Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2044

Adab al Arabi Learning at Ma'had Umar bin Al Khattab Putri Sidoarjo During the Covid-19 Pandemic


Pembelajaran Adab al Arabi di Ma'had Umar bin al Khattab Putri Sidoarjo pada masa pandemi Covid-19

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Adab Al-Arabi Learning Pandemic

Abstract

This article aims to determine the learning process of Adab al Arabi at Ma'had Umar Bin al Khattab Putri Sidoarjo. The research approach used by the researcher is a case study study whose data are obtained from a detailed study of a single background, single subject, or a particular event. The results showed that, 1) The online learning method for the Adab Arabi course at Ma'had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo during the Covid-19 pandemic was a historical method and in the learning process Ma'had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo used several various applications, such as whatsapp, google drive, telegram and youtube. 2) The inhibiting factor in the online learning process for the Adab Arabi course at Ma'had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo, namely Mahasisiwi is constrained by signals, cellphone memory is full, internet quota and the lack of enthusiasm of students in participating in online learning for the Adab al Arabi course. 3) Supporting factors for online learning maddah Adab Arabiy, namely, students get time slack in completing assignments, there is no limit on the use of one application in collecting assignments, and students can repeat audio explanations from the ustadzah when they do not understand the material well

PEMBELAJARAN ADAB AL ARABI DI MA’HAD UMAR BIN AL KHATTAB PUTRI SIDOARJO PADA MASA PANDEMI COVID-19

Eka Putri Maghfiroh1, Najih Anwar2

1Program studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia

2Program studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia

Email : ,

Abstrak,Artikel ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran Adab al Arabi di Ma’had Umar Bin al Khattab Putri Sidoarjo. Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian studi kasus yang datanya didapatkan dari kajian yang rinci tentang satu latar, subjek tunggal, atau suatu peristiwa tertentu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Metode pembelajaran daring mata kuliah Adab Arabi di Ma’had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo pada masa pandemi Covid-19 adalah metode sejarah dan dalam proses pembelajarannya Ma’had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo menggunakan beberapa macam aplikasi, seperti whatsapp, google drive, telegram dan youtube. 2) Faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring mata kuliah Adab Arabidi Ma’had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo yaitu Mahasisiwi terkendala dengan sinyal, memori handphone penuh, kuota internet dan Minimnya antusias mahasiswi dalam mengikuti pembelajaran daring mata kuliah Adab al Arabi. 3)Faktor pendukung pembelajaran daring maddah Adab Arabiy yaitu, Mahasiswi mendapat kelonggaran waktu dalam menyelesaikan tugas, Tidak ada batasan pemakaian satu aplikasi dalam pengumpulan tugas,dan Mahasiswi dapat mengulang audio penjelasan dari ustadzah saat belum memahami materi dengan baik

Kata kunci-Pembelajaran, Adab al Arabi, Pandemi

Abstract, This article aims to determine the learning process of Adab al Arabi at Ma'had Umar Bin al Khattab Putri Sidoarjo. The research approach used by the researcher is a case study study whose data are obtained from a detailed study of a single background, single subject, or a particular event. The results showed that, 1) The online learning method for the Adab Arabi course at Ma'had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo during the Covid-19 pandemic was a historical method and in the learning process Ma'had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo used several various applications, such as whatsapp, google drive, telegram and youtube. 2) The inhibiting factor in the online learning process for the Adab Arabi course at Ma'had Umar Bin al-Khattab Putri Sidoarjo, namely Mahasisiwi is constrained by signals, cellphone memory is full, internet quota and the lack of enthusiasm of students in participating in online learning for the Adab al Arabi course. 3) Supporting factors for online learning maddah Adab Arabiy, namely, students get time slack in completing assignments, there is no limit on the use of one application in collecting assignments, and students can repeat audio explanations from the ustadzah when they do not understand the material well

Keywords- Learning, Adab al Arabi, Pandemic

I. PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 membawa dampak besar bagi umat manusia di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Berbagai aspek kehidupan terdampak oleh pendemi ini. Mulai dari Bidang sosial, Bidang ekonomi, hingga Bidang pendidikan. Guna menekan penyebaran virus covid-19, Kemendikbud membuat kebijakan yaitu memberhentikan kegiatan pembelajaran tatap muka dan menggantinya dengan pembelajaran online atau daring. Kebijakan ini juga berlaku bagi seluruh perguruan tinggi di seluruh Indonesia, termasuk Ma’had Umar bi Al-Khattab. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring di Ma’had Umar Bin al Khattab Putri Sidoarjo dilaksanakan mulai tanggal 16 Maret 2020 sampai sekarang. Adapun model pembelajaran yang diterapkan oleh dosen pengajar maddah Adab mustawa rabi ’ yaitu menggunakan audio wa dan video pembelajaran . Peneliti memilih pembelajaran mata kuliah Adab al Arabi sebagai bahan penelitiannya, karena materi mata kuliah Adab al Arabi berbeda dengan materi mata kuliah lainnya di Ma’had Umar Bin al Khattab Putri Sidoarjo. Dalam kamus Munawwir kata adab yaitu amila muaddaban yang berarti menyelenggarakan perjamuan. Kemudian di baris selanjutnya ‘ilmu al Adab berarti phiology (ilmu sastra). Jadi, materi mata kuliah Adab al Arabi berisi tentang ilmu sastra yang bahasanya tidak biasa digunakan oleh orang-orang Arab pada umumnya.

Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan penelitian studi kasus. Studi kasus adalah kajian yang rinci tentang satu latar, subjek tunggal, atau suatu peristiwa tertentu.[1] Subyek penelitian ini adalah pengajar al Adab al ‘Arabi dan mahasiswi Mustawa Rabi’ Ma’had Umar bin Al Khattab Sidoarjo yang akan dilaksanakan pada semester ganjil 2020/2021 dan penelitian akan dilakukan secara daring, mengingat Ma’had Umar bin Al-Khattab masih belum memberlakukan pembelajaran tatap muka selama pandemi COVID-19. Peneliti memilih mahasiswi Mustawa Rabi’ sebagai subjek penelitiannya karena mahasiswi Mustawa Rabi’ telah mempelajari materi al Adab al ‘Arabi dalam kitab silsilah lughoh secara keseluruhan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya adalah Teknik Wawancara, Teknik Dokumentasi , Teknik Observasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah data diketahui sebagaimana penulis sajikan pada fakta temuan diatas, maka tindak lanjut dari penelitian ini yaitu analisis data yang terkumpul menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif secara terperinci.

Pandemi COVID-19 (corona virus disease2019) pertama muncul di akhir tahun 2019 tepatnya di Wuhan, China. COVID-19 merupakan sebuah virus yang penularannya sangat cepat dan sulit untuk mengetahui ciri-ciri orang yang sudah terjangkit virus ini karena masa inkubasinya kurang lebih selama 14 hari. Hampir seluruh negara mengalami dampak pandemi ini, hingga banyak negara-negara yang menetapkan status lockdowndan antisipasi lainnya guna memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19. Akibat dari kebijakan tersebut banyak sektor yang lumpuh, misalnya sektor ekonomi yang paling utama lumpuh akibat pandemi ini. Selain sektor ekonomi yang mengalami dampak, pendidikan juga merupakan salah satu sektor yang juga mengalami langsung dampak pandemi ini. Kemendikbud membuat kebijakan yaitu memberhentikan kegiatan pembelajaran tatap muka dan menggantinya dengan pembelajaran online atau daring. Kebijakan ini juga berlaku bagi seluruh perguruan tinggi di seluruh Indonesia, termasuk Ma’had Umar bi Al-Khattab.

Pembelajaran yang digunakan di Ma’had Umar Bin al Khattab Sidoarjo pada masa pandemi COVID-19 yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring yang sudah dilaksanakan mulai tanggal 16 Maret 2020 sampai sekarang . Pembelajaran jarak jauh ini dilaksanakan sesuai dengan anjuran yang telah ditentukan oleh pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Adapun model pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar maddah Adab mustawa rabi’ yaitu menggunakan audio wa dan video pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah yang disusun dalam Rencana Pembelajaran Semsester (RPS) agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan. Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang dibuat oleh ustadzah selama masa pandemi ini sama dengan pembuata RPS pada umumnya, namun dalam pembelajaran daring ini ustadzah membuat RPS yang lebih ringkas.

Pelaksanaan pembelajaran Adab al Arabiy di Ma’had Umar Bin al Khattab Sidoarjo selama pandemi sesuai dengan jadwal kuliah seperti biasa dan dilaksanakan melalui media Whatsapp. Dan tahapan-tahapan dalam pembelajaran Adab al Arabiy ini sama seperti tahapan pembelajaran Adab al Arabiy pada umumnya, yaitu dimulai dari tahap pembukaan. Ustadzah mengawali pembelajaran dengan tanya jawab seputar materi sebelumnya. Kegiatan tanya jawab biasanya dilaksanakan melalui pesan teks, atau pesan suara. Kemudian, tahap kedua ustadzah memberikan teks sastra kepada mahasiswi,dan membacakannya dengan jelas sesuai kaidah Nahwu dan shorof. Kemudian tahap ketiga, ustadzah menjelaskan ,mufrodat-mufrodat yang sulit dan bentuk kalimat baru. Penjelasan (syarh) ini direkam oleh ustadzah dan dikirimkan kepada mahasiswi dalam bentuk audio. Kemudian tahap keempat, ustadzah meminta mahasiswi untuk menhafal teks sastra dengan pengucapan yang jelas dan kaidah yang benar. Dan tahap terakhir adalah evaluasi (munaqosyah), ustadzah memberikan tugas kepada mahasiswi berupa tadzribat di kitab Adab al Arabi untuk mengukur seberapa faham mahasiswi dengan materi yang telah disampaikan.

Tahapan pembelajaran Adab al Arabi yang dilakukan di Ma’had Umar Bin al Khattab ini hampir sama dengan salah satu tahapan pembelajaran Adab al Arabi menurut salah satu pendapat ulama[2], yaitu :

Pertama, Tamhidi, setiap pengajar memulai pembelajaran dengan caranya masing-masing. Ada yang mengawali dengan tanya jawab seputar materi, ada pula dengan merangsang peserta didik melalui tanya jawab seputar materi tertentu yang akan diujikan.

Kedua, Arudh, Di mana guru menyampaikan teks sastra yang secara alami disampaikan kepada peserta didik, dan penyampaian teks tersebut harus berupa tilawah yang memperhitungkan berbagai situasi sambil memberi peserta didik kesempatan yang cukup untuk berpartisipasi dalam merancang posisi ini

Ketiga, Syarh, pengajar akan menjelaskan kata-kata yang sulit atau kata-kata yang asing, dan bentuk kalimat baru. Kemudian pengajar akan menjelaskan penggunaannya.

Keempat, Qiro’ah jahriyah, pengajar akan menyarankan kepada peserta didiknya untuk membaca nash-nash yang ada di dalam ilmu Adab Arabi dengan suara yang keras

Kelima, Munaqosyah, pengajar akan memberikan pertanyaan kepada peserta didiknya untuk mengukur seberapa faham peserta didik dengan materi yang disampaikan oleh pengajar tersebut. [3]

Keenam, Ta’birud daris, Dimana guru menugaskan sejumlah siswa untuk membuat artikel di mana mereka menganalisis apa yang mereka serap dari teks tersebut. Dan ekspresi siswa dapat mewakili beberapa cerita yang cocok untuk representasi.[4]

Materi pembelajaran Adab al Arabiy di Ma’had Umar Bin al Khattab Sidoarjo diambil dari kitab silsilah lughoh al arabiyah. Di dalam kitab tersebut di bahas materi Adab al Arabiy dari periode Jahiliyah sampai periode zaman modern. Semua materi ini dipelajari di Mustawa Tsalits dan Mustawa Rabi’. Di materi tersebut mahasiswi mempelajari Tarikh Adab, Qawaid al-Syi’r wa al-Natsr, dan Al-Naqqd al-Adabi.

Tema-tema studi bahasa arab secara umum dapat dipetakan menjadi dua tema besar, yaitu : (1) Tema Kebahasaan (2) Tema Kesusatraan. Kedua tema dan kecenderungan kajian ini dapat dirinci menjadi sebagai berikut:[5]

No Tema Besar Klasifikasi keilmuan Rincian cabang
1. Kebahasaan Ilmu Alat Ilmu Sharaf
Ilmu Nahwu
Ilm al-Lughah Ilm al-Lughah al-Nazhari
Ilm al-Lughah al-Tathbiqi
Ilm al-Aswat
Ilm Ushul al-Nahwi
Ilm al-Dilalah
Fiqh al-Lughah
Ma’ajim Arabiyyah Ma’ajim al-Alfazh
2. Kesustraan Ilm al-Balaghah Ma’ajim al-Ma’na
Ilm al-Ma’ani
Ilm al-Bayan
Ilm al-Badi’
Ilm al-Arudh Ilm al-Arudh
Ilm al-Qawafi
Al-Adab al-Arabi Tarikh al-Adab al-Arabi
Qawaid al-Syi’r wa al-Natsr
Al-Naqqd al-Adabi

Adapun aplikasi yang digunakan oleh dosen pengajar maddah Adab dalam melaksanakan pembelajaran daring tersebut seperti, Whatsapp, Google Drive,Telegram dan You tube. Aplikasi yang digunakan oleh ustadzah tersebut tentu memiliki fungsinya masing-masing guna menunjang pembelajaran daring dalam maddah Adab.

Video pembelajaran yang diberikan oleh pengajar dibuat semenarik mungkin agar mahasiswi tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring ini. Pengajar juga dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti agar mahasiswi tidak kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh pengajar tersebut.

Pelatihan pembuatan video pembelajaran untuk pengajar juga sangat diperlukan, Ma’had Umar Bin al Khattab dapat memfasilitasi pengajar dengan melakukan pelatihan pembuatan video pembelajaran yang menarik dengan menggunakan berbagai macam aplikasi. Kemudian video pembelajaran tersebut dapat di upload ke youtube sebagai bahan ajar. Mahasiswi dapat mengakses video pembelajaran tersebut melalui youtube dan dapat mendownloadnya untuk dipelajari secara ulang. Kurangnya pemahaman pengajar terhadap teknologi juga dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran daring itu sendiri.

Menurut Riyana untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningatkan motivasi dan efektifitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya sebagai berikut:[6]

Dengan media video peserta didik dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehigga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memori jangka panjang dan bersifat retensi.

Video yang dikembangkan tidak berganung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

Media video menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang diampilkan bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

Materi harus benar-benar representative, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik social maupun sains dapat dibuat menjadi media video.

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau, berbahaya apabila langsung dipraktikan, memiliki tingkat keakurasian tinggi.

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rekayasa digital dengan resolusi tinggi teteapi support untuk setiap speech sisitem computer

  • Clarity of Massage (kejelasan pesan)
  • Stand Alone (berdiri sendiri)
  • User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya)
  • Representasi isi
  • Visualisasi dengan media
  • Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi
  • Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh peserta didik secara individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah pesereta didik maksimal 50 orang bias dipandu oleh pengajar atau cukup dengan mendengarkan uraian narasi dari narrator yang telah tersedia dalam program.

Video pembelajaran adalah video pembelajaran sebagai media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik untuk belajar melalui penyangan ide atau gagasan pesan dan informasi secara audio visual. Media video dipilih karena video pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu : memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh peserta didik, sangat bagus untuk menerngkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan, memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik.[7]

Penilaian adalah bagian yang sangat penting di dalam dunia pendidikan, karena penilaian merupakan bahan evaluasi selama proses pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran daring maddah Adab yaitu dengan pemberian tugas kepada mahasiswi dalam bnetuk tertulis berupa tadzribat, atau pembuatan video hafalan syair.

Dalam penilaian tersebut ustadzah dapat melakukan penilaian melalui kreatifitas mahasiswi, keaktifan mahasiswi saat pembelajaran daring, dan lain sebagainya. Penilaian dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, tidak melulu hanya melakukan penilaian secara pengetahuan tetapi juga melakukan penilaian keterampilan, keaktifan dan kreatifitas mahasiswi sesuai dengan materi yang ustadzah berikan.

Gito Supriyadi mengungkapkan dalam bukunya bahwa evaluasi dapat diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksankan dengan maksud atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan.[8]

Berikut beberapa faktor penghambat dalam pembelajaran daring maddah Adab yaitu :

Kunci penting dalam keberhasilan pembelajarn daring ini adalah kerjasama dan komunikasi yang baik antar ustadzah dan mahasiswi, karena dalam pembelajaran ini mahasiswi tidak dapat bertatap muka langsung dengan ustadzah. Sehingga membuat pembelajaran daring itu sendiri menjadi kurang maksimal. Pengajar diharuskan untuk selalu siap mendampingi mahasiswi selama 24 jam. Hal ini berkaitan dengan kinerja ustadzah, dimana yang seharusnya ustadzah mempersiapkan materi untuk hari berikutnya namun ustadzah masih merasa terbebani oleh materi yang belum tuntas dihari tersebut. Fasilitas yang memadai juga menunjang keberhasilan pembelajaran daring, contohnya seperti smartphone yang canggih dan adanya wifi.

  • Mahasiswi sering terkendala dengan sinyal atau memori handphone yang sering penuh.
  • Minimnya antusias mahasiswi dalam mengikuti pembelajaran daring maddah Adab al ArabI.

Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator yaitu keterkaitan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar dan pengetahuan. Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan rajin belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada beban dalam dirinya.[9]

Keberhasilan proses pembelajaran daring ini dapat dilihat dari presentasi antusias mahasiswi dalam mengikuti pembelajaran. Minimnya antusias mahasiswi sangat mempengaruhi pemahaman mahasiswi dalam mengikuti pembelajaran.

Minimnya presentase antusias dan pemahaman mahasiswi dalam memahami materi tersebut menunjukkan bahwa kurang dari setengah jumlah mahasiswi Mustawa Rabi’ yang mampu memahami materi yang diberikan oleh ustadah melalui pembelajaran daring. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang terstrukturnya pembelajaran daring dan video pembelajaran yang diberikan oleh ustadzah. Dalam pembelajaran daring, ustadzah dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam membuat video pembelajaran guna menarik antusias mahasiswi agar lebih bersemangat dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran daring.

Dalam proses pembelajaran daring tentu berbeda dengan proses pembelajaran secara langsung tatap muka di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran daring, perlu adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antar ustadzah dan mahasiswi, dimana kerjasama dan komunikasi yang baik adalah kunci sukses dari proses pembelajaran daring itu sendiri. Dalam pembelajaran daring pun, diperlukan kualitas sinyal yang stabil maupun kuota internet yang memadai guna menunjang keberhasilan pembelajaran daring.

Adapun faktor pendukung dalam pembelajaran daring maddah Adab al Arabiy yaitu :

Salah satu faktor pendukung pembelajaran daring maddah Adab adalah mahasiswi mendapat kelonggaran waktu dalam mengumpulkan tugas, sehingga mahasiswi yang tinggal di daerah susah akses internet memiliki kesempatan mencari sinyal di tempat yang terjangkau internet. Dan dengan adanya kelonggaran waktu yang diberikan dosen, mahasiswi dapat memahami materi lebih dalam, selain itu mereka juga dapat melakukan diskusi terkait materi yang diberikan oleh dosen.

Adapun faktor pendukung lainnya adalah ustadzah tidak membatasi mahasiswi untuk memakai satu aplikasi dalam pengumpulan tugas. Dengan tidak adanya batasan pemakaian satu aplikasi, akan mempermudah mahasiswi dalam mengikuti pembelajaran daring. Karena mahasiswi dapat menyesuaikan dengan aplikasi yang dimilikinya dihandphone mereka.

  • Ustadzah memberikan kelonggaran waktu kepada mahasiswi dalam menyelesaikan tugas.
  • Ustadzah tidak membatasi harus memakai aplikasi tertentu dalam pengiriman tugas, sehingga mahasiswi dapat memilih aplikasi yang memudahkannya dalam mengirimkan tugas.
  • Mahasiswi dapat mengulang-ulang audio penjelasan ustadzah,saat belum memahami materi dengan baik.

Setiap peserta didik memiliki tipe belajar yang berbeda satu sama lainnya. Para ahli kebanyakan dari psikolog, membagi tipe-tipe belajar itu kedalam berbagai macam tipe : Tipe Mendengarkan, Tipe Penglihatan, Tipe Merasakan dan Tipe Motorik.[10] Dan tipe-tipe belajar ini dapat menghasilkan hasil yang maksimal jika dilakukan secara berulang-ulang.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  • Pembelajaran daring Maddah Adab al Arabiy pada Mustawa Rabi’ yaitu dengan memanfaatkan beberapa macam jenis aplikasi seperti whatsapp, google drive, youtube, dan telegram. Dosen membuat audio pembelajaran, kemudian mengirimkannya melalui aplikasi whatsapp agar mahasiswi dapat membuka kembali materi pembelajarn yang diberikan oleh dosen tersebut dan mempelajarinya ulang. Evaluasi yang diberikan dosen berbentuk tugas tertulis dan tugas praktek . Tugas praktek seperti pembuatan video hafalan sya’ir dan kemudian dikirimkan mahasiswi kepada dosen melalui aplikasi telegram.
  • Faktor penghambat dalam mengimplementasikan pembelajaran daring yaitu Mahasisiwi terkendala dengan sinyal, Mahasiswi terkendala memori handphone penuh, Mahasiswi terkendala kuota internet dan Minimnya antusias mahasiswi dalam mengikuti pembelajaran daring maddah Adab al Arabi
  • Faktor pendukung dalam mengimplementasikan pembelajaran daring yaitu, Mahasiswi mendapat kelonggaran waktu dalam menyelesaikan tugas, Tidak ada batasan pemakaian satu aplikasi dalam pengumpulan tugas, dan Mahasiswi dapat mengulang audio penjelasan dari ustadzah saat belum memahami materi dengan baik

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya nikmat sehat, sehingga saya dapat menyelesaikan artikel ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Najih Anwar,M.Pd. selaku pembimbing dalam penulisan artikel ini serta kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan do’a dan dukungannya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2012

[2] Choir Rosyidi Dan Mohammad Arif Setyabudi, “Pembelajaran Sastra Arab”, Al-Ta’dib,2 (Januari 2015), 193..

[3] Azkia Muharom Albantani, “Metode Pembelajaran Sastra Arab”, Alfaz,1 (2018), 20.

[4] Arif Karkhi Abukhudairi, "منهج تدريس الأدب العربي لغير العرب", Arabiyat,2 (2015), 222. diakses pada tanggal 4 Agustus2020..

[5] Muhbib Abdul Wahab,“Peta wacana studi bahasa arab di UIN Jakarta”, FITK UIN Jakarta(2015),7..

[6] Cheppy Riyana, Pedoman Pengembangan Media Video, Bandung : ProgramP3AI Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.

[7] Putu Darma Wisada, Pengembangan Media Video Pembelajaran berorientasi Pendidikan Karakter, Journal of Education Technology, 2019, 141.

[8] Gito Supriyadi, Pengantar Teknik Evaluasi Pembelajaran, Intimedia : Malang, 2011.

[9] Siti Nurhasanah,A.Sobandi, “Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2016, 130.

[10] Sriyono, Tehnik Belajar Mengajar CBSA, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

.

References

  1. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2012
  2. Choir Rosyidi Dan Mohammad Arif Setyabudi, “Pembelajaran Sastra Arab”, Al-Ta’dib,2 (Januari 2015), 193.https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Pembelajaran+Sastra+Arab&oq=pembelajaran+.
  3. Azkia Muharom Albantani, “Metode Pembelajaran Sastra Arab”, Alfaz,1 (2018), 20. http://jurnal.uin banten.ac.id/index.php/alfaz/article/view/711/904
  4. Arif Karkhi Abukhudairi, "Kurikulum untuk pengajaran sastra Arab kepada non-Arab", Arabiyat,2 (2015), 222. diakses pada tanggal 4 Agustus2020.https://www.google.com/search?q=Arif+Karkhi+Abukhudairi=chrome..69i57j69i60l2.13426j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
  5. Muhbib Abdul Wahab,“Peta wacana studi bahasa arab di UIN Jakarta”, FITK UIN Jakarta(2015),7.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28268/3/Muhbib%20Abdul%20WahabFITK.pdf.
  6. Cheppy Riyana, Pedoman Pengembangan Media Video, Bandung : ProgramP3AI Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.
  7. Putu Darma Wisada, Pengembangan Media Video Pembelajaran berorientasi Pendidikan Karakter, Journal of Education Technology, 2019, 141. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/view/21735
  8. Gito Supriyadi, Pengantar Teknik Evaluasi Pembelajaran, Intimedia : Malang, 2011.
  9. Siti Nurhasanah,A.Sobandi, “Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2016, 130. https://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/3264
  10. Sriyono, Tehnik Belajar Mengajar CBSA, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.