Abstract
The outdoor camping effectiveness through the Hizbul Wathan scouting movement in ormawa Umisda to know the outdoor application of camping through the Hizbul Wathan scouting movement in creating leadership character; and outdoor camping effectiveness through Hizbul Wathan's leadership leadership movements. The method used is a descriptive qualitative method using observation, interview, and doctoring methods. Outdoor camping operations in Hizbul Wathan divide into 7 stages, among others: (a) preparation, (b) organizers, (c) events, (d) implementation, (e) completion, (f) evaluation, and (g) records. Research shows the formation of a student leadership character integrated into islamic values and application of a code of honor/promises and hizbul wathan guidelines that includes attitudes: (a) honest, (b) responsible, (c) self-contained, (d) discipline, (f) tolerance, (h) religious, (h) caring.
Keyword: outdoor camping, leadership character, Hizbul Wathan
Sepuluh tahun memasuki abad ke-20 bangsa dan Negara Indonesia mengalami krisis kepemimpinan. Hilangnya kepercayaan rakyat Indonesia kepada sebagian besar pemimpin baik pemimpin dalam bidang politik, ekonomi, sosial bahkan pemimpin agama [1]. Idealnya pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya serta bisa menjadi figur/ teladan baik bagi orang yang dipimpinya. Tapi realianya masih banyak pemimpin yang berperilaku tidak baik seperti pemimpin yang terjerat kasus korupsi, suap, ketidak adilan, dan masih banyak lagi. Tentunya hal-hal yang semacam itu tidak patut untuk di jadikan seorang publik figur/ teladan. Penyebab kegagalan dalam kepemimpinan bukan hanya terletak pada orang jahat yang menjadi pemipin, tetapi juga karena orang baik yang gagal menjadi pemimpin. Orang-orang yang baik mempunyai gagasan tapi terpendam, kering bagi sesama, dan tidak berani tampil sebagai seorang pemimpin [2].
Sangat penting bagi setiap manusia untuk dibentuk karakternya sejak dini dan diajarkan kepemimpinan serta dipupuk guna melatih sikap tanggung jawab, dan mampu menjunjung nilai-nilai sosial serta mampu berfikir secara kritis, hal ini dapat dibentuk melalui Pendidikan, dengan Pendidikan sumber daya manusia menjadi berkualitas [3]. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) merupakan Perguruan Tinggi yang namanya semakin melesat seiring dengan perkembangan dan peningkatan mutu Pendidikannya baik akademik maupun non akademik yang diwadahi dalam Organisasi Mahasiswa. Umsida memiliki 14 ormawa, salah satunya yakni Hizbul Wathan. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) adalah salah satu kepanduan Islami, dalam artian proses Pendidikan dan pelatihannya dilakukan dengan menanamkan aqidah Islam dan pembentukan manusia yang ber-akhlak mulia dalam setiap aspek kegiatnnya dengan menggunakan metode kepanduan yakni menarik, menyenangkan, dan menantang yang dilakukan di alam terbuka (Outdoor).[4].
Outdoor merupakan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka atau di luar ruangan dengan cara mengarahkan, menggerakkan, dan memperkuat tingkah laku seseorang di luar ruangan. Camping atau yang biasa disebut berkemah merupakan kebebasan terpimpin yang positif dalam artian anak bisa merasakan lepas dari pengawasan orang tua, guna melatih sifat keberanian, kemadirian, jasmani dan Rohani, kerja sama, saling menghargai, tolong menolong, ketabahan hati, disiplin, tanggung jawab, mencintai alam, tanah air, dan yang paling penting adalah menambah keTaqwaan kepada Allah SWT. [5].
Anggota gerakan kepanduan HW Umsida merupakan mahasiswa aktif Umsida sebagai salah satu calon-calon penerus bangsa dan generasi pembangunan dalam dunia Pendidikan memerlukan karakter kepemimpinan yang tangguh dalam menghadapi segala persoalan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal. Sehingga nantinya akan melahirkan kembali jiwa-jiwa muda yang tangguh dan mempunyai daya juang yang tinggi.
Jenis penellitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat kejadian yang terjadi secara berati-hati, melakukan analisis, dan membuat laporan secara detail [6]. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengunakan pendekatan sistem dan pendekatan tujuan.
- PENDAHULUAN
- METODE
- HASIL DAN PEMBAHASAN
Hizbul Wathan merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak pada bidang kepanduan, bernafaskan Islami, dalam artian dalam kegiatannya bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam serta mendidik anak, remaja, dan pemuda agar memiliki aqidah, mental, dan fisik serta memiliki akhlak yang baik oleh setiap anggota Hizbul Wathan [8]. Dalam lingkup Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), pandu Hizbul Wathan PTM disebut penuntun. Kurikulum pandu penuntun melalui proses melakukan, mengamalkan, mempertahankan, melestarikan, serta membudayakan yang bersumber pada Al-qur’an dan As-Sunnah dengan harapan akan tertanam jiwa pribadi muslim yang bersih, bertanggung jawab, dan mampu menjawab tantangan di masa depan. Dengan kurikulum ini melalui bimbingan para pembina akan terbentuk pemimpin-pemimpin bangsa dan pribadi yang baik, serta memiliki mental yang tangguh dan kecerdasan yang memadahi.
Penerapan metode kepanduan yang menarik, menantang dan menyenangkan dan dilakukan di alam terbuka / outdoor salah satunya yakni berkmah, berkemah akan memberikan dampak yang luar biasa, seseorang cendrung merasa lebih mudah menerima sesuatu yang baru karena suasana pembelajaran langsung kepada alam dan tidak membosankan sesuai dengan maksud dan tujuan perkemahan dilakukan. karakter kepemimpinan menjadi sangat penting dimiliki setiap individu karena dengan karakter kepemimpinan tersebut dapat menjadi bekal dan modal bagi mahasiswa kelak akan terjun menjadi pemimpin baik memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan, bahkan bisajadi menjadi pemimpin negara ini
Penerapan outdoor camping dalam membentuk karakter kepemimpinan mahasiswa, dapat dilihat melalui pendekatan sistem yakni dengan diukur melalui kesesuaian kegiatan outdoor camping dengan kurikulum pelaksanaan perkemahan yang dirancang Hizbul Wathan [7] yakni meliputi :
Sistem yang diterapkan mulai dari penentuan waktu, tenpat, tujuan, dan biaya; Peninjauan ke tempat perkemahan; Penyediaan peralatan dan perbekalan; Perizinan; Pembentukan panitia; Kesiapan mental, fisik, dan keterampilan hal ini sudah sesuai dengan kurikulum persipan perkemahan Hizbul Wathan
kegiatan diklat 1 dan diklat 2 dilakukan di 2 tempat di luar ruangan dan di dalam ruangan, menurut sudut pandang peneliti kegiatan tersebut membuat peserta meremehkan keadaan karena semua fasilitas sudah terpenuhi, sedangkan tenda didirikan hanya sebagai tempat tidur di malam hari. Langkah tersebut sebagai bentuk usaha atau proses yang dilakukan dalam bentuk latihan di alam bebas sebelum nantinya akan dilakukannya diklat 3 yang nantinya benar-benar dilakukan di alam bebas. Mengingat tidak semua peserta berlatar belakang sebagai Pandu Hizbul wathan di sekolahnya dahulu.
penyelenggaraan/ pelaksanaan kegiatan perkemahan Hizbul Wathan Umsida sudah memenuhi kriteria kurikulum Hizbul Wathan, yakni terdapat rektor dan pembina sebagai penanggung jawab, ketua umum sebagai pemimpin perkemahan, serta pembagian tugas pada masing-masing panitia.
HW Umsida melakukan perkemahan dalam kurun waktu 2 hari 1 malam, kegiatan tersebut dilakukan sebagai proses pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya, kegiatan perkemahan dilakukan dengan pembagian kelompok atau regu, akan tetapi berdasarkan metode pendidikan dalam kepanduan, perkemahan dilakukan dengan satuan terpisah antara pandu putri dengan pandu putra tetapi pada HW Umsida belum menerapkan hal tersebut.
Peneliti melihat dalam pelaksanaan kegiatan upacara pemberangkatan di kampus 1 Umsida, upacara dilaukan dengan barisan yang sangat rapi, semua peserta berbaris dan panitia memimpin barisan tersebut. disela-sela upacara berlangsung ada beberapa peserta bahkan panitia yang datang terlambat, baik peserta maupun panitia yang datang terlambat dikenakan hukuman ringan berupa push up sebanyak 5 kali.
Pelaksanaan kegiatan berkemah, dalam giatnya kurikulum penyelenggaraan tersebut tidak bersifat kaku dalam artian dijalankan secara fleksibel dengan tetap mengacu pada kurikulum sebagai dasar dalam pelaksanaanya.
muatan materi yang diterapkan dalam kegiatan perkemahan HW Umsida sudah memenuhi standart kriteria dalam buku pedoman SKT (syarat kenaikan tingkat) hanya saja HW Umsida masih belum siap menerapkan sistem SKT tersebut. dalam memperkuat ketajaman materi yang sudah diberikan, HW Umsida menerapkan sistem FGD (forum grub discussion) dimana sistem ini dilakukan dengan cara membuat peta konsep per bab yang nantinya akan dipresentasikan dan dijelaskan ulang masing-masing kelompok, setiap orang dalam kelompok harus menjelaskan dan setiap kelompok wajib memberikan 1 pertanyaan, dalam hal ini secara tidak langsung dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan sikap tanggung jawab. Hanya saja pada pelaksanaannya tidak terdapat pengawas dari orang yang lebih ahli akibatnya apa yang dijelaskan oleh peserta baik itu pernyataan yang benar ataupun yang salah tidak ada yang meluruskan.
Pada diklat 1, muatan materi meliputi : sejarah kepanduan HW, Al-islam dan kemuhammadiyahan, teknik kepanduan, dan kepemimpinan, adapula kegiatan yang menaik yakni outbound dan post to post. Menurut hasil pengamatan peneliti pada kegiatan outbound dan post to post dilakukan per-regu/ kelompok dalam hal ini HW Umsida telah menerapkan sistem permberdayaan peserta didik lewat sistem beregu, adapun gambaran kegiatan post to post yakni kegiatan pengujian materi teknik kepanduan yang sudah diajarkan ketika latihan rutin dalam kegiatan ini dilakukan sebanyak 7 post dimana setiap post akan diberikan tantangan, pada post dasar diberikan tantangan berupa pertanyaan mengenai wawasan kepanduan dari sini regu yang dapat menjawab akan dapat melanjutkan ke post selanjutnya; pada post 1 pengujian tentang sandi morse, setelah menyeesaikan tugas setiap kelompok berjalan pada pos selanjutnya dengan menyanyikan lagu-lagu dan yel-yel untuk menumbuhkan semangat; pada post 2 pengujian tentang PBB dimana pengujian ini dilakukan dengan menutup mata menggunakan hasduk guna melatih konsentrasi dan kejujuran peserta; pada post 3 dilakukan pengujian semaphore, dalam perjalanan ketika menemukan sampah maka harus diambil dan disimpan, hal ini dapat menumbuhkan rasa cinta Tanah Air; pada post 4 dilakukan pengujian phionering untuk selnjutnya digunakan untuk tandu; dan pada post 5 dilakukan P2HW (Pertolongan Pertama Hizbul wathan) dengan menggabungkan antara bagaimana cara menangani korban hingga evakuasi menggunakan tandu yang sudah dibuat di post sebelumnya, pada hal ini terdapat pelajaran yang dapat diambil yakni menumbuhkan sikap kepekaan dan kepedulian kepada sesama; dalam perjalan setiap post akan diberikan pesan yang harus dihafal, isi pesan tersebut yakni persiapan untuk pengujian pada post 6, sebelum memasuki post 6 semua anggota sudah wajib menghafalkan Janji dan UU Pandu Hizbul Wathan satu-persatu; setelah lolos dadi post 6 pandu Hizbul Wathan di perbolehkan untuk memasuki post 7 untuk dilakukannya penghasdukan sebagai simbol diterimanya sebagai anggota baru HW Umsida.
Pada diklat 2 merupakan diklat lanjutan oleh karena itu muatan materi yang diberikan yakni tentang bagaimana cara merawat organisasi itu sendiri, meteri tersebut meliputi administrasi organisasi, manajemen kegiatan, teknik sidang, bina karya mandiri, teknik sidang, dan micro teaching. Menurut teori yang terkumpul dalam dalam hal ini pandu penuntun HW Umsida sudah melakukan proses pendidikannya yang diterapkan melalui prosesmelakukan, mengamalkan, mempertahankan, melestarikan, serta membudayakan hal ini sesuai dengan rumusan yang di rancang oleh Hizbul Wathan untuk tingkatan penuntun. seperti ketika micro teaching, micro teaching digunakan agar dapat menggali potensi peserta dengan mengamalkan ilmu yang telah dia dapat, hal tersebut dimaksudkan agar dapat mencetak pelatih Hizbul wathan di Sidoarjo dan di daerahnya masing-masing sesuai dengan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di Umsida. Peneliti mengamati kegiatan tersebut pada mulanya kegiatan dilakukan dengan dengan menyusunt RPK (Rencana Pelatihan Kegiatan) pada malam hari, pada pagi hari setelah sarapan peserta menuju lapangan untuk melakukan micro teaching, kegiatan ini dilakukan oleh 2 orang, masing-masing diminta untuk praktek mengajarkan HW seseuai dengan RPK yang dibuat. Pada mulanya peserta begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut akan tetapi lama-kelamaan peserta mulai jenuh dan merasa bosan karena materi yang disampaikan terkesan monoton dan kurang menarik.
Pada diklat 3 materi yang disampaikan meliputi teknik survival, P2HW dan praktek terjun di alam bebas. Diklat 3 ini juga disebut sebagai diklat SAR (Search and Rescue) dimana muatan materi berasal dari 3 komponen SAR yakni Water rescue, vertical rescue, dan junggle rescue. Berdasarkan wawancara dan dokumentasi yang terkumpul, pada periode sebelumnya diklat 3 dilakukan di gunung pundak atau bisa disebut junggle rescue, untuk diklat 3 disesuaikan dengan minat peserta, diperiode ini in shaa Allah akan dilakukan dengan water rescue pada pertengahan bulan juli mendatang, dalam hal ini sesuai teori yang terkumpul, HW Umsida sudah sesuai dengan panduan dalam membina pandu berdasarkan MINATnya agar mampu berkarya melalui proses : 1. Learning by doing (belajar sambil bekerja); 2. Learning to earn (bekerja sambil mengajar); 3. Earning to live (belajar mencari penghasilan); 4. Learning to serve (penghasilan untuk hidup); dan 5. Learning by teaching (kehidupan untuk bekal). Materi yang diberikan sudah sesuai dengan pedoman kurikulum dari Kwartir Pusat Hizbul Wathan, hanya saja penguasaan materi panitia masih belum rata, disela-sela pengujian panitia masih merasa kebingungan dengan materi yang akan disampaiakan.
Pada saat upacara pembukaan, panitia menerepakan salah satu metode pendidikan yakni metode keteladanan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan, Metode keteladanan atau pemberian contoh yang benar, dimana panitia mencohkan terlebih dahulu bagaiman bentuk upacara yang benar, untuk selanjutnya ketika ada upacara pergantian materi maupun upacara penutup yang menjadi petugas bukan lagi dari panitia melainkan dari peserta begitu pula dengan imam sholat dan kultum untuk sholat dhuhur yang hari pertama yang menjadi imam dan kultum adalah panitia untuk sholat-sholat dan kultum selanjutnya dilakukan oleh peserta begitu juga dengan diklat lanjutan full dilakukan oleh peserta.
Panitia sudah melakukan pengawasan tetapi dalam pengawasannya saat kegiatan atau saat materi berlangsung ada beberapa paitia yang bermain Hanphone dan tidak memperhatikan peserta, begitu juga dengan peserta ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan materi, mengantuk, bahkan berbicara sendiri saat materi sedang berlangsung.
Secara tidak langsung berkemah akan dapat membentuk karakter kepemimpinan. karakter kepemiminan dapat dibentuk melalui muatan materi-materi yang disampaikan, maupun dari permainan-permainan yang telah diberikan. Seperti halnya ketika melakukan permaian/ outbound para peserta mendengarkan instruksi dengan seksama, permainan dimulai semua peserta melakukan pemainan dengan suka cita dan diakhir permainan terdapat pesan yang disampaikan, setelah panitia mencontohkan permainan setiap regu wajib memberikan 1 permainan. Dalam ini HW Umsida telah memberikan proses pendidikan melalui permainan.
Begitupula ketika jurit malam atau bimbingan mental, peneliti melihat disana peserta digempleng ditanyanyai tentang berbagai hal mengenai aqidah, pengetahuan kepanduan, dan diberikan pertanyaan berupa maslah-masalah untuk dicari solusinya hal ini sesuai dengan HW Umsida yakni mencetak kader yang religius, intelektual, dan humanis.
Ketika pendirian tenda, sebelum perkemahan dilakukan para peserta dibelaki teknik kepaduan pada saat latihan rutin per-pekan, pada saat perkemahan berlangsung peserta diharapkan mampu mendirikan tenda tanpa bantuan dari panitia. Saat di lapangan peneliti melihat para peserta mendirikan tenda bersama-sama, mereka bekerja sama dalam mendirikan tenda tersebut, para peserta melakukannya dengan riang gembira, disisi lain adapula peserta yang cuek yang sibuk dengan dirinya sendiri seperti berfoto dan sibuk dengan barang bawaanya. Dalam hal ini HW Umsida menerapkan telah metode kepanduan yakni menarik, menantang, dan menyenangkan dan dilakukan di alam terbuka. Seperti halnya ketika materi, saat materi dilakukan di alam terbuka hal ini mendukung proses penyerapan materi yang disampaikan, anak akan lebih mudah menyerap materi karena otak dalam keadaan fres, hal ini merupakan proses pendidikan yang dilakukan HW Umsida melalui sistem perkemahan.
Perkemahan dapat membentuk karakter kepemimpinan melalui proses bertadabur dengan alam dengan menerapkan prinsip hidup bermasyarakat karena hidup bermasyarakat termasuk Sunnah atas kehidupan manusia di dunia. Perkemahan juga dimaksudkan agar dapat tafakkur/ mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan mensyukuri nikmat yang telah Allah SWT. berikan.
Pada saat acara telah selesai dilakukan, para peserta membongkar tendanya bersama-sama, dan sebagian anak membersihkan tempat perkemahan hal ini merupakan bentuk tanggung jawab yang dilakukan anggota HW Umsida. Tetapi pada saat pulang, ada benda yang tertinggal seperti panci, tenda, karpet hal yang semacam ini harusnya tidak terjadi, setiap peserta maupun panitia harus melakukan pengecekan peralatan baik peralatan pribadi, regu, pasukan, dsb.
Pada saat pulang, perwakilan panitia HW Umsida meminta izin kepada juru kunci dengan mengucapkan terimakasih, hal ini merupakan akhlak yang harus ditanamkan dan dipertahankan oleh anggota Hizbul Wathan khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya.
Pada akhir kegiatan saat upacara penutupan panitia mengumumkan peserta terbaik putra dan peserta terbaik putri, peserta tersebut merupakan peserta teladan. Hal ini dilakukan agar dapat memotivasi seluruh angota agar terus semangat dalam ber-fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan). Selama kegiatan berlangssung terdapat 2 peserta putri yang sakit hal ini langsung ditangani oleh panitia, dalam hal ini panitia menerapkan ilmunya yakni pertolongan pertama
- Persiapan
- Penyelenggara
- Acara
- Pelaksanaan
- Penyelesaian
- Evaluasi
- Catatan
Perkemahan pada diklat 1 dilakukan dekat dengan perumahan warga dan jalan raya, hal tersebut membuat perkemahan terkesan biasa-biasa saja meskipun tetap menggunakan tenda sebagai tempat bernaung. pada diklat 2 perkemahan dilakukan di Pondok HW Pasuruan dimana tempat tersebut sama-sama menggabungkan antara indoor dengan outdoor tetapi disini perkemahan dilakukan lebih banyak diluar ruangan dan pemandangan yang diberikan menarik, dan tidak terlalu dekat dengan jalan raya.
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara pada kegiatan outdoor camping/ perkemahan HW Umsida, dengan pemaparan diatas, maka peneliti memberikan analisis terkait penerapan kegiatan outdoor camping/ berkemah yang diselenggarakan HW Umsida sudah mampu terlaksana dengan baik, dengan didasari pada pendekatan sisitem yakni Kurikulum pelaksanaan perkemahan Hizbul Wathan. Berdasarkan teori yang terkumpul mulai dari persiapan, penyelenggara, acara, pelaksanaan, penyelesaian, evaluasi, dan catatan. Pedoman pelaksanaan tersebut sudah mampu diterapkan dalam pelaksanaannya. Akan tetapi dalam pelaksanaan dilakukan secara fleksibel dalam artian tidak kaku dengan tanpa mengurangi aspek dasar kurikulum pelaksanaannya. Adapun pembentukan karakter kepemimpinan yang dilakukan HW Umsida melalui kegiatan perkemahan yakni dengan cara perkemahan itu sendiri dengan sendirinya (otomatis) akan dapat membentuk jiwa kepemimpinan pandu.
Adapun efektivitas kegiatan outdoor camping dalam membentuk karakter kepemimpinan dapat diketahui dan diukur melalui Pendekatan tujuan yakni dengan mengukur dari ketetapan program sesuai dengan capaian indikator karakter kepemimpinan dengan mengacu pada 10 UU pandu Hizbul Wathan [8], yakni pandu Hizbul Wathan itu : (a) Dapat dipercaya, (b) Setia dan teguh hati, (c) Siap menolong dan wajib berjasa, (d) Suka perdamaian dan persaudaraan, (e) Mengerti adat, sopan santun dan perwira, (f) Menyayangi semua makhluk, (g) Melaksanakan perintah tanpa membantah, (h) Sabar dan pemaaf, (i) Teliti dan hemat, (j) Suci dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Yang kemudian dihitung dan dicari rata-rata nilai. Adapunn indikator kepemimpinan yang telah dirumuskan yakni meliputi sikap :
- Jujur (Mampu menyamiakan pesan/ ide/ gagasan dengan baik)
- Bertanggung jawab (Bertanggung jawab pada tugas yang diberikan)
- Mandiri (Memiliki kepercayaan diri pada kemampuan yang dimilikinya)
- Disiplin (Tepat waktu, cepat dan tanggap dalam mengambil keputusan)
- Toleransi (Mampu menghormati tim dalam kelompok)
- Religius (Mampu mengontrol perkataan, perbuatan dan perilaku)
- Cinta Tanah Air (Memiliki empati pada orang/ mahluk hidup lain)
- Peduli (Mampu beradaptasi dengan teman/ orang baru disekitarnya, serta memiliki sikap empati).
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata dari aspek karakter kepemimpinan yang menunjukkan hasil nilai 2,75 dengan keterangan nilai (a) 2,6 - 3,0 (Sangat baik/ tinggi), (b) 1,6 - 2,5 (Sedang/ biasa), (c) 0,5 - 1,5 (Sangat rendah). Hasil diperoleh dengan rincian:1) Jujur = 2,9; 2) Tanggung jawab = 2,7; 3) mandiri = 2,8; 4) Disiplin = 2,8; 5) Toleransi = 2,7; 6) Religius = 2,7; 7) Cinta Tanah Air = 2,8; dan 8) Peduli =2,7. Maka dari itu berdasarkan teori James L Gibson melalui pendekatan tujuan, proses pelaksanaan kegiatan outdoor camping Hizbul Wathan menunjukkan nilai berada pada kisaran angka 2,6 - 3,0 dengan keterangan sangat baik/ tinggi maka dari itu dinyatakan efektif dalam membentuk karakter kepemimpinan mahasiswa dengan melihat ketetapan program sesuai dengan capaian indikator yang telah dirumuskan.
Meskipun kegiatan outdoor camping Hizbul Wathan dinyatakan efektif dalam membentuk karakter kepemimpinan mahasiswa, tentu tidak semua dapat berjalan dengan lancar adapun faktor yang melatar belakanginya yakni adanya faktor pendukung meliputi : dukungan orang tua, pihak kampus yang sangat mendukung kegiatan HW Umsida, kualitas dan kuantitas SDM dan saran prasarana yang memadahi. Adapun faktor penghambatnya yakni : manajemen waktu anggota, jarak, dan cuaca, dan kurangnya anusias peserta diklat.
Berdasarkan hasil penelitian penulis terkait Efektifitas Outdoor camping melalui Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dalam Pembentukan Karakter Kepemimpinan Mahasiswa di Ormawa Umsida. Penerapan kegiatan outdoor camping/ berkemah yang diselenggarakan HW Umsida sudah mampu terlaksana dengan baik, melalui pendekatan sistem yakni dengan didasari pada Kurikulum pelaksanaan perkemahan Hizbul Wathan mulai dari persiapan, penyelenggaraan, acara, pelaksanaan, penyelesaian, evaluasi, dan catatan. Pedoman pelaksanaan tersebut sudah mampu diterapkan dalam pelaksanaannya. Akan tetapi dalam pelaksanaan dilakukan secara fleksibel dalam artian tidak kaku dengan tanpa mengurangi aspek dasar kurikulum pelaksanaannya. Adapun pembentukan karakter kepemimpinan yang dilakukan HW Umsida melalui kegiatan perkemahan yakni dengan cara perkemahan itu sendiri dengan sendirinya (otomatis) akan dapat membentuk jiwa kepemimpinan pandu.
Hasil perhitun diperoleh nilai rata-rata karakter kepemimpinan mahasiswa dengan rincian:1) Jujur = 2,9; 2) Tanggung jawab = 2,7; 3) mandiri = 2,8; 4) Disiplin = 2,8; 5) Toleransi = 2,7; 6) Religius = 2,7; 7) Cinta Tanah Air = 2,8; dan 8) Peduli =2,7. Maka dari itu berdasarkan teori James L Gibson melalui pendekatan tujuan, proses pelaksanaan kegiatan outdoor camping Hizbul Wathan menunjukkan nilai berada pada kisaran angka 2,6 - 3,0 dengan keterangan sangat baik/ tinggi maka dari itu dinyatakan efektif dalam membentuk karakter kepemimpinan mahasiswa dengan melihat ketetapan program sesuai dengan capaian indikator yang telah dirumuskan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam artikel ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT. Yang telah memberikan penulis kesehatan dan kemmapuan sehingga penulis dapat menyelesaikan artikelini dengan sebaik mungkin. Yang kedua yakni Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Ketiga penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Istikomah, M.Ag. selaku pembimbing dalam pengerjaan artikel ini. Serta kedua orang tua dan kawan-kawan yang telah memberikan do’a serta dukungannya.
References
- Wirawan, Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014.
- Djohan, Agustinus Johanes. “5 Pilar Kepemimpinan di Abad 21”, Media Nusa Ceative, 2016: 1-120.
- Kusumandari, Puji dan Nur Rohmah. “Manajemen Ektrakulikuler hizbul Hizbul Wathan untuk Menmbentuk Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Madrasah 3. 2018: 267-278.
- Ponorogo, Bidang Pemberdayaan SDM Hizbul Wathan Univesitas Muhammadiyah. Buku Panduan Pelatihan Dewan Sugli Se-Jawa Timur Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, Ponorogo: tp, 2014.
- Hadjid, R. Haiban H.A.G. Dwidjosuparo, dkk. Tuntunan Hizbul Wathan Kenang-Kenangan, Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Majlis Hizbul Wathan, 1961.
- Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2017.
- Wathan, Bidang Diklat Kwartir pusat Hizbul. Bahan Pelatihan Jaya Melati 1, Yogyakarta : Pusat Pengadaan Perlengkapan HW Kwartir Pusat Hizbul Wathan, 2015.
- Wathan, Kwartir Pusat Hizbul. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, Yogyakarta: tp, 2016.