Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2127

The Effect of Contextual Teaching and Learning Approaches on Learning Activities of Students in Science Subjects Subject Matter Changes in Form in Class V Students at School


Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Perubahan Wujud Pada Siswa Kelas V di Sekolah

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Contextual Teaching and Learning Aktivitas Belajar Hasil Belajar

Abstract

Contextual Teaching and Learning or better known as (CTL) is a learning approach that is popular today, where an educator in this case the teacher must be able to combine various skills that are expected to make learning run well. Through CTL, it is expected that students can think actively and creatively in their learning activities because learning activities can be realized if students are directly involved in the teaching and learning process, especially in the material of changing objects. Contextual Teaching and Learning approach to learning activities, and student learning outcomes. This research was conducted at MI Miftahul Huda Karang tanjung. In this study using quantitative methods with data collection techniques in the form of questionnaires and observations. The data obtained is managed using SPSS. The results showed that the t-count value in the table was 1.993 while the t-count learning activity was 4.540 so it can be said that (4,540 > 1,993) that Ho was rejected. Thus, CTL affects learning activities and student learning outcomes at MI Miftahul Huda Karang Tanjung

Pendahuluan

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mentransfer sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah peserta didik melalui proses pembelajaran . Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang baik secara rohani maupun jasmani

Pada kenyataannya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia masih banyak masalah yang harus dihadapi. Permasalahan yang mempengaruhi karena adanya faktor internal dan faktor eksternal. Pada umumnya dari pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena sering terjadi komunikasi satu arah dari guru. Karena suasana belajar yang kurang interaktif sehingga dapat menghambat potensi siswa dalam berpikir kritis terhadap datangnya berbagai informasi. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa pembelajaran di sekolah dasar menunjukkan ketidak mampuan anak dalam menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata dan cara mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ini menandakan lemahnya proses pendidikan yang ada .

Oleh karena itu, dalam membangun pendidikan masa depan , kita harus tetap berani merumuskan cara – cara baru dan model-model baru. Model dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai keberhasilan didalam proses pembelajaran. CTL adalah salah satu konsep atau model pembelajaran yang menitikberatkan pada hubungan antara materi pembelajaran dengan masalah sehari- hari dalam kehidupan nyata, dengan demikian peserta didik diharapkan mampu menerapkan dan menghubungkan kompetensi yang didapat dari hasil belajarnya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa dapat merasakan seberapa penting belajar dan memahami apa yang telah dipelajarinya.

QS al-Nahl (16): 125 kewajiban tentang belajar dan pembelajaran

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemah hal. 412)

Dalam proses belajar diperlukan keterlibatan mental dan kerja siswa secara individu. Mengajar bukan hanya menceritakan sebuah ilmu pengetahuan namun lebih dari itu. Mengajar membutuhkan beberapa kemampuan diantaranya kemampuan pedagogik, sosial, intelektual dan profesional. Sehingga yang di butuhkan belajar aktif agar siswa lebih giat mengerjakan tugas dengan mencari informasi lewat majalah, koran dan internet. Belajar aktif harus cekatan,, bersemangat,bergerak leluasa, serta menyenangkan.

Bukan hanya itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Hal itu bisa di capai jika seorang pendidik dapat memanfaatkan teknologi sesuai dengan masanya dalam proses belajar mengajar sehingga mudah di serap peserta didik atau siswa berbeda. Didalam pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan tindakan mandiri yang melibatkan satu orang atau terkadang satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari untuk mencapai tujuan yang bermakna. .

Berdasarkan pengamatan hasil temuan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran IPA Kelas V MI Miftahul huda Karang Tanjung, dijumpai permasalahan dalam proses pembelajaran dikelas yakni kurangnya minat belajar peserta didik tentang meteri Perubahan Wujud Benda, menurunnya hasil belajar peserta didik yang hampir 60% masih dibawah KKM, strategi pembelajaran yang cenderung konvensional dan masih berpusat pada guru.

Johnson mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Salah satu jenis pembelajaran untuk menumbuhkan kesadaran terhadap Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai ilmu yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL juga dapat membantu guru dalam mengaitkan antara materi perubahan wujud benda dengan kondisi nyata peserta didik, dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari baik secara individu maupun dalam masyarakat. Dengan konsep tersebut maka hasil pembelajaran diharapkan lebih menarik dan dapat memahami konsep perubahan wujud benda dengan baikserta meningkatkan kreativitas peserta didik. .

Beberapa penyebab timbulnya masalah diatas, dapat diambil salah satu penyebab mendasar timbulnya permasalahan di kelas V MI Miftahul Huda Karang Tanjung, pada mata pelajaran IPA materi Perubahan wujud Benda. Penyebab tersebut adalah kurang tepatnya guru dalam memilih metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pembelajaran. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik `mengalami` apa yang dipelajarinya, bukan hanya `mengetahuinya’. Anak belajar dari pengalamannya sendiri, mengkonstruksikan pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. . Berdasarkan permasalahan dan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Karang Tanjung Candi Sidoarjo”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan pendekatan CTL dan mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan CTL terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi pokok perubahan wujud benda.

Metode Penelitian

Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah jenis metode penelitian yang cara pengambilan datanya dilakukan melalui teknik statistik saat menganalisisnya. Melalui eksperimen penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur pengaruh variabel bebas CTL (X) dan variabel terikat aktivitas siswa (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y1) dan (Y2)

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Untuk memudahkan penelitian maka peneliti membuat daftar pedoman observasi dalam bentuk rating scale terkait aktivitas siswa terhadap penerapan pembelajaran dengan metode CTL.

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa kurang baik jika memiliki score ≤ 69. Aktivitas siswa tergolong cukup baik jika memiliki score antara 70-79. Aktivitas siswa tergolong baik memiliki score 80-89 dan aktivitas siswa bernilai sangat baik jika memiliki score 90-100.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sebagai berikut: Angket adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan beberapa pertanyaan yang ditujukan untuk responden guna mendapat darta yang valid. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini tertutup responden langsung menjawab karena pertanyaannya telah disediakan oleh peneliti. Metode observasi merupakan jenis pengumpulan data yang menggunakan mata sebagai alat bantu. Pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra .

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Data observasi penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning menggunakan metode observasi. Dan untuk mencari reliabilitas observasi maka digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

KK = koefisien kesepakatan

S = sepakat,

N1 = pengamat 1

N2 = pengamat 2. .

Kemudian untuk menganalisis data observasi tentang keterlaksanaan penerapan pendekatan CTL pada mata pelajaran IPA di MI Miftahul Huda Karang Tanjung, maka digunakan rumus:

P = f/N x 100%

Keterangan:

P : Presentase

F : Frekuensi jawaban

N: Banyaknya individu. .

Hasil dan Pembahasan

Pada hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh melalui instrumen observasi dan instrumen tes yang dilakukan di MI Miftakhul Huda Karang Tanjung, kegiatan selanjutnya adalah menyajikan data, adapun data-data yang telah terkumpul:

Uji Normalitas

Indikator Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Contextual Teaching and Learning .184 30 .011
Aktivitas belajar .167 30 .033
Hasil belajar .137 30 .156
Table 1.Uji Normalitas Data

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa out put hasil uji normalitas Liliefors dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Melalui output tersebut dapat di ketahui bahwa nilai signifikansi <0.05 maka tidak berdistribusi normal dan apabila signifikansi >0.05 maka data berdistribusi normal. Melalui hasil di atas signifikansi data contextual teaching and learning mencapai 0.011, data dari aktivitas belajar memiliki signifikansi mencapai 0.033 dan data dari hasil belajar mencapai 0.156. Hal ini menunjukkan nilai signifikansi ketiga data mencapai lebih dari 0.05, maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal.

Uji Validitas

Item total Item total
P1Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .354**.00210 P6Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .645**.00010
P2Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .478**.00010 P7Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N . 247*.03210
P3Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .535**.00010 P8Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .629**.00010
P4Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .531**.00010 P9Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .562**.00010
P5Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .539**.00010 P10Pearson CorrelationSig. (2-tailed)N .420**.00010
Table 2.Uji Validitas Data Correlations

Pada output yang dihasilkan dari uji validitas item 1 hingga 10, item data dinyatakan valid apabila signifikansi yang dimiliki <0.05 (kurang dari 0.05) maka item dinyatakan valid. Jika signifikansi yang dimiliki per-item >0.05 (lebih dari 0.05) maka item data tersebut dinyatakan tidak valid. Dari seluruh item 1 hingga 10, item yang dinyatakan tidak valid berada pada item P7 (0.032). Item tersebut memiliki signifikansi lebih dari 0.05, maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Sedangkan item lainnya karena memiliki signifikansi kurang dari 0.05 maka dinyatakan valid.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items
.908 9
Table 3.Uji Reliabilitas Data

Output uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, diketahui ada satu item yang dinyatakan tidak valid maka pada uji reliabilitas satu item tersebut harus di buang atau dihilangkan kemudian di hitung kembali menggunakan uji reliabilitas. Pada uji reliabilitas menggunakan batasan 0.6 untuk menyatakan data tersebut reliabel atau tidak. Data dari uji reliabilitas yang kurang dari 0.6 dinyatakan kurang baik, data 0.7 dinyatakan dapat diterima, dan data yang memiliki jumlah diatas 0.8 dinyatakan sebagai data yang baik.

Analisis Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning

Penerapan pendekatan contextual teaching and learning di sini menggunakan observasi sistematis yaitu dengan menggunakan instrumen pengamatan. Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk melakukan pengamatan langsung terhadap proses keterlaksanaan model contextual teaching and learning.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode CTL dapat berpengaruh pada aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas V di MI Miftakhul Huda KarangTanjung Candi Sidoarjo pada pelajaran IPA materi perubahan wujud benda. Hal tersebut didukung dengan uji regresi aktivitas belajar dan uji regresi hasil belajar. Namun didalam penerapannya ada beberapa kendala yang dialami diantaranya pembelajaran kurang maksimal karena penelitian dilakukan saat pandemi meskipun anak- anak terlihat antusias. Selain itu pengadaan jaringan internet juga menjadi kendala didalam penerapan pembelajaran dengan metode CTL.

Saran peneliti, dalam proses pelaksanaan metode contextual teaching and learning, guru sebaiknya menjelaskan dan memberikan contoh dengan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, guru dapat mengkolaborasikan model contextual teaching and learningdengan model pembelajaran yang mendukung, serta disesuaikan dengan karakteristik pokok bahasan dan kondisi siswa. Dengan begitu, pembelajaran dapat berjalan lebih menarik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

References

  1. Anwar, C. (2014). Hakikat Manusia dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis. Suka Press.
  2. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
  3. Degeng, I. N. S. (2002). Kumpulan Bahan Pembelajaran. LP3 : UNM.
  4. Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara.
  5. Ihsan, F. (2013). Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta.
  6. Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Corwin Press.
  7. Johnson, E. B. (2006). CTL (Contextual Teaching & Learning). Kaifa Learning.
  8. Mulyasa. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan Implementasi. PT Remaja Rosdakarya.
  9. Mulyono, A. M. (2001). Aktivitas Belajar. Yrama.
  10. Nurhadi. (2002a). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapanya dalam KBK. Universitas Negeri Malang.
  11. Nurhadi. (2002b). Pendekatan Kontektual (Contectual Teaching and Learning). Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat PLP.
  12. Riyanto, Y. (2009). Paradigm Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Kencana Perdana Media Group.
  13. Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru (6th ed.). PT Rajagrafindo Persada.
  14. Sadiman, A. S. (2005). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada.
  15. Saleh, S. (2018). Statistik Pendidikan. CV Widya Puspita.
  16. Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Kencana.
  17. Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana.
  18. Sardiman, A. . (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.
  19. Sistem Pendidikan Nasional. (2003). In Undang-Undang RI.
  20. Sitepu, S. & H. (2016). Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalaha dan Motivasi belajar biologi terhadap kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar biologi siswa SMAN 1 Lubukpakam. Guru Biologi, 1(2), 24.
  21. Sudijono, A. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Press.
  22. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
  23. Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Remaja Rosdakarya.