Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2151

Softskill Development of Al-Islam Teachers in Ismuba Learning in Creative Schools


Pengembangan Softskill Guru Al-Islam Dalam Pembelajaran Ismuba di Sekolah Kreatif

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

pendidikan pengembangan softskill peran guru

Abstract

In the era of globalization, the industrial era 4.0 is now starting to appear competition in various fields. The field of education in this era demands quality graduates who are ready to compete. Quality student graduates are obtained from a systematic, efficient, effective, and interesting learning process. Good learning is obtained from a teacher who is competent, qualified, and has soft skills who play a role in learning. The magnitude of the teacher's role in learning shows that the teacher is an important aspect of learning. Based on the function and role, the teacher must have soft skills in improving the quality of learning. The development of teacher skills is an obligation in order to produce teachers who are competent, creative, innovative, and able to communicate in overcoming all educational problems. Especially in the face of developments such as today. This research uses descriptive qualitative research. The sources of data used are primary and secondary data. Primary data were obtained from observations and interviews with teachers at SD Muhammadiyah 2 Tulangan. The data will be analyzed by descriptive analysis method. The theoretical basis used is the interpretation of data according to Mules and Hubermen. Based on the data analysis conducted, it is concluded that the development of soft skills for ISMUBA teachers at SD Muhammadiyah 2 Tulangan can be said to be good because it is in accordance with the indicators and 4 teacher competencies. In the development of soft skills for ISMUBA SD Muhammadiyah 2 Tulangan teachers, there are still things that have not been fulfilled, namely in the aspect of assessment. The inhibiting factor in improving soft skills lies within the individual teacher himself, which can be seen from the lack of empathy and discipline.

Pendahuluan

Pada era globalisasi atau yang biasa kita sebut dengan era industri 4.0 seperti sekarang mulai nampak berbagai persaingan di dalam berbagai bidang, salah satu bidang tersebut adalah bidang pendidikan. Bidang pendidikan pada era globalilasi menuntut lulusan siswa yang berkualitas dan siap bersaing. Tidak hanya siap bersaing di dalam negeri saja tapi siap juga bersaing diluar negeri. Dunia pendidikan di era sekarang tidak hanya membekali setiap anak didiknya dengan pembelajaran akademik saja melainkan dengan mengembangkan kemampuan non akademiknya atau pengembangan skill yang dimiliki setiap anak didik. Banyak pengaruh yang bisa menjadikan siswa mampu untuk mengembangkan setiap potensi yang dia miliki. Tidak hanya peran individu siswa tersebut, tetapi juga lingkingan sekolah yang mendukung untuk berkembangnya skill atau potensi tersebut. Lulusan siswa yang berkualitas didapat dari suatu proses pembelajaran yang baik yakni pembelajaran yang sistematik, efisien, efektif, dan menarik. Pembelajaran yang baik hanya mereka dapatkan oleh seorang guru yang kompeten, berkualitas, dan mempunyai soft skill.

Pendidikan yang dibutuhkan generasi mendatang tidak cukup hanya melihat tingginya nilai akademik pada peserta didik, tetapi pendidikan masa depan membutuhkan generasi yang menguasai keterampilan-keterampilan dasar. Budaya positif yang dikembangkan di sekolah ternyata mampu menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat menganalisis, dapat berfikir kritis, peduli, percaya diri, disiplin, menghormati keberagaman, dan dapat menyelesaikan masalah secara objektif. Pendidikan di Indonesia harus memperhatikan soft skill dalam pembelajaran dan tidak hanya memperhatikan hard skill saja. Tetapi pada realitanya pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada aspek akademik seperti pengetahuan dan teknologi (hard skill). Sedangkan pengembangan soft skill seperti keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. (kemampuan interpersonal) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (kemampuan intrapersonal) dalam proses pembelajaran maupun dalam pembinaan kesiswaan masih sangat kurang mendapat perhatian.[1]

Metode Penelitian

Penelitian kualitatif. Penelitian ini cenderung bersifat deskriptif yang di mana penelitian ini menggunakan konsep naturalistik adalah meneliti yang sedang terjadi penelitian ini menjadi ukuran data yang paling bisa diterima. Sedangkan penelitian kualitatif deskriptif yang di gunakan untuk melaksanakan penelitian kualitatif sehubungan dengan kondisi dan keadaan dilapangan pengembangan soft skill guru Al-Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran ISMUBA di SD Muhammadiyah 2 Tulangan. Tujuan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dapat memamparkan secara rinci tentang pengembangan soft skill guru Al-Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran ISMUBA di SD Muhammadiyah 2 Tulangan.

Pembahasan

Hambatan seorang guru dalam meningkatkan softskill adalah terletak pada dalam diri individu guru itu sendiri, yang mana terlihat dari kurangnya rasa empati dan kedisiplinan dari guru SD Muhammadiyah 2 Tulangan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Galuh dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa faktor penghambat pengembangan softskill diantaranya adalah kurangnya kompetensi guru dalam pengembangan pembelajaran serta kurangnya kerjasama antara semua warga sekolah, baik dari guru, siswa, hingga kepala sekolah.[2] Selain itu, pengasahan softskill guru dapat juga dilaksanakan melalui: kegiatan- kegiatan seminar, MGMP/KKG, pelatihan-pelatihan khusus softskill, bisa juga melalui character building yaitu dengan cara pembentukan karakter sebagai langkah awal yang dapat digunakan untuk membentuk insan yang prima sehingga diharapkan dapat memiliki softskill yang prima.[3] guru ISMUBA SD Muhammadiyah 2 Tulangan melakukan upaya untuk mengatasi hambatan diantaranya melalui pengasahan kompetensi yang dimiliki dan bermuhasabah diri. Muhasabah diri ini penting dilakukan sebagai upaya untuk bisa mengetahui kekurangan apa yang dimiliki dan bagaimana langkah perbaikan yang harus dilakukan. Dalam proses pengembangan softskill diperlukan strategi supaya dapat mengajarkan secara efektif. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Daniah dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat sembilan kiat mengajarkan soft skill yang efektif antara lain: (1) guru menjadi pendengar yang baik ketika siswa menyampaikan usul, ide, gagasan, dan pertanyaan, (2) membiasakan siswa mendengarkan saat guru berbicara, atau teman dan orang lain berbicara, (3) menghargai perbedaan pendapat, (4) memaklumi kesalahan siswa dan mendorong untuk meningkatkan serta memperbaikinya, (5) lebih mengedepankan dan menonjolkan keunggulan dan kelebihan masing-masing siswa dari pada kekurangannya untuk menumbuhkan percaya diri, (6) tidak terlalu cepat membantu siswa dalam memecahkan kesulitan, (7) memberikan kesempatan siswa berusaha memecahkan sendiri, (8) tidak kikir dalam memberikan reward kepada siswa yang melakukan hal-hal yang baik, (9) tidak mentertawakan, memperolok, merendahkan, dan mengejek siswa yang melakukan kesalahan. Selain faktor penghambat, terdapat juga faktor pendukung dalam pengembangan softskill. Galuh dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa faktor pendukung pengembangan softskill yaitu (1) jumlah siswa per-kelas relatif sedikit sehingga lebih efektif dalam internalisasi nilai soft skill; dan (2) banyaknya dukungan yang diberikan kepada siswa oleh kepala sekolah, wali kelas, para guru mata pelajaran maupun karyawan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang tela dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

Pengembangan softskill guru ISMUBA di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan sudah dapat dikatakan bagus karena sudah sesuai dengan indikator dan 4 kompetensi guru, namun pada softskilllebih mengutamakan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Guru ISMUBA SD Muhammadiyah 2 Tulangan melakukan pengembangan kompetensi melalui etos kerja, kedisiplinan dan komunikasi. Kendati demikian pada aspek Pengembangan softskill guru ISMUBA SD Muhammadiyah 2 Tulangan masih ada yang belum terpenuhi, yakni pada aspek penilaian. Hal ini dikarenakan masih terdapat yang enggan memberikan penilaian kepada rekannya.Faktor penghambat dalam meningkatkan softskill adalah terletak pada dalam diri individu guru itu sendiri, yang mana terlihat dari kurangnya rasa empati dan kedisiplinan dari guru SD Muhammadiyah 2 Tulangan. Upaya yang dilakukan guru ISMUBA SD Muhammadiyah 2 Tulangan dalam mengatasi hambatan diantaranya melalui pengasahan kompetensi yang dimiliki dan bermuhasabah diri. Sedangkan faktor pendukung dalam pengembangan softskill guru tidak hanya dari faktor internal namun juga dari faktor external yakni dukungan dari lingkungan sekitar. Untuk itu, pembinaan softskill pada guru sangat penting karena akan memberikan dampak positif pada kualitas kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.

References

  1. Galuh Bella Fitriani Pertiwi, Internalisasi Nilai Soft Skill Dalam Pembelajaran Akuntansi Di Smk Muhammadiyah Delanggu Tahun 2016/2017, Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017
  2. Jaenuri, Pengembangan Soft Skill Guru, Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam Volume 05, Nomor 01, Juni 2017, Halaman 123-140 p-ISSN: 2303-1891; e-ISSN: 2549-2926
  3. M.djunaidi ghony dan fauzan almanshur,Metodelogi Penelitian Kualitatif,(malang :Ar-ruz Media 2012)
  4. Musfiqon , Panduan Lengkap Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : pt prestasi pustakaraya 2012)
  5. Daniah, Optimalisasi Pengembangan Soft Skill Guru Pada Pembelajaran Sains Sd/Mi Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik, Jurnal UIN Ar-Raniry Banda Aceh
  6. Hakim, T Belajar Secara Efektif ( Jakarta:puspa Suara 2005)
  7. Suharto, Toto Filsafat Pendidikan Islam,( Yogyakarta : Ar- Ruz Media 2011)
  8. Mudyaharjo Pengantar Pendidikan( Jakarta : Raja Grafindo Persada)
  9. Ali, Muhammad Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam, (Jurnal Tarbawiyah vol. 11 Nomor 1 Edisi Januari – Juli 2004 )
  10. Abdurrahman Mas’ud Menggagas Format Pendidikan Non Dikotomik ( Yogyakarta: Gama Media 2002)