Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2188

Learning Management of Students with Special Needs in Schools


Manajemen Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Manajemen Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Abstract

This research is qualitative research with research subjects including principals, coordinators/responsible for inclusion, special assistant teachers, classroom teachers, GDPK guardians. The research setting is at the Creative School of SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo. Data collection techniques used are interviews, observation, and documentation. Meanwhile, the data analysis and data interpretation techniques according to Miles and Hubermen are data reduction, data presentation, and conclusion drawing and data verification. The results of this study indicate that: (1) The GDPK learning planning at the Creative School of SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo has been carried out carefully, starting from needs analysis, recruitment, orientation or FORTASI, mapping or placement of PDBK, prota, prosem, syllabus, RPP, PPI , to the determination of learning media or special educational teaching aids, (2) The organization that has been carried out has been running as expected under the leadership of the Principal who collaborates with relevant stakeholders, in order to achieve effective, efficient and productive criteria, (3) The implementation of GDPK learning has been running quite good and effective by implementing modifications to curriculum content that are tailored to the needs of PDBK, PPI, link books, green books, therapy, and special programs, (4) Monitoring and evaluation of GDPK learning has been running quite well and effectively carried out by the supervisor of the local education office , principals, curriculum coordinators, and h . delivery the results of the development of PDBK to the guardians of students, (5) the obstacles and efforts that have been made in implementing the learning management of PDBK in the Creative School of SD Muhamamadiyah 2 reinforcement Sidoarjo, namely the lack of provision of special assistant teachers, not yet 100% of the fulfillment of media or special educational teaching aids, the existence of the dual role of the classroom teacher before the special assistant teacher.

Pendahuluan

Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari seorang pendidik ke peserta didik dengan harapan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. [1] Belajar mengajar bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, termasuk dalam lembaga yaitu sekolah sebagai contohnya. Sekolah adalah suatu bangunan atau lembaga yang berfungsi sebagai tempat belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. [2] Sekolah dapat dikatakan sebagai lembaga formal juga karena dari sini sumber daya manusia dapat menuntut ilmu dengan harapan mampu bersaing di tingkat regional. nasional, maupun internasional.

Sehingga perlunya meningkatkan mutu pendidikan supaya sumber daya manusia di negeri ini menjadi lebih cerdas dan produktif. Beberapa indikator yang perlu ditingkatkan yaitu pertama, kualitas pada proses pembelajaran karena proses ini termasuk dalam kegiatan utama di suatu sekolah. Kedua, kualitas pada sumber daya proses pendidikan yaitu dengan mengelola peserta didik dengan baik. Dalam pengelolahan ini tidak lepas dari pendidik, peserta didik, kurikulum, bahan ajar, metode dan model pembelajaran, sumber belajar, dan sistem evaluasi. Dengan pengelolahan yang baik akan memberikan dampak positif bagi terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1, peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Jadi dapat diartikan bahwa peserta didik adalah siapa saja tanpa memandang status sosial maupun fisik dari seseorang yang berusaha mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, termasuk anak yang memiliki hambatan atau keterbatasan yang biasa disebut anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya yang seusia tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental intelektual, sosial, emosi, atau fisik. [3] Anak tunarungu, anak tunanetra, anak tunadaksa, anak tunagrahita, anak tunalaras, anak dengan gangguan perilaku, anak dengan gangguan kesehatan, dan anak kesulitan belajar ini termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus. Meskipun anak berkubutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik khusus, namun tetap anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan termasuk pendidikan agama. Sehubungan dengan hal tersebut, ada salah satu hadits yang menghimbau kepada kita setiap muslim untuk menuntut ilmu, berbunyi:

طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَي كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. Dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib setiap muslim, tanpa terkecuali. Dalam hal ini anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan ilmu, sehingga perlulah untuk menuntut ilmu juga. Anak berkebutuhan khusus dapat didefinisakan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus [4]

Pengajaran yang dirancang secara khusus, dijalankan secara teratur dan dinilai kefektifannya secara teliti untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik khusus sehingga mencapai tahap kemandirian dan keberhasilan hidup yang memuaskan ini termasuk dalam pendidikan khusus. Manajemen pembelajaran merupakan suatu upaya kepemimpinan dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan menilai atau mengevaluasi suatu pembelajaran kepada peserta didik dengan berbagai komponen yang ada untuk menunjang proses belajar peserta didik secara efektif dan efisien. Upaya kepemimpinan bisa dilaksanakan oleh sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif. Sekolah inklusif merupakan sekolah yang menggabungkan antara peserta didik normal dan peserta didik berkebutuhan khusus dalam satu kelas sehingga membutuhkan penaatan dan pengaturan peserta didik dengan baik agar pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sekolah.

Terkait dengan penyelenggaraan sekolah inklusif, pemerintah sudah merumuskan peraturan dalam Permendiknas, salah satunya terdapat pada nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa, Pasal 3 Ayat (1), berbunyi: “Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit 1 (satu) sekolah dasar, dan 1 (satu) sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan 1 (satu) satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik sebagaimana dimaksud dalam pasal sebelumnya”. Ayat (2), berbunyi: “Satuan pendidikan selain yang ditunjuk oleh kabupaten/kota dapat menerima peserta didik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 1”. Sedangkan bunyi Pasal 3 Ayat 1 adalah “Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya”.

Dengan keberadaan sekolah inklusif diharapkan dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya terhadap anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah-sekolah integrasi yang ditunjuk sebagai sekolah inklusif, sehingga anak berkebutuhan khusus dapat bersosialisasi dengan baik dan lebih dapat diterima oleh lingkungan masyarakat khususnya.

Metode

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif karena data yang akan diperoleh bukan berupa angka-angka, namun berupa catatan-catatan lapangan dan hasil wawancara. Dengan tujuan untuk menggambarkan secara deskripsi, meringkas berbagai kondisi yang ditemukan di lapangan atau yang menjadi objek penelitian. [5] Penelitian ini dilakukan di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dengan subyek penelitian meliputi kepala sekolah, koordinator atau penanggungjawab sekolah inklusif, guru kelas, guru pendamping khusus dan perwakilan wali peserta didik berkebutuhan khusus Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan seluruh subyek penelitian di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo, observasi di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo, dan dokumentasi yang ada di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo. [6] Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman, ada tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi data. [7]

Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini adalah penyampaian hasil analisis data tentang manajemen pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus serta hambatan dan upaya dalam mengatasi pelaksanaannya di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo yang sesuai dengan pemaparan data yang diperoleh.

1.Perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo

Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo telah dilaksanakan secara matang, dengan adanya bukti temuan dokumen yang ada dan diperkuat dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, penanggungjawab/sekretaris inklusi, guru kelas, guru pendamping khusus, dan wali peserta didik berkebutuhan khusus.

Suatu perencanaan yang matang akan berdampak positif pada pengelolaan lembaga pendidikan yang efektif, efisien dan produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry bahwa ada tahapan-tahapan perencanaan yang harus dilaksanakan untuk memberikan dampak positif terhadap lembaga pendidikan, tahapan-tahapan perencanaan tersebut yaitu meliputi: [8]

a.membagi rencana ke dalam serangkaian tindakan yang sederhana

b.mempertahankan pelaksanaan rencana sesuai jadwalnya

c.mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang terpisah ke dalam perencanaan

d.rencana tersebut dapat diterima oleh sumua pihak yang berkepentingan.

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo secara keseluruhan telah melaksanakan tahapan perencanaan tersebut dalam perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus. Adapun jenis perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus yang telah dibuat oleh Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo meliputi renstra satu tahun yang terdiri dari analisis kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus, rekruitmen peserta didik berkebutuhan khusus, orientasi atau FORTASI peserta didik berkebutuhan khusus, Pemetaan atau penempatan peserta didik berkebutuhan khusus dan dokumen administrasi kurikulum yaitu administrasi pembelajaran yang terdiri dari prota (program tahunan), prosem (program semester), silabus, RPP (rencana program pebelajaran), PPI (program pembelajaran individual), hingga penentuan media pembelajaran atau alat peraga edukatif.

2.Pengorganisasian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi dari manajemen setelah perencanaan. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengorganisasian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo telah dilaksanakan secara efektif, dengan adanya bukti temuan dokumen yang ada dan diperkuat dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, penanggungjawab/sekretaris inklusi, guru kelas, guru pendamping khusus, dan wali peserta didik berkebutuhan khusus.

Suatu pengorganisasian yang efektif akan berdampak positif pada pengelolaan lembaga pendidikan yang efektif, efisien dan produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry bahwa ada aspek-aspek dalam pengorganisasian yang harus dilaksanakan untuk memberikan dampak positif terhadap lembaga pendidikan, aspek-aspek pengorganisasian tersebut yaitu meliputi: [9]

a.membagi pekerjaan sesuai dengan tugasnya

b.menggabungkan tugas tenaga pendidik, orang tua

c.menetapkan mekanisme berorganisasi

d.mamantau aktifitas organisasi

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo secara keseluruhan telah melaksanakan aspek-aspek pengorganisasian tersebut dalam pengorganisasian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab atas berjalannya progam kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah dengan membagi tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing guru yang ada di sekolah. Tentunya dengan guru kelas yang berkoordinasi secara intensif dengan guru pendamping khusus sebagai peran utama dalam melaksanakan pembelajaran. Jenis pengorganisasian yang dibuat meliputi: dokumen administrasi yang berisikan pembagian tugas mulai dari koordinator kurikulum, penanggungjawab inklusi, guru kelas hingga guru pendamping khusus.

3.Pelaksanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo

Pelaksanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen setelah pengorganisasian. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dapat dikatakan sudah berjalan cukup baik dan efektif, dengan adanya bukti temuan dokumen yang ada dan diperkuat dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, penanggungjawab/sekretaris inklusi, guru kelas, guru pendamping khusus, dan wali peserta didik berkebutuhan khusus.

Suatu pelaksanaan yang baik dan efektif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry bahwa ada faktor-faktor dalam kesuksesan manajemen, faktor-faktor tersebut yaitu meliputi: [10]

a.mendapatkan orang-orang yang cakap

b.mengatakan kepada merekan apa yang hendak dicapai dan bagaimana cara mengerjakan apa yang kita inginkan

c.memberikan otoritas kepada mereka

d.menginspirasi mereka dengan kepercayaan untuk mencapai suatu sasaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dapat berjalan dengan cukup baik dan efektif karena pertama, telah dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas. Kedua, telah berjalan sesuai dengan arahan atau manajemen seorang kepala sekolah yang dalam lembaga pendidikan sebagai manager. Yang dimana sebelum adanya pelaksanaan tentunya ada pengarahan dari pimpinan dan pengarahan yang dijalankan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan supaya sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Ketiga, telah menerapkan pembelajaran untuk peserta didik reguler maupun peserta didik berkebutuhan khusus dengan menggunakan kurikulum 13, dengan adanya modifikasi maupun penyesuaian pada proses pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Keempat, telah adanya kerjasama antar pihak yang ada di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dalam melaksanakan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus, yaitu adanya kerjasama mulai dari koordinator kurikulum, penanggungjawab inklusi, guru kelas hingga guru pendamping khusus. Terutama kerjasama oleh guru kelas dan guru pendamping khusus ini yang bertugas penuh dalam pencapaian pembelajaran yang efektif. Dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan PPI (program pembelajaran individual), buku penghubung, buku hijau, terapi, dan program khusus.

4.Monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo

Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu fungsi dari manajemen setelah terlaksananya pelaksanaan. Monitoring dan evaluasi ini sebagai tolok ukur yang digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan kegiatan selanjutnya. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dapat dikatakan sudah berjalan cukup baik dan efektif, dengan adanya bukti temuan dokumen yang ada dan diperkuat dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, penanggungjawab/sekretaris inklusi, guru kelas, guru pendamping khusus, dan wali peserta didik berkebutuhan khusus.

Suatu monitoring dan evaluasi yang efektif akan berdampak positif pada pengelolaan lembaga pendidikan yang efektif, efisien dan produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry bahwa ada beberapa proses yang harus dilalui dalam monitoring dan evaluasi untuk memberikan dampak positif terhadap lembaga pendidikan, beberapa proses tersebut yaitu meliputi: [11]

a.menentukan standard atau dasar bagi pengawasan (Determining the standard or basis for control)

b.ukuran pelaksanaan (Measuring the performance)

c.bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada perbedaan (Comparing performance with the standard and ascerting the difference, it any)

d.perbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat (Correcting the deviation by means of remedial action)

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo secara keseluruhan telah melalui beberapa proses tersebut dalam monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus. Monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan oleh pengawas dinas pendidikan setempat, kepala sekolah, koordinator kurikulum, dan penyampaian hasil perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus kepada wali peserta didik berkebutuhan khusus.

Adapun jenis monitoring dan evaluasi terhadap pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus berupa laporan pertanggungjawaban administrasi kurikulum yaitu administrasi pembelajaran dan bermacam-macam penilaian pembelajaran hingga tersusun pelaporan hasil belajar atau rapor peserta didik berkebutuhan khusus.

5.Hambatan Dan Upaya Yang Telah Dilakukan Dalam Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) Di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo

Dari pemaparan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa ada beberapa hambatan dan upaya yang telah dilakukan dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo.

a.Hambatan yang dialami diantaranya yaitu:

1)Kurangnya persediaan tenaga kependidikan atau guru pendampng khusus, dikarenakan lamanya proses mendapatkan guru pendamping khusus dari lentera fajar. Mengingat semakin tahun lentera fajar bekerja sama tidak hanya dengan Sekolah Kreatif SD Muahmmadiyah 2 Tulangan Sidoarjo yaitu dengan banyak sekolah yang lainnya juga. Sehingga dari keterlambatan persediaan guru pendamping khusus ini sangatlah berpengaruh pada saat rekruitmen peserta didik, orientasi peserta didik dan pemetaan atau penempatan peserta didik. Karena pada kegiatan tersebut peserta didik berkebutuhan khusus seharusnya sudah dalam pengawasan guru pendamping khusus

2)Belum 100% terpenuhinya media atau alat peraga edukatif khusus dalam mendukung kegiatan terapi dan program khusus terhadap peserta didik berkebutuhan khusus

3)Hampir semua guru kelas melakukan penguatan materi pelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus dikarenakan peserta didik belum memahami materi pelajaran berdasarkan hasil evaluasi awal, yaitu 4 penilaian meliputi penilaian sikap atau perilaku, penilaian tertulis, penilaian penugasan (produk, proyek, dan portofolio), dan penilaian kinerja atau praktik. Penguatan materi pelajaran ini dilakukan secara individual.

b.Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan tersebut diantaranya yaitu:

1)Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo mengambil sikap untuk belajar manajemen program pendidikan inklusif di sekolah induk, yaitu Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya dengan tujuan supaya Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dapat memanajemeni program pendidikan inklusif secara mandiri. Kemudian sekolah segera mengambil sikap untuk merumuskan kegiatan rekruitmen guru pendamping khusus langsung dari sekolah sehingga peserta didik berkebutuhan khusus secara cepat dalam pengawasan guru pendamping khusus ketika menjalani kegiatan awal yaitu rekruitmen peserta didik, orientasi peserta didik dan pemetaan atau penempatan peserta didik.

2)Memberikan laporan administrasi program pendidikan inklusif ke Dinas setempat secara tertib. Sehingga dengan begitu, sekolah akan mendapatkan dana untuk mendukung berlangsungnya proses program pendidikan inklusif. Baik digunakan dalam memenuhi kebutuhan media atau alat peraga edukatif atau kebutuhan yang lain sebagainya.

3)Dengan adanya guru pendamping khusus dapat meminimalisir hambatan tersebut dan sekolah selalu memiliki program dalam memenuhi pembaruan keilmuan. Yaitu dengan cara mendatangkan tenaga-tenaga ahli ataupun studi banding ke sekolah-sekolah lain yang juga menyelenggarakan program pendidikan inklusif.

Kesimpulan

Maka kesimpulan dari penelitian mengenai “Manajemen Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo” adalah:

Perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo telah dilaksanakan secara matang. Perencanaan yang dilakukan pada seluruh program kegiatan pembelajaran. Adapun jenis perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus yang telah dibuat oleh Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo meliputi renstra satu tahun yang terdiri dari analisis kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus, rekruitmen peserta didik berkebutuhan khusus, orientasi atau FORTASI peserta didik berkebutuhan khusus, pemetaan atau penempatan peserta didik berkebutuhan khusus dan dokumen administrasi kurikulum yaitu administrasi pembelajaran yang terdiri dari prota (program tahunan), prosem (program semester), silabus, RPP (rencana program pebelajaran), PPI (program pembelajaran individual), hingga penentuan media pembelajaran atau alat peraga edukatif.

Pengorganisasian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo telah dilaksanakan secara efektif. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab atas berjalannya progam kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah dengan membagi tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing guru yang ada di sekolah. Tentunya dengan guru kelas yang berkoordinasi secara intensif dengan guru pendamping khusus sebagai peran utama dalam melaksanakan pembelajaran. Jenis pengorganisasian yang dibuat meliputi: dokumen administrasi yang berisikan pembagian tugas mulai dari koordinator kurikulum, penanggungjawab inklusi, guru kelas hingga guru pendamping khusus.

Pelaksanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dapat dikatakan sudah berjalan cukup baik dan efektif. Tentunya dengan arahan atau manajemen seorang kepala sekolah yang dalam lembaga pendidikan sebagai manager. Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo telah menerapkan pembelajaran untuk peserta didik reguler maupun peserta didik berkebutuhan khusus dengan menggunakan kurikulum 13, dengan adanya modifikasi maupun penyesuaian pada proses pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus dan menerapkan PPI (program pembelajaran individual), buku penghubung, buku hijau, terapi, dan program khusus. Tentunya dengan adanya kerjasama mulai dari koordinator kurikulum, penanggungjawab inklusi, guru kelas hingga guru pendamping khusus. Terutama kerjasama oleh guru kelas dan guru pendamping khusus ini yang bertugas penuh dalam pencapaian pembelajaran yang efektif.

Monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo dapat dikatakan sudah berjalan cukup baik dan efektif. Monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan oleh pengawas dinas pendidikan setempat, kepala sekolah, koordinator kurikulum, dan penyampaian hasil perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus kepada wali peserta didik berkebutuhan khusus. Adapun jenis monitoring dan evaluasi terhadap pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus berupa laporan pertanggungjawaban administrasi kurikulum yaitu administrasi pembelajaran dan bermacam-macam penilaian pembelajaran hingga tersusun pelaporan hasil belajar atau rapor peserta didik berkebutuhan khusus.

  1. Perencanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo
  2. Pengorgnisasian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo
  3. Pelaksanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo
  4. Monitoring dan evaluasi pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di Sekolah Kreatif SD Muhammdiyah 2 Tulangan Sidoarjo
  5. Hambatan Dan Upaya Yang Telah Dilakukan Dalam Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) Di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo

Hambatan yang dialami sekolah diantaranya yaitu kurangnya persediaan tenaga kependidikan atau guru pendamping khusus, belum 100% terpenuhinya media atau alat peraga edukatif khusus dalam mendukung kegiatan terapi dan program khusus terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, dan hampir semua guru kelas melakukan penguatan materi pelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus dikarenakan peserta didik belum memahami materi pelajaran berdasarkan hasil evaluasi awal. Penguatan materi pelajaran ini dilakukan secara individual.

Sedangkan upaya sekolah untuk mengatasi hambatan tersebut diantaranya yaitu Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo mengambil sikap untuk memanajemeni program pendidikan inklusif secara mandiri, merumuskan kegiatan rekruitmen guru pendamping khusus langsung dari sekolah, memberikan laporan administrasi program pendidikan inklusif ke Dinas setempat secara tertib guna mendapatkan dana sehingga dapat memenuhi kebutuhan media atau alat peraga edukatif atau kebutuhan yang lain sebagainya, dan sekolah memiliki program dalam memenuhi pembaruan keilmuan yaitu dengan cara mendatangkan tenaga-tenaga ahli ataupun studi banding ke sekolah-sekolah lain yang juga menyelenggarakan program pendidikan inklusif.

References

  1. Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
  2. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
  3. Mudjito, dkk, Pendidikan Inklusif, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012)
  4. Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rinekacipta, 2008)
  5. Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
  6. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013)
  7. Sukan, Darrumuji, Metode Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004)
  8. George R. Terry, Prinsip – Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019)
  9. Muhammad Kristiawan, Dian Safitri & Rena Lestari, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2017)
  10. George R. Terry, Prinsip-prinsip manajemen ( Jakarta: Bumi Aksara, 2019)