Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.1945

Exploratory Analysis Affecting Self-Efficacy in the Leadership of Female Village Heads


Analisis Eksploratori yang Mempengaruhi Efikasi Diri pada Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Factor Analysis EFA Headman Public Leadership Women

Abstract

Leadership is one of the most decisive factors in the development and progress of an organization. With a capable leadership that will have an impact on the progress of the organization. Public leadership by women has less legitimacy by society. Self-leadership has a significant effect on self-efficacy, self-efficacy has a significant effect on performance, self-leadership has a significant effect on performance. In order to optimize the ability of women's public leadership, self-efficacy in leadership by female headman indirectly affects the quality of leadership and service to the community. This study aims to explore the self-efficacy of female headman in the region and identify factors that influence the self-efficacy of female headman when in office as village government. This research was conducted through a self-administered questionnaire. In addition, exploration and confirmation of factor analysis were carried out. The validity and reliability tests were carried out before using exploratory factor analysis (EFA). The results of the factoring will show the communalities table, and after the rotation, a loading factor will be formed which will show the interpretation of the factors that have been formed, in particular giving names to the factors that are considered to represent these indicators. The results showed that 2 factors were formed which influenced the self-efficacy of female headman in leading village officials. These factors are Leadership Self Efficacy and Development of the Leadership Self-efficacy. The factor 1 is namely Leadership Self Efficacy which includes leading change, delegating tasks, influencing members, being flexible. Factor 2, namely Development of the Leadership Self-efficacy which includes self-identification, motivating members, leading the organization, and encouraging the organization.

I. Pendahuluan

Kepemimpinan Publik oleh Perempuan legitimasinya kurang diakui oleh masyarakat. Budaya patriarki masyarakat yang masih kuat, sehingga tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa kepemimpinan perempuan cenderspung lemah. Perbedaan antara kepemimpinan laki-laki dan perempuan telah ditepis oleh kiprah kepemimpinan wanita dalam berbagai peran dan psisi strategis di kehidupan bermasyarakat. Kelompok wanita lebih banyak dinilai hanya menikmati produk dari hasil kerja yang mayoritas dibuat oleh kelompok laki-laki. Pada kenyataannya, partisipasi wanita dalam menjalankan sebuah proses kepemimpinan menunjukkan bahwa wanita juga merupakan sumber daya yang potensial apabila diberikan kesempatan yang sama untuk berperan dalam berbagai aspek [1]. Perempuan merupakan investasi, aset dan potensi bangsa yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dalam rangka pembangunan dan pemberdayaan perempuan sangat erat dengan upaya peningkatan kualitas generasi penerus bangsa, karena perempuan adalah pendidik utama bagi anak-anak bangsa dalam sebuah keluarga [2]. Keadaan peran dan status perempuan dewasa ini lebih dipengaruhi oleh masalampau, kultur, ideologi, dan praktek hidup sehari-hari. Inilah yang menjadi kunci mengapa partisipasi perempuan dalam kehidupan masyarakat dan bernegara mengalami kelemahan. Rendahnya keterwakilan perempuan secara kuantitatif dalam lembaga politik formal inilah yang kemudian mendorong dan melatarbelakangi lahirnya berbagai macam tuntutan agar perempuan lebih diberi ruang dalam berpartisipasi. Menyertakan perempuan dalam proses pembangunan bukanlah berarti hanyasebagai suatu tindakan yang dipandang dari sisi humanisme belaka. Namun peran yang dilakukan oleh perempuan dalam kesertaannya di bidang pembangunan merupakan tindakan dalam rangka mengangkat harkat serta kualitas dari perempuan [3]. Kepemimpinan diri berpengaruh signifikan terhadap efikasi diri, efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap kinerja, kepemimpinan diri berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa efikasi diri secara parsial memediasi hubungan antara kepemimpinan diri dan kinerja. Kepemimpinan diri secara tidak langsung berpengaruh pada kinerja, efikasi diri sebagai pemediasi [4].

II. Methode

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode exploratif, yaitu untuk mengidentifikasi faktor yang berperan dalam efikasi diri Kepala Desa Perempuan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan teknik penggambilan data yaitu angket (kuesioner), observasi, dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan yang pernah menjabat sebagai kepala desa/kelurahan di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Dalam rangka mendapatkan sampel yang dapat merepresentasikan populasi maka sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling. Metode Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan antara lain kepala desa perempuan yang minimal pernah atau sedang menjabat sebagai kepala desa di wilayah Kabupaten Sidoarjo dan Bersedia mengisi kuesioner secara lengkap dan mengembalikannya (mengirim kembali) kepada peneliti Sesuai kriteria dalam penelitian ini, sampel yang memenuhi kreteria adalah sebanyak 30 orang [5]. Penelitian eksploratif mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini belum diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis. Berdasarkan paparan di atas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konsep pada gambar.1. definisi konsep secara operasional dalam lingkup penelitian memiliki penjelasan dari masing – masing variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Leadership Self Efficacy diukur dengan sebelas indikator. Indikator variabel tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 1. Indikator Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Indikator Variabel
Leadership Self Efficacy (Andrea Bobbio, Anna Maria dalam jurnal yang berjudul leadership self-efficacy scale a new multidimensional instrument) Memulai dan Memimpin Proses Perubahan Pemilihan Pengikut dan Pendelegasian Tanggung JawabHubungan InterpersonalKesadaran Diri dan Percaya DiriMemotivasi OrangKonsensus Orang
Development of the Leadership Self-efficacy Scale (Dr. So Yoon Yoon, Texas A&M University dalam jurnal berjudul “Development of the Leadership Self-efficacy Scale for Engineering Students”) Peluang KepemimpinanMemotivasi OrganisasiPraktik TeknikPerubahan InovatifTindakan Etis dan Integritas

Teknik analisis data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode yang berbeda yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pertanyaan bagian pertama ialah seputar (latar belakang responden) yang meliputi usia, pendidikan serta kurun waktu masa jabatan. Survei pada penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Diskripsi ini menggunakan masing-masing prosentase. Pada bagian kedua meliputi (faktor yang mempengaruhi kesuksesan kepala desa perempuan di Sidoarjo yang dipengaruhi efikasi diri) dianalisis menggunakan berbagai metode, seperti uji validitas dan reliabilitas, analisis mean dan analisis faktor dengan langkah – langkah sbagai berikut.

Uji validitas dilakukan guna memeriksa dan menguji kualitas kuisioner sebelum melakukan anlisis data. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevaliditasan suatu instrumen. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui tingkat kevalidan instrument ini, penelitian menggunakan uji statistic Pearson product moment. Kuesioner dinyatakan valid bila diperoleh nilai r hitung > r tabel atau nilai p < 0.05.

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Banyak metode yang digunakan dalam penelitian, namun yang sering digunakan adalah metode Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60.

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis mean dan standar deviasi. Semakin besar nilai mean maka variabel tersebut signifikan mempengaruhi efikasi diri kepala desa perempuan. Ketika menganalisis data yang diperoleh dari survei kuesioner menggunakan mean, ada beberapa faktor yang memiliki skor identik, dan untuk membedakan faktor tersebut dalam hal peringkat, standar deviasi (SD) juga dihitung [6]. Jika standar deviasi mendekati 0 menunjukkan bahwa titik-titik data cenderung sangat dekat dengan mean statistik (yang disebut juga disebut nilai yang diharapkan) dari himpunan, sedangkan standar deviasi yang tinggi menunjukkan bahwa titik data tersebar dengan jarak nilai yang jauh.

  • Uji Validitas
  • Uji Reliabilitas
  • Analisis Mean dan Standar Deviasi
  • Analisis Faktor

Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk menjamin bahwa sebuah pernyataan dalam kuesioner dapat merepresentasikan dengan baik. Metode ini menyederhanakan hubungan yang kompleks dan beragam diantara sekumpulan variabel penelitian yang diamati. analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang relatif kecil yang dapat digunakan untuk menjelaskan sejumlah besar variabel yang saling berhubungan [7]. Pada teknik analisis faktor terdapat beberapa asumsi yag harus dipenuhi. Asumsi tersebut antara lain korelasi antar variabel Independen. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misalnya di atas 0,5. korelasi Parsial. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS deteksi terhadap korelasi parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation, dan pengujian seluruh matriks korelasi (korelasi antar variabel), yang diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan di antara paling sedikit beberapa variabel.

III. Hasil dan Pembahasan

Data primer digunakan dalam penelitian ini dengan melalui penyebaran kuisioner pada kepala desa perempuan yang ada di Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo, yakni sebanyak 30 orang. Di bawah ini ialah data karakteristik responden dilihat dari usia, pendidikan dan lama periode menjabat. Data responden dilihat dari usia pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak 5 (16,7%) responden berusia 36-45 tahun dan sebanyak 25 (83,3%) responden berusia > 45 tahun. Sementara dilihat dari pendidikan pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak 1 (3,3%) responden berpendidikan SMP, sebanyak 10 (33,3%) responden berpendidikan SMA/SMK, sebanyak 18 (60%) responden berpendidikan D3-S1, dan sebanyak 1 (3,3%) responden berpendidikan S2/S3. Sedangkan dilihat dari masa kerja pada penelitian ini menggambarkan bahwa sebanyak 23 (76,7%) responden menjabat selama 1 periode. Selain itu, sebanyak 5 (16,7%) telah menjabat selama 2 periode, dan sebanyak 2 (6,7%) responden telah menjabat selama 3 periode.

Hasil olah pada statistik deskriptif berdasarkan jawaban responden atas kuisioner yang telah diberikan telah mampu meberikan hasil angka standar deviasi pada tabel berikut.

Tabel. 2. Hasil Statistik Deskriptif

Indikator Minimum Maksimum Rata-rata Standar deviasi
Memimpin perubahan 4 5 4,17 0,379
Mendelegasikan tugas 4 5 4,43 0,504
Menjalin hubungan 4 5 4,4 0,504
Mengidentifikasikan diri 3 5 4,03 0,414
Memotivasi anggota 4 5 4,20 0,407
Memimpin organisasi 4 5 4,10 0,305
Mengembangkan kepemimpinan 4 5 4,13 0,346
Mempengaruhi anggota 3 5 4,13 0,434
Mendororong organisasi 4 5 4,23 0,430
Fleksibel 3 5 4,17 0,531
Efisien 3 5 4,03 0,490
Total 4,18 0431

Berdasarkan pada tabel.2. dapat diketahui bahwa seluruh indikator efikasi diri responden berkatogori tinggi dan sangat tinggi yaitu memiliki rata-rata lebih dengan rentang 4,03 sampai dengan 4,43. Indikator dengan rata-rata paling tinggi adalah mendelegsikan tugas dengan rata-rata 4,43 sedangkan indikator terendah adalah mengidentifikasikan diri dan efisien yaitu 4,03. Rata-rata seluruh indikator efikasi diri yaitu 4,18 yang berkategori tinggi.

  • Gambaran Umum Karakteristik Responden
  • Uji Instrumen Validitas

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan pada 30 responden. Analisa pengujian dilakukan dengan uji person correlation. Berikut adalah hasil uji validitas pada setiap variabel.

Tabel.3. Uji Validitas Variabel 1.

Indikator Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Memimpin perubahan 0,687 0,000
Mendelegasikan tugas 0,786 0,000
Menjalin hubungan 0,613 0,000
Mengidentifikasi diri 0,427 0,019
Memotivasi anggota 0,661 0,000
Memimpin organisasi 0,757 0,000

Uji validitas variabel 1 pada tabel.3. memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel 1 valid.

  • Uji Validitas Variabel 1
  • Uji Validitas Variabel 2

Tabel. 4. Uji Validitas Variabel 2

Indikator Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Mengembangkan kepemimpinan 0,726 0,000
Mempengaruhi anggota 0,761 0,000
Mendorong organisasi 0,561 0,001
Fleksibel 0,697 0,000
Efisien 0,752 0,000

Uji Validitas Variabel 2 pada tabel.4. memberikan hasil dan menunjukkan variabel 2 mempunyai nilai signifikansi di bawah 0,05, sehingga variabel 2 dapat dinyatakan valid.

Uji instrumen reliabilitas dalam penelitian ini diaplikasikan guna mengukur konsistensi penelitian. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Hasil Nilai koefisien penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel.5. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Jumlah Item
Variabel 1 0,745 6
Variabel 2 0,737 5

Pada tabel.5. Hasil Uji Reliabilitas mampu memberikan kesimpulan bahwa penelitian ini bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama pula konsisten[8]. Hal ini berarti seluruh butir pernyataan sudah reliabel dengan nilai cronbach alpha 0,745 dan 0,737 serta nilai cronbach alpha lebih dari 0,60.

  • Uji Instrumen Reliabilitas
  • Analisis Faktor

Dalam tahapan analisis faktor, data diolah dengan alat bantu software SPSS 16.0. variabel yang telah dianggap valid dan reliabel, kemudian dimasukan ke dalam analisis faktor untuk diuji apakah nilainya lebih besar dari nilai KMO dan Barlett’s Test yang di atas 0,5, hal ini merupakan tahap awal dalam analisis faktor. Berikut ini adalah tahap-tahap analisis faktor dalam penelitian ini.

Tahap 1 atau bisa juga disebut sebagai tahapan awal dalam analisis faktor ialah tahapan uji KMO dan Barlett’s test. Tahapan tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor dalam penelitian valid atau tidak, pada tahap ini angka KMO dan Barlette’s Test harus di atas (0,5). Hasil KMO dan Barlett’s test dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel.6. Hasil KMO dan Barlett’s Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,561
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 141,015
Df 55
Sig 0,000

Mengacu pada Tabel. 6. Hasil uji perolehan kelayakan penggunaan dan pemecahan permasalahan dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy 0,561 dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisis faktor sudah benar. Bartlett test of sphericity adalah 55 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 berarti bahwa penggunaan analisis faktor sudah tepat untuk digunakan mereduksi data. Selain melihat hasil KMO dan Barlett’s test pada tahap pertama ini, juga harus dilihat hasil MSA (Measure of Sampling Adequacy). Tabel berikut merupakan hasil MSA dari penelitian yang dilakukan.

Tabe.7. Hasil pengujian MSA (Measure of Sampling Adequacy)

No Variabel Nilai MSA
1 Memimpin perubahan 0,797
2 Mendelegasikan tugas 0,628
3 Menjalin hubungan 0,369
4 Mengidentifikasi diri 0,512
5 Memotivasi anggota 0,515
6 Memimpin organisasi 0,633
7 Mengembangkan kepemimpinan 0,411
8 Mempengaruhi anggota 0,785
9 Mendorong organisasi 0,511
10 Feksibilel 0,730
11 Efisien 0,411

Anti-image matrices berguna untuk mengetahui dan menentukan variabel mana saja yang layak dipakai dalam analisis faktor. Diketahui nilai MSA dari masing-masing pada penelitian ini antara lain. Memimpin perubahan 0,797, Mendelegasikan tugas 0,628, Menjalin hubungan 0,369, Mengidentifikasi diri 0,512, Memotivasi anggota 0,515, Memimpin organisasi 0,633, Mengembangkan kepemimpinan 0,411, Mempengaruhi anggota 0,785, Mendorong organisasi 0,511, Feksibilel 0,730, Efisien 0,411. Sedangkan Persyaratan yang harus terpenuhi dalam analisis faktor adalah nilai MSA > 0,50. Dari hasil di atas diketahui bahwa ada variabel yang memiliki nilai MSA < 0,50, maka aspek yang tidak memenuhi dieliminasi (dihilangkan) persyaratan kedua dalam analisis faktor ini terpenuhi. Adapun variabel yang memiliki nilai MSA < antara lain menjalin hubungan (0,369 < 0,5), mengembangkan kepemimpinan (0,411 < 0,5), dan efisien (0,411 < 0,5). Sehingga perlu dilakukan pengujian KMO dan Barlett Test dan MSA (Measure of Sampling Adequacy). Berikut hasil pengujian ulang KMO dan Barlett’s Test.

Tabel.8. Hasil Pengujian Ulang KMO dan Barletts Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,678
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 85,043
Df 28
Sig 0,000

Berdasarkan tabel.8. hasil pengujian ulang KMO dan Barletts Test Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy 0,678, dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisis faktor sudah benar. Bartlett test of sphericity 85,043 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 berarti bahwa penggunaan analisis faktor telah tepat untuk digunakan mereduksi data. Dan berkaitan dengan hal tersebut berikut pada tabel dibawah ini merupakan uji ulang MSA yang disesuaikan dengan penelitian kali ini dengan jumlah 8 (delapan) variabel.

Tabel.9. Hasil Pengujian Ulang MSA (Measure Of Sampling Adequacy)

No Variabel Nilai MSA
1 Memimpin perubahan 0,749
2 Mendelegasikan tugas 0,631
3 Mengidentifikasi diri 0,511
4 Memotivasi anggota 0,610
5 Memimpin organisasi 0,816
6 Mempengaruhi anggota 0,876
7 Mendorong organisasi 0,619
8 Fleksibel 0,609

Dapat diketahui setelah dihilangkannya aspek yang tidak memenuhi Persyaratan, maka dilakukan pengujian lagi serta dapat dikethui bahwa semua nilai MSA > 0,50. Persyaratan kedua dalam analisis faktor ini terpenuhi dengan nilai MSA Memimpin perubahan 0.749, Mendelegasikan tugas 0.631, Mengidentifikasi diri 0.511, Memotivasi anggota 0.610, Memimpin organisasi 0.816, Mempengaruhi anggota 0.876, Mendorong organisasi 0.619 dan Fleksibel dengan perolehan nilai 0.609.

Tahapan berikutnya dalam analisis pada penelitian ini ialah Analisis communalities, analisis ini pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam presentase ) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. persyaratan nilai communalities sendiri adalah lebih besar dari 0,5. Berikut adalah hasil analisis communalities dari 8 variabel yang tersisa dan bisa dilakukan pengujian lebih lanjut.

Tabel.10. Hasil Analisis Communalities

Initial Extraction
Memimpin perubahan 1,000 0,751
Mendelegasikan tugas 1,000 0,709
Mengidentifikasi diri 1,000 0,517
Memotivasi anggota 1,000 0,808
Memimpin Organisasi 1,000 0,654
Mempengaruhi anggota 1,000 0,564
Mendorong organisasi 1,000 0,627
Fleksibel 1,000 0,513

Pada tabel.10. hasil analisis communalities pada penelitian ini menunjukkan nilai variabel yang diteliti apakah mampu menjelaskan faktor tau tidak, Variabel diangap mampu menjelaskan faktor jika nilai extraction lebih besar dari 0,50. Berdasarkan output di atas, diketahui nilai extraction untuk semua variabel > 0,50. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel dapat dipakai untuk menjelaskan faktor.

Tahapan dan proses berikutnya untuk analisis faktor dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian Total Variance Explained. Total Variance Explained menggambarkan jumlah faktor yang terbentuk. Untuk menentukan faktor yang terbentuk. Maka harus dilihat nilai eigenvaluenya harus berada di atas . Jika sudah berada di bawah satu maka sudah tidak terdapat faktor yang terbentuk. Eigenvalue menunjukan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varians dari total variabel yang ada [9]. Jumlah angka eigenvalue susunanya selalu diurutkan pada nilai yang terbesar sampai yang terkecil. Berikut merupakan tabel hasil uji total variance explained dari penelitian ini.

Tabel. 11. Hasil Uji Total Variance Explined

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3,314 41,429 41,429 3,314 41,429 41,429 2,619 32,735 32,735
2 1,730 21,621 63,050 1,730 21,621 63,050 2,425 30,315 63,050
3 0,913 11,412 74,462
4 0,685 8,560 83,022
5 0,545 6,817 89,839
6 0,342 4,271 94,110
7 0,282 3,529 97,639
8 0,189 2,361 100,000

Pada tabel.11. hasil uji Total Variance Explained menunjukkan nilai masing-masing variabel yang di analsisi. Dalam penelitian ini ada 2 variabel berarti ada 2 component yang di analisis. Berdasarkan tabel output total variance explained pad bagian “initial Eigenvalues” maka ada 2 (dua) faktor yang dapat terbentuk dari 2 variabel yang dianalisis. Di mana syarat untuk menjadi sebuah faktor, maka nilai eigenvalue harus lebih besar 1. Banyaknya faktor yang dapat terbentuk, pada output di atas ada 2 yaitu variasi faktor, yaitu 3,314 dan 1,730.

Gambar.2. Scree Plot

Gambar.2. merupakan gambaran scree plot yang dapat digunakan untuk menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk. Caranya dengan melihat nilai titik component yang memiliki nilai eigenvalue >1. Dari ganbar scree plot di atas ada 2 titik component yang memiliki nilai eigenvalue >1 maka dapat diartikan bahwa ada 2 faktor yang dapat terbentuk.

  • Tahap 1
  • Tahap ke-2
  • Tahap Ke-3
  • Tahap Ke-4

Tahapan keempat selanjutnya adalah menentukan item-item yang dominan pada setiap komponen tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tabel Component Matrix yang menunjukan distribusi item penelitian kelima faktor yang terbentuk. Component Matrix terdiri dari item awal terhadap faktor yang terbentuk. Dengan melihat faktor pembobot dapat ditentukan suatu item masuk ke faktor mana dengan melihat besarnya faktor pembobot pada setiap item terhadap dua Matrix dari faktor terbentuk. Hasil uji komponen matrix dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 12. Hasil Uji Component Matrix

Component
1 2
Memimpin perubahan 0,655 -0,568
Mendelegasikan tugas 0,708 -0,457
Mengidentifikasi diri 0,453 0,461
Memotivasi anggota 0,662 0,608
Memimpin Organisasi 0,773 0,236
Mempengaruhi anggota 0,715 -0,228
Mendorong organisasi 0,563 0,557
Fleksibel 0,561 -0,446

Component matrix pada tabel.12. menunjukkan nilai korelasi atau hubungan antara masing-masing variabel dengan faktor yang akan terbentuk. Pada awalnya, ekstraksi tersebut masih sulit untuk menentukan item dominan yang termasuk dalam faktor karena nilai korelasi yang hampir sama dari beberapa item. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan rotasi yang mampu menjelaskan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Proses pembentukan faktor oleh indikator pembentuknya dapat dilihat dari hasil uji Rotated Component Matrix. Sebuah indikator dinyatakan berperan sebagai pembentuk faktor ditunjukkan oleh nilai loading factor tertinggi. Pada tabel.12. juga menunjukkan hasil rotasi untuk memperjelas posisis sebuah variabel pada sebuah faktor menjelaskan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata, dibawah ini merupakan tabel yang menunjukkan hasil rotasi untuk memperjelas posisis sebuah variabel pada sebuah faktor.

Tabel. 13. Hasil Rotated Component Matrix

Component
1 2
Memimpin perubahan 0,866 0,009
Mendelegasikan tugas 0,833 0,126
Mengidentifikasi diri 0,034 0,645
Memotivasi anggota 0,093 0,894
Memimpin Organisasi 0,423 0,689
Mempengaruhi anggota 0,687 0,303
Mendorong organisasi 0,053 0,790
Fleksibel 0,715 0,038

Merujuk pada tabel 13. Mengenai hasil dari Rotated Component Matrix dapat dipaparkan sebagai berikut.

  • Indikator memimpin perubahan. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,866. dan faktor 2 = 0,009, karena nilai relasi faktor 2 < faktor 1 maka variabel memimpin perubahan termasuk kelompok faktor 1
  • Indikator mendelegasikan tugas. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,833 dan faktor 2 = 0,126, karena nilai relasi faktor 2 < faktor 1 maka variabel mendelegasikan tugas termasuk kelompok faktor 1.
  • Indikator mengidentifikasi diri. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,034 dan faktor 2 = 0,645 karena nilai relasi faktor 1 < faktor 2 maka variabel mengidentifikasi diri termasuk kelompok faktor 2.
  • Indikator memotivasi anggota. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,093 dan faktor 2 = 0,894 karena nilai relasi faktor 1 < faktor 2 maka variabel memotivasi anggota termasuk kelompok faktor 2.
  • Indikator memimpin organisasi. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,423 dan faktor 2 = 0,689, karena nilai relasi faktor 1 < faktor 2 maka variabel memimpin organisasi termasuk kelompok faktor 2.
  • Indikator mempengaruhi anggota. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,687 dan faktor 2 = 0,303, karena nilai relasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel mempengaruhi anggota termasuk kelompok faktor 1.
  • Indikator mendorong organisasi. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0, 053 dan faktor 2 = 0,790, karena nilai relasi faktor 1 < faktor 2 maka variabel mendorong organisasi termasuk kelompok faktor 2.
  • Indikator fleksibel. Nilai korelasi dengan faktor 1 = 0,715 dan faktor 2 = 0,038, karena nilai relasi faktor 2 < faktor 1 maka variabel fleksibel termasuk kelompok faktor 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memimpin perubahan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi anggota, fleksibel .mempunyai nilai loading faktor tertinggi dalam membentuk faktor 1. Indikator mengidentifikasi diri, memotivasi anggota, memimpin organisasi, mendorong organisasi, mempunyai nilai loading faktor tertinggi dalam membentuk faktor 2. Sebagai langkah akhir dari penentuan faktor, maka dapat dilihat Component Transformation. Component Transformation Matrix berfungsi membuktikan besarnya nilai korelasi dari faktor yang terbentuk sebagai berikut.

Tabel. 14. Hasil Component Transformation Matrix

Component 1 2
1 0,749 0,662
2 -0,662 0,749

Component transformation matrix menunjukkan bahwa pada component 1 nilai korelasinya adalah sebesar 0,749 > 0,5 dan component 2 nilai korelasinya sebesar -0,662. Nilai minus pada faktor 2 hanya menunjukkan arah korelasi saja, namun tetap dianggap dapat merangkum indikator. Berarti dapat disimpulkan kedua faktor yang terbentuk sudah tepat dalam merangkum ke-8 indikator yang ada. Berdasarkan faktor baru yang terbentuk, maka dapat dinamai bahwa faktor 1 adalah faktor Leadership Self Efficacy, karena faktor 2 yang paling dominan adalah dari indikator Leadership Self Efficacy dan faktor 2 adalah faktor Development of the Leadership Self-efficacy karena yang paling dominan adalah dari indikator Development of the Leadership Self-efficacy. Kedua faktor tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi efikasi diri (Self efficacy) kepala desa perempuan di Sidoarjo.

Secara umum efikasi diri kepala desa perempuan pada kepemimpinan di wilayah Sidoarjo baik. Hal tersebut berdasarkan nilai rata-rata efikasi diri kepala desa perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini berkategori tinggi. Dengan demikian berati kepala desa perempuan pada kepemimpinan memilkiki kemampuan dalam memimpin perubahan, mendelagasikan tugas, menjalin hubungan, mengidentifikasikan diri, memotivasi anggota, memimpin organisasi, mengembangkan kepemimpinan, mempengaruhi anggota, mendorong organisasi, flesibel dan efisien.

Efikasi diri yang tinggi yang ada pada kepala desa perempuan ini akan mendorong pada kesuksesannya dalam menjalankan kepemimpinan sebagai kepala desa. Kepala desa yang memiliki efiskasi diri akan mampu mengatasi kesulitan atau hambatan dalam menjalankan tugasnya. Tantangan dan kesulitas akan dapat diatasi dengan bermodal efikasi diri yang tinggi.

  • Efikasi Diri Kepala Desa Perempuan pada Kepemimpinan di Wilayah Sidoarjo
  • Indikator-indikator Pembentuk faktor Efikasi Diri Kepemimpinan Kepala Desa di Wilayah Sidoarjo

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri pada kepemimpinan kepala desa perempuan di Sidoarjo adalah Leadership Self Efficacy dan Development of the Leadership Self-efficacy. Dari kedua faktor-faktor terdiri atas 11 indikator, ada 3 indikator yang harus direduksi karena nilai yang dihasilkan setelah dilakukan beberapa tahap analisis faktor tidak memenuhi persyaratan hingga tahap terakhir, sehingga dihasilkan 8 variabel indikator yang benar-benar dominan dan mempengaruhi efikasi diri kepemimpinan kepala desa perempuan di Sidoarjo. Self efficacy merupakan sebuah keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dia mampu melakukan sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan dan mengatasi hambatan. Dalam konteks penelitian ini, self efficacy kepala desa perempuan merupakan keyakinan yang ada pada seorang kepala desa terhadap dirinya bahwa dirinya mampu menjalankan tugas sesuai dengan tugas pokok, dan fungsi kepala desa.

Sesuai dengan hasil penelitian faktor yang mempengaruhi self efficacy terdiri atas dua faktor antara lain faktor Leadership Self Efficacy yang meliputi memimpin perubahan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi anggota, dan fleksibel. Faktor kedua yaitu Development of the Leadership Self-efficacy yang meliputi mengidentifikasi diri, memotivasi anggota, memimpin organisasi, serta mendorong organisasi.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa bahwa efikasi diri secara parsial memediasi hubungan antara kepemimpinan diri dan kinerja. Kepemimpinan diri secara tidak langsung berpengaruh pada kinerja, efikasi diri sebagai pemediasi(Sampurna, 2010). Dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya efikasi diri (Self-efficacy) akan mendorong dan memperkuat kepemimpinan seseorang termasuk kepemimpinan kepala desa perempuan.

Keyakinan seseorang terhadap dirinya bahwa dirinya mampu menjalankan tugas termasuk keyakinan seorang kepala desa, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sesuai dengan hasil penelitian, faktor self efficacy kepala desa perempuan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh Faktor yang paling dominan mempengaruhi efikasi diri kepemimpinan kepala desa perempuan di Sidoarjo ialah indikator memotivasi diri yang merupakan faktor Development of the Leadership Self-efficacy dengan nilai loading 0,894. Hal ini dapat dipahami karena Development of the Leadership Self-efficacy sendiri merupakan keyakinan dalam diri dalam mengembangkan kepemimpinan. Keyakinan terhadap kemampuan dalam memimpin dan menyelesaikan tugas yang diamanatkan serta mengatasi semua hambatan akan berjalan jika memiliki kemampuan dalam memotivasi diri dan anggotanya yaitu para penagkat desa.

Kemampuan dalam memotivasi diri dan angotanya ini sangat penting bagi keyakinan diri seorang kepala desa dalam memimpin pemerintahan desa. Kemampuan memotivasi diri dan anggotanya ini dapat berbentuk kemampuan memotivasi anggota organisasi dengan keteladanan, kemampuan memotivasi anggota organisasi, dan membangkitkan antusiasme saat memulai program baru, dan kemampuan memotivasi dan memberikan kesempatan setiap anggota organisasi dalam menjalankan tugas atau fungsinya. Memulai dan memimpin proses perubahan yang beruwujud menetapkan arah baru untuk organisasi merupakan aspek yang menjadi dasar terbentukannya self-efficacy kepala desa perempuan. Adanya aspek kemampuan memimpin perubahan ini akan memberikan dorongan kepala desa perempuan dalam mengubah sikap dan perilaku bawahannya saat melenceng dari tujuan organisasi. Kemampuan ini juga merupakan dasar untuk engubah banyak hal dalam organisasi. Pemilihan pengikut pendelegasian tanggung jawab merupakan bagian dari aspek yang mempengaruhi self-efficacy kepala desa perempuan. Keyakinan terhadap kemampuan dalam memilih bawahan akan membantu kepala desa untuk mendapatkan bawahan yang dapat diandalkan dalam menjalankan tugas berdasarkan pemahaman yang jelas terhadap komampuan bawahan.. Selain itu, kemampuan pendelegasian, juga membantu dalam mengoptimalkan dalam pemmembagi tugas bawahan, menjalankan tugas anggota untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran diri dan percaya diri sangat dibutuhkan dalam diri seorang kepala desa dalam membangun self-efficacy nya. Kemampuan dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri akan membantu kepala desa dalam dalam menyelesaikan sesuatu tugas-tugasnya. Kemampuan ini juga membantu anggota organisasi untuk mencapai target organisasi. Kesadaran diri dan percaya diri kepala desa perempuan akan mampu menguatkan keyakinan dan nilai-nilai yang dipegangnya.

Self-efficacy seorang kepala desa perempuan juga dipengaruhi oleh adanya kemampuan dalam menciptakan konsesnsus anggota. Kemampuan membuat orang yang bekerja agar menghargai. Kemampuan dalam mendapatkan konsensus dari anggota organisasi ini akan memperkuat posisi kepala desa sebagai pememimpin dalam menjalankan seluruh tugas dan pekerjaan yang dibebabankannya. Selain memotivasi diri dan anggota, self-efficacy kepala desa perempuan juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memotivasi organisasi. Wujud dari kemampuan memotivasi organisasi antara lain, kemampuan mendorong anggota organisasi untuk memikirkan hal baru cara melakukan sesuatu, kemampuan memenuhi tanggung jawab terhadap anggota organisasi, kemampuan mempengaruhi anggota organisasi bekerja sama untuk, kemampuan mengembangkan rencana perubahan yang akan membawa organisasi ke arah baru yang penting, kemampuan mempengaruhi orang lain untuk antusias bekerja menuju tujuan yang telah ditetapkan, kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mengambil tindakan positif untuk memajukan reputasi dan kepentingan organisasi.

Perubahan inovatif sangat dibutuhkan oleh seorang kepala desa perempuan dalam membangun self-efficacy. Perubahan inovatif ini terkait dengan sebuah sikap untuk melakukan hal-hal yang inivotal. Wujud perubahan inovatif antara lain, feksibilel dalam meningkatkan dan mendorong pemikiran baru, kemampuan mengadopsi rekayasa ulang sebagai proses perbaikan yang berguna untuk kepentingan organisasi, kemampuan merestrukturisasi untuk mencapai tujuan organisasi, kemampuan mencari cara untuk menerapkan inovasi untuk keuntungan organisasi, kemampuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi, kemampuan mencari perbaikan terus-menerus dalam menyelesaikan pekerjaan. Inovatif dalam meningkatkan kinerja organisasi.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa self-efficacy memiliki efek positif yang signifikan terhadap gaya kepemimpinan wanita. Perubahan self-efficacy pemimpin wanita akan mendorong perubahan yang positif pada gaya kepemimpinanannya. Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki wanita maka semakin baik atau tepat gaya kepemimpinan wanita [10]. Penelitian ini juga menghasilkan pernyataan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi gaya kepemimpinan kepala sekolah dan efikasi diri dengan kinerja guru. Efikasi diri akan mendoron kinerja guru. Efikasi diri memiliki dampak positif bagi kinerja [11].

Adanya efikasi diri (self efficacy) yang dimiliki oleh kepala desa dalam hal ini adalah kepala desa perempuan maka akan mendorong kinerja pemerintah desa. Pembentukan kelurahan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan secara berdayaguna, berhasil dalam pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan [12]. Kepala desa dengan self efficacy yang besar memiliki kemampuan dalam memimpin perubahan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi anggota, fleksibel, mengidentifikasi diri, memotivasi anggota, memimpin organisasi, dan mendorong organisasi. Melalui kemampuan tersebut maka kinerja desa/kelurahan akan tinggi. Melalui efikasi diri (self efficacy) kepala desa perempuan, maka keberhasilan desa/kelurahan dapat terwujud [13]. keberhasilan Pemerintah Desa ditandai dengan keberhasilan para penyelenggara pemerintah desa yang dinahkodahi oleh pemerintah desa maupun lurah termasuk aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan tanggungjawabnya yang esensinya adalah sebagai penyelenggaraan fungsi pelayanan.

Kepala desa dengan modal efikasi diri (self efficacy) akan mampu mengatasi hambatan atau tantangan dalam menjalankan tugas sehingga akan mampu mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa [14]. keberhasilan kepala desa diukur dari ada atau tidaknya wujud hasil kinerja pembangunan di bidang-bidang tersebut yang nyata telah meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan kepala desa selalu siap hadir melayani masalah yang sedang dihadapi rakyatnya dan apapun hajatan rakyatnya.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian kali ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  • Secara umum efikasi diri kepala desa perempuan pada kepemimpinan di wilayah Sidoarjo baik. Hal tersebut berdasarkan nilai rata-rata efikasi diri kepala desa perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini berkategori tinggi.
  • Terbentuk 2 faktor yng mampu mempengaruhi self efficacy kepala desa perempuan dalam memimpin masyarakat desa. Faktor tersebut antara lain. Leadership Self Efficacy dan Development of the Leadership Self-efficacy. Dengan Faktor Leadership Self Efficacy yang meliputi
  • Memimpin perubahan
  • Mendelegasikan tugas
  • Mempengaruhi anggota fleksibel.

Sedangakan faktor ke- 2 yaitu Development of the Leadership Self-efficacy yang meliputi

  • Mengidentifikasi diri,
  • Memotivasi anggota
  • Memimpin organisasi
  • Mendorong organisasi

V. Saran

  • Hasil penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan agar kepala desa dalam membangun self efficacynya memperhatikan faktor Leadership Self Efficacy yang meliputi memimpin perubahan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi anggota, dan fleksibel. Faktor Development of the Leadership Self-efficacy yang meliputi mengidentifikasi diri, memotivasi anggota, memimpin organisasi, mendorong organisasi. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemampuan atau keyakinan diri kepala desa perempuan terhadap kemampuan dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya.
  • Bagi peneliti berikutnya diharapkan mampu mengembangkan juml

ah item dan aspek yang menjadi dasar self efficacy kepala desa perempuan. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan dari populasi yang lebih luas

References

  1. Putu Eka Purnamaningsih, SH., M. A.“Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Jabatan Publik (Studi Kasus Wilayah Kerja Denpasar Selatan”., 2016.
  2. Desa, K., Perempuan Dalam Implementasi Uu, (6) 2014.
  3. Manembu, A. E. (Peranan perempuan dalam pembangunan masyarakat desa. Jurnal Politico, 6(1), 1–28, 2017.
  4. Sampurna, D. H. (PENGARUH KEPEMIMPINAN DIRI PADA KINERJA, 2, 16–36, 2010.
  5. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2018.
  6. Tsai et al. Analisis Mean & Standar Deviasi Pengukuran Jumlah Variasi Kelompok & Nilai Data, 2014.
  7. Toni Wijaya, Metode Analisis Faktor (Identifikasi Jumlah Faktor Sebagai Nilai Penentu Variabel), -7, 2010.
  8. Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam SPSS.Jurnal Akuntansi dan Auditing (Vol. 2). SEMARANG: Universitas Diponegoro, 2009.
  9. Gay, & Diehl. Research Methods for Business and Management. Research Methods for Business and Management. https://doi.org/10.23912/978-1-910158-51-7-2736,2015.
  10. Marina, A., & Utari, A. P. Gaya Kepemimpinan Perempuan Ditinjau dari Peran Optimisme dan Efikasi Diri di Universitas Dharma Andalas. Menara Ekonomi, 5(3): 1-11, 2019.
  11. Sadar. Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Efikasi Diri dengan Kinerja Guru. Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,2015.
  12. Robial2, D. F.Peran Pemerintah Kelurahan Dalam Mewujudkan Kepemerintahan Yang Baik. Ejournal.Unsrat.Ac.Id, 4(2),2015.
  13. Pade, S.Pentingnya Kualitas Aparat Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Di Desa Lantung Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara1. Jurnal Politico, 2(6), 2015.
  14. Diurna, A., & Iv, V. PERANAN KEPALA DESA DALAM PELAYANAN PUBLIK ( Studi di Desa Pontak Kabupaten Minahasa Selatan ) Oleh : Jamin Potabuga PENDAHULUAN A . Latar Belakang Masalah Peranan Keala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sejak reformasi dituntut meningkatkan pe, IV(2), 2015.