Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2239

Boarding School Program Management and School Culture on Independent Learning of Students at Junior Boarding School


Manajemen Program Boarding School dan Budaya Sekolah terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik di SMP Boarding School

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

budaya sekolah kemandirian belajar manajemen program boarding school

Abstract

This study aims to determine the management of the boarding school program and school culture implemented at SMP Muhammadiyah 9 Tanggulangin Boarding School This research is a descriptive study that aims to describe and analyze the management of the boarding school program and the school culture that forms the learning independence of students at SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin. The approach used is a qualitative approach seen from data collection techniques using observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that the management of the boarding school program and school culture implemented at SMP Muhammadiyah 9 BS Tanggulangin is packaged into a set of activities that have been determined by the school principal for student affairs into daily activities that must be carried out by all students starting at 03.30 WIB. Implementation of boarding school programs and school culture that leads to the formation of independent learning for students by providing additional classes outside of school lessons, namely specialization classes and dormitory activities taken from the institution's flagship programs, namely, tahfidz classes, interpretation classes, and language classes. The challenges faced during the implementation of the boarding school program and school culture are: parents are still unfamiliar with the boarding school program and are excessively worried because they see crowded activities, the school environment does not support the implementation of the boarding school program and school culture and the diverse backgrounds of students. Opportunities that can be found after implementing the boarding school program and school culture are: students can form their independence and are able to adapt to the community and the environment they are placed in, have independence in learning, and have self-awareness to complete all responsibilities in learning.

Pendahuluan

Pendidikan bertujuan untuk membina peserta didiknya demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat berdasarkan iman, ilmu, dan amal. Di dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

Kehidupan zaman yang berlangsung cepat seperti saat ini secara tidak langsung membawa berbagai macam perubahan. Modernitas yang kita rasakan saat ini ternyata membawa implikasi yang negatif, dan itu dapat dilihat dari adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Dan hasilnya banyak kita temui kerusakan moral di masyarakat akibat kurangnya pendidikan agama, baik ketika di rumah maupun di sekolah. Boarding School adalah salah satu model lembaga pendidikan yang menerapkan sistem pembelajaran selama 24 jam secara berkesinambungan, disini peserta didik tidak hanya mendapatkan pembelajaran umum melainkan pembelajaran agama secara teori dan juga prakteknya dalam kehidupan sehari-hari.

Sistem Boarding School lebih banyak diterapkan di lembaga pendidikan yang dinaungi pondok pesantren atau yayasan yang memiliki asrama dimana bangunan berdiri dalam satu lingkup lahan agar mempermudah peserta didik untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dari segi sosial, sistem Boarding School mengisolasi peserta didiknya dari lingkungan sosial yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama sengaja dibuat menjadi suatu lingkungan sosial yang relatif lebih baik dari segi adab dan sopan santun antar sesama, didalamnya juga memiliki satu tujuan yang sama yaitu menimba ilmu untuk menggapai harapan hidup yang lebih berkualitas.[2]

Pola hidup teratur dan tertib yang diterapkan dalam program sekolah Boarding School secara tidak langsung dapat mengembangkan kemandirian peserta didik dalam memenuhi seluruh kebutuhan dan urusannya, perkembangan kemandirian ini sangatlah penting bagi bekal mereka untuk menghadapi kehidupan dimasa dewasa kelak. Dengan terbiasa hidup secara mandiri peserta didik digiring sedikit demi sedikit untuk tidak tergantung kepada orang lain dan lebih percaya pada dirinya sendiri serta kemampuan yang dimilikinya.

Selain adanya Boarding School, budaya sekolah juga membantu meningkatkan perkembangan kemandirian peserta didik. Budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah.

Kemandirian merupakan suatu sikap yang diperoleh secara kumulatif melalui proses yang dialami seseorang dalam perkembangannya, dimana dalam proses menuju kemandirian, setiap individu belajar untuk menghadapi berbagai situasi dalam lingkungan sosialnya sampai ia mampu berpikir dan mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi setiap situasi. Menurut pandangan teori psikososial Erikson, faktor sosial dan budaya berperan dalam perkembangan individu, termasuk di dalamnya perkembangan kemandirian peserta didik.[3]

Perkembangan individu sebaiknya dipahami sebagai interaksi dari tiga sistem yang berbeda, yaitu : sistem somatik, sistem ego, dan sitem sosial. Sistem somatik terdiri dari semua proses biologi yang diperlukan untuk berfungsinya individu. Sistem ego mencangkup pusat proses untuk berpikir dan penalaran, dan sistem sosial meliputi proses dimana seseorang menjadi bagian dalam masyarakatnya.[4]

Muhammadiyah sebagai lembaga pelopor pendidikan di Indonesia telah terbukti turut serta melahirkan generasi unggul dalam bermasyarakat dan kancah keilmuan. Namun hasil tersebut masih dianggap kurang, karena minimnya kader Islam Muhammadiyah militan yang dihasilkan dari lembaga pendidikan Muhammadiyah. Dengan adanya program Boarding School ini menjadi salah satu jembatan untuk mewujudkan terbentuknya generasi muda yang diharapkan dan dapat memunculkan kader – kader muda Islam Muhammadiyah yang militan dan berkarakter Islami. Menyadari akan hal tersebut, serta memperhatikan minimnya jumlah Pesantren yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah, maka Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo bekerjasama dengan Kelompok Bimbingan Ibadah haji (KBIH) “Jabal Nur” Sidoarjo yang merupakan salah satu Amal Usahanya, menggerakkan Jama’ah KBIH “Jabal Nur” Sidoarjo untuk mendirikan Pondok Pesantren An-Nur Sidoarjo (SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin) dengan menggunakan manajemen program Boarding School yang bertempat di Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.[5]

Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis manajemen program boarding school dan budaya sekolah terhadap pembentukan kemandirian belajar peserta didik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (descriptive Research) yaitupenelitian yang menunjukkan satu gambaran atau sebuah uraian terhadap satu keadaan dengan sejelas-jelasnya tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dimana jenis data yang dikumpulkan bersifat non angka. Data yang dikumpulkan berupa kalimat, pernyataan, dokumen, serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualitatif.[6]

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, beberapa guru yang berhubungan dengan topik penelitian, dan peserta didik pengurus IPM di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan terhitung mulai bulan April sampai bulan Juli 2021, yang bertempat di lembaga pendidikan swasta milik persyarikatan Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo yaitu SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin yang terletak di Jalan H. Ahmad Dahlan No 01, RT 03 RW 01 Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

Adapun teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian Manajemen Program Boarding School dan Budaya Sekolah Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin menggunakan beberapa teknik yakni: Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi, sesuai dengan data yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles and Huberman yang berpendapat bahwasannya kegiatan atau aktivitas dalam menganalisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas. Analisis yang digunakan adalah model grounded theory atau model interaktif.[7] Disini peneliti menyajikan data dengan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan obyek-obyek penelitian pada manajemen program boarding school dan budaya sekolah terhadap kemandirian belajar peserta didik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin, sehingga dapat diambil kesimpulan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan dan pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi teknik pengumpulan data yang menggunakan dua strategi yaitu pengecekan tingkat kepercayaan penemuan hasil penelitian lewat beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Peneliti melakukan wawancara dengan masalah yang sama kepada informan lain setelah peneliti bertanya kepada kepala sekolah tentang penerapan program boarding school dan budaya sekolah, pelaksanaan manajemen program boarding school dan budaya sekolah yang mengarah pada pembentukan kemandirian belajar peserta didik, serta tantangan dan peluang yang dihadapi selama pelaksanaan program tersebut. Pada waktu yang berbeda peneliti menanyakan masalah yang sama kepada pimpinan, guru, peserta didik, dan informan lain. Selain itu peneliti juga membandingkan hasil temuan data antara wawancara, observasi peneliti, dan dokumentasi yang peneliti dapatkan.[8]

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Manajemen Program Boarding School dan Budaya Sekolah di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin.

Perencanaan

Perencanaan hakikatnya adalah proses mengambil keputusan yang berasal dari tindakan yang lebih efektif dan efisien pada masa yang akan datang, dimana proses perencanaan tersebut merupakan proses pemikiran yang teratur menggunakan metode ilmiah.[9]

Perencanaan pada manajemen program boarding school dan budaya sekolah di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin yakni mengkombinasikan program yang diterapkan dalam keseharian peserta didik dengan kelas peminatan untuk pengembangan program unggulan lembaga serta ekstrakurikuler yang disempurnakan lagi dengan budaya sekolah Islami agar terbentuk iklim lingkungan yang Islami serta mampu membentuk pribadi peserta didik yang mandiri dalam menyelesaikan segala tanggung jawabnya, terkhusus tanggung jawab menjadi seorang pelajar. Program boarding school yang digunakan di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin diadopsi dari Pondok Modern Darussalam Gontor.

Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggungjawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.[10]

Direktur memberikan amanah kepada seluruh tenaga pendidik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin semua ditentukan melalui beberapa tahap serta latar belakang pengalaman yang dimiliki. Hal ini juga sesuai dengan proses pemenuhan unsur-unsur pengorganisasian seperti yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Andi Rasyid Pananrangi, SH, M.Pd. dalam bukunya manajemen pendidikan yang mengatakan bahwa pengorganisasian diharuskan untuk memetakan dan membagi sumber daya manusia sesuai dengan kapasitas kemampuan anggota.[11] Selain guru tahfidz, seluruh guru-guru yang mendapatkan amanah untuk mengajarkan program unggulan dipilih guru-guru yang memiliki latar belakang pendidikan pesantren seperti guru yang mengajarkan kelas bahasa dipilih dari guru yang mengampu mata pelajaran bahasa arab dan bahasa inggris tujuannya agar pembelajaran tersinergi antara materi yang didapatkan peserta didik di sekolah dengan yang didapat di asrama.

Pelaksanaan

Dalam teori manajemen yang dikemukakan oleh Maksudin bahwasanya pendidikan boarding school relevan dan cocok sekali sebagai wahana atau tempat pendidikan nilai-nilai moral bagi peserta didik karena program ini memiliki komitmen untuk mewujudkan pendidikan karakter, kemandirian, kemasyarakatan, kedisiplinan, ketaatan atau kepatuhan pada segala aturan perilaku moral, tanggung jawab, kebebasan, dan kejujuran, disamping itu peserta didik mendapatkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), maupun kecerdasan sepiritual (SQ).[12]

Pelaksanaan program boarding school dan budaya sekolah yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin sudah memenuhi kriteria yang relevan untuk membentuk kemandirian pada diri peserta didik, terutama dalam hal kemandirian belajar. Program boarding school dan budaya sekolah yang dilaksanakan dilingkungan sekolah telah ditentukan oleh waka kurikulum dan waka kesiswaan. Setiap minggu selalu ada kelas peminatan yang dijadwalkan setiap hari jum’at dan sabtu di jam terakhir. Sedangkan pelaksanaan budaya sekolah di lingkungan sekolah lebih banyak diterapkan dipagi hari sebelum peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti budaya 5S selalu dibiasakan dengan bersalaman dengan wali asrama dilanjutkan dengan mengucapkan salam kepada guru-guru sekolah dan peserta didik melaksanakan budaya shalat dhuha secara berjama’ah sebelum memasuki kelas.

Pelaksanaan program boarding school di lingkungan asrama dilaksanakan mulai dari peserta didik bangun tidur pukul 03.30 mereka melaksanakan shalat tahajud bersama sampai menunggu azan shalat subuh, setelah shalat shubuh mereka mengikuti kelas tahfidz sesuai dengan kelompok mereka masing-masing. Sedangkan dimalam hari setelah shalat isya’ seluruh peserta didik mengikuti kelas bahasa, mereka dibagi berdasarkan jenjang. Program boarding school di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin memasukkan lebih banyak kelas tambahan untuk bahasa, selain yang sudah diajarkan di sekolah dan di kelas peminatan, kelas bahasa juga diadakan di asrama setiap sebelum belajar malam, waktunya kurang lebih setengah jam dimulai pukul 19.30-20.00.

Evaluasi

Menurut Anne Anastasi, arti evaluasi ialah suatu proses sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan instruksional tersebut dicapai oleh seseorang. Evaluasi merupakan kegiatan atau aktivitas untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, serta juga terarah dengan berdasarkan tujuan yang jelas.[13]

Evaluasi pelaksanaan program boarding school dan budaya sekolah yang dilaksanakan saat di sekolah yaitu absensi kegiatan harian, angket perkembangan penerapan program boarding school dan budaya sekolah, serta penilaian semester kelas ekstra dan peminatan. Sedangkan evaluasi pelaksanaan program boarding school dan budaya sekolah di asrama yaitu absensi kegiatan harian, penilaian kelas tambahan (tahfidz, bahasa, dan tafsir), dan penilaian kepribadian oleh wali asrama masing-masing.

Implementasi Manajemen Program Boarding School Dan Budaya Sekolah Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin.

Menurut ensiklopedia wikipedia yang di kutip oleh Maksudin boarding school adalah lembaga pendidikan dimana para siswanya tidak hanya belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Boarding school mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran.[14]

Implementasi manajemen program boarding school dalam membentuk kemandirian belajar peserta didik dalam pelaksanaannya seluruh rangkaian kegaiatan diatur dalam susunan kegiatan sehari-hari peserta didik yang sudah ditetapkan, yaitu dimulai pada pukul 03.30 pagi dan berakhir pada pukul 22.00 malam. Adapun susunan kegiatan sehari-hari sebagai berikut :

Waktu Kegiatan
03.30-04.00 Bagun pagi dan qiyamul lail
04.00-04.45 Shalat subuh berjama’ah
04.45-05.30 Tahfidzul qur’an dan shalat dhuha
05.30-06.30 Bersih diri dan makan pagi
06.30-06.45 Berangkat sekolah
06.45-07.00 Apel pagi
07.00-13.30 Kegiatan belajar mengajar (KBM), shalat dhuhur dan makan siang
13.30-14.30 Kegiatan ekstrakurikuler
14.30-15.00 Shalat ashar berjama’ah
15.00-15.30 Tilawatil qur’an bersama
15.30-16.30 Olahraga dan bersih diri
16.30-17.30 Tafsir al-qur’an perkata
17.30-18.00 Shalat maghrib berjama’ah
18.00-18.30 Tilawatil qur’an bersama
18.30-19.00 Makan malam
19.00-19.30 Shalat isya’ berjama’ah
19.30-20.00 Ilqa’ mufrodat (kelas bahasa)
20.00-21.00 Belajar malam
21.00-21.30 Halaqah kamar dengan wali asrama
21.30-22.00 Bersih diri dilanjutkan berdoa bersama
22.00-03.00 Istirahat
Table 1.

Program boarding school yang dilaksanakan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik serta warga sekolah akan menghasilkan capaian yang optimal pula sesuai dengan harapan diterapkannya program boarding school tersebut. Dengan pelayanan pembelajaran selama 24 jam peserta didik tidak hanya mendapatkan teori dari pembelajaran, melainkan pembuktian dari teori yang sudah dipelajari dengan menerapkannya di kehidupan sehari-hari yang sudah diatur sedemikian baiknya oleh guru yang bertugas. Poin utama dari program boarding school ini yaitu membentuk pribadi peserta didik dalam hal ilmu bermasyarakat dan bersosialisasi dengan keadaan dimana dia tinggal. Jadi tidak hanya ilmu di bangku sekolah saja yang didapatkan melainkan pelajaran kehidupan lainnya juga mereka dapatkan.

Dengan diterapkannya program boarding school dapat membentuk kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan segala kebutuhan pribadi mereka masing-masing, termasuk kemandirian dalam belajar, peserta didik akan memiliki kesadaran akan tanggungjawab mereka masing-masing dalam menuntut ilmu serta menyadari tanggungjawab untuk menyelesaikan segala tugas yang diberikan dan mampu mencari solusi dari kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi selama proses pembelajaran.[15]

Implementasi budaya sekolah dalam membentuk kemandirian belajar peserta didik dilaksanakan setiap hari dipantau oleh waka kesiswaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan dilanjutkan oleh pembina asrama yang dibantu oleh anggota IPM yang bertugas.selain peserta didik, guru juga dibiasakan untuk budaya infaq dengan menjadi donatur tetap di LAZISMU Ponpes An-Nur.

Tujuan utama dari dibiasakannya budaya sekolah ini untuk membangun karakter serta iklim sekolah dan asrama menjadi iklim religius. Dengan pembiasaan budaya sekolah ini dapat menunjang kemandirian peserta didik terutama dari segi kemandirian belajar. Dengan pembiasaan shalat dan puasa sunnah peserta didik dilatih kemandiriannya untuk sadar akan kebutuhan ibadah, serta budaya infaq yang akan selalu mengingatkan mereka untuk menjadi pribadi yang dermawan. Dari sini akan terbentuk kemandirian dalam diri peserta didik, yaitu peserta akan menyadari tanggungjawab mereka akan segala kewajiban aktifitas yang harus dilaksanakan sesuai dengan waktunya.

Tantangan dan Peluang Selama Pelaksanaan Manajemen Program Boarding School dan Budaya Sekolah di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin

Tantangan yang yang dihadapi SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin selama menerapkan manajemen program boarding school dan budaya sekolah diantaranya adalah lingkungan sekolah dan asrama yang masih belum mendukung untuk penerapan program boarding school secara maksimal sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebih di benak wali murid, terlebih lagi pada masa pandemi saat ini, latar belakang keluarga dari peserta didik yang belum sepenuhnya mengerti bagaimana kehidupan di dalam lembaga boarding school serta fasilitas untuk peserta didik yang masih dikatakan kurang mencukupi.

Selain tantangan, jika dilihat dan diperhatikan dengan seksama ada banyak sekali peluang yang dapat dimanfaatkan oleh lembaga untuk lebih menyempurnakan program boarding school dan budaya sekolah yang telah diterapkan kepada seluruh warga sekolah diantaranya untuk peserta didik memiliki kemampuan yang lebih dalam hal mengelola waktu, berpotensi menjadi seorang penghafal al-qur’an, memiliki kesadaran diri untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan segala tugas yang dimiliki, serta membentuk diri menjadi seorang yang mandiri khususnya dalam hal belajar. Sedangkan untuk para tenaga pendidik yaitu melatih diri untuk lebih dekat dengan perilaku positif yang mengarah pada ibadah sunnah serta melatih diri lebih baik lagi dalam mengatur waktu.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terkait manajemen program boarding school dan budaya sekolah terhadap kemandirian belajar peserta didik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin, maka dapat di simpulkan sebagai berikut: pertama Manajemen program boarding school dan budaya sekolah di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengevaluasian seluruh kegiatan boarding school yang di dalamnya terdiri dari kegiatan sekolah, budaya sekolah, kelas ekstra dan peminatan yang semuanya disinergikan dengan kegiatan asrama serta disusun menjadi jadwal kegiatan yang ditetapkan setiap harinya selama 24 jam.

Kedua, Implementasi manajemen program boarding school dan budaya sekolah terhadap kemandirian belajar peserta didik di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin selama di sekolah seluruh kegiatan pembelajaran di dalamnya terdapat pembelajaran kepemimpinan yang secara tidak langsung dapat membentuk kemandirian peserta didik, khususnya dalam belajar peserta didik dikembangkan bakatnya melalui kelas-kelas peminatan yang sudah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelas enterpreneur, kelas bahasa, dan kelas tahfidz. Sedangkan implementasi budaya sekolah lebih banyak mengambil dari ibadah sunnah yang tidak membebani peserta didik ketika melaksanakannya.

Ketiga, Tantangan yang terjadi dalam pelaksanaan program boarding school dan budaya sekolah di SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin, adalah wali murid yang masih memiliki ke khawatiran akan kesehatan anaknya setelah melihat susunan kegiatan harian santri yang padat, lingkungan yang masih belum mendukung sepenuhnya program boarding school dan budaya sekolah, latar belakang peserta didik yang beragam dan masih awam dengan kebijakan program boarding school terlebih lagi dimasa pandemi saat ini. Adapun peluangnya adalah peserta didik dapat terbentuk kemandiriannya dan mampu beradaptasi dengan masyarakat serta lingkungan baru dimana ditempatkan dan mampu memiliki kemandirian dalam belajar karena peserta didik mampu mengatur waktu mereka agar seluruh kegiatan dapat terlaksana dengan baik, serta memiliki kesadaran diri untuk menyelesaikan seluruh tanggung jawab dalam belajar. Dengan terbentuknya kemandirian dalam diri peserta didik akan menjadi bekal yang bermanfaat untuk kehidupan mereka nantinya.

References

  1. Depdiknas, ‘Tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003’, in Undang Undang RI , Jakarta, 2003.
  2. Purwanto, Prosedur penelitian; suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
  3. Erikson, Manajemen Pendidikan Islam,Yogyakarta: Teras, 2009.
  4. Dokumen 1 SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin
  5. M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Sidoarjo: PT. Prestasi Pustakaraya, 2012.
  6. Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
  7. Musfiqon, Panduan Lengkap Teknologi Penelitian Pendidikan, Sidoarjo: PT. Prestasi Pustakaraya, 2012.
  8. Rosdiani, Manajemen Pendidikan.Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
  9. Agus, Manajemen Pengantar Edisi Revisi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
  10. Pananrangi Andi Rasyid, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Celebes Media Perkasa, 2018.
  11. Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomik,Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013.
  12. Anastasi Anne dan Urbina Susana, Tes Psikologi, Jakarta: PT. Indeks, 2007.
  13. Maksudin, Pendidikan Nilai Boarding School di SMPIT Yogyakarta, Disertasi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga , 2008.
  14. Hermawan, Manajemen Pembelajaran Berbasis Boarding School, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2018.