Abstract
This problem is motivated by the phenomenon of social loafing among students of the Muhammadiyah University of Sidoarjo. Social loafing is a lack of individual effort when working simultaneosly compared to when perfoming individual tasks. The purpose of this study was to determine the description of social loafing and the factors that cause students of the University of Muhammadiyah Sidoarjo to do descriptive quantitative social loafing. The population in this study were 9469 students of the University of Muhammadiyah Sidoarjo who were involved in the social loafing response at the University of Muhammadiyah Sidoarjo. The sample used was 355 students based on an error rate of 5% in the table developed by Isacc and Michael. The data collection technique in this study uses a psychological scale, which is a social loafing scale in the form of a used scale. Based on the results of the validity test 15 valid items from the 44 compiled items. The reliability test showed a value of (r = 0.919). Based on the results of the analysis showed that the high category of social loafing (15.5%), medium (68.4%) and low (16.1). Most of the factors that influence social learning are no evaluation or assessment of group performance. The social loafing factor is obtained when there is no individual contribution between groups and the unclear division of responsibilities.
I. Pendahuluan
Social loafing merupakan suatu kondisi ketika kontribusi individu pada aktivitas kolektif tidak dapat dievaluasi, individu sering berkerja kurang giat dalam kelompok dibandingkan saat berkerja sendirian [1]. Social loafing menurut Karau & Williams [2] yaitu kecenderungan untuk mengurangi upaya yang dikeluarkan individu ketika berkerja dalam kelompok dibandingkan ketika berkerja secara individual. Menurut Carron,lBurkel&lPrapavessis [3] ketika seorang anggota kelompok menjadi pelaku social loafing, pelaku tersebut tidak akan mengembangkan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki terkait tugas kelompok sehingga akan berpengaruh pada kurangnya parsitipasi dalam kelompok, pelaku social loafing juga dapat mengalami penurunan kemampuan seiring pengurangan usaha yang dilakukannya.
Hal ini juga terjadi pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang, terdapat beberapa mahasiswa sedang mengalami penurunan motivasi dan kinerja didalam kelompok. Dalam konteks kelompok seharusnya mahasiswa tidak hanya mengerjakan bagian yang menjadi tugasnya namun juga harus membantu dalam penyelesaian tugas anggota lain. Adapun masalah social loafing lain yang terdapat pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang yaitu mahasiswa tidak aktif dalam kelompok, tidak datang mengikuti diskusi dan keterlambatan penyelesaian tugas. Hal tersebut akan berpengaruh dan menimbulkan dampak negative bagi individu ataupun kelompok [4].
Fenomena terjadinya social loafing, pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hal ini terlihat dari kurang pedulinya mahasiswa terhadap kelompok sehingga mengantungkan mahasiswa lain untuk mengerjakan tanggung jawab tugas kelompok. kurang peduli terhadap kelompok sehingga mengantungkan mahasiswa lain untuk mengerjakan tanggung jawab tugas kelompok, sikap mahasiswa tersebut termasuk dalam aspek apatis. Faktor yang mempengaruhi terjadinya social loafing antara lain yaitu tidak adanya evaluasi kinerja dalam kelompok, free riding atau menumpang hasil kerja orang lain, kohesivitas kelompok, ketidakjelasan tugas, ukuran kelompok, motivasi [5].
Penelitian dengan tema yang sama juga pernah dilakukan oleh Atikah & Hariyadi [6] ditemukan 300 mahasiswa Universitas Negeri Semarang menunjukkan adanya sosial loafing dari aspek perilaku menghambat dan merusak dalam kelompok. Pada penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan, Akmal & Mirza [2] sebanyak 95 mahasiswa fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia di Medan Sumatera Utara menyatakan adanya hubungan antara social loafing dengan kohesivitas, bahwa faktor yang mempengaruhi social loafing salah satunya adalah kohesivitas. Hasil Penelitian mengatakan bahwa social loafing mempunyai efek negatif terhadap pengerjaan tugas berkelompok pada mahasiswa. Sedangkan, penelitian Zainuddin & Fakhri [7] menemukan sebanyak 54 mahasiswa fakultas psikologi Universitas Negeri Malang, bahwa terdapat perbedaan peran gender androgini dan tidak terbedakan terhadap social loafing, dimana individu yang mengembangkan karakteristik peran gender tidak terbedakan, hal ini cenderung mengalami masalah social loafing dibandingkan dengan individu yang mengembangkan karakteristik peran gender androgini.
Social loafing juga terjadi pada kelompok asisten mata kuliah praktikum Universitas Muhammadiyah Surakarta [8]. Terdapat kurangnya kontribusi ketika bekerja dalam kelompok berupa tidak menyampaikan ide atau pendapat saat sedang rapat atau diskusi, adapun individu apabila saat ada kegiatan asistensi jika tidak diminta untuk menjelaskan materi maka individu tersebut hanya diam sehingga individu tersebut kurang memiliki inisiatif. Selain itu asisten mata kuliah praktikum yang kurang bisa mengatur waktunya sehingga sering mengalami keterlambatan saat sedang ada kegiatan. Sikap asisten tersebut timbul karena adanya rasa malas, sehingga akan membebani rekan anggota yang lain. Hal tersebut akan berdampak pada tidak efektifnya performa kelompok, social loafing juga dapat berdampak buruk bagi pelaku social loafing sendiri ataupun social loafer.
Adanya masalah social loafing dalam organisasi memberikan dampak yang merugikan antara lain muncul iri hati, hilangnya motivasi, tidak mendapatkan pengetahuan, kehilangan kesempatan, mengambat produktivitas, berkurangnya kemampuan. Saat ini masih sering terjadi social loafing di Indonesia yaitu tidak meratanya kinerja antar anggota membuat kemunduran dalam organisasi karena perbedaan proses dari tiap anggota yang menyebabkan ketimpangan potensial, karena anggota satu dengan yang lain memiliki beban kerja yang berbeda. Padahal jika kinerja setiap anggota dapat dimaksimalkan maka hasilnya bisa optimal dari setiap bidang yang merata, namun tetap saja pada masalah ini tidak bisa dihindari dan terjadi setiap organisasi. Oleh karena itu menjadi salah satu penyebab terhambatnya kinerja untuk mencapai tujuan [9].
Harkins dan Szyamanski [10] mengungkapkan bahwa semakin banyaknya anggota dalam sebuah kelompok, maka social loafing seorang individu akan semakin meningkat. Seorang akan cenderung melakukan social loafing apabila kinerjanya di dalam kelompok tidak dievaluasi, baik itu dari pemberian tugas atau dari rekan kinerjanya.
Hal tersebut di atas sesuai dengan gejala social loafing yang dapat diketahui melalui aspek-aspeknya antara lain, yaitu menurunnya motivasi individu untuk terlibat dalam kegiatan kelompok, sikap pasif, pelebaran tanggung jawab, free ride atau mendompleng pada usaha orang lain, dan penurunan kesadaran akan evaluasi dari orang lain [11]. Adapun menurut Jassawalla [12] aspek dalam social loafing antara lain loafer’s apathy (sikap apatis), loafer’s distructive an disruptive behavior (perilaku menghambat dan merusak dalam kelompok), loafer’s disconnectedness (hubungan interpersonal yang lemah), loafer’s poor work quality (kualitas kerja dan hasil kerja yang buruk), team members do more to pick up the slack (pendompengan tugas), poor overall team performance (kinerja tim yang buruk secara keseluruhan).
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka mahasiswa yang kurang peduli terhadap anggota kelompok lainnya akan mengantungkan anggota lain dalam mengerjakan tanggung jawab tugas kelompoknya, sehingga mendapatkan respon yang negative dan dianggap kurang mampu dan diasingkan oleh anggota kelompok lainnya, hal ini yang menyebabkan mahasiswa tersebut merasa bahwa kurang adanya perhatian dalam anggota kelompok.
Menurut Latane [13] dampak dari social loafing akan menurunkan kinerja seorang individu didalam kelompok. Pada kegiatan pengerjaan tugas kelompok, mahasiswa tidak jarang yang melakukan “free rider” atau mendompleng nama. Namun secara tidak langsung pelaku pada social loafing akan banyak mendapatkan dampak negative. Dengan banyaknya dampak negative yang ditimbulkan dari social loafing maka pelaku akan mengalami banyak kerugian untuk dirinya sendiri.
Berdasarkan dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang social loafing pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
II. METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun ajaran 2019-2020 yang berjumlah 9469 mahasiswa. sampel dalam penelitian ini berjumlah 335 mahasiswa. adapun teknik sampling yang digunakan non probability sampling dengan teknik yang diambil yaitu proportionate random sampling.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yaitu skala social loafing (α = 0,919). Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data skala social loafing. Skala social loafing didasarkan pada aspek-aspek social loafing, yaitu loafer’s apathy (sikap apatis), loafer’s distructive an disruptive behavior (perilaku menghambat dan merusak dalam kelompok), loafer’s disconnectedness (hubungan interpersonal yang lemah), loafer’s poor work quality (kualitas kerja dan hasil kerja yang buruk), team members do more to pick up the slack (pendompengan tugas), poor overall team performance (kinerja tim yang buruk secara keseluruhan) [12].
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Dalam metode ini pengajiannya digambarkan melalui tabel, grafik, dan perhitungan persentase yang akan dijelaskan menggunakan kalimat deskriptif.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Standart Deviasi dan M ean D escriptive Statistics | |||
N | Mean | Std. Deviation | |
Social loafing | 335 | 96,60 | 11,663 |
Valid N (listwise) | 335 |
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel social loafing pada Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mendapatkan hasil mean (μ) sebesar 96.60 yang dibulatkan menjadi 97 dan hasil satuan standart deviation (σ) sebesar 11,663 yang dibulatkan menjadi 11,7.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa social loafing pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dalam kategori sedang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa mahasiswa yang melakukan social loafing dalam kategori tinggi mendapat persentase sebanyak 15.5%, mahasiswa yang melakukan social loafing dalam kategori sedang mendapatkan persentase 68.4% dan mahasiswa yang melakukan social loafng rendah mendapat persentase 16,1%. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan ini mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang terlibat dalam social loafing memiliki tingkatan yang sedang.
Diagram 1. Social Loafing
Hal ini menunjukan bahwa social loafing merupakan kecenderungan individu untuk memberikan usaha minimal terhadap pencapaian kelompok yang dapat merugikan anggota kelompok lain karena tidak seimbangnya kontribusi yang diberikan individu dan hasil yang diberikan individu tersebut [14]. Social loafing menurut Taylor, Peplau & Sears [1] adalah suatu kondisi ketika kontribusi individu pada aktivitas kolektif tidak dapat dievaluasi, indidvidu sering bekerja kurang giat dalam kelompok dibandingkan dalam bekerja sendirian.
Mahasiswa yang melakukan social loafing akan merasa diuntungkan dengan tidak ikutnya proses penyelesaian tugas sehingga mahasiswa tersebut akan mendapatkan nilai yang baik karena kinerja kelompok lainnya. Kerr [15] menemukan bahwa partisipan laki-laki cenderung lebih besar dalam melakukan social loafing daripada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung lebih banyak melakukan social loafing dengan perolehan persentase 50,1% sedangkan mahasiswa perempuan yang cenderung lebih sedikit melakukan social loafing mendapatkan persentase sebanyak 49,9%. Hal tersebut berkaitan dengan teori Kugihara yang menemukan bahwa laki-laki cenderung melakukan social loafing dari pada perempuan.
Clark & Baker [16] menjelaskan pada risetnya selama lima tahun mengemukakan bahwa mahasiswa hanya menginginkan kelulusan tetapi cenderung mengurangi usaha dalam kelompok. Sedangkan, mahasiswa lainnya yang melakukan usaha lebih mereka harus menutupi kemalasan yang dilakukan anggota lain. Sehingga mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai baik akan menjadi korban pelaku social loafing. Hal tersebut akan mengakibatkan anggota kelompok yang mengalami korban social loafing harus menanggung dan menggerjakan tugas kelompok, sedangkan anggota kelompok yang melakukan social loafing mendapatkan keuntungan dari mahasiswa lain yang mengerjakan. Menurut Harkins [17] apabila kondisi seperti ini terus berlangsung, mahasiswa yang menginginkan nilai yang baik dapat merasakan demotivasi dan mengalami sucker effect, yaitu efek di mana individu menolak untuk bekerja keras untuk mengimbangi usaha minimal yang dilakukan oleh rekan-rekannya.
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi social loafing pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, diantaranya yaitu faktor tidak ada evaluasi atau penilaian dalam kinerja kelompok dengan perolehan persentase 23%, selanjutnya menumpang hasil kerja orang lain degan perolehan persentase 21%, kurang akrab dengan anggota kelompok dengan perolehan persentase 19%, kurang jelas dengan pembagian tugas dengan perolehan persentase 18%, kurang memiliki motivasi dengan perolehan persentase 10%, dan yang terakhir terlalu banyak anggota kelompok dengan perolehan persentase 9%.
Diag ram 2. Kategori faktor-faktor Social Laofing
Menurut Sutanto & Simanjuntak [18] social loafing juga dipengaruhi oleh faktor situasional seperti tidak adanya evaluasi dari kontribusi individu dan ketidakjelasan pembagian tanggung jawab. Kecenderungan individu mengurangi usahanya saat sedang mengerjakan tugas kelompok dibandingkan pada waktu mereka sedang dievaluasi secara personal, hal tersebut sehingga akan menyebabkan terjadi social loafing.
Penelitian ini hanya mengkaji keseluruhan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, akan tetapi ada kemungkinan di Universitas lain adanya social loafing. Penelitian ini tidak menggunakan tryout sehingga tidak bisa mengantisipasi indikator yang gugur, serta jumlah sampel yang diambil hanya sebesar 5% dari total populasi yg besar yaitu sejumlah 9469.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa social loafing pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sebagian besar dalam ketegori sedang, baik pada respon berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Dengan hasil kategori tinggi mendapatkan persentase sebanyak 14,6%,kategori sedang mendapatkan persentase 69,3% dan kategori rendah mendapatkan persentase 16,1%. Faktor terbanyak yang mempengaruhi social loafing pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo adalah tidak ada evaluasi atau penilaian dalam kinerja kelompok (23%). Faktor social loafing inidiperoleh karena tidak adanya kontribusi individu antar kelompok dan ketidakjelasan pembagian tanggung jawab. Saran bagi mahasiswa hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan situasi ketika berkelompok serta mampu memiliki hubungan yang baik antar anggota kelompok sehingga dapat bekerjasana dalam menyelesaikan tugas dan dapat berkontribusi secara aktif dalam berkelompok. Peneliti juga berharap kepada pihak Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, khususnya pada dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dapat memberikan sistem evaluasi mahasiswa terhadap kinerja individu dalam menyelesaikan tugas yaitu dengan cara memberikan penilaian kepada setiap mahasiswa meskipun sistem pengerjaannya berkelompok. Sehingga dengan adanya sistem evaluasi ini maka mahasiswa akan berusaha memberikan kontribusi dikelompok serta dapat mengurangi social loafing di Universitas Muhammadiyah Sidaorjo serta saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar bisa menambah variabel lainnya yang mempengaruhi social loafing seperti social facilitation, kohesivitas dan memperluas populasi serta memperbanyak sampel agar hasil penelitian yang diperoleh lebih variatif dan lebih akurat.
V. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak Universitas Muhammadiyah Sidoarjo khususnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan banyak ilmu, solusi serta dukungan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. Tak lupa penulis juga sampaikan terima kasih kepada responden yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membantu penelitian ini.
References
- D. E Shelley, Taylor, psikologi sosial edisi kedua belas. jakarta: kencana pranada media group, 2009.
- N. A. Sasmita and M. D. Mustika, “Social Loafing Ditinjau Dari Kohesivitas Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia Di Sumatera Utara Social,” J. Divers., vol. 5, no. 2, pp. 76–85, 2019.
- S. Sv, “toleransi terhadap pemalasan sosial : peran dimensi budaya individualism-kolektivisme,” J. psikologia, no. 9, pp. 15–24, 2014.
- Marlina, “Social Loafing Mahasiswa Unnes Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Mengerjakan Tugas Kelompok,” Universitas Negeri Semarang, 2019.
- Andaru raditio, “pengaruh kohesivitas kelompok, self efficacy dan jenis kelamin terhadap social loafing pada mahasiswa UIN syarif hidayatullah jakarta,” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
- F. Zainuddin, “Social Loafing Dan Peran Gender Pada Mahasiswa,” J. Psikol. Talent., vol. 3, no. 1, pp. 1–7, 2017.
- T. S.c, “Social Loafing Pada Kelompok Asisten Mata Kuliah Praktikum,” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018.
- Saputro, “Penerapan Konseling Kognitif Perilaku Untuk Mengurangi Social Loafing Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Cerme Gresik,” J. BK UNESA, vol. 8, no. 2, pp. 248–255, 2018.
- M Teristimewati, “Social-Loafing sebagai Penghambat Kinerja Organisasi,” 2019.
- R. A. Purba, “Hubungan Self-Efficacy dan Social Loafing Tendency Pada Mahasiswa H,” vol. 1, no. 1, 2018.
- M. G D, social psychology, Kesepuluh. jarakrta: Salemba Humanika, 2012.
- jassawalla dkk, “student’s perceptions of social loafing: its antecedents and consequences in undergraduate business classroom teams,” Acad. Manag. Learn. Educ., vol. 8, no. 1, pp. 42–54, 2009.
- King L.A, Psikologi Umum. jakarta: Salemba Humanika, 2010.
- P. & Wulanyani, “Pengaruh Kuantitas, Kemampuan Komunikasi Interpersonal, dan Perilaku LAtruisme Anggota Kelompok Terhadap Social Loafing dalam Proses Diskusi Kelompok di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,” J. Psikol. Udayana, pp. 197–206, 2018.
- H. Fitriana and G. Saloom, “Prediktor Social Loafing dalam Konteks Pengerjaan Tugas Kelompok pada Mahasiswa,” Psikol. dan Kesehat. Ment., vol. 3, no. 1, pp. 13–22, 2018.
- C. & Baker, “‘ It ‟s Not Fair!’ Cultural Attitudes to Social Loafing in Ethnically Diverse Groups.,” Intercult. Commun. Stud., vol. 20, no. 1, pp. 124–140, 2011.
- Z. Zahra, Eliana and & Novliadi, “Peran Jender Dan Social Loafing Tendency Terhadap Prestasi Akademik Dalam Konteks Pembelajaran Kooperatif Title In English: The Effect Of Gender And Social Loafing Tendency On Academic Achievement In The Context Of Cooperative Learning,” J. Pemikir. Penelit. Psikol., vol. 10, no. 1, pp. 1–9, 2015.
- S. Sutanto, “Intensi social loafing pada tugas kelompok ditinjau dari adversity quotient,” J. Exp., vol. Vol. 3, no. No. 1, p. hal. 33-45, 2015.