Abstract
This research was conducted because of the phenomenon where early semester students experience academic stress. The purpose of this study was to determine the relationship between peer social support and academic stress in third semester students of the Faculty of Psychology and Educational Sciences, Muhammadiyah University of Sidoarjo. This study is a quantitative correlational research method. The research population was 569 students and 221 students were taken as a sample using the proportional sampling technique. The data collection method used 2 psychological scales, namely the Peer Social Support Scale and the Academic Stress Scale. The proposed hypothesis is that there is a negative relationship between peer social support. with academic stress. Data analysis with Pearson Product Moment Correlation. The result, r = -0.059, p = 0.191 (p > 0.05), which means the research hypothesis is rejected. This means that there is no relationship between peer social support and academic stress. Keywords: Peer Social Support, Academic Stress, Students.
Pendahuluan
Mahasiswa adalah peserta didik yang telah terdaftar dan menempuh proses belajar di perguruan tinggi tertentu[1]. Tugas dari seorang mahasiswa adalah belajar dengan contoh mengerjakan tugas kuliah, membaca materi, diskusi, presentasi maupun tugas-tugas lainnya yang berhubungan dengan perkuliahan. Selain itu mahasiswa juga memiliki tanggung jawab yang cukup rumit yaitu menjadi individu yang bisa mengubah dan mengontrol masyarakat sekitar. Tanggung jawab inilah yang bisa menjadikan mereka sebagai penerus yang mana dapat menjadikan mereka orang yang bisa mencarikan penyelesaian dari persoalan yang ada disekitar[2].
Pada masa perkuliahan ada tingkatan pada semester, mulai dari semester awal hingga semester akhir. Semester awal mencakup semester 1, 2, 3. Mahasiswa semester awal yaitu individu yang baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, sehingga ketika masuk keperguruan tinggi individu tersebut akan mengalami problem akademik seperti perubahan gaya belajar. Pembelajaran di sekolah menengah atas ruang lingkupnya lebih sempit. Biasanya disekolah menengah atas siswa akan menerima tugas dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan atau mendeskripsikan tugas cerita serta siswa dapat mengerjakan soal-soal bersama dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Sedangkan pembelajaran di perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri, melakukan analisa tugas, terdapat target pencapaian nilai yang harus dilakukan oleh mahasiswa, prestasi-prestasi akademik yang harus dicapai dan problem-problem akademik lainnya[3]. Pada semester 3 kebanyakan mahasiswanya masih berusaha beradaptasi dengan gaya belajar baru yang sesuai dengan gaya belajar di perguruan tinggi serta belum sepenuhnya memiliki kedekatan dengan teman-teman barunya di perguruan tinggi. Permasalahan seperti itu yang dapat memicu mahasiswa mengalami stres.
Ditambah lagi dengan kondisi pandemi yang saat ini terjadi, hasil penelitian Maia[4] menunjukkan bahwa para siswa yang dievaluasi selama periode pandemi menunjukkan tingkat kecemasan, depresi, dan stresyyang jauh lebih tinggi, dibandingkan dengantpara siswa pada masa-masa normal. Hasil menunjukkang bahwa pandemi memiliki efekdpsikologis negatif pada siswa. Menurut penelitian[4] Perubahan metode pembelajaran menjadi salah satu faktor pencetus perubahan psikologis salah satunya yaitu kecemasan. Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Cemas yangeberkepanjangan dan terjadi secara terus-meneruskdapat menyebabkan stres yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika tidak teratasi dapat menimbulkan masalah psikologis yang lebih serius seperti depresi. Kecemasan, stres dan depresi mahasiswa semakin bertambah dengan adanya pandemi covid-19 dengan metode pembelajaran daring.
Stres akademik adalah ketegangan emosional siswa yang dinyatakan atau dirasakan oleh dirinya selama kegagalannya dalam menghadapi tuntutan akademik dan konsekuensinya yang harus mereka dapatkan, yang ditunjukkan dalam bentukhgangguan kesehatan fisik dan mental[5]. Menurut Sarafino & Smith[6] aspek-aspek stres akademik pada siswa secara umum terbagi menjadi 2 hal, yaitu: a) Aspek Biologis yaitu aspek yang menjelaskan bagaimana kondisi fisiologis individu dalam menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam. b) Aspek Psikologis, aspek-aspekppsikologis yang muncul dapat meliputi: 1) kognisi yaitu ketika individu mengalami stres, ingatan dan perhatiannyakdapat melemah. 2) emosi yaitu ketika individu emosional dalam mengatasi masalah, reaksi emosional biasanya yang muncul ialah rasa takut, kecemasan, perasaan sedih, dan depresi. 3) perilaku sosial yaitu stres dapat mengubah perilaku individu pada orang lain. Individu dapat mengubah perilaku positif maupun negatif.
Menurut penelitian[7] tentang stres akademik terhadap mahasiswa reguler fakultas ilmu keperawatan pada tahun kedua mendapatkan hasil penelitian yaitu rata-rata mahasiswa usia 19 - 38 tahun, didominasi pada perempuan (95,2%) sebagaian besar memiliki nilai prestasi cumlaude (62,5%), tidak pernah mengunjungi pusat pelayanan kesehatan dalamlwaktu satu buah terakhir (58,7%), teridentifikasi memiliki tingkat stres akademik sedang (43,3%), ringan sebanyak (29,8%) dan tinggi sebanyak (26,9%)[8].
Berdasarkan hasil survey awal pada mahasiswa FakultashPsikologi dan Ilmu Pendidikan semester 3 di Universitas MuhammadiyahSidoarjo. Hasilnya, ternyata seluruh mahasiswa mengalami stres akademik saat mendapatkan banyak tugas disetiap mata kuliah yang diambil gejala stres yang ditemukan berupagejala fisiologis (seperti sakit kepala, susah tidur. Gangguanfkogninif (misal tidak bisa berkonsentrasi dan berfikir optimis), juga indikasi emosi (seperti takut, cemas, sedih), serta mudah menyalahkan orang lain.
Menurut Suldo[9] ada 6 faktor yang mempengaruhiastres akademik yaitu yang pertama kepentingan akademik, dan salah satunya adalah dukungan sosial. Taylor mengatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya yaitu adanya suatu bantuan dari teman sebaya baik instrumental, informasi, maupun emosional dari teman sebaya yang membuat mahasiswa merasakan bahwa dirinya dapat dihargai dan diperhatikan [10]. Sarafino[6], dukungan sosial ada 4 aspek: a) dukungan emosional yaitu merupakan keberadaan seseorang atau lebih yang dapat mendengarkan dengan simpati ketika seorang individu sedang mengalami masalah dan dapat menyediakan indikasi kepedulian dan penerimaan. b) dukungan penilaian yaitu meliputi ketersediaan informasi yang berguna dalam rangka evaluasi diri seperti halnyamemberikan pujian serta saran positif dengan kata lain memberikan umpan balik dan penguatan atau penegasan. c) dukungan informasi yaitu dukunganfyang membantu individu mengatasi masalah meliputi ketersediaan pengetahuan yangndigunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, seperti menyediakan informasi mengenai sumber layanan komunitas atau menyediakan nasehat dan hal-hal tertentuluntuk menyelesaikan masalah. d) dukungan instrumental yaitu dukungan yang mengacu pada melibatkan bantuan nyata atau praktis yang secara langsung dan lebih terbuka terhadap seseorag yang membutuhkan.Dukungan sosial teman sebayadapat mempengaruhi stres akademik terlihat dari apa yang dikatakan Fleming, yaitu dukungan sosial dapat mengurangi tingkat stres.
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Stres Akademik saat pandemi covid-19 pada Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Semester 3 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Metode Penelitan
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa semester 3 fakultasbpsikologi dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah sidoarjo berjumlah 569 mahasiswa dan sampel penelitian ini berjumlah 221 mahasiswa yang diambil dengan teknik sampling propotional sampling.
Penyusunan skala dukungan sosial teman sebaya berdasarkan aspek dukungan sosial yang diadaptasi dari skala yang disusun oleh Hanifah dengan mengacu pada aspek-aspek, dukungan emosional,dukungan penilaian, dukungan informasi, dukungan instrumental[11]. Skala dukungan sosial teman sebaya terdiri dari 32 aitem.Dari hasil ujifvaliditas skala dukungan sosial teman sebaya terdapat 14 aitemvyang dinyatakan valid (skor 0,366 - 0,732). Sedangkan penyusunan skala stres akademik yang di adaptasi dari skala yang disusun oleh Said dengan mengacu pada aspek-aspek, Fisiologis, Kognitif, Emosi, Hubungan Interpersonal[12]. Validitas skala stres akademik bergerak dari 0,435 - 0,696.
Hasil dan Pembahasan
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi, meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Berdasarkan hasil uji normalitas dari 2 variabel yaitu dukungan sosial teman sebaya dengan stres akademik memiliki nilai Kolmogorov-smirnov Z sebesar 1,046 dan nilai signifikansi 0,224 > 0,05 yang artinya data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada data hubungan residual dapat dilihat dari tabel 1dibawah ini:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
Unstandardized Residual | ||
N | 221 | |
Normal Parametersa,b | Mean | 0,00E+00 |
Std. Deviation | 6,36023101 | |
Most Extreme Differences | Absolute | 0,07 |
Positive | 0,057 | |
Negative | -0,07 | |
Kolmogorov-Smirnov Z | 1,046 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | 0,224 | |
a. Test distribution is Normal. | ||
b. Calculated from data. |
Berdasarkan hasil uji linieritas terdapat hasil bahwa nilai signifikansi Deviation From Linierity pada dukungan sosial teman sebaya terhadap stres akademik sebesar 0,059 > 0,05 yang memiliki arti bahwa data linier. Adapun hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
ANOVA Table | |||||||
Sum of Squares | Df | Mean Square | F | Sig. | |||
stres akademik * dukungan sosial teman sebaya | Between Groups | (Combined) | 1542,132 | 27 | 57,116 | 1,492 | 0,065 |
Linearity | 31,075 | 1 | 31,075 | 0,812 | 0,369 | ||
Deviation from Linearity | 1511,057 | 26 | 58,118 | 1,518 | 0,059 | ||
Within Groups | 7388,502 | 193 | 38,282 | ||||
Total | 8930,633 | 220 |
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Correlation Product Moment Person.Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,191 (0,191> 0,05) yang artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan stres akademik. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti ditolak, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan stres akademik saat pandemi covid-19 pada mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Correlations | |||
dukungan sosial teman sebaya | stres akademik | ||
Dukungansosial teman sebaya | Pearson Correlation | 1 | -0,059 |
Sig. (1-tailed) | 0,191 | ||
N | 221 | 221 | |
stres akademik | Pearson Correlation | -0,059 | 1 |
Sig. (1-tailed) | 0,191 | ||
N | 221 | 221 |
Peneliti juga melakukan perhitungan kategorisasi kedua variabel dalam penelitian ini.Berdasarkan kategorisasi skor subyek diatas, dukungan sosial teman sebaya yang diterima mahasiswa tergolong cukup tinggi (48%), tetapi masih ada mahasiswa yang memperoleh dukungan tinggi (22%), bahkan sangat tinggi (4%), sebaliknya ada juga yang kurang mendapat dukungan (16%), bahkan ada yang sangat kurang memperolah dukungan (10%).
Selanjutnya,peneliti melakukan perhitungan kategori stres akademik.Kesimpulan kategorisasi skor subjek yakni, hampir separo mahasiswa mengalami stres akademik cukup tinggi (46%), tetapi ada juga mahasiswa yang stres akademiknya tinggi (20%), bahkan ada yang sangat tinggi (6%), sebaliknya, masih ada mahasiswa yang stres akademiknya tergolong rendah (22%), bahkan ada yang stres akademiknya sangat rendah (6%).
Dari hasil data di atas dapat di simpulkan bahwa secara umum mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikandi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo cukup memperoleh dukungan dari teman sebaya dalam hal stres akademik, secara umum mahasiswa Fakultas Psikologiydan Ilmu Pendidikandi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengalami stres akademik pada kategori cukup tinggi. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5 pengkategorisasian skor subjek dibawah ini:
Kategori | Skor Subyek | |||
Dukungan SosialTeman Sebaya | Stres Akademik | |||
∑ Mahasiswa | % | ∑ Mahasiswa | % | |
Sangat rendah | 22 | 10% | 14 | 6% |
Rendah | 36 | 16% | 48 | 22% |
Sedang | 105 | 48% | 101 | 46% |
Tinggi | 48 | 22% | 45 | 20% |
Sangat tinggi | 10 | 4% | 13 | 6% |
Jumlah | 221 | 100% | 221 | 100% |
Tuntutan untukfdapat menguasai materi dan keterampilan dalam waktu singkatqmembuat mahasiswa semakin tertekan, sehinggaymemunculkangkondisi stres akademik. Sesuaisdengan hasil penelitian[13] bahwazmahasiswa mulai merasakanqkebosanan terhadap metodetpembelajaran daring yangykurang interaktif. Jika halcini terus berlanjutmmakaxakanlmenimbulkan menurunnyawmotivasi belajartyang selanjutnyahdiikuticmenurunnya prestasiwakademik mahasiswa.
Kondisi pandemi yangpmemaksa mahasiswafuntuk belajar dari rumah, membuatdintensitas komunikasi dan interaksi dengan teman sebaya menjadiaberkurang.Kurangnyaldukungan dari temanvsebaya dapat meningkatkandstresdakademik yang dialami. Sesuai dengan hasil penelitian[14] yangrmenyatakan bahwa konformitas temansebaya mempengaruhiwstres pada mahasiswa. Mahasiswa yang mendapatkanrdukungan dari teman sebayanyahakanylebih percaya diri dan memiliki keyakinan akanukemampuan dirinya sehingga memudahkanqmerekamdalam menemukan strategi koping yang tepat untuk mengatasi stres akademiknya.
Minimnyaokomunikasi sosial yang dilakukan mahasiswa selamajmasa kuliahtdaring dapat mempengaruhistingginya stres akademikzyang dialami. Thawabieh & Qaisy[15] dalam penelitiannya menyatakan bahwa mahasiswagyang memiliki masalah pada komunikasivsosialnya memilikihtingkat stres yang tinggi. Hal ini dilatarwbelakangimadanya perasaan tidakrbahagia, tidakwdiperhatikan, dan tidak dicintaigoleh orang lain. Perasaan-perasaan negatif ini semakin memperkuatxkondisi stres mahasiswa.
Berbeda dengan mahasiswa semester 3 fakultas psikologi dan ilmu pendidikanmuniversitas muhammadiyah sidoarjo yang tidak memperlihatkan adanya pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap stres akademi saat pandemi. Namun memperlihatkan tingkat stres akademik yang sedang cenderung tinggi, stres ini bisa saja di pengaruhi oleh faktor lain selain dukungan sosial teman sebaya. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat di sebabkan oleh kondisi subjek penelitian. Dalam penelitian ini subjek belum pernah merasakan pembelajaran secara langsung dalam satu kelas, sehingga mahasiswa belum mengenal satu sama lain. Hal itulah yang dapat menyebabkan mahasiswa memiliki kedekatan yang rendah terhadap teman sekelasnya dan membuat mahasiswa memiliki dukungan sosial teman sebaya yang rendah bahkan sampai tidak memiliki dukungan sosial teman sebaya.
Adapun faktor lain yang dapat menurunkan tingkat stres akademik diantaranya motivasi berprestasi[16], penyesuaian diri[17], dan kesabaran[18]. Penelitian yang dilakukan oleh Mulya dan Indrawati[16] yang berjudul Hubungan antara motivasi berprestasi dengan stres akademik pada mahasiswa tingkat pertama fakultas psikologi Universitas Diponegoro Semarang memperlihatkan hasil bahwa ada hubungan negatif antara motivasi berprestasi dengan stres akademik pada mahasiswa. Hasil penelitian inixmembuktikan bahwamotivasi berprestasi dapat memengaruhi terjadinyaastresbakademik pada siswa, jadi motivasi berprestasi semakinctinggi maka stres akademik juga semakin rendah, sebaliknya motivasi berprestasi makin rendah maka stres akademik akanzsemakin tinggi. Motivasi berprestasi yang tinggi mahasiswa ditunjukkan dengan keinginanmkuat dari mahasiswa untuk menyelesaikan masa studi di fakultas psikologi tepat waktu. Menurut Mc Clelland[19], individu yangamempunyai kebutuhan prestasi tinggi, mempunyai keinginanvkuat mendapat umpan balik yang cepat. Mahasiswaydengan motivasi yang tinggi, akan menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik berharga dan cepat mengenai kemajuan mahasiswafmencapai tujuan. Selanjutnya Mc Clelland menambahkancbahwa individu yang menginginkan umpan balik segera, pada umumnya tidak ditemukan adanya kecenderunganrfrustasi.
Penelitian lain[17] yang berjudul perananapenyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap stres akademik pada mahasiswa perantausdi Jakarta memperlihatkan hasil bahwa ada hubungan negatif antara penyesuaian diri terhadapdstres akademik[20], dimensifpersonal-emotion adjustment berfokusapada kondisi intrapsikis mahasiswabselama penyesuaian diri di perguruan tinggiydan sejauhpmana mereka mengalamirtekanan psikologis danzgejala psikosomatikxseiringhdengan adanya masalah. Selaingitu, dimensi personal-emotion adjustmentberfokusqpada pengendalian emosi dan tanggungfjawab akan kepuasanakademik, penyesuaian sosial, danhpersiapan akademik. Skor yangvrendah pada dimensi personal-emotion adjustment biasanyabdikombinasikanedengan tingkat strespyang tinggi yangldiakibatkan darivpengalaman kuliah. Personal-emotion adjustment berkaitanydengan kemampuangpengendalian emosi dalamzmenghadapi berbagaiqtekanan yangberasal dari tuntutan akademik diperguruanttinggi. Tekanan tersebut sepertifmasalah sistem akademik yang membutuhkanckemampuan coping yang baik. Ketikasmahasiswa perantaulmemiliki masalah-masalahjdi perguruan tinggi (seperti: ketidak puasan dalamhakademik, motivasi belajar yangpmenurun, dan masalah-masalahvlainnya seputar kehidupanikampus) yang membuatpmereka tertekanusecara psikologis, mereka membutuhkanikemampuan untukymengendalikan emositdan coping stres. Apabila merekartidak mampu dalamrmengatur emosi, mereka menjadirtidak optimalgdalam perfoma akademikfsehingga memicuvstres akademik.
Penelitian lainnya[18] yang berjudul hubunganantara kesabaranydan stres akademik pada mahasiswadi Pekanbaru memperlihatkan hasil bahwa ada hubungan negatif antaraakesabaran dengan stres akdemik[21] juga mengatakan bahwa sabar juga dipengaruhidoleh religiusitas seseorang dimana religiusitas adalahqpendorong munculnya akhlak mulia seperti sabar, syukur, dan sebagainya. Menurut penelitian Djatmiko[22] menyatakan terdapatehubungan antara tingkat religiusitas dengan kemampuan mengatasi stres (coping stres) dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah pada mahasiswa. Denganrmemiliki kesabaran, mahasiswa dapat tetap menahan dirinya dari berperilaku yang tidak terpuji ketika menghadapitmasalah terkait akademik seperti menghindarkan diri dari perilaku mencontek, atau berbuatykecurangan dalam bentuk lainnya.
Penelitian sebelumnya[23] yang berjudulyDisiplin Beribadah: Alat Penenang Ketika Dukungan Sosial Tidak MembantuuStres Akademik menunjukkan hasil yang sesuai dengan penelitian ini yaitu dukungan sosial tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan stres akademik pada mahasiswa. Skor korelasinya (r) sebesar -0,136 dengan signifikansi 0,068. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola interaksi lingkungan tidak harus mendukung satu sama lain dalam menghadapi stres akademik dikarenakan bisa saja terjadi kesenjangan dan kemajemukan pola interaksi dalam lingkungan yang membuat individu lebih memilih atau mengandalkan kemampuan individual daripada lingkungannya.
Limitasi dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti variabel dukungan sosial teman sebaya terhadap stres akademik sehingga tidak menelitijfaktor lain yang dapat berkorelasi dengan stres akademik. Selain itu peneliti melakukan penelitian saat pandemi covid-19 menyulitkan dalam mencari mahasiswa untuk dijadikan sampel. Subjek penelitian ini juga terbatas hanya pada satu fakultas saja
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Stres Akademik saat pandemi covid-19 padadmahasiswa semester 3 di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, (koefisien korelasi sebesar -0,059 dengannilai signifikansi sebesar 0,191 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima atau ditolak.
Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa semester 3 di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengalami stressakademik cukup tinggi (46%). Dala hal dukungan sosial teman sebaya, menunjukkan bahwa mahasiswa memperoleh dukungan sosial dari teman sebaya cukup tinggi pula (48%).
References
- Adryana, N. C. (2018). Perbandingan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat I, II, Dan III Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
- Azmy, A. N., Nurihsan, A. J., & Yudha, E. S. (2017). Deskripsi Gejala Stres Akademik dan Kecenderungan Pilihan Strategi Koping Siswa Berbakat. Indonesian Journal of Educational Counseling, 1(2), 197–208.
- Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
- Azwar, S., (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannnya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
- Azwar, S., (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannnya. Jakarta: Pustaka Pelajar
- Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas (Edisi 4). yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Fachrosi, E. (2013). Perbedaan Stres Akademik Antara Kelompok Siswa Minoritas Dengan Mayoritas Di SMP Wr.Supratman 2 Medan.
- Hamadi, Wiyono, J., & H., W. R. (2018). Perbedaan Tingkat Stress Pada Mahasiswa Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 2013. Nursing News, 3(1).
- Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. (tidak diterbitkan).
- Harvinta, D. D. R. (2015). Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Kecenderungan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
- Hidayah, M. (2018). Hubungan Dukungan Teman Sebaya dan Stres Akademik Pada Siswa SMA Boarding School.
- Kurniawati, J., & Baroroh, S. (2016). Literasi Media Digital Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Jurnal Komunikator, 8(2), 51–66.
- Majrika, R. Y. (2018). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Stres Akademik Pada Remaja SMA Di SMA Yogyakarta.
- Mulya, H. A., & Indrawati, E. S. (2016). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Empati, 5(2), 296–302.
- Mulyasri, D. (2010). Kenakalan Remaja Ditinjau Dari Persepsi Remaja Terhadap Keharmonisan Keluarga Dan Koformitasi Teman Sebaya.
- Papalia, D. E., Old s, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi
- Pratama, M. R. (2014). Hubungan Motivasi Akademik Dengan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Keperawatan Semester VI Stikes ’Aisyiyah Yogyakarta
- .
- Purwati, S. (2012). Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
- Rohmah, Q. (2017). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Stres Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi Di Universitas Muhammadiyah Malang.
- Sugiyono. (2016). Metode penelitian kombinasi (mixed methods) (Sutopo, Ed.). Bandung: Alfabeta, Bandung.
- Suwartika, I., Nurdin, A., & Ruhmadi, E. (2014). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stress Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi D III Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Soedirman, 9(3).
- Santrock, J.W. 2005. Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
- Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
- Safiany, A., & Maryatmi, A. S. (2018). Hubungan Self Efficacy Dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Stres Akademik Pada Siswa-Siswi Kelas XI Di SMA Negeri 4 Jakarta Pusat. 2(3), 87–95.
- Sari, paundra K. P., & Indrawati, E. S. (2016). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Resiliensi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan X Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, 5(2), 177–182.
- Sayekti, W. I., & Sawitri, D. R. (2018). Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tahun Kelima Yang Sedang Mengerjakan Skripsi Di Fakultas Ilmu Budaya Dan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, 7(1), 412–423.
- (Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 20, 2003)
- Wulandari, S., & Rachmawati, M. A. (2014). Efikasi Diri Dan Stres Akademik
- Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi. Psikologika, 19(2)