Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.1930

The Effect of Emotional Intelligence and Learning Environment on College Stress of Accounting Students with Self Efficacy as an Intervening Variable at Muhammadiyah University of Sidoarjo


Pengaruh Kecerdasan Emosional, Dan Lingkungan Belajar Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi Dengan Self Efficacy Sebagai Variabel Intervening Di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Emotional Intelligence Learning Environment College Stress Self Efficay

Abstract

This study has a background problem of the number of students who are stressed from college to the point of committing suicide and failing to graduate from college. The purpose of this study was to determine the effect of emotional intelligence, and the learning environment on student lecture stress in accounting with self efficacy as an intervening variable at the University of Muhammadiyah Sidoarjo, either directly or indirectly. The sample used in this study were accounting students at the Muhammadiyah University of Sidoarjo. The analytical tool used is the Partial Least Square analysis with validity and reliability tests of both the outer model and the inner model using the Smart PLS program. Primary data is obtained from questionnaires whose measurements use a Likert scale. The results showed that emotional intelligence has an effect on the self-efficacy of accounting students at the Muhammadiyah University of Sidoarjo. The learning environment affects the self-efficacy of accounting students at the Muhammadiyah University Sidoarjo. Emotional intelligence affects college stress in accounting students at Muhammadiyah University Sidoarjo. The learning environment has an effect on college stress in accounting students at the Muhammadiyah University of Sidoarjo. Self-efficacy has an effect on college stress in accounting students at Muhammadiyah University Sidoarjo. Emotional intelligence affects college stress mediated by self-efficacy of accounting students at Muhammadiyah University Sidoarjo. Learning environment affects college stress mediated by self-efficacy of accounting students at Muhammadiyah University Sidoarjo

I. Pendahuluan

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang memadai akan dapat membuat manusia mempunyai kesempatan memperbaiki kehidupannya dan lebih terbuka menerima berbagai inovasi, memperluas cakrawala dan mempertajam berbagai fenomena. Perguruan tinggi merupakan jenjang terakhir pengelolaan manusia dalam pendidikan formal. Dalam proses, terutama setelah pengolahan ini, individu diharapkan harus sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan memadai sebagai bekal hidup dalam masyarakat, memiliki sikap positif bagi pengembangan diri lebih lanjut dan sikap menghargai kepentingan masyarakat dan negaranya. Tujuan perguruan tinggi yang mengandung unsur–unsur tersebut di atas, merupakan tugas yang cukup berat bagi individu yang belajar di dalamnya. Hal lain yang kompleks adalah struktur dan sistem perguruan tinggi serta pendekatan dan metode belajar mengajar yang kompleks dan berbeda dibanding pendidikan sebelumnya [1]

Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut,yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati serta berkuliah sama dengan orang lain. Kemampuan–kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita–citanya dengan kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual. Kesulitan belajar yang dicirikan oleh menurunnya prestasi belajar sebagai bentuk kegagalan bisa berkaitan dengan dominan afektif, misalnya situasi emosi akan mempengaruhi belajar [2]

Kecerdasan emosional seseorang sangat mempengaruhi kehidupan tidak hanya berpengaruh terhadap terjadinya stres. Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah di dunia pekuliahan. Sedarmayanti menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang setelah bekuliah atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya ia menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekuliah. Ia juga tidak mempertentangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, melainkan memperlihatkan adanya kecerdasan yang bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan akal. Penelitian mengenai stres kuliah ini dimotivasi oleh penelitian [3] menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres kuliah. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa maka semakin rendah stres kuliah

Selain itu, dalam mencapai keberhasilan belajar, lingkungan merupakan salah satu faktor penunjang. Tempat dan lingkungan belajar yang nyaman memudahkan mahasiswa untuk berkonsentrasi. Dengan mempersiapkan lingkungan yang tepat, mahasiswa akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat menikmati proses kuliah yang mahasiswa lakukan. Saat proses belajar mahasiswa membutuhkan lingkungan yang nyaman, tenang, jauh dari kebisingan dan tentunya harus mendukung untuk belajar. Lingkungan yang kondusif diperlukan agar mahasiswa dapat berkonsentrasi dengan baik sehingga dapat menyerap pelajaran dengan mudah. Lingkungan yang kurang kondusif akan mengganggu proses belajar sehingga mahasiswa akan terhambat dalam menyerap pelajaran [4]

Lingkungan belajar memberi pengaruh kepada proses dan hasil lingkungan mahasiswa, baik secara langsung maupun tidak [5]. Penyediaan lingkungan belajar bagi mahasiswa hendaknya mendapat prioritas utama. Ini merupakan faktor penentu keberhasilan dalam membangun kemampuan lingkungan mahasiswa. Lingkungan belajar saling berhubungan dengan kegiatan belajar. Lingkungan belajar perlu didesain agar mendukung kegiatan belajar sehingga dapat meningkatkan kenyamanan mahasiswa yang menempati lingkungan tersebut untuk melakukan kegiatan perkuliahan [6]

Selain itu, Self efficacy menjadi salah satu faktor penting yang harus dimiliki mahasiswa dalam mencapai keberhasilan akademik. Artinya dengan memiliki self efficacy tinggi, mahasiswa mampu menghadapi tugas-tugas yang timbul pada saat proses menyusun skripsi. Namun fenomena yang ditemukan pada mahasiswa Universitas Islam Bandung menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa-mahasiswa yangsedang menyelesaikan skripsi memiliki self efficacy rendah, dimana hal ini dapat menjadi salah satu faktor mahasiswa-mahasiswa tersebut mengalami stress yang tinggi Menurut [7], self efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu. Sedangkan [8] mengemukakan bahwa self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu

Semakin tinggi self efficacy mahasiswa, maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk menunda menyelesaikan skripsinya. Sebaliknya, semakin rendah self efficacy mahasiswa, maka semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk menunda menyelesaikan. Lingkungan menunda tersebut yang terjadi terus menerus akan menimbulkan rasa malas, stres, mudah menyerah, depresi

Selama menuntut ilmu di perguruan tinggi, mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi. Keadaan mahasiswa yang merasa bosan dan tertekan ini dapat menyebabkan mahasiswa mengalami stress. [9]. Stres yang dialami mahasiswa selama studi sangat mungkin terjadi mengingat tingginya kompleksitas masalah yang mungkin dihadapi yang dapat berakibat pola piker seseorang menjadi kacau.

Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran.

Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif. Pada mahasiswa, dampak negatif secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak lingkungan yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi.

Besarnya dampak negatif stres yang terjadi pada mahasiswa tersebut menuntut untuk mencari tahu hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa dalam hal ini mahasiswa akuntansi. Berbagai penelitian pernah dilakukan [10] untuk meneliti stres yang terjadi pada mahasiswa, mengenai pengaruh lingkungan belajar dan kecerdasan emosional terhadap stres kuliah mahasiswa akuntansi, dari hasil penelitian tersebut didapati bahwa lingkungan belajar dan kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap terjadinya stres pada mahasiswa akuntansi.

Menurut data yang dihimpun oleh tribunnews.com, pada tanggal 1 juli 2019, dengan judul berita Diduga Stres Kuliah, Mahasiswa di Manado Nekat Bunuh Diri dan Tinggalkan Sepucuk Surat. Mahasiswa yang diketahui bernama Apriyanto Kusuma (23 thn) nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di lemari dalam kamar kosnya, Sabtu (29/06/2019) pukul 19.00 WITA. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) ini diduga stres menghadapi kuliah hingga memilih berhenti. Diduga korban malu kepada orang tuanya karena sudah lama berhenti kuliah, sampai nekat melakukan hal tersebut. Surat tersebut diduga ditulis korban sebelum mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Kasus serupa juga dialami oleh David Hartanto Wijaya, mahasiswa tingkat akhir asal Indonesia yang kuliah di Fakultas Teknik Elektro dan Elektronika, Nanyang Technological University (NTU) Singapura. David bunuh diri setelah menikam dosen pembimbingnya, Profesor Chan Kap Lup (45 Tahun), pada tanggal 2 Maret 2018. David mengalami stres karena beasiswa yang diterimanya telah dicabut akhir bulan lalu. Padahal skripsi yang dikuliahkannya cukup sulit dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya.

Fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat akhir cenderung mengalami stres kuliah, bahkan sampai bunuh diri. Mahasiswa tingkat lanjut yang diharapkan sudah beradaptasi dengan kehidupan di perguruan tinggi, pada kenyataannya tidak demikian. Banyak mahasiswa yang lari ke biro–biro konsultasi dengan berbagai masalah.

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (selanjutnya disebut UMSIDA) dengan semboyannya “Dari Sini Pencerahan Bersemi” termasuk salah satu universitas swasta di Jawa Timur yang berkomitmen menjadi salah satu perguruan tinggi unggul dan inovatif dalam pengembangan IPTEKS dan menjadi pusat pencerahan melalui pengembangan sumber daya manusia. Umsida. Mahasiswa UMSIDA sebagian besar bekerja sambil kuliah sehingga mahasiswa harus efektif membagi waktu dan pikirannya dengan belajar dan bekerja sehingga memiliki kecenderungan memiliki tingkat stress yang tinggi.

Apalagi jika mahasiswa yang bekerja disuatu perusahaan dengan bagian keuangan ataupun adminsitrasi tentunya akan bertambah jenuh dan beban di pikirannya. Profesi itu sebagian besar dialami oleh mahasiswa akuntansi. Mahasiswa Akuntansi UMSIDA kebanyakan bekerja di perusahaan pada bagian administrasi, keuangan maupun perpajakan yang membutuhkan ketelitian dan pemikiran yang tinggi dalam bekerja sehingga beban pikiran juga semakin besar apalagi ditambah dengan kuliah yang juga melakukan perhitungan dan administrasi sehingga berpotensi menimbulkan stress kuliah. Mahasiswa akuntansi UMSIDA sebagian besar berjenis kelamin perempuan. wanita lebih mudah terkena stress dari pada pria karena wanita cenderung mengandalkan perasaan dalam mengambil keputusan sehingga jika ada masalah kerja, mahasiswa akuntansi UMSIDA lebih rentan terkena stress apalagi ditambah dengan ada masalah keluarga atau masalah dengan sosial yang membuat mahasiswa Akuntansi UMSIDA lebih mudah stress dari mahasiswa jurusan lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti ingin meneliti “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Dan Lingkungan Belajar Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi Dengan Self Efficacy Sebagai Variabel Intervening di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap self efficacy?
  • Apakah lingkungan belajar berpengaruh berpengaruh terhadap self efficacy?
  • Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres kuliah?
  • Apakah lingkungan belajar berpengaruh terhadap stres kuliah?
  • Apakah self efficacy berpengaruh terhadap stres kuliah ?
  • Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres kuliah yang dimediasi oleh self efficacy?
  • Apakah lingkungan belajar berpengaruh terhadap stres kuliah yang dimediasi oleh self efficacy?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar9belakang dan rumusan9masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

  • Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap self efficacy
  • Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar terhadap self efficacy
  • Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres kuliah
  • Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar terhadap stres kuliah
  • Untuk mengetahui pengaruh self efficacy terhadap stres kuliah
  • Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres kuliah yang dimediasi oleh self efficacy
  • Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar terhadap stres kuliah yang dimediasi oleh self efficacy

II . Metode

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sumber data primer sebagai sumber data. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, data ini diperoleh secara langsung dari sumber utama dan diperoleh melalui kuisioner yang diperoleh dari mahasiswa

Indikator Variabel

Variabel bebas atau bisa disebut variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah kecerdasan emosional (X1) dan lingkungan belajar (X2).

  • Kecerdasan emosional (X1) yang dimaksud dalam penelitian ini dimaknai sebagai bentuk kecerdasan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengenali emosi dengan baik pada diri sendiri, dan dalam berhubungan dengan orang lain
  • Lingkungan belajar (X2) yang dimaksud dalam penelitian ini dimaknai kondisi disekitar mahasiswa yang berhubungan langsung dengan kegiatan belajar dan kuliahnya.

Variabel terikat atau variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya stres kuliah mahasiswa (Y). Stres kuliah (Y) adalah sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekuliahan yang bersangkutan.

  • Variabel Terikat (Dependen)
  • Variabel Intervening

Variabel intervening merupakan variabel yang menjadi perantara antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel intervening adalah self efficacy (Z). Self efficacy (Z) adalah keadaan yang menggambarkan mahasiswa penuh kepercayaan diri untuk bisa meraih kelulusan kuliah.

Table 1 Variabel, Indikator dan Tingkat Pengukuran
Variabel Indikator variabel Tingkat pengukuran
1 2 3
Kecerdasan emosional (X1) Kesadaran diri Kemampuan mengelola emosiOptimismeEmpatiKeterampilan sosial Interval
Lingkungan Belajar (X2) Penerangan SuhuSuara Ruang gerakHubungan personal Interval
Self efficacy (Z) Orientasi pada tujuan Orientasi kendali kontrol.Banyaknya usaha yang dikembangkan dalam menghadapi hambatanLama seseorang akan bertahan dalam menghadapi hambatan Interval
Stress kuliah (Y) Beban Kuliahsikap dosenKonflikPendapatan RendahMasalah keluarga Interval

Sampel

Perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu atau karakteristik tertentu [11].

  • Mahasiswa akuntansi kelas sore
  • Mahasiswa akuntansi semester akhir
  • Mahasiswa yang bekerja

Dari kriteria tersebut maka penelitian ini mendapatkan responden sebanyak 124 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan keterangan lainnya dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan kesesuaian antara tingkat atau skala pengukuran dan teknik pengumpulan data, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan keterkaitan antara responden dengan jawaban yang diberikan, maka jenis kuesioner yang diajukan bersifat langsung dan dengan pertanyaan bersifat tertutup, dengan maksud memberikan keleluasaan responden memberikan jawaban-jawabannya. Pada tiap-tiap item kuesioner disediakan alternatif jawaban sebanyak lima buah dan dijenjang pembobotan skornya, sehingga masing-masing variabel terukur menurut skala interval. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada para responden yang termasuk dalam sampel dan dimaksudkan untuk menggali data, baik data untuk variabel bebas atau variabel X maupun variabel terikat atau variabel Y.

Dalam penelitian ini, jawaban yang diberikan oleh mahasiswa kemudian diberi skor dengan mengacu pada skala likert. skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban seperti item instrumen yang menggunakan skala Likert:

  • Untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor: 1
  • Untuk jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor: 2
  • Untuk jawaban Netral (N) diberi skor: 3
  • Untuk jawaban Setuju (S) diberi skor: 4
  • Untuk jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor: 5

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian tersebut atau mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, legger, notulen, rapat agenda, dan lain sebagainya.

Teknik Analisis Data

Validitas butir instrumen diketahui dengan jalan membandingkan corrected item-total correlation yang diperoleh dengan 0,30. Jika corrected item-total correlationlebih besar dari pada 0,30, maka butir pertanyaan dinyatakan valid terhadap indikator. Demikian pula sebaliknya, maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid. Uji PLS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach’s Alpa. Jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0,60. Demikian pula sebaliknya, maka dinyatakan tidak reliabel [12].

Sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah partial least square (PLS) [13].

  • Convergent Validity, dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor item atau skor komponen dengan skor konstruk). Indikator dianggap valid jika memiliki nilai AVE (Average Variance Extranced) diatas 0,5 atau memperlihatkan seluruh outer loading dimensi variabel memiliki nilai loading > 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran tersebut memenuhi kriteria validitas konvergen. Nilai AVE merupakan rata-rata presentase skor varian yang diekstraksi dari seperangkat variabel laten yang diestimasi melalui loading Standarized indikatornya dalam proses iterasi alogaritma dalam PLS).
  • Discriminant Validity, dinilai berdasarkan cross loading, model mempunyai discriminant validity yang cukup jika nilai cross loading 51 antara konstruk lebih besar dari nilai cross loading antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.
  • Uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Cronbach’s Alpha untuk mengukur batas awah nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan Composite Reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk. Namun Composite Reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 dan Composite Reliability > 0,7.

Koefisien determinasi pada konstruk disebut nilai R-square. Model struktural (inner model) merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten. Goodness of fit model diukur menggunakan R-square variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi Q-square predictive relevance untuk model struktural, mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square 52 lebih besar dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan nilai Q-square kurang dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance. Namun, jika hasil perhitungan memperlihatkan nilai Q-square lebih dari 0 (nol), maka model layak dikatakan memiliki nilai prediktif yang relevan [14].

Dalam penelitian ini untuk tingkat keyakinan 95% (alpha 95 persen), maka nilai T-table untuk hipotesis satu ekor (one tailed) adalah > 1.66008 [15]

III. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Tabel 2

Outer Loadings

  Kecerdasan Emosional Lingkungan Belajar Self Efficacy Stres Kuliah
KE1 0.724      
KE2 0.802      
KE3 0.762      
KE4 0.797      
KE5 0.784      
LB1   0.765    
LB2   0.799    
LB3   0.807    
LB4   0.767    
LB5   0.758    
SE1     0.778  
SE2     0.803  
SE3     0.878  
SE4     0.748  
SK1       0.757
SK2       0.837
SK3       0.752
SK4       0.897
SK5       0.823

Berdasarkan Tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa nilai outer loading masing-masing indikator pada variabel Kecerdasan emosional (X1), Lingkungan belajar (X2), stres kuliah (Y), dan self efficacy (Z) semuanya bernilai lebih dari 0,6. Hal ini berarti indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi convergent validity.

Tabel 3

Average Variance Extracted (AVE)

  Average Variance Extracted (AVE)
Kecerdasan Emosional 0.599
Lingkungan Belajar 0.607
Self Efficacy 0.645
Stres Kuliah 0.664

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui nilai AVE dari variabel Kecerdasan emosional (X1), Lingkungan belajar (X2), stres kuliah (Y),dan self efficacy (Z)adalah lebih besar dari > 0,5. Dengan demikian bahwa seluruh variabel penelitian ini valid.

Uji discrimianant validity dengan melihat nilai cross loading untuk mengetahui apakah konstruk memiliki discriminant yang memadai. Nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0,7.

Tabel 4

Discriminant Validity

  Kecerdasan Emosional Lingkungan Belajar Self Efficacy Stres Kuliah
Kecerdasan Emosional 0.874      
Lingkungan Belajar 0.806 0.879    
Self Efficacy 0.718 0.765 0.803  
Stres Kuliah 0.753 0.790 0.752 0.815

Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukkan bahwa konstruk laten dengan indikator pada blok mereka lebih baik atau memiiki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan indikator di blok lainnya yang memiliki nilai lebih rendah , dengan nilai cross loading setiap konstruk memiliki nilai lebih dari > 0,7 yang artinya konstruk tersebut memiliki discriminant yang memadai.

  • Convergent Validity
  • Discriminant Validity
  • Reliability

Uji reabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan ketepatan instrument dalam mengukur konstruk. Reabilitas suatu konstruk dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu cronbach’s alpha dan composite reability. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai cronbach’s alpha maupun composite reability diatas 0,7.

Tabel 5

Cronbach’s Alpha

  Cronbach's Alpha rho_A Composite Reliability
Kecerdasan Emosional 0.834 0.842 0.882
Lingkungan Belajar 0.838 0.839 0.885
Self Efficacy 0.815 0.816 0.879
Stres Kuliah 0.872 0.874 0.908

Berdasarkan tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa nilai croncbach’s alpha dari setiap variabel nilainya lebih dari > 0,7, sedangkan pada nilai composite reability dari setiap variabel nilainya juga lebih dari > 0,7. Dengan demikikan dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel telah memenuhi kriteria reabilitas dan memiliki tingkat reabilitas yang tinggi.

Nilai R-Square digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. Kategori nilai 0,75, 0,50 dan 0,25 menunjukkan model (kuat, moderate dan lemah).

Tabel 6

R-Square

  R Square R Square Adjusted
Self Efficacy 0.615 0.609
Stres Kuliah 0.697 0.689

Berdasarkan tabel 6 diatas, menunjukkan bahwa nilai R-Square untuk variabel stres kuliah sebesar 0,697 yang berarti termasuk dalam kategori moderate . Selanjutnya nilai R-Square untuk variabel self efficacy sebesar 0,615 yang berarti termasuk dalam kategori moderate.

Uji ini dilakukan dengan melihat signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel melalui prosedur bootstrapping. Nilai signifikansi dapat dilakukan dengan melihat koefisien parameter dan T-Statistik pada path coefficient. Hipotesis penelitian diterima jika nilai T-Statistik > 1,96 ( t tabel signifikansi 5%).

Tabel 7

Path Coefficient

  Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T Statistics (|O/STDEV|) P Values
Kecerdasan Emosional -> Self Efficacy 0.290 0.295 0.118 2.457 0.014
Kecerdasan Emosional -> Stres Kuliah 0.247 0.256 0.096 2.584 0.010
Lingkungan Belajar -> Self Efficacy 0.532 0.516 0.108 4.918 0.000
Lingkungan Belajar -> Stres Kuliah 0.364 0.368 0.099 3.667 0.000
Self Efficacy -> Stres Kuliah 0.296 0.267 0.110 2.682 0.008

Berdasarkan tabel 7 dapat dijelaskan uji hipotesis sebagai berikut:

  • Variabel Kecerdasan emosional (X1) terhadap variabel self efficacy (Z) menghasilkan nilai T-Statisik sebesar 2,457 yang lebih besar dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,014 yang lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,05). Dengan demikian berarti variabel Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh terhadap variabel self efficacy (Z), sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.
  • Variabel Lingkungan belajar (X2) terhadap variabel self efficacy (Z) menghasilkan nilai nilai T-Statisik sebesar 4,918 yang lebih besar dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,000 yang lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,5). Dengan demikian berarti variabel lingkungan belajar (X2) berpengaruh terhadap variabel self efficacy (Z), sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.
  • Variabel Kecerdasan emosional (X1) terhadap variabel stres kuliah (Y) menghasilkan nilai T-Statistik sebesar 2,584 yang lebih kecil dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,010 lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,5). Dengan demikian berarti variabel Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh terhadap variabel stres kuliah (Y), sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.
  • Variabel Lingkungan belajar (X2) terhadap variabel stres kuliah (Y) menghasilkan nilai nilai T-Statisik sebesar 3,667 yang lebih besar dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,000 yang lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,5). Dengan demikian berarti variabel lingkungan belajar (X2) berpengaruh terhadap variabel stres kuliah (Y), sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.
  • Variabel self efficacy (Z) terhadap variabel stres kuliah (Y) menghasilkan nilai nilai T-Statisik sebesar 2,682 yang lebih besar dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,008 yang lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,5). Dengan demikian berarti variabel self efficacy (Z) berpengaruh terhadap variabel stres kuliah (Y), sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.

Uji indirect effect ini untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel intervening. Dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat output specific indirect effectdengan nilai tingkat signifikasi < 0,05 (p values) dan nilai T-Statistik≥ 1,96.

Tabel 8

Indirect Effect

  Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T Statistics (|O/STDEV|) P Values
Kecerdasan Emosional -> Self Efficacy -> Stres Kuliah 0.086 0.075 0.041 2.088 0.037
Lingkungan Belajar -> Self Efficacy -> Stres Kuliah 0.157 0.144 0.073 2.163 0.031

Berdasarkan tabel 8 indirect effet atau pengujian secara tidak langsung diatas, dapat dilihat bahwa variabel Kecerdasan emosional (X1) terhadap variabel stres kuliah (Y) melalui variabel self efficacy (Z) sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T-Statistik sebesar 2,088 yang lebih besar dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,037 lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,5). Dengan demikian berarti variabel Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh terhadap variabel stres kuliah (Y) melalui variabel self efficacy (Z) sebagai variabel intervening, sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.

Kemudian untuk variabel Lingkungan belajar (X2) terhadap variabel stres kuliah (Y) melalui variabel self efficacy (Z) sebagai variabel intervening menghasilkan nilai nilai T-Statistik sebesar 2,163 yang lebih besar dari (T Tabel 1,96) dan P Values sebesar 0,031 lebih kecil dari (tingkat signifikansi 0,5). Dengan demikian berarti variabel lingkungan belajar (X2) berpengaruh terhadap variabel stres kuliah (Y) melalui variabel self efficacy (Z) sebagai variabel intervening, sehingga hipotesis dapat dinyatakan diterima.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM, dapat disimpulkan bahwa variabel Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap variabel self efficacy pada mahasiswa Akuntansi di Sidoarjo. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Mahasiswa akuntansi di Universitas Muhamadiyah Sidoarjo yang belajar ketika kuliah yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tentu dapat mengontrol emosinya dan memanajemen dirinya agar selalu percaya diri dalam mengerjakan tuggas maupun dalam mengerjakan ujian. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya termasuk rasa percaya diri. Kecerdasan emosional tersebut akan memengaruhi mahasiswa untuk memiliki sikap kesukaan atau ketertarikan terhadap suatu objek belajar. Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh mahasiswa berdampak terhadap prestasi belajar yang diraihnya. Ketidakpercayaan diri dalam belajar sebagai bentuk kegagalan bisa berkaitan dengan situasi emosi akan mempengaruhi belajar.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM, dapat disimpulkan bahwa variabel Lingkungan belajar berpengaruh terhadap variabel self efficacy pada mahasiswa Akuntansi di Sidoarjo. Mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadyah Sidoarjo yang memiliki Kebiasaan belajar mahasiswa erat kaitannya dengan lingkungan belajarnya, penggunaan waktu, baik untuk belajar maupun untuk kegiatan lain yang menunjang belajar. Belajar yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, dengan lingkungan yang tepat. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman akan memaksimalkan hasil oembelajran sehingga mahasiswa lebih percaya diri dalam menjawab dan menjelaskan materi yang dipelajarinya. lingkungan belajar dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang bisa membentuk rasa percaya dirinya dalam menguasai materi yang dipelajari. Mahasiswa yang belajar dengan lingkungan yang tenang dan nyaman akan meningkatkan rasa percaya dirinya dalam memahami materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM , dapat disimpulkan bahwa variabel Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap variabel stres kuliah pada mahasiswa Akuntansi di Sidoarjo yang Selama kuliah, terkadang merasa bosan dan tertekan dengan kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi. Keadaan mahasiswa yang merasa bosan dan tertekan ini dapat menyebabkan mahasiswa mengalami stres. kecerdasan emosional dapat mempengaruhi kondisi pikiran seseorang dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan beban pikiran. Individu yang memiliki sifat egois, tertutup dan sulit bergaul mudah mengalami Stress dalam hidupnya.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM dapat disimpulkan bahwa variabel Lingkungan belajar berpengaruh terhadap variabel stres kuliah pada mahasiswa Akuntansi di Sidoarjo. Lingkungan belajar yang berisik, dan tidak nyaman akan membuat mahasiswa sulit untuk memahami dan mepelajarai materi karena banyaknya gangguan pendengaran atau ketidaknyamanan velajar membuat pikiran semakin tertekan sehingga menjadkan stress bertambah meningkat. kefektifan kegiatan pembelajaran didukung oleh keadaan lingkungan sekitar yang mempengaruhi cara belajar sesorang. Jika kegiatan belajar mahasiswa tidak efektif tentunya berpengaruh pada hasil belajarnya. Mahasiswa yang tidak maksimal dalam belajar akan menyebabkan kesulitan dalam kuliah sehingga tingkat Stress semakin tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM, dapat disimpulkan bahwa variabel self efficacy berpengaruh terhadap variabel stres kuliah pada mahasiswa Akuntansi di Sidoarjo. Mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki efikasi diri tinggi akan mampu secara mandiri untuk menghadapi permasalahan yang ada. Mahasiswa dengan keyakinan yang besar terhadap kemampuannya dalam mengatasi tekanan yang dihadapi akan memiliki tingkat stres akademik yang rendah. Mahasiswa akuntansi yang mengalami stres akademik menimbulkan reaksi fisiologis sakit kepala, detak jantung meningkat dan kaki gemetaran. Dampak dari segi psikososialnya remaja mengalami kesulitan memelihara perhatian, konsentrasi, ingatan yang lemah dan memiliki tingkat pemecahan masalah yang . self-efficacy dapat membantu individu untuk menyelesaikan tugas dan mengatasi hambatan agar tidak menimbulkan tuntutan yang mengakibatkan Stres akademik. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu mengatasi tugas dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, individu yang mampu menyelesaikan tugas dan mampu mengatasi hambatan berdasarkan pengalaman yang dimiliki dapat membantu mengurangi Stres yang mungkin dihadapi.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM, dapat disimpulkan bahwa variabel Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap variabel stres kuliah melalui self efficacy pada mahasiswa Akuntansi di Sidoarjo. Keadaan emosi mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang tidak stabil akan mudah tersinggung dan mudah marah sehingga beban pikiran akan naik. Sehingga lama kelamaan akan menimbulkan stress. Olah karena itu rasa percaya diri dalam belajar akan meninmbulkan ingatan dan pendalamana materi yang tinggi sehingga mampu menekan stress mahasiswa yang sedang kuliah. kecerdasan emosional dapat mempengaruhi kondisi pikiran seseorang dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan beban pikiran. Individu yang memiliki sifat egois, tertutup dan sulit bergaul mudah mengalami Stress dalam hidupnya. self-efficacy dapat membantu individu untuk menyelesaikan tugas dan mengatasi hambatan agar tidak menimbulkan tuntutan yang mengakibatkan Stres akademik. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu mengatasi tugas dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, individu yang mampu menyelesaikan tugas dan mampu mengatasi hambatan berdasarkan pengalaman yang dimiliki dapat membantu mengurangi Stres yang mungkin dihadapi.

  • Kecerdasan emosional berpengaruh Terhadap Self efficacy
  • Lingkungan belajar Berpengaruh Terhadap Self efficacy
  • Kecerdasan emosional Berpengaruh terhadap Stres kuliah.
  • Lingkungan belajar Berpengaruh Terhadap Stres kuliah.
  • Self efficacy Berpengaruh Stres kuliah
  • Kecerdasan emosional Berpengaruh Terhadap Stres kuliah Melalui Self efficacy
  • Lingkungan belajar Berpengaruh Terhadap Stres kuliah Melalui Self efficacy

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji PLS-SEM, dapat disimpulkan bahwa variabel Lingkungan belajar berpengaruh terhadap variabel stres kuliah melalui self efficacy pada mahasiswa Akuntansi di Univesitas Muhammadiyah Sidoarjo. Lingkungan belajar yang nyaman dan tenang akan membuat pikiran mahasiswa akuntansi itu akan maksimal dalam memahami materi pembelajaran serta didukung rasa kepercayaan tinggi akan mengurangi stress kulah . kefektifan kegiatan pembelajaran didukung oleh keadaan lingkungan sekitar yang mempengaruhi cara belajar sesorang. Jika kegiatan belajar mahasiswa tidak efektif tentunya berpengaruh pada hasil belajarnya. Mahasiswa yang tidak maksimal dalam belajar akan menyebabkan kesulitan dalam kuliah sehingga tingkat Stress semakin tinggi. self-efficacy dapat membantu individu untuk menyelesaikan tugas dan mengatasi hambatan agar tidak menimbulkan tuntutan yang mengakibatkan Stres akademik. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu mengatasi tugas dan tantangan yang dihadapi.

I V . Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah :

  • Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap self efficacy mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Lingkungan belajar berpengaruh terhadap self efficacy mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres kuliah mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Lingkungan belajar berpengaruh terhadap stres kuliah mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Self efficacy berpengaruh terhadap stres kuliah mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres kuliah yang dimediasi oleh self efficacy mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Lingkungan belajar berpengaruh terhadap stres kuliah yang dimediasi oleh self efficacy mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Saran

Adapun saran yang dapat di berikan oleh peneliti untuk penelitian dimasa mendatang adalah :

  • Manajemen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sebaiknya memperhatikan kecerdasan emosional dengan baik karena berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh signifikan terhadap self efficacy dan stres kuliah akuntansi. Kecerdasan emosional yang baik bias menggunakan media social atau market place yang dilakukan secara online untuk menarik mahasiswa dari berbagai daerah
  • Manajemen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sebaiknya juga memperhatikan lingkungan belajar karena hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh lingkungan belajar terhadap self efficacy dan stres kuliah.
  • Penelitian yang akan datang sebaiknya ada perkembangan penelitian ini dengan menambah variabel lain karena masih banyak faktor dan variabel yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, sehingga dapat meningkatkan perkembangan dunia ilmu pengetahuan

UCAPAN TERIMA KASIH

  • Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan baik materil maupun do’a dan kasih sayang.
  • Bapak Dr. Sigit Hermawan, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

References

  1. R. Lubis et al., “Coping Stress Pada Mahasiswa Yang Bekerja,” Diversita, 2015.
  2. S. N. Aisyah, “Kuliah Psikologi Faal,” Zifatama Publishing, 2014. .
  3. D. A. Nafiati, “Yang Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa,” pp. 8–12, 2015.
  4. A. Z. Husnar, S. Saniah, and F. Nashori, “Harapan, Tawakal, dan Stres Akademik,” Psikohumaniora J. Penelit. Psikol., 2017.
  5. S. Padmowihardjo, “Psikologi Belajar Mengajar,” Pengertian Psikol. Belajar Mengajar dan Defin. Proses Belajar, 2014.
  6. F. Hikmawan, “Perspektif filsafat pendidikan terhadap psikologi pendidikan humanistik,” Sains Psikol., 2017.
  7. K. Ika Sandra, “Manajemen Waktu, Efikasi-Diri Dan Prokrastinasi,” Pers. Psikol. Indones., 2013.
  8. Putri Anggia, “Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Bekerja,” Penelit. Psikol., 2012.
  9. I. Suwartika, A. Nurdin, and E. Ruhmadi, “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stress Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi D Iii Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya,” Soedirman J. Nursing), 2014.
  10. Nadyfah, “Hak Cipta © milik UPN ‘Veteran’ Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.,” pp. 13–93, 2012.
  11. Ghozali, “Metode Penelitian,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2018.
  12. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Cv Alfabeta. 2017.
  13. M. Sholihin and D. Ratmono, “Analisis SEM-PLS dengan WrapPLS 3.0 untuk Hubungan Nonlikier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis,” Andi, pp. 1–290, 2013.
  14. I. Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
  15. M. PH.D, Sholihin and D. Ratmono, Dwi, ANALISIS SEM-PLS DENGAN WARPPLS 3.0. 2013.