Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2075

Perceptions of Teachers, Guardians and Students on The Use of The Zoom Application As A Learning Platform in Elementary Schools


Persepsi Guru, Wali Murid dan Siswa Terhadap Pemanfaatan Aplikasi Zoom Sebagai Platform Pembelajaran di Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Persepsi Zoom Meeting Platform Pembelajaran Sekolah Dasar

Abstract

Online or online learning is considered a solution for teaching and learning activities to continue in the midst of the corona pandemic. This happened due to the increasing number of the spread of the corona virus in Indonesia which prompted the government to issue several policies intended to avoid the spread of the corona virus to students in various schools. Online learning can use one application as a learning platform, one of which is the Zoom Meeting application, which is carried out in learning in elementary schools (SD). The purpose of this study was to determine the perceptions of teachers, parents and students on the use of the application. However, their perception requires support from all elements of education, be it the central government, local government and the community to jointly build a conducive environment for students to learn wherever they are, as well as become a stimulus in efforts to overcome learning difficulties from within. them, especially in the midst of the current pandemic. The study was conducted at 3 public elementary schools in Surabaya using 440 samples from the elements of teachers, parents and students, with observations, interviews and questionnaires as data collection methods. Based on the analysis of the collected data, it can be concluded that the perceptions of teachers, parents and students are positive towards the use of the Zoom Meeting application as a learning platform in Elementary Schools (SD), with 86% on the knowledge indicator, 62% on the attitude indicator and 72% on the assessment indicator.

Pendahuluan

Pembelajaran dalam jaringan atau daring sejak Maret 2020 disosialisasikan sebagai solusi kegiatan belajar mengajar yang terkendala penyelenggaraannya akibat adanya pandemi corona. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui online. Pembelajaran dilakukan melalui video conference, e-learning atau distance learning. Meski bagi sebagian besar guru menilai pembelajaran dengan cara tersebut jauh dari kata efektif, dan hanya dapat diterapkan pada elemen penugasan dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar, namun pembelajaran secara daring tetap berjalan karena belum ditemukan tindakan yang lebih efektif daripada hal tersebut.

Dalam republika.co.id, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menegaskan, bencana pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Tanah Air membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas terpaksa ditiadakan[1]. Meningkatnya angka persebaran virus corona di Indonesia mendorong pemerintah untuk mengeluarkan beberapa kebijakan atau langkah yang dapat dilakukan selama pandemi virus corona ini berlangsung, kebijakan kebijakan yang dilakukan dimaksudkan untuk menghindari adanya penyebaran virus corona pada siswa di berbagai sekolah atau perguruan tinggi. Karena itu, pihak Mendikbud meminta para guru dan siswa supaya bisa beradaptasi pembelajaran menggunakan sistem daring. Pembelajaran daring memerlukan platform pembelajaran yang variatif seperti platform video pembelajaran yang terhubung ke youtube, platform video conference, platform jurnal ilmiah atau topik yang tersistem secara digital. Tetapi kemajuan teknologi pembelajaran harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti meratanya jaringan internet ke sekolah-sekolah yang ada di pedesaan. Pembelajaran daring membutuhkan tanggungjawab, kemandirian dan ketekunan pribadi, karena tidak ada yang mengontrol selain dirinya sendiri [2]. Mereka harus mendownload dan membaca materi, menjawab quiz/soal serta mensubmit tugas secara mandiri. Pembelajaran daring akan berjalan dengan baik apabila akses internet bisa menjangkau ke seluruh daerah, sehingga pendidikan secara online betul-betul dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sekolah, di samping tetap menjalankan penyampaian materi pelajaran secara daring, juga memberikan program khusus kegiatan belajar mengajar yang dianggap efektif dilaksanakan di rumah, yaitu mengasah life skill atau kecakapan hidup bagi siswa, melalui cipta karya rupa, karya kriya, karya tulis, dan sebagainya. Kebijakan agar siswa tidak hanya belajar materi pelajaran tersebut dianggap oleh beberapa guru di SD Negeri Ketintang I/409 Surabaya sebagai solusi untuk mengisi waktu luang siswa di rumah. Hal tersebut juga didasarkan pada pendapat salah seorang guru di SD Negeri Menanggal 601 Surabaya yang menyatakan bahwa penyampaian materi pelajaran secara daring ini tidak seefektif penyampaian materi pelajaran secara konvensional, khususnya pada jenjang Sekolah Dasar. Keraguan ini juga dirasakan beberapa wali murid pada SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya, yang notabene membuka kelas inklusi, dengan tiadanya kegiatan tatap muka, hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai tidak akan maksimal karena adanya faktor interaksi guru, beberapa wali murid yang memiliki ABK mengaku tidak dapat mengontrol gaya belajar anak mereka sebaik kontrol yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran di kelas. Sebagaimana yang dialami oleh guru dan wali murid, hal tersebut juga dialami oleh siswa. Salah seorang siswa SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya mengaku tidak paham dengan model pembelajaran secara daring ini. Siswa lainnya juga mengaku kurang paham dengan materi pembelajaran karena hanya disampaikan melalui video dengan minimnya interaksi, seperti tanya jawab, diskusi, kegiatan berkelompok, dan sebagainya. Persepsi yang dibangun oleh guru, wali murid dan siswa merupakan persepsi awal, ketika pembelajaran daring baru berjalan dalam hitungan bulan. Oleh karena itu penulis ingin menganalisa persepsi mereka pada saat pembelajaran daring sudah berjalan lebih dari satu bulan. Pembelajaran daring dengan menggunakan salah satu aplikasi sebagai platform pembelajaran, yaitu Zoom Meeting, yangdilaksanakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).

Didalam penelitin ini peneliti membatasi dan memfokuskan pembahasan penelitian mengenai “Persepsi Guru, Wali Murid dan Siswa terhadap Pemanfaatan Aplikasi Zoom Meeting sebagai Platform Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru, wali murid dan siswa terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep untuk pengembangan pendidikan, khususnya dapat memperkaya khazanah pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Secara praktis di bagi menjadi 4,yaitu bagi siswa, bagi guru, bagi kepala sekolah dan bagi peneliti lain . Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan mengikuti berbagai model pembelajaran situasional dan kontekstual. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran secara daring. Bagi kepala sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pngambilan kebijakan dalam proses belajar mengajar. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang relevan serta menambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang efektivitas pembelajaran daring.

Penelitian dilakukan di 3 SD Negeri yang berada di surabaya yaitu, SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya. Penelitian memanfaatkan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran. Penelitian hanya untuk mengetahui persepsi guru, wali murid dan siswa terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).

Dalam penelitian ini Zoom diperspektifkan sebagai platform yang mengakomodasi kegiatan pembelajaran secara daring. Meskipun seluruh guru yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan fitur gratis dari Zoom hal tersebut tidak menjadi kendala karena jumlah siswa pada satu rombel pada jenjang Sekolah Dasar maksimal 32 siswa, dan durasi satu jam pelajaran adalah 35 menit.layanan yang ditawarkan oleh Zoom, yaitu: Zoom Meeting, Zoom Webinar, Zoom Room, Zoom Phone dan Chats. Berdasarkan penelitian terdahulu penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif yang berlandaskan pada paradigma post positivisme. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran online menggunakan aplikasi Zoom sudah efektif.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2020 sampai dengan bulan Agustus 2020 atau pada awal tahun pelajaran 2020/2021. Penelitian dilaksanakan di beberapa Sekolah Dasar Negeri di kecamatan Gayungan kota Surabaya, yaitu SDN Menanggal 601 Surabaya, SDN Ketintang I/409 Surabaya, dan SDN Gayungan II/423. Pemilihan lokasi didasarkan fenomena yang terjadi pada lingkungan sekitar peneliti di tengah pandemi dan wabah COVID 19. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru, wali murid dan siswa kelas 4 s.d. 6 pada SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil sampel dari populasi kecil, dan hanya mengambil populasi besar, yaitu wali murid dan siswa. Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini dilakukan secara Purposive Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu hanya guru, wali murid dan siswa kelas 4 s.d. 6 yang terlibat dalam pemanfaatan Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran akan dijadikan sampel.

Metode Pendekatan

Metode pendekatan untuk penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory yakni teori yang timbul dari data bukan dari angka-angka atau survei. Metode kualitatif bersifat induktif, yaitu proses penalaran yang menggunakan data atau pengamatan menjadi dasar. Berdasarkan fenomena dan prosedur dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan pendekatan investivigasi berupa observasi dan wawancara di lapangan. Data-data yang di peroleh di lapangan akan di deskripsikan secara induktif dari proses sampai pada tahap penentuan makna verifikasi serta pelaporan penelitian [3].

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sering disebut dengan penelitian naturalistik, karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) [4]. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinana akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana melengkapi data dan membandingkan dengn data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti terjun ke lapangan sendiri melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan[5].

Setting Penelitian

Menurut Creswll, John W dalam Diplan dan M. Andi Setiawan proses penelitian dalam pendekatan kualitatif : menjelajahi masalah dan mengembangkan pemahaman rinci tentang fenomena sentral, memiliki tijauan literatur memainkan peran kecil namun membenarkan masalah, menyatakan tujuan dan pernyatan penelitian secara umum dan luas, mengumpulkan data berdasarkan kata-kata dari sejumlah kecil individu sehingga pandangan partisipan diperoleh, menganalisis data untuk deskripsi dan tema menggunakan analisis teks dan menafsirkan makna yang lebih besar dari temuan, menulis laporan menggunakan fleksibel, struktur yang muncul dan kriteria evaluatif, dan termasuk refleksivitas subyektif peneliti. Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sebagai instrumen utama penelitian. Istilah dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah wawancara mendalam, dan pengamatan partisipatif [6].

Tenik Pengumpulan Data

Teknik dan prosedur pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu melalui observasi, wawancara dan angket [7].

a. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran rill suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

b. Wawancara adalah merupakan suatu proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian.

c. Angket Pada penelitian ini di gunakan sebagai teknik pengumpul data. Teknik ini untuk mengatasi keadaan pandemi yang membatasi aktivitas penulis dalam mengumpulkan data dengan menggunakan metode lain, seperti observasi dan wawancara. Angket yang digunakan berupa skala persepsi yang diberikan pada subjek berupa link google forms yang jawabannya dapat langsung penulis akses melalui media online tanpa harus bertatap muka dengan responden.

Pemeriksaan ke absahan data

Dalam uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (derajat kepercayaan data), transferability (derajat keteralihan/validitas eksternal), dependability (derajat kebergantungan), dan confirmability (derajat kepastian) menurut Sugiyono. Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan adalah datanya yang lebih menekakan pada aspek validitas [8].

Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification[9].

  1. Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
  2. Penyajian Data, Dalam kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dengan teks yang bersifat naratif untuk membuat suatu kesimpulan.
  3. Penarikan Kesimpulan, Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan verifikasi dari awal proses penelitian berlangsung sampai pada tahap pengambilan kesimpulan penelitian yang tepat dan akurat berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara .

Hasil dan Pembahasan

Temuan dari hasil penelitian yang dilaksanakan selama penelitian di lapangan dan melalui platform sosial mulai pada tanggal 17 Juli 2020 sampai dengan 31 Agustus 2020 di SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya dengan melakukan observasi pada dokumen kehadiran/absensi dan penilaian yang dilakukan oleh guru.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu bertemu dengan beberapa kepala sekolah untuk meminta izin penelitian di SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah dalam masa penelitian akan melakukan observasi pada dokumen kehadiran/absensi dan penilaian yang dilakukan oleh guru kelas 4 s.d. 6. Periode observasi dilakukan oleh peneliti minimal 1 bulan untuk mengungkap data-data kehadiran/absensi dan penilaian selama pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan hasil belajar siswa diperoleh fakta bahwa (1) Beberapa guru di SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya masih bingung dalam menentukan dasar atas kehadiran/absensi siswa.(2) Siswa yang mengumpulkan tugas via platform sosial (Whatsapp Group) terbukti lebih banyak daripada siswa yang mengikuti sesi penyampaian materi yang dilakukan oleh guru melalui aplikasi Zoom Meeting (3) Tugas yang dikumpulkan oleh siswa tidak 100% murni hasil kerja siswa, melainkan sebagian besar dibantu oleh orang tua mereka (wali murid). Temuan penelitian ini didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan via platform sosial, yaitu whatsapp. Wawancara dilakukan terhadap beberapa guru, wali murid dan siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya untuk mengungkap persepsi mereka terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Tidak semua guru, wali murid dan siswa yang dijadikan narasumber bersedia diwawancarai, dan beberapa di antara mereka yang bersedia dianggap peneliti kurang memiliki kompetensi yang cukup untuk menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan secara tekstual. Wawancara yang dilakukan menitikberatkan pada aspek pengetahuan, sikap dan penilaian yang diberikan oleh guru, wali murid serta siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya. Aspek tersebut yang dijadikan indikator oleh peneliti untuk menilai negatif atau positifnya persepsi mereka. Aspek pengetahuan meliputi (1) persepsi terhadap pembelajaran daring, dan (2) persepsi terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting. Aspek sikap meliputi (1) persepsi berdasarkan antusiasme, dan (2) persepsi berdasarkan konsistensi. Sedangkan aspek penilaian meliputi (1) persepsi terhadap penyajian materi, dan (2) persepsi terhadap penilaian materi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru maka dapat disimpulkan bahwa 79% respon guru bernada positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa persepsi guru SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya positif terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali murid maka dapat disimpulkan bahwa 67% respon wali murid bernada positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa persepsi wali murid SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya positif terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa maka dapat disimpulkan bahwa 92% respon siswa bernada positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa persepsi siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya positif terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Temuan penelitian ini didapatkan berdasarkan hasil angket dengan menggunakan Google Form yang link nya dibagikan via platform sosial, yaitu whatsapp. Angket disebarkan ke seluruh guru, beberapa wali murid dan siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya yang menjadi sampel untuk mengungkap persepsi mereka terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Angket sebanyak 440 disebarkan ke 27 guru, 207 wali murid dan 206 siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya. Dari angket tersebut yang mendapat respon atau mengirimkan jawabannya sebanyak 24 guru, 195 wali murid dan 182 siswa, dengan total sebanyak 401 angket responsif. Berdasarkan hasil angket terhadap guru maka dapat disimpulkan bahwa 71% respon guru bernada positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa persepsi guru SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya positif terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil angket terhadap wali murid maka dapat disimpulkan bahwa 76% respon wali murid bernada positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa persepsi wali murid SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya positif terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil angket terhadap siswa maka dapat disimpulkan bahwa 73% respon siswa bernada positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa persepsi siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya positif terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket di atas maka dapat dianalisis persepsi guru, wali murid dan siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar positif karena adanya aturan yang mengikat mereka untuk terbatas dalam hal tatap muka. Sehingga keadaan tersebut memupuk optimisme terhadap alternatif pembelajaran di tengah pandemi ini dengan cara sesegera mungkin untuk beradaptasi, yaitu dengan kegiatan belajar secara daring di rumah Keadaan ini juga didukung dengan aksesibilitas, konektivitas dan dukungan lingkungan di wilayah kota Surabaya yang harus diakui sangat adaptif. Hal tersebut terbukti dari kesimpulan dari hasil observasi yaitu nilai yang didapat oleh siswa saat pembelajaran daring melalui aplikasi Zoom Meeting atau aplikasi sejenis lebih baik daripada yang didapat oleh siswa saat pembelajaran langsung sebelum pandemi terjadi. Meskipun ada beberapa faktor yang berimplikasi pada kesimpulan tersebut, tapi tidak menutup kemungkinan saat belajar di rumah mereka lebih leluasa melakukan kegiatan dengan teman-teman sekelas mereka daripada saat di kelas. Pernyataan ini didukung dengan banyaknya penelitian-penelitian tindakan yang seragam menyimpulkan bahwa belajar atas kemauan sendiri jauh lebih efektif daripada belajar yang terkoordinir. Dari hasil wawancara juga dapat diungkap bahwa beberapa kendala dalam memanfaatkan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran secara daring di rumah antara lain (1) biaya yang tidak efisien karena membutuhkan kuota ekstra untuk dapat mengikuti pembelajaran daring, yang mungkin dirasa berat bagi masyarakat menengah ke bawah, apalagi keadaan perekonomian saat ini juga masih lesu. Kemudian (2) minimnya waktu pendampingan karena siswa usia Sekolah Dasar masih tergolong usia anak-anak yang masih butuh didampingi ketika memanfaatkan teknologi dan karena waktu pelaksanaan sesi daring acapkali bersamaan dengan waktu bekerja bagi orang tua/wali murid. Kendala ini apabila tidak diatasi akan berdampak buruk bagi siswa secara psikologis. Sedangkan dari hasil angket, tidak ditemukan hal-hal di luar pertanyaan struktural-tekstual karena sifat jawabannya yang tertutup. Akan tetapi hasil tersebut semakin mengukuhkan positifnya persepsi guru, wali murid dan siswa SD Negeri Menanggal 601, SD Negeri Ketintang I/409 dan SD Negeri Gayungan II/423 Surabaya terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar. Ada beberapa hal yang tersirat dari hasil sebaran angket yaitu bahwa (1) tingkat persepsi positif wali murid lebih tinggi dari guru dan siswa, yaitu 76% sedangkan guru 71% dan siswa 73%. Kemudian (2) tingginya pendapat ambigu dapat dipersepsikan sebagai ketidaktahuan, keraguan atau ketidaksetujuan, yang apabila ditelisik lebih dalam merupakan bentuk sikap bingung atas kenyataan yang ada.

Dalam penelitian ini terbukti bahwa hipotesis alternatif dengan bunyi persepsi terhadap suatu kebijakan terbilang positif dapat diterima.Bagaimanapun juga, persepsi positif guru, wali murid dan siswa membutuhkan dukungan dari semua elemen pendidikan, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat untuk bersama-sama membangun lingkungan yang kondusif bagi siswa dalam belajar dimanapun mereka berada, sekaligus menjadi penstimulus dalam upaya mengatasi kesulitan-kesulitan belajar dari dalam diri mereka, apalagi di tengah pandemi saat ini.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa persepsi guru, wali murid dan siswa terhadap pemanfaatan aplikasi Zoom Meeting sebagai platform pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) positif. Diharapkan orang tua selalu membimbing dan membantu anaknya saat belajar di rumah, jangan terlalu sering menggunakan HP apabila tidak diperlukan. Bagi kepala sekolah, diharapkan melakukan supervisi dan refleksi pada proses pembelajaran daring dengan mengontrol aktivitas dan kegiatan mengajar sehingga mengetahui kesulitan yang dialami oleh guru, wali murid dan siswa. Bagi guru diharapkan mengenali faktor penyebab kesulitan belajar secara daring yang dialami oleh siswa, misalnya dengan mengenal karakteristik setiap siswa untuk menangani masalah belajar dan bila perlu melakukan kunjungan ke rumah. Bagi siswa diharapkan untuk fokus saat mengikuti pembelajaran daring.

References

  1. Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar-. Ruzz.
  2. Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
  3. Asch, S. E. 1959. A Perspective on Social Psychology. In S. Koch (Ed.), Psychology: A Study of a Science (Vol. 3, pp. 363-383). New York: McGraw-Hill.
  4. Daryanto. 2016. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Platform
  5. Dermawan Wibisono, M.Eng. 2013. Panduan Menyusun Skripsi. Yogyakarta : CV Andi Offset
  6. Diplan dan M. Andi Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : CV. Samu Untung.
  7. Emzir. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Depok : PT. RajaGrafindo Persada
  8. Hakiman. 2020. Pembelajaran Daring. Artikel Online. https://iain-surakarta.ac.id/%EF%BB%BFpembelajaran-daring. Diakses 09 Mei 2020, pukul 22.30 WIB.
  9. Handayani, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Picture Berbantuan Spesimen Pada Materi Invertebrata. Unnes Journal Of Biology Education ISSN 2252 -6579 Vol. 2 No. 2 Desember 2013 Hal. 321. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj. Diakses 09 Mei 2020, pukul 22.30 WIB.
  10. Haqin, Danin dan Aqiilah Afiifadiyah Rahman. 2020. Pemanfaatan Zoom Meeting untuk Proses Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal SAP (Susunan Artikel Pendidikan) Vol. 5 No. 1 Agustus 2020, 51-57. https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/viewFile/6511/3217
  11. Monica, Junita dan Dini Fitriawati. 2020. Efektivitas Penggunaan Aplikasi Zoom sebagai Media Pembelajaran Online pada Mahasiswa saat Pandemi Covid 19. Jurnal Communio : Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume IX, No. 2, Juli – Desember 2020. 1630 – 1640. https://ejurnal.undana.ac.id/JIKOM/article/download/2416/2058
  12. Mudhofir, Ali and Rusydiyah, Evi Fatimatur. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Rajawali Press.
  13. Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
  14. ____________. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
  15. Nasution S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsiti
  16. Nusa Putra. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
  17. Rahardjo, Mudjia. 2011. Metode Pengumpulan Data Penelitian. Kualitatif. Malang : UIN Malang Press
  18. Rakhmat, Jalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
  19. Robbins, P. Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Sembilan, Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
  20. Sadikin, Ali dan Afreni Hamidah. 2020. Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. BIODIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi Vol. 06, No. 02 (2020). 214 – 224. https://online-journal.unja.ac.id/biodik/article/download/9759/5665/24717
  21. Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Platform Group
  22. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  23. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
  24. Sutikno, M. Sobry. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Lombok : Holistica
  25. Suyono, & Hariyanto, M.S. 2016. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya