Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.2027

The Effect Of Storytelling Method On The Speaking Skills Of Third Graders


Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Keterampilan Bebricara Siswa Kelas III

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Effectiveness Photonovela Media Learning Outcomes

Abstract

The purpose of this study is to find  how much the influence storytelling method for speaking skills of elementary school  01 Waru Sidoarjo inter class. The kind of the study use quantitative  of kind pre-experimental with one grup desain of pretest-posttest. the sampling technique in this study  use  purposive sampling technique with certain considerations, which use all members of the population as a sample of 25 students inter A class. the  data collection methods  are descriptive statistic and analysis prerequisite tests and hypothesis testing. The results of students analysis are speaking skills before using the storytelling method is in the medium category. Furthermore, the T test was compare with a 5% significance level of 1.7081.  Then it can be concluded that Ha was accepted and Ho was rejected. While the calculation of the level influence obtained 0,91 results which means that there is a large influence in the study, because eta square is 0,91 > 0,41. These results illustrate that the speaking skills of students in class 3 are influenced by using the storytelling method in grade 3 elementary school at Bangah 01 Waru Sidoarjo.

I. Pendahuluan

Pembelajaran Bahasa Indonesia, suatu bahasa dengan fokus pada penguasaan kemampuan berbahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang digunakannya. Kemampuan ini melibatkan dua hal, yaitu: (1) Kemampuan untuk menyampaikan pesan, baik secara lisan (melalui berbicara) maupun tertulis (melalui menulis), serta (2) Kemampuan memahami, menafsirkan dan menerima pesan, baik yang disampaikan secara lisan (melalui kegiatan menyimak) maupun tertulis (melalui kegiatan membaca). Secara implisit kemampuan-kemampuan itu tentu saja melibatkan penguasaan kaidah bahasa serta pramatik. Kemampuan pragmatic merupakan kesangguapan pengguna bahasa untuk menggunakan bahasa dalam berbagai situasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan konteks berbahasa itu sendiri.[1] Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berperan penting dalam upanya menciptakan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.[2] Berbicara sudah sangat erat berhubungan dalam mengembangkan kosa-kata yang diperoleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca.

Melalui sebuah keterampilan tersebut seseorang dapat mengeekpresikan dirinya, berani mengutarakan pengetahuannya, pikiran, atau perasannya terhadap orang lain. Berdasarkan hasil observasi di kelas III SDN Bangah 01 Waru Sidoarjo. Diketahui bahwa keterampilan berbicara masih banyak memiliki kekurangan, guru mengaatakan jika siswa kelas III masih sangat kurang dalahm hal berbicaranya, siswa terkadang masih terbata-bata, malu, dan masih merasa ada keraguan untuk menyampaikan sebuah cerita. [3] Minimnya keterampilan berbicara siswa untuk bercerita didepan umum. Karena hal tersebut mereka kurang melakukan latihan dan tentu saja, siswa memerlukan guru untuk mendampinginya dalam mengkaji ulang siswa yang masih belum memiliki keterampilan berbicara. Siswa perlu melakukan latihan seoptimal mungkin agar siswa dapat unggul dalam belajar bercerita didepan kelas.

Mendapatkan kondisi yang seperti ini tidak mendukung adanya keterampilan berbicara siswa yaitu disebabkan oleh siswa yang cenderung pasif saat pembelajaran, [4] mereka hanya mendengarkan tanpa bertanya saat guru memberikan pertanyaan. Sedangkan siswa yang aktif, ini menjadi cenderung bertanya dan tentu saja mudah mengemukakan pendapat saat pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran yang sangat baik itu dengan jika terjalin komunikasi dari dua arah antara guru dan siswa.

Menurut pendapat hidayat dalam Rahayu metode storytelling atau bercerita merupakan aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekam. Arini, dkk menyatakan bahwa kegiatan bercerita dapat memberikan hiburan dan merangsang imajinasi anak.[5]Kegiatan bercerita juga menambah kemampuan berbahasa anak dan membantu mereka menginternalisasi karakter cerita. [6] Pendapat-pendapat inilah yang memperkuat bahwa penerapan metode storytelling dalam pemebelajaran memungkinkan peserta didik untuk dapat melatih keterampilan berbicara, peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pemeblajaran dikelas, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Dengan demikian, peserta didik menjadi lebih percaya diri, baik dalam prosespembelajaran atau dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menuntut harus terampil berbicara. Hal tersebut sangat cocok diterapkan di sekolah dasar.[7]

Hal ini didukung oleh Nurliyah Syarifuddin yang dilaksanakan Di Kota Makassar yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pemebelajaran Storytelling, dan keterampilan berbicara siswa di sd Kota Makassar yang menunjukkan bahwa anak yang memliki keterampilan berbicara akan mencapai hasil yang baik, apapaun metode pembelajaran yang digunakan. [8] namun metode yang digunakan dalam pembelajaran dikelas akan sangat membantu siswa yang memliki keterampilan berbicara rendah, pada proses berbicara siswa kelas 3 SD merupakan hal yang terjadi secara alamiah sesuai perkembangan siswa sehingga untuk mengoptimalkan menyedihkan bahan bacaan dan aktivitas yang menarik keterampilan berbicara siswa adalah hal yang sangat penting. [9]

II. Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenispre-experimental atau bisa disebut juga sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Dengan menggunakan desain one grup pretest-posttest. Dalam one grup pre-test post-test terdapat pre-test sebelum diberiperlakuan. Demikian hasil perlakuannya lebih akurat, karena kita dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.[10]

O 1 x O 2

Keterangan:

X= Perlakuan

O1= nilai pretest (sebelum diberikan kepada siswa)

O2= nilai posttest (setelah diberikan kepada siswa)

Didalam penelitian ini, populasi yang digunakan oleh peneliti adalah populasi pada kelas III A SD Bangah 01 Waru, Sidoarjo yang keseluruhan berjumlah 25 siswa. Data secara deskriptif kuantitatif akan dianalisis dengan data yang diperoleh dari hasil prettest-posttes, adapun analisis data yang dilukakan antara lain : (1) normalitas untuk menguji apaakah sebaran dari masing-masing variabel mempunyai distribusi normal atau tidak, (2) uji hipotesis paried sample t-test digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa dari soal posttest pada kelas kontrol dan eksperimen. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama yaitu “ adakah pengaruh metode storytelling terhadap keterampilan berbicara siswa”, (3) uji eta square uji ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh metode storytelling terhadap keterampilan berbicara siswa. Data hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan statistik menggunakan bantuan program SPSS versi 17,0.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pembahasan penelitian ini membahas mengenai keterampilan berbicara siswa yang sudah diperoleh dari tes berupa angket keterampilan berbicara siswa dan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berisi aktivitas siswa selama pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan satu kelas dimana perolehan tes diperoleh dari prettest – posttest adapun nilai rata-rata hasil keterampilan berbicara siswa yang diuji dengan angket dan observasi pada prettest – posttest berbeda. Perbedaan ini ditunjukkan melalui skor rata-rata yang dieroleh posttest lebih tinggi bila dibandingkan dengan prettest. Hal ini menunjukkan keunggulan yang dimiliki oleh hasil posttest yang mendapat perlakuan dengan menggunakan metode storytelling, karena memiliki keterampilan berbicara yang lebih tinggi sebesar 46,92. Adapun hasil data keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan angket yang diperoleh pada hasil prettest-posttest dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kesimpulan hasil rata-rata angket keterampilan berbicara siswa

Nilai Pretest Postest
Skor Total 984 2204
Skor Rata-Rata 37,84 84,76
Kemajuan Belajar 46,92

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebasarn dari masing-masing variabel mempunyai distribusi normal atau tidak, uji normalitas ini menggunakan kolmogorov-smirnov teknik untuk mencari normalitas sebasaran skor jika skala yang digunakan adalah interval. Hasil dari uji normalitas dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal, adapun hasil uji normalitas disajikan pada tabel 2.

Tabel 3.2 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pretets .135 26 .200* .954 26 .286
Postets .138 26 .200* .958 26 .356

Dari tabel 2.2 dapat dikatakan bahwa pre-test dan post-test keterampilan berbicara berbicara kelompok control dan kelompok eksperimen menunjukkan nilai signifikan > 0,005 (5%). Maka bisa dikumpulkan bahwa seluruh variabel memiliki distribusi normal, sehingga syarat uji normalitas telah terpenuhi

Setelah melakukan uji normalitas sebaran data, selanjunya dilakukan uji homogenitas hipotesis. Disini peneliti menggunakan uji paired simple te-test. Berdasarkan hasil uji t diatas diperoleh Thitung17.574 sedangkan Ttabel 1.7081. Thitung bernilai negative dapat bernilai positif, sehingga nilai Thitung menjadi 17574. Sehingga Thitung > t-tabel ( 17.574 > 1.7081) maka dapat disimpulkan bhawa Hₒ ditolak dan Ha diterima sehingga jika pemebelajaran dengan metode storytelling maka menunjukkan perbedaan hal ini dapat ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran storytelling terhadap keterampilan berbicara kelas 3 SDN Bangah 01 Waru.

  • Uji normalitas
  • Uji Hipotesis I
  • Uji Hipotesis II

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh metode strorytelling terhadap keterampilan berbicara siswa kelas 3 SDN Bangah 01 Waru. Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti dengan menggunakan rumus uji eta sebagai berikut:

Mencari r (Koefifien Korelasi)

=

Kemudian rumus uji t

t =

t =

t =

t = = = 16,59

Rumus eta squared

=

=

=

=

= = 0,91

Berdasarkan perhitungan diatas uji eta squared sebesar 0,91. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh sebesar 0,91. Dari hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria interpretasi hasil uji eta square, dan dapat dijabarkan terdapat pengaruh besar antara menggunakan metode storytelling terhadap keterampilan berbicara siswa kelas 3 SDN Bangah 01 Waru.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisi data, maka peneliti menyimpulkan , ada pengaruh metode storytelling berdasarkan dari analisi data yang diperoleh dalam penelitian, maka peneliti menyimpulkan : (1) adanya pengaruh metode storytelling terhadap keterampilan berbicara siswa disekolah dasar dibuktikan dengan perhitungan uji T, bahwa Thitung > Ttabel yaitu 17.574 > 1.7081 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. (2) Besar pengaruh metode strorytelling terhadap keterampilan berbicara siswa dibuktikan dengan perhitungan uji eta squared sebesar 0,91. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh sebesar 0,91. Dari hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria interpretasi hasil uji eta square, dan dapat dijabarkan terdapat pengaruh besar antara menggunakan metode storytelling terhadap keterampilan berbicara siswa kelas 3 SDN Bangah 01.

V. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih penulis tujukan yang pertama kepada Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan ridho Nya kepada saya dan kedua orang tua saya beserta pihak sekolah SD Bangah 01 Waru yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Tidak lupa terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat serta dukungan.

References

  1. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), hal. 581.
  2. Eko Sugiarto, Mengenal Dongeng Dengan Prosa Lama Untuk SD, SMP, SMA. (Jakarta: Pustaka Widyatama 2009)
  3. Mardayati, (2016). Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta “Pengaruh Storytelling Terhadap Minat Baca Anak Di SD Luqman AL-Hakim Yogyakarta”. Jurnal 2016
  4. Nanik Fitria Anggraini,” Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Peningkatan Perilaku Anak”
  5. Suharsimi,A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
  6. Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2017).Yulia siska. "Penerapan Metode Bermain Peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan social dan keterampilan berbicara anak." Jurnal 2011.
  7. Agustina, Susanti.2008. Mendongeng Sebagai Energi Bagi Anak. Jakarta: Rumah Ilmu Indonesia
  8. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
  9. Eko Sugiarto, Mengenal Dongeng Dengan Prosa Lama Untuk SD, SMP, SMA. (Jakarta: Pustaka Widyatama 2009)
  10. Hairudin. Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Derektoratn Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (2007).