Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2189

Strengthening Religious Character During the Covid-19 Pandemic Class III Elementary School


Penguatan Karakter Religius Pada Masa Pandemi Covid-19 Kelas III Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Penguatan Karakter Religius Pembiasaan Karakter Religius

Abstract

This study aims to describe the implementation of religious character habituation, obstacles in the habituation of religious characters and school solutions to overcome religious character obstacles that are applied during the covid-19 pandemic. The type of research below is a qualitative phenomology research. The research subjects were students, classroom teachers and parents. Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. In checking the validity of using a trust test, degree of accuracy, dependability test, and objectivity testing. Data analysis techniques are data reduction, data presentation, and data verification. The results of the study show that: 1) The implementation of strengthening religious character through habituation that is carried out routinely by students and by example. 2) Obstacles in the implementation of religious character habituation that are applied are the lack of student awareness, attention from parents, and infrastructure. 3) Solutions or efforts made by schools in overcoming obstacles to habituation of religious characters by carrying out order, supervision, providing examples, and socializing to students and parents.

Pendahuluan

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sudah diterapkan dalam lingkungan sekolah. Implementasi pendidikan karakter di Indonesia antara lain pendidikan moral, pendidikan nilai religius, pendidikan perilaku kebaikan dan pendidikan karakter. Karakter merupakan kepribadian yang dimiliki seseorang untuk menjadi prilaku yang baik sesuai dengan nilai dan norma sosial[1]. Pendidikan karakter sangat penting diterapkan dalam lingkup sekolah untuk dapat mengembangkan kepribadian yang baik sehingga menjadi sebuah penguatan utama bagi kehidupan siswa kelak. Pendidikan karakter yang dilakukan dapat diterapkan dengan pembiasaan yang dilakukan anak di kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter sendiri dapat menjadi pegangan seseorang dalam melakukakan aktivitas di kehidupan sehari-hari. Menanamkan nilai-nilai karakter terhadap siswa telah dirumuskan dalam kurikulum 2013 yang merupakan tujuan pendidikan di Indonesia agar menjadi lebih baik kedepannya. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan nilai nilai pendidikan karakter sebagai nilai utama dalam

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong. Dalam pelaksanaannya kelima nilai tersebut menjadi penguatan dalam pelaksaraan karakter. Pembiasaan Karakter religius di sekolah melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang selama ini diterapkan dilingkungan sekolah. selain itu dalam pembiasaan penguatan yang diberikan melibatkan orang tua dan lingkungan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter sendiri dapat menjadi pegangan seseorang dalam melakukakan aktivitas di kehidupan sehari-hari. kurikulum 2013 yang merupakan tujuan pendidikan di Indonesia agar menjadi lebih baik kedepannya Kegiatan pembiasaan karakter adalah suatu kegiatan yang diterapkan di sekolah dapat melalui pembelajaran maupun ekstrakulikuler. Oleh karena itu pembiasaan sangat diperlukan agar dapat menguatkan dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Penguatan karakter dapat diwujudkan melalui pengarahan dan pembinaan dengan menerapkan nilia-nilai mulia. Karakter religius merupakan sebuah bentuk aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik berupa tindakan atau prilaku dalam hal kebaikan[2]. Dengan diterapkannya penguatan karakter diharapkan dapat membantu generasi penerus bangsa agar mempunyai pribadi yang baik dan budi pekerti. Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk karakter atau pribadi yang baik, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi kemampuan peserta didik, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Sekolah menjadi salamh satu tempat diterapkannya pendidikan karakter.

Penguatan karakter yang diterapkan pada peserta didik dengan mengajarkan nilai dan moral yang menjadi kebutuhan prioritas dalam perkembangan hidup seseroang sebagai pegangan hidup. Memperkuat karakter peserta didik menjadi penting dilakukan dalam revolusi 4.0 dan pada masa pandemi covid-19 agar nilai prilaku dan karakter siswa agar tidak menjadi seseorang dengan karakter yang kurang baik. Dalam masa pandemi penguatan karakter dibutuhkan agar dapat menguatkan karakter dan kepribadian seseorang agar dapat menjadi pedoman dalam hidup sebagai manusia yang memegang teguh mengamalkan nilai-nilai religius dalam bentuk karakter kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari[3]. Penguatan karakter merupakan gerakan nasional pendidikan karakter dengan memperkuat karakter dengan nilai-nilai islam sesuai ajaran Tuhan untuk membentuk pribadi yang mulia dan membentuk karakter yang kuat pada siswa dengan cinta perdamaian, saling toleransi, saling menghormati sesama meskipun berbeda keyakinan dan agama yang dapat diterapkan dalam pembiasaan yang dilakukan. Karakter religius dapat diterapkan oleh siswa agar menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai karakter kuat sesuai nilai-nilai islam[4].

Karakter bangsa Indonesia salah satunya bersumber pada nilai-nilai keagamaan. Kompetensi spiritual pada jenjang pendidikan dicapai melalui pembelajaran diantaranya adalah keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan mengacu pada karakteristik mata pelajaran, serta kondisi dan kebutuhan peserta didik. Pembiasaan karakter diantaranya pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah, dan mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah. Pembiasaan merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam pendidikan karakter. Dengan dilakukan pembiasaan secara terus menerus dan berkelanjutan, maka akan tampak kebudayaan yang sudah diterapkan, menyatakan bahwa Penciptaan lingkungan yang kondusif salah satunya melalui pembiasaan pembiasaan dalam penguatan pendidikan karakter. Pentingnya penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan-pembiasaan dalam budaya sekolah, juga untuk menanggulangi adanya penurunan moral di kalangan anak-anak dianggap sebagai cermin kurang berhasilnya dunia pendidikan di era globalisasi sekarang ini[5]. Kegiatan pembiasaan karakter adalah suatu kegiatan yang diterapkan di sekolah dapat melalui pembelajaran maupun ekstrakulikuler Oleh karena itu pembiasaan sangat diperlukan agar dapat menguatkan dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa.

Penguatan karakter dapat diwujudkan melalui pengarahan dan pembinaan dengan menerapkan nilia-nilai mulia. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) mempunyai nilai utama salamh satunya yaitu nilai religius. Dalam pelaksanaan karakter religius di SD yaitu untuk mendorong peserta didik bersinergi dan mempunyai akhlak yang mulia. Dalam penerapan yang dilaksanakan untuk meningkatkan ketaatan dengan pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah maupun di rumah. Masalamh terpenting yang dihadapi negara Indonesia saat ini adalah masa pandemi covid-19 yang berlangsung lama sehingga membawa dampak pada dunia pendidikan. Covid-19 merupakan pandemic global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Covid-19 merupakan penyakit menular atau virus yang mematikan yang menyebabkan pembelajaran sebelumnya dilaksanakan secara tatap muka menjadi online. Adanya covid-19 pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mengalami banyak perubahan dalam pelaksanaan, selain itu pembiasaan karakter yang diberikanpun mengalami perubahan dalam pelaksanaan. Pada masa pandemi pembelajaran dilaksanakan secara online atau daring sehingga proses pembelajaran agar tetap aktif meskipun tanpa tatap muka secara langsung[6].

Selain itu yang proses pembiasaannya di sekolah menjadi terhambat dan membatasi aktivitas anak di tempat umum dan menjadikan belajar dengan rumah. Dalam pelaksanaan yang dilakukan peserta didik pada nilai karakter religius yaitu berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran, selain itu pembiasaan yang dilakukan yaitu

dengan pemberian hafalan surat-surat pendek beserta artinya seperti surat An-Nas, Al Falaq, dan Al Kafirun. Pada pembiasaan do’a sehari-hari peserta didik menghafalkan do’a makan dan minum, do’a orang tua, do’a akan tidur dan bangun tidur. Selain itu peserta didik melaksanakan praktek shalat dhuhur yang dilakukan setiap hari dengan pengumpulan video. Pelaksanaan menulis arab yang dilakukan yaitu pada saat setelah hafalan surat surat kemudian dituliskan di buku tulis masing-masing. Proses pelaksanaan yang di diakukan oleh peserta didik yaitu melalui grup whatsapp yaitu pembiasaan yang diterapkan oleh peserta didik dilaporkan di grup whatsapp sehingga guru akan memantau pembiasaan yang dilakukan, akan tetapi banyak peserta didik yang kesulitan dalam pembelajaran yaitu dengan faktor orang tua yang sIbuk bekerja, lingkungan sekitar rumah, dan diri peserta didik. Dalam penguatan pendidikan yang diterapkan melalui kerjasama dengan banyak pihak selain sekolah dan guru orang tua dan lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi karakter yang diterapkan pada peserta didik sehingga proses penguatan dan pembiasaan yang dilaksanakan berjalan dengan baik sehingga dapat membentuk pribadi yang baik[7]

online tidak secara tatap muka.

Pada pembelajaran online pembiasaan akan dipantau oleh guru melalui arahan yang diberikan di grup whatsapp, selain itu pengumpulan tugas dan materi dilaksanakan melalui grup untuk memudahkan guru dan peserta didik dalam berkomunikasi sehingga meskipun pembelajaran tidak tatap muka tetap dilaksanakan. Penguatan karakter religius merupakan salamh satu solusi untuk menumbuhkan serta membekali peserta didik memiliki karakter yang baik, religius dan mempunyai budi pekerti yang baik walaupun belajar di rumah.. Penguatan karakter religius dapat dilakukan melalui: peraturan kepala sekolah, implementasi proses kegiatan belajar mengajar kegiatan pembiasaan, dan perilaku yang diterapkan siswa terus menerus dalam kegiatan sehari-hari, sehingga penguatan pendidikan karakte religius dapat sesuai dengan yang diharapkan. Pandemi covid-19 membawa dampak bagi banyak orang, seperti dunia pendidikan dan pembiasaan karakter di sekolah, kini kurang dilaksanakan oleh peserta didik seperti hafalan surat-surat pendek, hafalan do’a sehari-hari,infaq, pelaksanaan shalat dhuhur berjma’ah dan penulisan bahasa arab

Adanya covid-19 penyampaian pembiasaan dilaksanakn melalui grup whatsapp akibat pembelajaran yang dilakukan di rumah. Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan penguatan karakter religius yang dilaksanakan, kendala yang dihadapi dalam proses pembiasaan dan solusi sekolah dalam mengatasi permasalahan penguatan karakter religius peserta didik pada masa pandemi covid-19. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan karakter religius yang diterapkan, kendala dalam pembiasaan yang dilakukan serta solusi yang diberikan pada penguatan karakter religius. Dengan adanya penguatan karakter religius menjadikan peserta didik mempunyai sikap dan perilaku yang baik, etika yang mulia berdasarkan nilai-nilai luhur. Pembiasaan atau pembudayaan yang dilakukan di sekolah, rumah dan masyarakat sehingga dengan ketiga lingkungan tersebut saling mendukung pelaksanaan karakter religius. mengenalkan, memahami, menghargai, bertaqwa dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai religius melalui bimbingan, praktek dan pembiasaan yang dilakukan

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif merupaakan suatu penelitian yang dapat menghasilkan temuan-temuan yang diperoleh dengan landasan teori pada fokus penelitian, proses dan makna dalam fenomena tersebut. Penelitian ini menggunakan penelitian fenomologi dengan menjelaskan atau mendeskripsikan makna atau konsep terhadap fenomena-fenomena pengalaman yang didasari oleh pengalaman yang terjadi pada individu tersebut. Fenomena tersebut yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk penguatan karakter religius pada masa pandemi covid-19 kepada peserta didik Kelas III SDN Wonoplintahan 2.

Subjek dan Setting Penelitian

Sumber data yaitu guru kelas peserta didik dan orangtua siswa kelas III SDN Wonoplintahan 2 untuk memperoleh data yang lebih fokus dan terararah pada subjek. Tempat atau lokasi peneltian yaitu SDN Wonoplintahan 2. Penentuan lokasi penelitian menggunakan preliminary research dengan penguatan pembelajaran pendidikan karakter religius yang diterapkan pada sekolah

Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data yaitu 1) wawancara dengan kepala sekolah, guru kelas III, orangtua dan peserta didik 2) Observasi menganalisis siswa dan proses pembiasaan praktik penguatan karakter religius yang diberikan di SDN Wonoplintahan 2 untuk melihat efek tindakan sudah mencapai sasaran seberapa jauh. 3) Dokumentasi kegiatan pembiasaan penguatan karakter religius yang diberikan pada peserta didik di masa pandemic covid-19 melalui grup whatsapp. Pada domentasi alat yang digunakan yaitu berupa foto dan rekaman suara.

Pengecekan Keabsahan Data

Teknik penelitian menggunakan 4 macam keabsahan daya yaitu 1) uji kepercayaan menggunakan teknik triangulasi sumber dengan tujuan sebagai pengecekan data yang berasal dengan hasil sumber observasi, wawancara dan dokumentasi kepada kepala sekolah, guru kelas, dan orangtua SDN Wonoplintahan 2. 2)Derajat ketepatan hasil penelitian pada sampel yaitu peserta didik dan guru kelas yang membuktikan hasil penguatan karakter religius pada peserta didik dapat dipertanggungjawabkan.3)Percobaan yang dilakukan dengan melakukan audit yang independent atau pembimbing. Pengumpulan secara keseluruhan melalui kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. 4)Objektivitas pengujian jika pada hasil penelitian pada penguatan karakter religius merupakan fungsi dengan proses penelitian maka peneltian yang dilakukan memenuhi standa objektivitas Sehingga proses pengabsahan data dapat dipertanggungjawabkan. Miles dan Hubermen yang terdiri dengan tiga tahapan yaitu: 1) Reduksi data proses pengumpulan data yaitu penguatan karakter religius. 2) Penyajian Data pembiasaan penguatan karakter agar mudah dipahami. 4) Verifikasi Data berupa kesimpulan awal, dan akhir perubahan jika tidak diimbangi dengan bukti yang valid dan kredibel atau dapat dipercayaa sehingga kesimpulan dapat diuji dengan data di lapangan yaitu meferleksikan kembali tentang penguatan karater religius. Dengan begitu kesimpulan dalam penelitian ini dapat menjawab permasalamhan yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, dalam analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif yaiu dengan mendeskripsikan bagaimana penguatan karakter religius peserta didik kelas III SDN Wonoplintahan 2.

Analisis Data

Analisis data yaitu: 1) Reduksi data dengan mengumpulkan data penelitian pada pembiasaan penguatan karakter religius yang diterapkan, 2) penyajian data yaitu memaparkan hasil data yang sudah dilakukan pada pembiasaan yang diterapkan, 3) verifikasi data yaitu kesimpulak terhadap data yang dipaparkan secara deskriptif

Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian penguatan karakter religius peserta didik pada masa pandemi covid-19 dalam pelaksanaan Penguatan Karakter Religius Pada Masa Pandemi Covid-19 Kelas III SDN Wonoplintahan 2 mellaui program unggulan yang dimiliki sekolah pada program pembiasaan yaitu: 1) pembiasaan do’a pagi, 2) 6SMTP, 3) sholat 4) dhuhur berjama’ah, 5) infaq, 6) hafalan surat pendek, 7) hafalan do’a sehari-hari dan 8) menulis arab yang dilaksanakan setiap hari secara online yaitu grup whatsapp dengan dibimbing oleh guru. Pada pembiasaan praktik karakter religius yang dilaksanakan oleh peserta didik pelaksananya penguatan pendidikan karakter dalam program penguatan karakter dalamnya berisi tentang bagaimana cara pelaksanaan setiap kegiatan pembiasaaan. Diantaranya

kegiatan berdo’a setiap hari. Kegiatan pembiasaan do’a pagi rutin dilaksanakan oleh peserta didik dengan membaca al-fatihah dan do’a sebelum belajar. Guru mengontrol peserta didik untuk berdo’a sebelum belajar melalui tulisan di grup, video yang dibagikan guru berisi bacaan do’a-do’a dan pesan suara sehingga peserta didik tetap menyimak arahan dengan guru pada pembiasaan do’a pagi yang dilaksanakan

guru dapat mengetahui pembiasaan dan hafalan peserta didik. selain itu guru juga membagikan video berupa kumpulan do’a sehari-hari

  1. Pembiasaan do’a pagi dilaksanakan setiap hari secara online yaitu grup whatsapp dengan dibimbing oleh guru untuk melaksanakan
  2. Pembiasaan 6SMTP (Senyum, Salam, Sapa, Santun, Sabar, Shodaqoh, Maaf, Terimakasih dan Permisi) rutin dilaksanakan oleh siswa melalui grup whatsapp dengan memberikan salamm dan sapa guru dan teman dengan menggunakan kata-kata yang baik dan sopan.
  3. Pembiasaan shalat dhuhur berjama’ah tidak dilaksanakan di sekolah melainkan dapat dilaksakan oleh peserta didik secara mandiri di rumah dengan pantauan orang tua dan melaksanakan shalat berjama’ah di masjid atau musholah terdekat. Guru mengontrol kegiatan peserta didik melalui grup whatsapp.
  4. Pembiasaan infaq yang dilaksanaan secara mandiri oleh peserta didik di rumah pada setiap hari jum’at. Dengan membiasakan kepada peserta didik untuk melaksanakan infaq dapat menguatkan nilai-nilai religius dengan saling tolong menolong kepada sesama.
  5. Pembiasaan hafalan surat pendek dilaksanakan oleh peserta didik melalui grup whatsapp dengan panduan dan arahan oleh guru. Hafalan surat-surat pendek dilaksanakan oleh peserta didik dengan mengumpulkan video berupa hafalan yang dikirim di grup kelas sehingga guru tetap dapat memantau pelaksanakan pembiasaan hafalan surat pendek yang dilaksanakan. Bacaan surat pendek yang dihafal antara lain surat An-Nas, al- ikhlas, Al-Falaq, Al-Alaq dan al-kaustar.
  6. Hafalan do’a sehari-hari dilaksanakan oleh peserta didik di grup whatsaap dengan panduan oleh guru. Peserta didik untuk melaksanakan hafalan do’a sehari-hari dan dikumpulkan berbentuk video di grup whatsapp agar
  7. Pembiasaan menulis arab dilaksanakn oleh peserta didik secara online melalui grup whatsaap dengan panduan oleh guru. peserta didik menulis surat pendek yang sudah dihafalkan dan dikumpulkan di grup agar guru dapat mengetahui telah melaksanakan pembiasaan menulis arab. Selain itu guru memberikan contoh kepada peserta didik bagaimana cara menulis arab yang baik, setelah itu akan dicontoh dan vditulis di buku tulis masing-masing setiap peserta didik.

Dengan adanya penguatan siswa akan lebih disiplin dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan yang diterapkan sekolah. Pendidikan Karakter mempunyai tujuan yaitu membimbing dan memberikan fasilitas dalam hal membantu membentuk serta membangun watak, perilaku, dan sikap siswa agar mempunyai karakter yang baik, bertanggung jawab, dan mempunyai jiwa luhur. Pendidikan karakter dinilai sangat penting ditanamkan semenjak anak usia dini karena masih sangat mudah untuk diarahkan dan dibentuk karakternya. Di lingkungan sekolah seharusnya porsi tentang perkembangan kepribadian atau kecakapan hidup diberikan lebih dominan dibandingkan dengan pemberian ilmu yang bersifat kognitif. Adanya penguatan kaakter yang diberikan di Lingkungan sekolah merupakan sarana yang strategis untuk melaksanakan pendidikan karakter karena sebagian besar untuk mengucatkan kepirbadian dan watak dari peserta didik dengan nilai-nilai religius[8].

Nilai Deskripsi Indikator Kelas
Religius Sikap, kepribadian dan perilaku seseorang yang patuh kepada ajaran agama, saling menghormati satu sama lain dan hidup rukun dengan sesama meskipun berbeda agama Berdo’a sebelum dan sesudah proses pembelajaranMerayakan hari besar agama dengan sarana dan prasana pada pelaksanaan kegiatan keagamaanMemberikan kepada peserta didik dalam melaksanakan kegiatan ibadah sesuai ajaran agamanya.
Table 1.Deskripsi dan Indikator Nilai Religius Dalam Pendidikan Karakter

Penguatan karakter merupakan salah satu sumber yang mendasari pendidikan karakter sebagai wadah untuk ditanamkan kepribadian da watak yang baikkepada peserta didik semenjak usia dini dengan nilai-nilai keagamaan yang kental semenjak usia dini dapat menjadi pondasi penguatan moral peserta didik di masa depan, tidak mudah dipengaruhi hal-hal yang tidak baik. Nilai religius merupakan nilai yang melandasi pendidikan karakter karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang beragama. Karakter religius dapat menguatkan kepribadian peserta didik menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, untuk menghadapi keadaan tersebut peserta didik diharapkan mampu memiliki kepribadian dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral baik yang berpedoman pada agama. Oleh karena itu karakter religius dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Pembiasaan karakter religius selain menerapkan nilai ajaran agama juga membiasakan kepada peserta didik untuk mempunyai karakter serta keteladanan yang mulai yang dapat dijadikan pedoman hidup. Pentingnya perlunya penanaman karakter sejak dini pada peserta didik tidak hanya diberikan pada pendidikan formal saja, melainkan pendidikan informal juga sebagai bentuk keberhasilan karakter peserta didik. Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan karakter. Setiap individu akan memperoleh hasil belajar yang berbeda disebabkan lingkungan tempat mereka belajar berbeda-beda[5]. Perubahan tingkah laku kearah positif atau negatif bisa terjadi karena faktor dari lingkungan yang mereka tempati.

Kendala pelaksanaan Penguatan karakter religius pada masa pandemi covid-19 kelas III SDN Wonoplintahan 2 sangat beragam yaitu kurangnya kesadaran peserta didik mengikuti pembiasaan dengan tepat waktu, guru tidak dapat mengontrol secara langsung pembiasaan yang dilakukan peserta didik, kurangnya kesadaran peserta didik untuk melaksanakan secara mandiri, kurangnya perhatian orang tua pada pembiasaan yang dilakukan siswa. peserta didik membuthkan waktu dalam hafalan dan kesulitan dalam menulis arab. Keterbatasan sarana dan parasana alat komunikasi(sinyal, kuota, dan jaringan internet) yang masih menggunakan handphone orang tua. Kendala dan kesulitan dapat berasal dengan daya dukung yang tidak terpenuhi. Daya dukung yaitu yaitu sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengembangan SDM. Selain itu adanya siswa yang kurang perhatian dan motivasi dari orang tua sehingga membuat siswa kesulitan untuk menaati aturan sekolah. Oleh karena itu, orang tua/wali murid

adalah faktor pendukung yang utama dan sangat penting dalam membantu terlaksanya program Penguatan karakter yang diberikan. Orang tua mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkan perkembangan karakter peserta didik. Keluarga merupakan pendidik madrasah pertama kali seorang anak untuk mendapatkan pendidikan dengan tujuan membentuk watak dasar karakter anak[5]. Peran orang tua sangat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Kerjasama dengan orang tua yaitu menjalin komunikasi dan interaksi baik untuk mencapai tujuan berama.

Sehingga pada praktik pembiasaan karakter religius yang diterapkan belum maksimal, karena pada proses belajar mengajar peserta didik belum mempuyai handphome sendiri melaikan masih menggunakan handphome orang tua. Hal tersebut karena orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik dan pedagang kecil selain itu karena usia yang masih kecil untuk menggunakan handphome sehingga menggunakan handphome orang tua. Adanya orang tua yang bekerja menyebabkan kurangnya perhatian dan pengawasan pada peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan yang diterapkan di sekolah, sehingga praktik pembiasaan karakter religius belum maksimal selain itu karena faktor ekonomi masyarakat[9] . Pada kondisi normal, sudah menghadapi hambatan untuk mengakses pendidikan dan sekarang dengan keterbatasan kuota internet dan jaringan yang dibuthkan dalam proses belajar menagajar yang dilakukan secara daring. . Hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian tugas disertai pemantauan dan pendampingan oleh guru. Selain itu guru bekerjasama dengan orangtua siswa dengan koordinasi dan interaksi antara guru dan orang tua siswa berupa video call maupun foto dokumentasi kegiatan belajar siswa di rumah sebagai bentuk laporan bahwa siswa benarbenar melaksanakan pembelajaran di rumah[10].

Solusi sekolah pada penguatan karakter religius pada masa pandemi Covid-19 Kelas III SDN Wonoplintahan 2 yaitu 1) Melakukan tata tertib kepada peserta didik untuk melaksanakan semua kegiatan pembiasaan sehingga dalam pelaksanaan peserta didik selalu tertib dalam melaksanakannya. 2) Mengontrol dan memberikan keteladanan dengan mengawasi pencapaian dan perkembaangan yang dilakukan dalam kegiatan pembiasaan karakter religius. 3 )Memberikan contoh-contoh pembiasaan yang baik agar peserta didik mengerti. 4) Komunikasi kepada orang tua dengan memberikan sosialisasi pembiasaan yang diberikan kepada peserta didik sehingga orang tua dapat mengawasi saat di rumah. Melalui sosialisasi peserta didik dapat memahami pembiasaan krakter religius yang dilakukan. Penyesuaian yang dilakukan dengan pembiasaan oleh guru yaitu kebiasaan, hubungan sosial dan nilai tingkah laku yang mulia. Controlling merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian yang dikehendaki pada proses tersebut guru akan mengawasi perkembangan peserta didik dengan kegiatan-kegiatan yang membiasakan karakter religious. Komunikasi kepada orang tua sangat penting dilakukan agar pelaksanaan program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yang diberikan dapat berjalan dengan baik, sehingga orang tua dapat mengawasi dan mendampingi anak dalam pembiasaan secara langsung, sehingga mengetahui karakter yang dimiliki. Adanya kegiatan pembiasaan dan pendampingan maupun bimbingan kepada siswa dapat menjadi pegangan atau pondasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan dan pengalaman positif sebanyak-banyaknya untuk siswa agar siswa terbiasa dan membentuk siswa menjadi siswa berkarakter . Sehingga dapat disimpulkan solusi atau upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi kendala pembiasaan karakter religius sudah diterapkan dengan baik dengan memberikan tata tertib, pengawasan, contoh teladan, dan sosialisasi pada praktik pembiasaan karakter religius yang dilaksanakan oleh peserta didik. Adanya solusi atau upaya yang dilakukan sekolah dengan tujuan agar peserta didik mempunyai karakter atau watak religius yang dapat dijadikan sebagai bekal pedoman hidup dengan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Penguatan karakter dapat berupa keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan, dan penilaian[11]. Guru memiliki peran dalam menanamkan karakter religius di lingkungan sekolah disebabkan peran guru bukan hanya sebagai pengajar tapi juga mendidik peserta didik baik ketika di dalam atau di luar kelas, oleh karena itu penguatan karakter pada praktik pembiasaan dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai mulia agar peserta didik mempunyai karakter watak yang baik. Dengan menerapkan penguatan kaakter religius pada praktk pembiasaan peseta didik di sekolah merupakan nilai-nilai ajaran keteladanan yang baik dari contoh sikap Rasulullah SAW dalam menanamkan karakter religius, siswa tidak hanya mengerti akan ibadah yang dijalankan, namun juga lebih memahami manfaat dan tujuan dari program yang dilakukan sehari-hari, dapat meningkatkan sikap rajin, tepat waktu dalam menjalani ibadah sholat, dan membaca serta hafalan Al-Qur’an karena menerapkan program-program yang dilakukan dan lingkungan sekolah yang positif membuat siswa semakin bersikap disiplin dan religius[12]

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan yaitu pelaksanakan Penguatan Karakter yang dilaksanakan di SDN Wonoplintahan 2 yaitu melalui pembiasaan yang dilaksanakan secara online oleh guru dan peserta didik melalui grup whatsapp dengan tujuan agar dapat menguatkan dan menjadikan diri peserta didik mempunyai karakter dan watak yang baik. Guru melakukan pembiasaan pada program yang disusun oleh sekolah dan disesuaikan kebutuhan peserta didik. Pembiasaan tersebut antara lain yaitu do’a pagi, 6SMTP Senyum, Salam, Sapa, Santun, Sabar, Shodaqoh, Maaf, Terimakasih dan Permisi, shalat dhuhur berjama’ah, infaq, hafalan surat pendek, hafalan do’a sehari-hari, dan menulis arab. Kendala pada pelaksanakan pembiasaan karakter religius pada peserta didik yaitu Peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan tepat waktu dan berdo’a bersama pada pagi hari secara online di grup whatsapp karena orang tua yang bekerja, Guru tidak dapat mengontrol secara langsung pembiasaan shalat dhuhur yang dilaksanakan oleh peserta didik di rumahSebagain dari peserta didik tidak mengaji sehingga kesulitan dan membutuhkan waktu dalam hafalan surat pendek, Kurangnya kesadaran peserta didik dan mandiri dalam melaksanakan pembiasaan infaq ) Kurangnya perhatian dari orang tua pada pembiasaan do’a sehari-hari, Peserta didik kesulitan dalam menulis arab dengan benar, Keterbatasan alat komunikasi berupa sinyal, kuota jaringan internet. Solusi atau upaya sekolah dalam mengatasi kendala pelaksanaan penguatan karakter religius pada peserta didik dengan melakukan tata tertib pada pembiasaan yang dilaksanakan oleh peserta didik, pengawasan, memberikan video dan motiasi, sosialisasi terhadap praktik pembiasaan karakter religius yang diterapkan oleh peserta didik yang dilaksanakan melalui grup whatsapp.

References

  1. Ainul Huri. (2019). Implementation of Model Strengthening Religious Character Education and Nationalists at Muhammadiyah Plus Elementary School City of Salamtiga Academic Year 2017/2018. Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 11, No. 2, 2019
  2. Annek Astri Octaviani., Furaidah., Sri Untari. (2019). Penguatan Pendidka Karakter Nilai Religius Dalam Program Kegiatan Budaya Sekolah. Jurnal Pendidikan: Vol.4. No. 11.
  3. Anshori, Isa. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Halaqa: Islamic Education Journal, 1(2), 63-74.
  4. Anwar. (2018). Paradigma Sosisalisasi Dan KontrIbusinya Terhadap Pengembangan Jiwa Beragama Anak. Jurnal Al-Maiyyah, No. 11
  5. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekaran Praktek.
  6. Asril Zainal. (2010). MicroTeaching. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
  7. Cahyaningrum, E. S., Sudaryanti, S. and Purwanto, N.A. (2017). Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan Dan Kateladanan. Jurnal Pendidikan Anak. doi: 10.21831/jpa.v6i2.17707 Yogyakarta: Gava Media
  8. Eny Wahyu Suryanti.”Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Religius Siswa LIPI Malang”. FKIP Universitas Wisnuwardhana Malang 2018 Gabungan. Jakarta: Kencana, hlm. 372.
  9. Ghoni, M. Djunaidi dan Fauzan Almansyur. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
  10. Hamid, A. (2017). Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren: Pelajar dan Santri Dalam Era IT & Cyber Culture. Surabaya: IMTIYAZ.
  11. Hibana, Kuntoro, S.A., & Sutrisno. (2015). Pengembangan Pendidikan Humanis Religius di Madrasah. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 3, 19-30 Jakarta: Rineka Cipta. hlm 99
  12. Kemendiknas (2010). Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
  13. Muhammad Tufik. (2020). Strategic Role Of Islamic Religious Education In Strengthening Character Education In The Era Of Industrial Revulotion 4.0. Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA. Vol. 20. No. 1, Februari 2020, 86-104
  14. A.Muri Yusuf. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
  15. Nadezhda Yachina. (2015).Pembentukan Kepribadian Spiritual dan Mora. Jurnal Procedia Ilmu Sosial dan Prilaku, 19, 1575-1579.
  16. Riniawati. (2017). Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Akhlak. Pontianak: TOP Indonesia
  17. Sahlan, A. (2010). Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN Press Maliki.
  18. Saktya Komsilawati. (2017). Penguatan Karakter Religius Dalam Pembelajaran Sastra Melalui Adaptasi Kearifan Lokal. Prosding SENASBASA. h. 370-375
  19. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
  20. Syamsul Kurniawan. (2016). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
  21. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Depdiknas)