di rumah. Mereka juga aktif di berbagai majelis keagamaan, ada yang bergabung menjadi remaja masjid, guru les mengaji, muadzin serta program-program kerohanian yang lainnya.

Kemudian pada remaja yang diasuh oleh keluarga broken home diketahui sangat menyepelekan waktu. Mereka terjaga di saat larut malam dan terbangun lagi saat matahari sudah sangat tinggi. Ada pun beberapa remaja saja yang ikut memeriahkan program majelis keagamaan di desa nya. Dan sebagian besar remaja lainnya memilih melakukan aktivitas menonton hp berjam-jam, pergi keluar dengan pakaian terbuka dan pulang kerumah tengah malam.

Dalam hal ini, cmemiliki batasan yang tidak boleh dilakukan sebagai prinsip hidupnya. Misalnya saja, ada beberapa remaja yang merokok tapi tidak mau meminum minuman keras atau menggunakan obat-obatan terlarang. Mereka juga mempersiapkan semaksimal mungkin tubuhnya di hari libur dengan berolahraga secara rutin. Mereka bermain tapi tidak lupa batasan pulang malam karena esok hari mereka harus bekerja.

Kemudian pada remaja yang diasuh oleh keluarga broken home diketahui sangat menyukai minum-minuman keras, merokok dan memakai narkoba, adapun beberapa juga yang masih bisa mengontrol dengan wajar batas kenakalannya. Kebanyakan dari mereka tidak bekerja namun lebih memilih membuka warung makanan sendiri atau membantu orang tuanya berjualan sebagai penunjang hidupnya. Dalam kata lain, remaja broken home kurang memperhatikan masa depannya sendiri. Ia tidak tau kemana arah dan tujuan hidupnya.

Kemudian pada remaja yang diasuh oleh keluarga normal menunjukkan kepatuhan terhadap orang tuanya. Setiap kali mengalami kesulitan mereka akan membicarakannya dulu kepada keluarga untuk mendapatkan keputusan. Cium tangan dan salam sudah menjadi poin penting bagi remaja normal, mereka sering tersenyum dan bergembira bersama keluarganya. Adapun kondisi langka yang sudah jarang kita temui di zaman era modern ini ialah mereka masih menggunakan tata krama dan bahasa jawa halus (krama inggil) ketika berbicara kepada orang tua. Tidak semuanya, tapi beberapa memang melakukannya sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua.

Selanjutnya pada remaja yang diasuh oleh keluarga broken home diketahui menunjukkan perilaku pembangkangan kepada orang tuanya. Ketika mendapatkan kesulitan mereka tidak akan membicarakannya kepada orang tua melainkan menyalurkan nya pada hal-hal yang kurang pantas dan berdampak kurang baik untuk dirinya sendiri. Untuk penggunaan bahasa terhadap orang tua pun sudah seperti teman sebayanya, memanggil orang tua dengan nama, sangat keras, mengatai orang tua dengan umpatan yang tidak santun serta membentak-bentak sudah sangat lazim dilontarkan mereka kepada orang tuanya.

  1. Tentang kemampuan remaja menunjukkan perilaku beragama yang baik.
  2. Tentang kemampuan remaja menunjukkan perilaku terhadap diri sendiri.
  3. Tentang kemampuan remaja menunjukkan perilaku terhadap keluarganya.
  4. Tentang kemampuan remaja menunjukkan perilaku toleransi pada masyarakat.

Terkait hubungan pribadi-sosial, remaja normal memiliki perkumpulan yang lebih luas. Relasinya tidak terbatas pada teman sebaya nya saja namun mereka juga menjalin keakraban yang baik dengan tetua desa, teman-teman desa, tetangga dan anak-anak kecil. Sehingga tak jarang mereka disuruh untuk ikut berkontribusi serta memeriahkan program-program desa, ikut acara kemasyarakatan seperti bersih-bersih desa, mengikuti tahlil dan mengaji bagi orang-orang yang sudah meninggal, mendapatkan keterampilan dan pengalaman serta dikenal baik oleh bapak lurah.

Adapun perilaku remaja broken home tentang pribadi-sosialnya ialah perkumpulan mereka amat terbatas. Mereka tidak suka berkumpul dengan teman yang tidak memiliki visi yang sama dengan permasalahan dan gaya hidupnya. Mereka tidak suka mengenal dan ditanyai lebih jauh soal kehidupan mereka di rumah, cita-cita yang dia impikan. Karena raa ketidak-percayaan dirinya tersebut membuat remaja broken home mengalami kesulitan untuk membuka diri kepada masyarakat luas. Mereka takut jika tidak diterima dengan layak oleh orang banyak dan tidak suka dikasihani.

Dokumentasi

Media dokumentasi digunakan untuk menggali data mengenai latar belakang atau sejarah berdirinya desa keboan anom, letak geografis, objek penelitian, dan lain-lain.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut.

  1. Perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga normal yang diperolah dari hasil wawancara dan observasi mendapatkan hasil bahwa remaja yang diasuh keluarga normal cenderung menunjukkan perilaku yang baik. Mereka jauh dari kata masalah atau kenakalan remaja, justru mereka sangat aktif terlibat di berbagai majelis keagamaan, sopan santun, kekeluargaan dan sosialisasi yang tinggi.
  2. Perilaku remaja yang diasuh oleh keluarga broken home yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi mendapatkan hasil bahwa remaja yang diasuh keluarga broken home cenderung menunjukkan perilaku yang kurang baik. Mereka senang mencari masalah, senang menjadi pusat perhatian warga, juga mereka tidak terlalu peduli pada dirinya sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan setiap harinya,
  3. Untuk memperoleh perbandingan perilaku pada remaja yang diasuh keluarga normal dan broken home, dilakukan uji sampel t-test untuk mengukur perbandingan tersebut. Dari hasil rata-rata angket yang diujikan pada remaja yang diasuh oleh keluarga normal dengan remaja yang diasuh oleh keluarga broken home di lakukan komparatif (perbandingan) melalui uji independet sampel test. Berdasarkan tabel output independent sample test pada bagian equal variances assumed diketahui nilai sig.(2-tailed) sebesar 0.000<0,05, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nyata terdapat perbedaan perilaku remaja remaja yang diasuh keluarga normal dengan remaja remaja yang diasuh oleh keluarga broken home yang mana remaja yang diasuh oleh keluarga normal secara signifikan menunjukkan pola fikir dan perilaku yang lebih baik dari remaja yang diasuh oleh keluarga broken home.

References

  1. Ali Maulida, “Konsep dan Desain Pendidikan Akhlak Dalam Islamisasi Pribadi Dan Masyarakat”, Edukasi Islami:Jurnal Pendidikan Islam, Vol.2, No.04 (STAI Al Hidayah, Bogor: Juli 2013), 361.
  2. Ani Siti Anisah, “Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Remaja”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol.05, No.01, 2011, 70.
  3. Diakses dari https://www.kbbi.web.id/akhlak diakses pada 22 November 2020.
  4. DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara Nabi Mendidik Remaja (Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), 397.
  5. Enok Rohayati, “Pemikiran All-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak”, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.16, No.01, (IAIN Raden Fatah : Juni 2011), 104.
  6. Farida Hidayati, Dian Veronika dan Karyono, “Peran Ayah dalam Pengasuhan Remaja”, Jurnal Psikologi Undip, Vol. 9, No. 1, April 2011.
  7. Farida, “Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Broken Home Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang”, (Skripsi S-1, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018)
  8. Farida Yunistiati, M. As’ad Djalali, Mu. Farid, “Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Remaja”, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No.1, Januari 2014.
  9. Farieska Fellasari dan Yuliana Intan Lestari, “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan Emosi Remaja”, Jurnal Psikologi, Vol. 12, No.2, Desember 2016, 86.
  10. Fithriani Gade, “Ibu Sebagai Madrasah Dalam Pendidikan Remaja”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol.XIII, No. 1, Agustus 2012.
  11. Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam”, Edukasi Islam: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.6, No.2, (STAI Al Hidayah, Bogor : 2017), 47.
  12. Ida Latifatul Umroh, “Peran orang Tua Dalam Mendidik Remaja Sejak Dini Secara Islami di Era Milennial”, Vol.2, No.2, TA’LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, Juli 2019, 220.
  13. Izzatun Nisa, “Pendidikan Akhlak Bagi Remaja Di Dalam Keluarga Broken Home: Studi Kasus Di Mtsn 2 Boyolali”, (Skripsi S-1,Fakultas Ilmu Tarniyah dan Keguruan, 2018), 24-25.
  14. Listia Fitriyani, “Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Remaja”, Jurnal Lentera, Vol. XVIII, No.1, Juni 2015, 18.
  15. Martsiswati, E., & Suryono, Y. (2014). “Peran Orang Tua Dan Pendidik Dalam Menerapkan Perilaku Disiplin Terhadap Remaja Usia Dini”, JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 1(2), 187 - 198.
  16. Musfiqon, “Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan”, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), 14.
  17. M. Nisfiannoor dan Eka Yulianti, “Perbandingan Perilaku Agresif Antara Remaja Yang Berasal Dari Keluarga Bercerai Dengan Keluarga Utuh”, Jurnal Psikologi, Vol. 3, No. 1, Juni 2005.
  18. M. Yusuf, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Remaja”, Jurnal Al Bayan, Vol.20, No.29, Januari-Juni 2014, 35.
  19. Rabiatul Adawiah, “Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Remaja”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 7, No. 1, Mei 2017.
  20. Raharjo, Sabar B. "Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 16, no. 3, 2010.
  21. Randi Pratama, Syahniar dan Yeni Karneli, “Perilaku Agresif Siswa dari Keluarga Broken Home”, Jurnal Konselor, Vol. 5, No. 4, Desember 2016.
  22. Roesli, M., Syafi'i, A., & Amalia, A. (2018). “Kajian Islam tentang Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Remaja”. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam, 9(2), 332-345.
  23. Sri Handayani, Dewi. “Penyimpangan Tumbuh Kembang Pada Remaja Dari Orang Tua Yang Bekerja”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.20, No. 1, Maret 2017.
  24. Sunarti Euis, “Mengasuh Remaja dengan Hati”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004)
  25. Wens Tanlain, Inggridwati Kurnia, dkk, “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, (Jakarta: Gramedia, 1989), 33.
  26. Widya Septyani, “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja di Komplek Departemen Kesehatan Ciputat”, (Skripsi S-1, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017)
  27. Wieka Dyah P, Fransisca Rosa ML, Mohammad Adi GP, “Gambaran Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Remaja Usia Remaja”, Jurnal Psikogenesis, Vol.5, No. 2, Deesmber 2017.
  28. Winanti Siwi Respati, “Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan Authoritative”, Jurnal Psikologi, Vol. 4, No.2, Desember 2006.