Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.2343

Moral Values ​​in the Film The Lion King and Its Relevance for Strengthening Character Education of Elementary School Students


Nilai-Nilai Moral dalam Film The Lion King dan Relevansinya untuk Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar

Universits Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

nilai moral Penguatan Karakter Siswa Sekolah Dasar

Abstract

Elementary school children tend to have very diverse interests. One of them is watching cartoons from television shows or YouTube. Elementary school-age children tend to enter a phase of imitating what they see, hear and feel. This is very important for all parents to pay attention to, because the movies they watch can affect the character or personality of the child. This study aims to determine the moral values ​​in the lion king film for elementary school children that can be used as character reinforcement. This research uses a qualitative approach with a narrative study type of research that analyzes the content of the lion king film. The way to analyze the data in this study is by playing the film, then recording the contents of the lion king film and transferring the results of the notes to the form of dialogue between characters which shows the existence of moral values ​​that can be used as character strengthening. The results of this study found that there were eleven moral values ​​in accordance with Thomas Lickona's (1991) theory of knowing goodness, doing good, and loving kindness. In addition, these moral values ​​also have relevance to character strengthening in accordance with the 2017 Ministry of Education and Culture regulations. The impact of the lion king film itself is expected to strengthen children's character and develop motivation in children's activities in their daily lives. It can be seen that the lion king film has moral values ​​that should be imitated by elementary school children.

Pendahuluan

Nilai moral merupakan nilai yang melakat pada diri manusia yang berkaitan dengan watak, perilaku atau pun sifat dan dianggap penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hamid [1] menjelaskan bahwa moral merupakan segala aturan (rule), yang berkaitan dengan sikap (attitude) serta perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa fungsi moral adalah untuk mengendalikan manusia agar bisa melakukan segala sesuatu dengan baik sesuai dengan norma yang berlaku.

Seiring kemajuan zaman, nilai moral mulai terkikis dan dianggap kuno, padahal nilai moral sudah menjadi adat istiadat dimasyarakat sejak dahulu. Terjadinya perkembangan zaman saat ini diikuti dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat atau biasanya disebut dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menjadikan manusia lebih mudah mengakses informasi dari berbagai belahan dunia dan juga menjadikan pemikiran manusia semakin maju dalam berbagai hal. Selain itu dengan adanya perkembangan tersebut dapat membuat masuknya budaya luar dengan mundah hingga memunculkan adanya penyimpangan sosial atau tindakan yang tidak baik seperti pergaulan bebas, malas belajar, perkelahian antar teman, dan lain sebagainya. Seperti beberapa tahun belakangan ini terjadi perkelahian pada kamis 07 Juli 2020 di Bekasi yang menyebabkan satu pelajar meninggal, CNN Indonesia [2]. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya penanaman nilai-nilai moral pada generasi muda pada pendidikan.

Permasalahan moral pada pelajar akan berdampak negatif pada generasi muda penerus bangsa Ruslan & Elly, dkk [3]. Salah satu tujuan pendidikan yaitu membentuk waatak dan sikap pada anak dengan nilai moral yang ada dimasyarakat[8]. Wuryandani dan Faturrohman, dkk[4] mengatakan pelaksanaan pendidikan tidaklah cukup mengembangkan kemampuan akademik saja, akan tetapi pentingnya penanaman nilai moral pada siswa. artinya pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif, akan tetapi juga menanamkan sikap positif, penanaman nilai sikap positif dalam dilakukan dengan penanaman nilai pada siswa. Oleh sebab itu, salah satu sarana dimassa zaman saat ini yang cocok digunakan untuk Penanaman dan penguatan nilai-nilai moral dapat dilakukan guru dan orang tua dengan media berupa film. Film memiliki fungsi menghibur dan juga memiliki fungsi lainnya, seperti fungsi informasi dan juga fungsi pendidikan yang bisa mempengaruhi perkembangan moral anak, Sri Wahyuni [5].

Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang nilai moral yang terkandung pada film “the lion king”, dengan mengangkat judul “Nilai-nilai moral pada film the lion king dan relevansinya untuk penguatan karakter siswa sekolah dasar”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif naratif yang memiliki keunggulan dalam menemukan adanya nilai moral pada film the lion king. Penelitian ini ditujukan untuk guru dan orang tua dalam memberikan penguatan kepada siswa kelas rendah dalam pembentukan karakter. Kekurangan penelitian ini yaitu analisis data nilai moral yang ada pada film hanya ditujukan untuk penguatan karakter siswa tanpa mengaitkan pada buku tema yang ada pada berbagai mata pelajaran. Sehingga penelitian ini masih bisa untuk dikembangkan lagi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi naratif. Ada beberapa pertimbangan diantaranya penelitian ini bersifat menggambarkan, menguraikan suatu fakta dengan gambar disertai penjelasan berupa kalimat. Penyajian data penelitian ini dalam bentuk gambar yang memasukan pembahasan naratif menggunakan kutipan dialog percakapan yang ada dalam film the lion king live action 2019. Penelitian kualitatif naratif merupakan suatu bentuk khas dari penelitian kualitatif, biasanya berfokus pada studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana individu itu memberikan makna terhadap pengalamannya melalui cerita-cerita yang disampaikan [6] . Data yang diperoleh pada penelitian ini bersumber pada film The Lion King Live Action 2019, dengan mengambil data berupa gambar serta dialog antar tokoh. Teknik pegumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang dilakukan dengan cara menyimak, mendengar dan mencatat hal-hal penting yang ada pada film sesuai dengan fokus penelitian. Teknik analasis data menggunakan konsep Miles, Huberman, dan Saldana [7] dengan cara kondensasi data yaitu mencatat dan mengkasifikasikan data pada teori, kemudian penyajian data, dan menarik kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

Nilai-Nilai Moral dalam Film The Lion King Live Action 2019

Penyajian data hasil penelitian pada sub bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral pada film the lion king live action, yang disajikan dengan menggunakan teori menurut Thomas Lickona[9] yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Berdasarkan temuan peneliti, terdapat 11 nilai-nilai moral dalam film the lion king sebagai berikut.

Moral Mengetahui Kebaikan

  1. Mendengarkan nasihat orang tua dengan baik

Nasihat adalah suatu pelajaran, peringatan, anjuran atau teguran supaya dapat melakukan kebaikan. Dalam data film the lion king terdapat adanya perilaku Mufasa (ayah simba) yang sedang memberikan nasihat kepada Simba (anaknya). Perilaku moral yang dilakukan Mufasa kepada anaknya Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian pada film the lion king dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat nilai moral “Mengetahui Kebaikan” yang diajarkan oleh Mufasa kepada Simba. Nilai moral tersebut dapat dicontohkan oleh orang tua kepada anak, bahwa mendengarkan semua nasihat yang diberikan orang tua adalah bentuk sikap mengetahui kebaikan yang menunjukan ketaatan atas nasihat orang tua. Sehingga seseorang yang dinasehati tidak melenceng dari adanya aturan yang diberikan. Apa yang dikatakan orang tua akan bermanfaat untuk anak-anaknya. Pada film tersebut Mufasa berperan sebagai seorang ayah yang memperdulikan anaknya yang lebih paham mengenai kehidupan.

  1. Mengajarkan kerja keras untuk meraih sesuatu yang diinginkan

Kerja keras adalah usaha sungguh-sungguh untuk mendapatkan kesuksesan yang terhadap apa yang dikerjakan, kurniawan. Pada film the lion king terdapat adegan perilaku Mufasa sebagai seorang ayah yang sedang melatih anaknya untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan agar mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Perilaku yang dilakukan Mufasa kepada anaknya Simba tersebut menunjukan kesesuaian dengan teori Thomas Lickona dimana terdapat adanya nilai moral “Mengetahui Kebaikan” yang diajarkan oleh Mufasa kepada Simba. Hal tersebut dibuktikan dengan prilaku Simba untuk mealukan dan menirukan apa yang dilatih oleh ayahnya kepada dirinya ketika menerkam mangsa. Perilaku atau usaha yang telah dilakukan Simba selama berlatih, menunjukan sikap kerja keras. Nilai moral tersebut dapat dijadikan contoh dan diajarkan pada anak, bahwa kerja keras menjadi bukti nyata seseorang supaya bisa mendapatkan apa yang diinginkan dengan tekad dan usahannya sendiri.

  1. Mencari tahu jawaban dari sebuah pertanyaan.

Mencari tahu adalah suatu usaha seseorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal itu terlihat ketika Simba ingin mencari tahu apa yang membuat dia penasaran akan sesuatu tempat, yang akhirnya Simba dan temannya (Nala) menemukan tempat tersebut. Perilaku yang dilakukan Simba dan Nala (teman Simba) tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Mengetahui Kebaikan” yang dilakukan oleh Simba dan Nala. Sikap ingin tahu tersebut sangat baik untuk dilakukan, sehingga orang tua perlu mendampingi, memancing, dan memperkuat sikap ingin tahu yang dimiliki pada anak dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan keingin tahuan tersebut anak akan terbiasa berusaha mencari jawaban dari pertanyaan mereka sendiri dengan baik.

  1. Memberikan Kesempatan untuk Memperbaiki diri dari Kesalahan.

Memperbaiki diri adalah salah satu sikap untuk merubah apa yang pernah dilakukannya sebelumnya untuk menjadi lebih baik. Terlihat bahwa Mufasa yang menjadi seorang ayah memaafkan Simba atas kesalahan yang dilakukan, dan tetap menjalin hubungan keluarga yang baik antara orang tua dan anak. Perilaku yang dilakukan Mufasa kepada anaknya Simba tersebut menunjukan kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Mengetahui Kebaikan” yang dilakukan oleh Mufasa kepada Simba supaya saling memaafkan. Sikap memaafkan adalah perilaku terpuji yang patut dilakukan. Orang tua perlu mengajarkan hal tersebut kepada anaknya, supaya bisa saling memaafkan antar sesama. dan memberikan kesempatan bagi mereka yang pernah melakukan kesalahan agar tidak mengulangi dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Melakukan Kebaikan

  1. Berusaha Melakukan Segala Sesuatu Sendiri

Mandiri adalah salah satu sikap melakukan segala sesuatu sendiri yang tidak bergantung pada orang. Pada uraian yang telah diuraikan peneliti di atas, terdapat adegan Simba telah meninggalkan tempat tinggalnya dan melakukan kehidupan baru dalam kesehariannya dengan sendiri, hingga dia menjadi dewasa. Perilaku moral yang dilakukan Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Melakukan Kebaikan”. Sikap kemandirian tersebut bisa dicontohkan oleh orang tua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari seperti memakai baju sendiri, makan sendiri, menyiapkan buku sekolah sendiri, dll. Dengan demikian film the lion king dapat membantu mempermudah dalam memperkuat sikap kemandirian anak.

  1. Setia kawan dan Saling Tolong Menolong.

Tolong menolong adalah sikap peduli antar sesama tanpa meminta atau memberikan imbalan. Perilaku tersebut terlihat pada adegan ketika Simba melakukan perjalan pulang ke halaman rumahnya, Pumbaa dan Timon mengikuti perjalanan Simba dan Nala. Sikap yag ditunjukan Pumba dan Timon melihatkan kepedulian sosial terhadap teman atau orang lain. Nilai moral yang dilakukan Pumba dan Timon untuk Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai “Melakukan Kebaikan” yang telah dilakukan teman-teman Simba. Perilaku tersebut patut diajarkan kepada anak dikehidupan sehari-harinya, contohnya seperti membiasakan membantu melakukan pekerjaan rumah. Dengan demikian film the lion king mengandung nilai moral peduli terhadap sosial. Karena munculnya rasa ingin memberikan bantuan pada orang lain.

  1. Menghargai pendapat orang lain dengan baik.

Menghargai adalah sikap memberikan kesempatan atas kehendak orang lain. Pada uraian data yang telah diuraiakan, terlihat pada adegan dimana Simba memberikan pendapat dan juga arahan kepada teman-temannya untuk menyusun rencana yang akan dilakukan ketika mengalahkan musuhnya. Teman-teman Simba pun terlihat menghargai semua pendapat yang diberikan Simba dan menjalankan tugas atas pendapat Simba. Perilaku moral yang dilakukan Timon, Pumba, dan Nala tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Melakukan Kebaikan” yang telah dilakukan tokoh Timon, Pumba dan Nala. Nilai moral tersebut sangat baik dijadikan contoh pada anak, supaya anak melakukan perilaku terebut ketika berada dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat untuk mencapai kesejahteraan bersama. Contoh kecil, orang tua bisa membiasakan anak untuk bebas berpendapat ketika sedang berdiskusi bersama. Dengan demikian film the lion king mengandung nilai moral menghargai yang bisa dicontoh oleh kalangan anak-anak.

  1. Memiliki Keberanian yang Tinggi.

Keberanian adalah sikap yang menunjukan bahwa seseorang melakukan segala sesuatu tanpa adanya kerisauan yang buruk terjadi. Pada adegan ketika Simba memiliki keberanian muncul dihadapan lawannya Scar (Pamannya yang jahat) dan para penjaga untuk mengungkap kenyataan yang sebenarnya. Simba terlihat tidak takut dan siap melawan semua musuh. Perilaku moral yang dilakukan Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Melakukan Kebaikan”, karena Simba berani menunjukan dirinya kembali dihadapan semua kaum Singa. Hal tersebut pantas untuk diajarkan kepada anak ketika ingin melakukan suatu kegiatan, supaya anak percaya diri serta tidak takut dalam melakukannya. Contoh kecil yang dapat dilakukan pada kehidupan sehari-hari untuk menguatkan perilaku tersebut pada anak yaitu berani menegur orang ketika berbuat salah. Dengan demikian film the lion king mengandung nilai moral keberanian yang paut dicontoh oleh anak.

  1. Mengungkap kebenaran dengan berkata jujur.

Jujur adalahh sikap mengungkapkan suatu hal yang sebenarnya terjadi. Pada uraian yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa Simba bertarung untuk mengungkap kebenaran yang sesungguhnya. Dan Scar justru mengatakan apa yang telah dilakukan Simba terhadap Mufasa diwaktu dulu. Namun akhirnya Simba berkata jujur untuk mengungkapkan kebenarannya kepada kaum singa. Perilaku moral yang dilakukan Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Melakukan Kebaikan” karena adanya perilaku ingin mengungkap keberanan yang telah terjadi. Perilaku yang dilakukan Simba tersebut pantas untuk diajarkan kepada anak, karena kejujuran adalah kunci utama dalam kehidupan. Peilaku tersebut dapat dicontohkan oleh orang tua dengan cara menegur anak ketika salah dan menanyakan mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi. Sehingga anak akan terbiasa berkata jujur ketika berbuat salah. Dengan demikian film the lion king mengandung nilai moral jujur yang patur dicontoh oleh anak.

Mencintai Kebaikan

  1. Mencintai Tempat Tinggal Asalnya

Cinta tanah air adalah sikap kepedulian dengan menunjukan kesetiannya terhadap tempat atau wilayah bertempat tinggal. Pada uraian yang telah diuraikan di atas terlihat Simba mengejar mengikuti Nala untuk kembali pada tempat tinggal asalnya. Akhirnya mereka melakukan perjalanan pulang bersama. Perilaku moral yang dilakukan Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Mencintai Kebaikan” yang dilakukan Simba ketika ingin kembali etempat tinggal asalnya. Perilaku Simba menunjukan bahwa adanya kepedulian dan rasa cinta terhadap tempat tinggal asalnya. Sikap cinta tanah air tersebut dapat di biasakan oleh orang tua kepada anak seperti belajar dengan sungguh-sungguh dan menjaga lingkungan sekitar. Dengan demikian film the lion king mengandung nilai moral cinta tanah air yang patut dicontoh oleh anak.

  1. Berjuang untuk Rakyatnya.

Berjuang adalah sikap rela berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Terlihat pada perilku Simba setalah melakukan perjalanan jauh, Simba sampai ditempat tujuan dan melihat keadaan tempat tinggalnya yang rusak dan banyak binatang yang mati. Dan akhirnya simba ingin memperjuangkan kembali wilayah tempat tinggalnya tersebut pada keadaan seperti semula. Perilaku moral yang dilakukan Simba tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori Thomas Lickona, dimana terdapat adanya nilai moral “Mencintai Kebaikan” yang dilakukan Simba ketika ingin memperjuangan kembali tinggal asalnya. Perilaku tersebut dapat dicontohkan oleh orang tua kepada anak seperti belajar dengan giat untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Dengan demikian film the lion king mengandung nilai moral nasionalis yang patut dicontoh oleh semua kalangan termasuk anak-anak.

Relevansi Nilai Moral dalam Film The Lion King dengan Penguatan Karakter

  1. Mendengarkan nasihat orang tua dengan baik

Mendengarkan nasihat orang tua dengan baik yang dilakukan Mufasa dan Simba pada film the lion king merupakan bentuk pesan yang dapat disampaikan pada anak dan akan mempertanggung jawabkan atas nasihat yang diberikan, seperti dialog Simba dan Mufasa sebagai berikut.

Mufasa: “Lihat simba! Semua yang diterangi cahaya adalah kerajaan kita.”

Simba: “Ayah menguasai semua itu?”

Mufasa: “Ya. Tapi kekuasaan raja, terbit dan tenggelam seperti matahari. Kelak, simba.. matahari ayah akan terbenam.. dan kau jadi raja saat terbit nanti.”

Simba: “Semua ini akan menjadi milik ku?” (sedang mendengarkan dan bertanya atas hak dan tanggung jawabnya suatu saat nanti)

Mufasa: “Bukan milik siapa-siapa, tapi kau harus melindunginya. Tanggung jawab besar.”

Simba: “Semua yang diterangi cahaya? Pohon-phon itu? Dan lubang air? Dan gunung? Dan diluar sisi gelap itu?”

Mufasa: “Jangan kesana simba!”

Simba: “Ku kira raja bisa bertindak sesukanya. Mengambil alih wilayah manapun.”

Mufasa: “Raja lain mencari yang bisa mereka ambil, tapi raja sejati mencari apa yang bisa diberinya.”

Perilaku mendengarkan nasihat yang dilakukan tokoh Mufasa dan Simba pada dialog tersebut memiliki relevansi dengan penguatan prndidikan karakter integritas [13], karena mengandung nilai karakter tanggung jawab atas nasihat yang sudah diberikan orang tua untuk harus dijalankan oleh seorang anak dikemudian hari.

  1. Mengajarkan Kerja Keras untuk Meraih Sesuatu yang Diinginkan

Mengajarkan kerja keras pada anak untuk mencapai keinginannya seperti yang dilakukan Mufasa sebagai seorang ayah, yang akhirnya Simba bisa menjadi sosok pekerja keras merupakan bentuk sikap yang baik dalam melatih anak untuk bisa merasakan bersusah payah terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan keinginannya, sebagaimana dialog berikut.

Mufasa: “Menyelip ditanah.”

Simba: “Aku bisa”

Mufasa: “Priksa arah mata angin, bayangan, dan tunggu saat yang tepat untuk menerkam.”

Simba: Arghhhh..(menerkam)

Mufasa: “Bagus sekali!”

Dialog tersebut memberikan pesan supaya anak tidak bermalas-malasan, dan tidak mengandalkan orang tuanya secara terus menerus dalam menjalankan kehidupan kesehariannya. Sehingga menumbuhkan kemandirian anak dalam berlatih dan mecapai keinginannya. Dengan demikian, bentuk perilaku mengajarkan kerja keras untuk meraih sesuatu yang diinginkan tersebut memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter mandiri [13]. Terintegrasinya dengan penguatan karakter tersebut, karena mengandung adanya nilai karakter etos kerja atau kerja keras. Sunarty Kustiah menjelaskan bahwa kemandirian anak diartikan sebagai suatu keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya ketergantuangan bantuan dari orang lain. Anak yang mandiri adalah anak yang telah mampu menagambil dan melakukan segala sesuatu dengan keputusannya sendiri dalam kehidupan sehari-hari [11].

  1. Mencari Tahu Jawaban dari Sebuah Pertanyaan

Mencari tau jawaban dari sebuah pertanyaan seperti yang Simba dan Nala lakukan merupakan bentuk sikap yang baik dalam mengasah fikiran anak. Anak akan berusaha mencari tahu jawaban yang tepat sesuai kemampuannya. Selain itu, anak juga akan belajar dari sebuah pengalamannya yang tadinya anak belum mengetahui sesuatu hal akhirnya mendapatkan pengetahuan baru, sebagaimana dialog yang ditunjukan oleh Simba sebagai berikut.

Nala: “Sebenarnya kita mau kemana?”

Simba: “Bagaimana kau tahu?”

Nala: “Kau benci air.”

Simba: “Aku dengar kabar soal tempat ini Nala. Tempat luar biasa dan..”

Nala: “Katakan tempatnya.”

Simba: “Kuburan gajah”

Nala: “Seberapa jauh?”

Simba: “Tidak jauh disisi gelap.”

Bentuk perilaku mencari tau jawaban dari sebuah pertanyaan memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter mandiri [13]. Terintegrasinya pada penguatan karakter tersebut karena mengandung adanya nilai karakter mandiri disaat anak mampu mencari jawaban secara sendiri. Hal ini diperkuat dengan penelitian dari Muhammad Fadilah dan Lilif Mualifatu Khorida [12] yang menjelaskan bahwa rasa ingin tahu memiliki manfaat bagi anak baik secara bilogis dan psikologis. Secara biologis manusia memiliki kondisi tubuh yang dapat berkembang dengan baik, dan psikologis pada otak manusia dilatih secara terus menerus hingga memilikin ketajaman pada pola pemikirannya.

  1. Memberikan Kesempatan untuk Memperbaiki Diri dari Kesalahan

Memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dari kesalahan merupakan bentuk sikap yang perlu diajarkan pada anak supaya bisa saling memaafkan antar sesama ketika berbuat salah. Selain itu juga akan menghindarkan anak dari sikap egois yang tidak ingin hidup rukun dengan sesama, sebagaimana yang ditunjukan pada dialog berikut.

Mufasa: “kau tak mematuhi ayah.”

Simba: “Aku tahu.”

Mufasa: “Kau bisa mati. Yang terburuk, kau bahayakan Nala. Kau mengerti bahayanya? Kau membahayakan masa depan kaum singa.”

Simba: “Aku hanya ingin tunjukkan bahwa aku bisa. Aku berani seperti ayah.”

Mufasa:”Aku berani saat diperlukan, saat tak ada pilihan lain.”

Simba: “Tapi ayah tak takut.”

Mufasa: “Ayah takut tadi.”

Simba: “Sungguh?”

Mufasa: “Ya. Ayah kira akan kehilanganmu.”

Simba: “Para raja juga bisa takut, ya?”

Mufasa: “Lebih dari yang kau tahu.:

Simba: “Coba tebak.”

Mufasa: “Apa?”

Simba: “Hiena itu pasti lebih takut.”

Mufasa:”Karena tak ada yang macam-macam dengan ayahmu. Kemarilah.(Ayah memaafkan simba dan memeluk)”

Simba: “Ayah.. (Simba memeluk ayahnya dan bermain)”.

Bentuk perilaku pada dialog diatas menunjukan bahwa memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dari kesalahan memiliki relevansi dengan penguatan pendidikans karakter religius. Terintegrasinya penguatan karakter tersebut karena mengandung adanya nilai karakter cinta damai ketika memaafkan kesalahan orang lain dan kembali hidup rukun. Hal ini diperkuat dengan peraturan kemendikbud 2016 yang menyatakan bahwa nilai religius adalah sikap pauh terhadap segala ajaran agama yang dianut, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah semua agama, serta hidup rukun dengan semua pemeluk agama [13].

  1. Berusaha Melakukan Segala Sesuatu dengan Sendiri

Berusaha melakukan segala sesuatu dengan sendiri seperti yang dilakukan Simba ketika meninggalkan tempat tinggal asalnya merupakan bentuk sikap yang baik dalam melatih kemampuan dan mental anak. Dengan perilaku tersebut anak akan terbiasa ketika melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-harinya dengan sendiri tanpa bantuan orang lain secara terus menerus, sebagaimana dialog yang ditunjukan oleh Simba berikut.

Simba: “Siapa kalian, pergilah?”

Timon dan Pumba: “Kami Penyelamatmu.”

Timon: “Ya. Membahayakan hidup. Mengusir buruh marah.”

Pumba: “Mereka bergerombol. Aku pumba. Ini Timon.”

Timon: “Aku sudah bilang.. Kami menyelamatkanmu.”

Simba: “Tak penting.”

Pumba: “Suram sekali.”

Timon: “Masalahku sudah banyak kini aku harus urus masalahnya. Bagaimana keadaanmu? Singkat saja.”

Simba: “Aku melakukan hal buruk. Aku tak mau membahasnya.”

Pumba: “kita semua pernah berbuat salah. Pasti ada yang bisa kami bantu, kan?”

Simba: “Tak ada kecuali kalian bisa ubah masa lalu.”

akhirnya mereka berjalan bersama-sama dan memperkenalkan tempat tinggal yang baru untuk Simba.

Perilaku Simba pada dialog diatas untuk berusaha melakukan segala sesuatu sendiri memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter mandiri sesuai peraturan kemendikbud. Terintegrasinya pada penguatan karakter tersebut, karena terdapat perilaku yang menunjukan dimana anak berusaha melakukan kegiatan sehari-harinya dengan sendiri yang tergolong nilai karakter mandiri.

  1. Setia Kawan dan Saling Tolong Menolong

Setia kawan dan saling tolong menolong yang Pumba dan Timon lakukan pada temannya yaitu Simba merupakan bentuk sikap saling membantu antar sesama yang dilakukan tanpa membeda-bedakan dan meminta imbalan, sebagaimana dialog Simba, Pumba dan Timon berikut.

Timon: “Semuanya, tenang kami datang.”

Pumbaa: “Bantuan datang!”

Simba: “Mau apa kalian kesini?”

Pumba dan Timon: “Kami tak khawatir / Benar.”

Pumbaa: “kami risau karena.. kau teman kami.”

Simba: “Bagaimana dengan garis ketidak kepedulian?”

Pumbaa: “Kami berpikir.. mungkin garisnya melengkung.”

Timon: “Benar juga. Simba aku mengakui pumba keliru dan ini contohnya.”

Pumba: “Aku tak keliru.

Perilaku setia kawan dan saling tolong menolong yang dilakukan Timon dan Pumba memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter gotong royong. Terintegrasinya penguatan karakter tersebut karena mengandung adanya nilai karakter solidaritas ketika seorang teman membantu teman lainnya. Manusia adalah makhluk sosial yang juga perlu bantuan orang lain. Sehingga anak perlu diajarkan hal tersebut dan dibiasakan untuk saling tolong menolong ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan. Gotong royong merupakan ciri khas orang Indonesia yang mana gotong royong masuk kedalam pancasila ke tiga dan menjadi budaya bangsa dengan tujuan untuk menyeesaikan permasalahan dari segala aktivitas antar sesama [13].

  1. Menghargai Pendapat Orang Lain

Menghargai orang lain seperti yang diakukan Nala, Pumba dan Timon ketika Simba sendang mengemukakan pendapat merupakan bentuk sikap menghargai atau menghormati orang lain. Meghormati orang lain adalah hal yang berat untuk dilakukan. Sebagaimana perilaku yang dilakukan Nala, Pumba dan Timon pada dialog berikut.

Timon: “Apa Rencanamu agar kita melewati penjaga itu?”

Simba: “Umpan hidup.”

Pumbaa: “Ide bagus. Mereka tidak akan menolak daging segar. Tinggal cari hewan besar montok, dan berlemak. Mungkin weldebeest?”

Timon, Simba, Nala dan Zazu: “(Menatap Pumbaa).”

Pumbaa: “kenapa semua menatapku?”

Kemudian mereka bersama-sama menjalankan pendapat Simba.

Perilaku menghargai pendapat yang dilakukan teman-teman Simba pada dialog tersebut memiliki relevansi dengan pendidikan penguatan pendidikan karakter gotong royong. Terintegrasi dengan penguatan karakter tersebut karena mengandung adanya nilai karakter menghargai orang lain [13]. Nilai moral tersebut sangat perlu diimplementasikan dan dibiasakan kepada anak supaya anak dapat menghormati orang lain dengan berbagai situasi apapun.

  1. Memiliki Keberanian yang Tinggi

Keberanian yang dimiliki Simba dan teman-temannya merupakan bentuk sikap yang dilakukan untuk menyelesaikan sesuatu hal meskipun beresiko. Sikap keberanian juga bisa menumbuhkan kepercaya dirian pada anak ketika anak ingin melakukan sesuatu, sehingga anak tidak akan malu-malu dan takut untuk melakukan apapun. Sebagaimana dialog yang dilakukan Simba berikut.

Scar: “Simba.. aku amat senang melihatmu masih hidup.”

Simba: “Beri satu alasan untuk tak menghabisimu.”

Scar: “Aku bisa beri lebih dari satu. Begini mereka pikir aku raja.”

Nala: “Bagi kami tidak. Pemerintahanmu berakhir Scar. Simba adalah raja yang sah! Kalau kau ingin menentangnya, lewati kami dulu. Kalian dukung kami singa?”

Semua Singa: “setuju (Mengaum)”

Simba: “Pilihlah Scar. Turun tahta atau bertarung.”

Scar: “Haruskah berakhir dengan kekerasan? Aku tak mau membunuh anggota keluarga. Merasa malu kalau aku merenggut nyawa singa tercintaku.”

Simba: “Aku sudah melupakannya.”

Scar: “Tapi apa mereka akan melupakannya? Perbuatanmu diketahui rakyat setiamu?”

Surabi (ibu Simba): “Apa Maksudnya?”

Scar: “Kau belum beri tahu rahasia kecilmu? Simba saatnya mengaku. Katakan siapa yang tewaskan Musafa.”

Simba: “Aku pelakunya.”

Sikap keberanian yang dilakukan Simba tersebut memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter gotong royong sesuai dengan peraturan kemendikbud [13]. Terintegrasinya penguatan karakter tersebut karena mengandug nilai karakter keberanian untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

  1. Mengungkap Kebenaran dengan Berkata Jujur

Mengungkap kebenaran dengan berkata jujur seperti yang dilakukan oleh Simba merupakan bentuk sikap baik yang patut untuk ditiru., sebagaimana kutipan dialog Simba dan pamannya Scar berikut.

Scar: “Ini tampak familiar. Dimana aku melihatnya? Aku ingat. Beginilah wujud Mufasa sebelum mati. Aku melihat kebawah, melihat ketakutan di matanya. Ini rahasia kecilku. Aku membunuh Mufasa.”

Simba: “Ayahku. Kakakmu sendiri! Teganya kau.”

Scar: “Pertama, dia bunuh Mufasa. Dan kini ingin membunuhku!”

Simba: “Kau membunuhnya! Katakan sejujurnya!”

Scar: “Jangan percaya dustanya!”

Surabi: “Scar, katamu kau terlambat sampai di ngarai.”

Scar: “Itu benar!”

Surabi: “Bagaimana bisa kau lihat mata Mufasa?”

Simba: “Pembunuh!”

Nilai moral berkata jujur yang dilakukan Simba pada kutipan dialog diatas memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter integritas sesuai peraturan kemendikud [13]. Terintegrasinya penguatan karakter tersebut karena mengandung adanya nilai karakter kejujuran yang dilakukan oleh Simba agar sang paman menceritakan kejadian yang sebenar-benarnya dan mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuat.

  1. Mencintai Tempat Tinggal Asalnya

Mencintai tempat tinggal asalnya yang dilakukan Simba merupakan bentuk sikap cinta tanah air dimana dia bertempat tinggal. Sikap cinta tanah air tersebut menunjukan suatu kepedulian dan kesetiaan seseorang untuk berjuang membela bangsanya. Sebagaimana perilaku yang dilakukan oleh Simba pada dialog berikut.

Nala: “Simba?”

Simba: “Ayo! Tunggu apa lagi? Ayo Pulang!”

Dengan demikian, nilai moral mencintai tempat tinggal asalnya yang dilakukan oleh Simba tersebut memiliki relevansi dengan penguatan pendidikan karakter nasionalis sesuai dengan peraturan kemendikbud. Terintegrasinya pada penguatan karakter tersebut karena mengandung nilai karakter cinta tanah air. Disaat era revolusi ini perlu memperkuat adanya rasa cinta tanah air tersebut kepada anak, supaya di masa depan yang akan datang anak akan mencintai negaranya sendiri dari pada negara luar.

  1. Rela Berkorban demi Rakyatnya

Rela berkorban demi Rakyatnya yang dilakukan Simba merupakan sikap bersedia melakukan perjuangan dengan ikhlas demi membela rakyat dan negaranya. Sebagaimana perilaku yang ditunjukan Simba pada dialog berikut.

Simba: “Tadinya aku tidak percaya.”

Nala: “Jadi kau mau apa?”

Simba: “Ayahku menyuruhku melindungi semua yang diterangi cahaya. Kalau aku tak melindungi, siapa lagi?”

Nala: “Aku mau.”

Simba: “Keadaan akan berbahaya.”

Nala: “Bahaya? Aku tertawa di hadapan bahaya.”

Nilai moral rela berkorban yang dilakukan Simba tersebut memiiki relevansi dengan pendidikan penguatan pendidikan karakter nasionalis sesuai dengan peraturan kemendikbud. Terintegrasinya pada penguatan karater tersebut karena mengandung nilai karakter rela berkorban untuk kepentingan bersama. Rela berkorban merupakan bentuk sikap rasa cinta seseorang terhadap bangsa dan negaranya yang perlu diperjuangkan. Selain itu perilaku tersebut juga sangat baik karena mengajarkan untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian studi literatur yang telah dilakukan peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa film the lion king memiliki nilai moral yang sesuai dengan teori Thomas Lickona yaitu pertama nilai mengetahui kebaikan (knowing the good) meliputi nilai moral mendengarkan nasihat orang tua dengan baik, mengajarkan kerja keras untuk meraih sesuatu yang diinginkan, mencari tahu jawaban dari sebuah pertanyaan, memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dari Kesalahan. Kedua, nilai mencintai kebaikan (desiring the good) meliputi berusaha melakukan segala sesuatu sendiri, setia kawan dan saling tolong menolong, menghargai pendapat orang lain dengan baik, memiliki keberanian yang tinggi, mengungkap kebenaran dengan berkata jujur. Ketiga, nilai melakukan kebaikan (doing the good) meliputi mencintai tempat tinggal asalnya, dan berjuang untuk rakyatnya. Kesebelas temuan nilai moral yang ada pada film the lion king live action 2019 juga memiliki relevansi penguatan karakter sesuai dengan penguatan pendidikan karakter kemendikbud tahun 2016 yaitu religius, integritas, nasionalis, mandiri, dan gotong royong.

References

  1. Hamid, Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta, 2007.
  2. CNN Indonesia, Tawuran Pelajar bekasi Renggut Nyawa 8 Orang diamankan. Bekasi: cnnindonesia.com, 2020.
  3. Elly Ruslan, Penanaman Nilai Moral PadaSiswaSD di Negeri Lampeuneurut. Unsiyah: Unsyiah, 2016.
  4. wuryandani dan fathurrohman dkk, implementasi pendidikan karakter kemandirian, wuryandi, Ed. jakarta: cakrawala, 2016.
  5. Sri Wahyuningsih, Film dan Dakwah: memahami representasi pesan-pesan dakwah dalam film analisis semietik, wahyuningsih, Ed. Surabaya: Medias Sahabat Cendekia, 2019.
  6. john w creswell, Research Design, terj. Achmad Fawaid, Achmad Fawaid, Ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
  7. Huberman, dan Saldana Miles, Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, tjetjep, Ed. jakarta: UI-Press, 2014.
  8. Ruslan, Elly dkk. Aceh: Jurnal Ilmiah Unsyiah, Vol.1, no.1, pp 68-77,2020, 2020.
  9. Thomas Lickona terjemahan Juma Abdu Wamaungo, Mendidik anak untuk membentuk karakter: bagaimana sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggung jawab/penerjemah, Juma Abdu Wamaungo, Juma Abdu Wamaungo, Ed. Jakatra: Bumu Aksara, 2020.
  10. H Kurniawan, Pendidikan Karakter, Kurniawan, Ed. Yogyakarta: Ar-ruzzMedia, 2017.
  11. K Sunarty, Model Pola asuh Orang Tua untuk Meningkatkan Kemandirian Anak. Makassar: Jurnal Ilmiah pendidikan , 2014.
  12. Muhammad Fadillah dan Liif Mualifatu K, Pendidikan Karakter Anak. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013.
  13. Kemendikbud, Nilai Utama Karakter. Jakarta: www.kemendikbud.go.id, 2016.