Abstract
This study aims to reveal and analyze the strategies used by STAI Ali bin Abi Talib to build a competitive advantage and how to develop its advantages in order to become a sustainable advantage. This research is a field research with a qualitative descriptive approach. The research results obtained are (1) Ali bin Abi Talib's STAI strategy in building competitive advantage is to formulate a curriculum that combines the national curriculum and international curriculum in modern Arabic learning, prepare competent human resources, and create a learning environment with boarding schools; (2) The competitive advantage development program owned by STAI Ali bin Abi Talib is to evaluate and develop a curriculum according to the needs of the times and the demands of the government, improve the quality of human resources with programs for developing academic competence and spiritual competence of lecturers, develop a boarding system with additional infrastructure and various programs to develop the talents and interests of students.
Pendahuluan
Pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang akan menentukan semakin baik taraf kehidupannya. Di era globalisasi saat ini, setiap bangsa berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikannya demi mewujudkan sumber.daya manusia yang unggul dan mampu bersaing dalam lingkup nasional atau internasional. Semangat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ini tampak dengan munculnya banyak lembaga pendidikan di Indonesia, tidak terkecuali lembaga-lembaga tingkat perguruan tinggi di Indonesia.
Namun munculnya banyak perguruan tinggi tersebut terkadang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas lembaga sehingga banyak menimbulkan problematika. Problematika ini pun juga dihadapi oleh PTKIS (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta). Bahkan problematika yang dihadapi oleh PTKIS dinilai lebih kompleks, mulai dari lemahnya pendanaan, pengelolaan yang kurang profesional, sikap pragmatis dari civitas akademik, kepemilikan perguruan oleh individu atau keluarga tertentu, lemahnya pelayanan, perspektif negatif dari masyarakat, dan rendahnya semangat bersaing membangun prestasi [1].
Berbagai problematika yang dihadapi oleh PTKIS perlu untuk diatasi dan diberikan solusi agar PTKIS mampu bersaing membangun prestasi dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi lainnya. Dengan adanya strategi bersaing, maka seluruh civitas akadmik akan lebih terpacu untuk mengembangkan perguruan tinggi tersebut lebih serius. Oleh karena itu PTKIS harus memiliki strategi untuk membangun keunggulan kompetitif dengan perguruan tinggi lainnya.
STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya sebagai salah satu PTKIS juga menunujukkan usaha untuk bersaing dengan perguruan tinggi lainnya. Hal ini diwijudkan dengan berbagai prestasi yang diraih oleh mahasiswa dan dosennya seperti: memenangkan perlombaan Qiroatul Kutub dan Pidato Bahasa Arab yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mendapatkan medali perak dan perunggu pada Kejuaraan Pencak Silat yang diselenggarakan oleh Kemenpora, banyak mahasiswa dan lulusannya yang menulis berbagai macam buku pembelajaran Bahasa Arab, penghargaan atas figur berperan dalam pengajaran Bahasa Arab di Surabaya kepada dua Dosen STAI Ali bin Abi Thalib dari Prof. Dr. Kholid bin Farraj Al Mutlaq selaku Atase Pendidikan Kedutaan Kerajaan Arab Saudi untuk Malaysia dan Indonesia, dan prestasi-prestasi lainnya. Berbagai macam prestasi tersebut merupakan salah satu bukti adanya strategi untuk membangun keunggulan kompetitif yang dijalankan oleh STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya.
Keunggulan kompetitif menurut Raymond A. Noe dan kawan-kawan adalah keunggulan daya saing sebagai kemampuan suatu lembaga untuk membuat produk atau penawaran layanan yang lebih bernilai dibanding lembaga lainnya yang bersaing [2]. Sedangkan Hunger dan Wheelen menyebutkan bahwa keunggulan kompetitif adalah kumpulan strategi untuk menemukan suatu keunggulan perusahan atas pesaing lainnya [3].
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu lembaga pendidikan menurut Nurtanio Agus antara lain: Pertama adalah lokasi, mayoritas lembaga-lembaga pendidikan selalu berusaha untuk mencari lokasi yang tidak sulit dijangkau dan memiliki akses yang mudah dengan sektor-sektor lainnya sebelum mendirikan lembaganya. Oleh karena itu, faktor ini menjadi salah satu faktor keunggulan bagi lembaga pendidikan yang bisa digunakan untuk bersaing dengan lembaga lainnya. Kedua adalah keunggulan nilai, di antara bentuk keunggulan nilai yang dapat mempengaruhi daya saing suatu lembaga adalah sumber daya manusia yang baik, kelebihan pada kurikulum yang diterapkan, sarana prasarana yang dimiliki, hingga keunggulan kerjasama dengan lembaga lainnya. Ketiga adalah kebutuhan masyarakat, salah satu hal yang sering diungkapkan oleh orang tua mengenai alasan menyekolahkan anaknya ke suatu lembaga pendidikan adalah terkait faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan hasilnya. Termasuk di dalamnya adalah kepastian yang diperoleh anaknya setelah menyelesaikan pendidikan dari lembaga tersebut. Banyak orang tua menilai keterserapan mereka pada jenjang pendidikan diatasnya adalah salah satu alasan orang tua untuk mengirim anaknya untuk bersekolah ke kota [4].
Michael E. Porter menegaskan bahwa alat penting yang harus dimiliki suatu lembaga untuk membangun keunggulan bersaing adalah strategi. Porter juga menyebutkan bahwa strategi yang digunakan untuk membangun keunggulan komprtitif ada tiga, yaitu: strategi keunggulan biaya, strategi diferensiasi, strategi fokus. Strategi Keunggulan Biaya ini menekankan agar perusahaan menjadi produsen yang mampu untuk melakukan proses produksi dengan biaya yang rendah dalam industrinya. Strategi Diferensiasi menuntut perusahaan untuk berusaha menjadi unik dalam industrinya pada sejumlah dimensi tertentu yang menjadikan pembeli menghargai dan menganggap penting produk tersebut. Karena produk yang dihasilkan memiliki nilai keunikan dan kekhasan, perusahaan bisa menetapkan harga premium dari produk yang dihasilkan. Strategi Fokus yaitu lembaga yang memilih suatu bagian atau kelompok bagian tertentu dalam industri dan menyesuaikan strateginya untuk melayani kelompok tersebut secara khusus [5]
Dari paparan singkat yang telah disebutkan, maka peneliti tertarik untuk mengurai lebih dalam mengenai bagaimana strategi STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya dalam membangun keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan perguruan tinggi lainnya, serta bagaimana capaian program STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya meengembangkan keunggulan kompetitif yang dimiliki. Sehingga penelitian ini sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dalam bagaimana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta membangun strategi keunggulan yang memiliki daya saing dengan perguruan tinggi lainnya.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan desktiptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bertujuan mengungkap suatu fakta empiris secara objektif dan ilmiah berdasarkan logika-logika keilmuan, metodologi, prosedur dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang dipilih [6]. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian lapangan (field research) karena peneliti secara langsung melakukan penggalian data ke STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya untuk mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan strategi STAI Ali bin Abi Thalib dalam membangun keunggulan kompetitif di antara perguruan tinggi yang ada. Adapun subjek pada penelitian ini adalah Ketua STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya, Wakil Bagian Kurikulum, Wakil Bagian Kemahasiswaan, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis melalui model Analisa Miles dan Huberman dengan beberapa tahap, yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data dan tahap kesimpulan [7].
Hasil dan Pembahasan
Strategi Membangun Keunggulan Kompetitif
Setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi untuk menjadikan lembaga tersebut unggul dan bermutu. Kemudian visi dan misi tersebut dijabarkan dalam bentuk strategi-strategi untuk menciptakan keunggulan yang dapat digunakan bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Keungulan bersaing atau keunggulan kompetitif inilah yang sangat berpengaruh bagi keberlangsungan dan perkembangan suatu lembaga pendidikan.
Dalam rangka menciptakan lembaga pendidikan yang unggul dan berdaya saing. Salah satu ujung tombak dalam menciptakan keunggulan adalah kurikulum. Kurikulum STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya merupakan hasil perpaduan antara kurikulum internasional “Silsilah Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah” milik Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud Saudi Arabia dengan kurikulum tarbiyah (pendidikan) nasional. Kemudian STAI Ali bin Abi Thalib juga menambahkan beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan ilmu-ilmu dasar keislaman dan kebahasaaraban.
Tujuan dipadukannya kurikulum nasional dengan kurikulum internasional adalah untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan bahasa Arab mulai dari nol hingga mahir. Kemudian tujuan ditambahkan kurikulum kampus dengan mata kuliah yang materi-materinya berkaitan dengan ilmu-ilmu dasar keislaman adalah untuk membekali mahasiswa agar menjadi da’i-da’i yang memiliki pondasi keilmuan Islam yang kuat. Adapun kurikulum tarbiyah nasional bertujuan untuk membekali mahasiswa ilmu-ilmu pedagogik sebelum mahasiswa terjun ke lembaga-lembaga pendidikan.
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Hal ini karena kurikulum menempati posisi strategis yang mendeskripsikan visi, misi ataupun tujuan sebuah lembaga pendidikan. Sehingga kurikulum diposisikan sebagai muatan materi yang akan ditranformasikan kepada para peserta didik [8]. Saat ini pembelajaran bahasa Arab di perguruan tinggi Agama Islam Indonesia juga masih berorientasi pada penguasaan grammar dan kemampuan menterjemahkan saja. Hal ini terlihat dari kurikulum yang diajarkan pada lembaga-lembaga perguruan tinggi lebih cenderung pada penguasaan ilmu nahwu dan sharaf. Metode pembelajaran seperti ini merupakan metode tradisional dalam pembelajaran bahasa Arab, sehingga pada awal-awal mempelajarinya akan banyak dijumpai kejenuhan. Kemampuan mahasiswa dalam bahasa Arab pun hanya bersifat pasif dalam bentuk penguasaan grammar dan kemampuan menterjemahkan teks bahasa Arab.
Fenomena tersebut seharusnya mendorong pihak kampus untuk memperbarui kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang dapat mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan berbahasa dalam berbagai bidang. Pandai membaca dan menterjemahkan kitab, serta sumber-sumber hukum Islam baik klasik ataupun kontemporer serta mampu mendengar dengan baik dan menyampaikan gagasan baik berupa lisan atau tulisan dengan bahasa Arab [9].
Di antara kurikulum modern dalam pembelajaran bahasa Arab yang digunakan dalam skala internasional adalah kurikulum Silsilah Ta’lim Al-Lughah Al Arabiyah milik Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh, Arab Saudi. Kurikulum ini banyak memberikan konstribusi besar untuk pendidikan bahasa Arab. Karena kurikulum tersebut telah sukses digunakan diberbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jibouti, Mauritania, dan Indonesia [10]. Perpaduan antara kurikulum nasional dan kurikulum internasional Silsilah Ta’lim Al Lughah Al Arabiyah dapat menjadi komposisi untuk membangun keunggulan kompetitif di STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya, yaitu dengan menggunakan kurikulum yang berbeda dari universitas lainya. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Porter bahwa lembaga yang memiliki nilai karakteristik yang berbeda dari lembaga lainnya dapat meningkatkan keunggulan kompetitif lembaga tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasiswa, Sebagian besar perkuliahan di STAI Ali bin Abi Thalib menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab, walaupun ada beberapa mata kuliah yang masih menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Perkuliahan dengan bahasa pengantar bahasa Arab didukung dengan SDM pengajar di STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya yang memiliki kemampuan bahasa Arab Aktif. Selain dosen-dosen yang memiliki kualifikasi berbahasa Arab aktif, dosen-dosen di STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya memiliki kualifikasi pendidikan minimum lulusan program magister atau S-2. Berikut daftar dosen-dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya:
No | Nama Dosen | No | Nama Dosen |
1 | Dr. Farid, Lc., M.Pd.I. | 12 | Abdul Basid, Lc., M.Pd. |
2 | Dr. Ainul Haris, Lc., M.Ag. | 13 | Hermawan, Lc., M.Pd. |
3 | Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. | 14 | Andy Fahmi Halim, Lc., M.H. |
4 | Dr. Nasaruddin, M.Ed. | 15 | Musta'in, Lc., M.Pd. |
5 | Dr. Slamet Muliono, M.Si. | 16 | Nur Cholis Agus Santoso, M.Pd. |
6 | Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. | 17 | Budi Santoso, Lc., M.Pd. |
7 | Muh. Chusnul Yakin, S.Th.I., M.Pd.I. | 18 | Nashihul Musthafa, M.Pd. |
8 | Maryono, S.Th.I., M.Pd.I. | 19 | Achmad Fauzi, S.Si., M.Pd. |
9 | Mochamad Imron, S.H., S.I.P., M.Pd.I. | 20 | Fuad Abbas Baswedan, S.E., M.Pd.I. |
10 | Fadlan Fahamsyah, Lc., M.H.I. | 21 | Agung Pranoto Kadiatmaja, S.S., M.Pd. |
11 | Oscar Wardhana, S.T.P., Lc., M.Pd. |
Berdasarkan jumlah dosen tersebut, ada 17 dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya yang aktif menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar perkuliahan. Adapun 4 dosen lainnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar perkuliahan.
Sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dalam Depdiknas (2007) bahwa salah satu indikator profesional seorang tenaga pendidik adalah menguasai kompetensi dasar dari mata pelajaran yang diampu. Dalam konteks pendidikan bahasa Arab, dosen diaggap profesional dan kompeten bila telah menguasai ilmu dan keterampilan bahasa Arab (istima’, qira’ah, kitabah, dan kalam), serta menguasai teknik pembelajaran inovatif dan interaktif untuk mentranformasikan keilmuan kepada mahasiswa. Kompetensi tersebut harus dimiliki oleh dosen bahasa Arab karena bidang studi bahasa Arab merupakan bidang studi yang cukup rumit dan sulit, sehingga dosen yang memiliki kompetensi-kompetensi di atas merupakan syarat mutlak agar target belajar mahasiswa bisa tercapai [11].
Dosen-dosen STAI Ali bin Abi Thalib juga telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tinggi Nomor 3 Tahun 2020 yang menyatakan Dosen program sarjana harus berkualifikasi akademik paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan Program Studi, kemudian jumlah Dosen tetap pada Perguruan Tinggi paling sedikit 60% (enam puluh persen) dari jumlah seluruh Dosen, Jumlah Dosen yang ditugaskan untuk menjalankan proses Pembelajaran pada setiap Program Studi paling sedikit 5 (lima) orang.
Oleh karena itu STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya berusaha untuk menyiapkan dosen-dosen yang menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab dengan kemampuan berbahasa Arab aktif. Kemampuan dosen yang dapat menjelaskan materi perkuliahan dengan pengantar bahasa Arab aktif dapat meningkatkan kemampuan bahasa mahasiswa. Sehingga dengan hal tersebut perguruan tinggi memiliki nilai lebih dan karakteristik yang bernilai serta berbeda dari lembaga-lembaga perguruan tinggi lainnya.
Selain kurikulum yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang belajar bahasa Arab dan kualifikasi dosen yang aktif berbahasa Arab, STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya juga menyiapkan lingkungan yang mendukung percepatan program bahasa dengan sistem boarding school bagi mahasiswa. Adanya sistem boarding school tersebut adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung mahasiswa meningkatkan keilmuan mereka. Terutama dalam pembelajaran bahasa Arab. Karena dalam perspektif Islam, ilmu tidak sekedar diketahui namun juga harus diamalkan. Oleh karena itu lembaga pendidikan harus mampu menciptakan sarana yang mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap bidang ilmu yang ditekuni melalui keteladanan, pembiasaan, iklim dan suasana belajar yang mendukung [12].
Menurut data bagian Kemahasiswaan, tercatat ada 379 mahasiswa yang tinggal di asrama dari total keseluruhan mahasiswa yang berjumlah 419 mahasiswa, Adapun mahasiswa yang tinggal diluar asrama hanya berjumlah 40 mahasiswa [13]. Secara umum kegiatan mahasiswa di asrama terbagi menjadi kegiatan harian dan kegiatan pekanan. Kegiatan harian mahasiswa boarding school tergambar dalam tabel berikut:
Waktu | Kegiatan |
Subuh | Sholat Subuh berjamaah di masjid |
05.00-05.30 | Halaqah Al Qur'an |
05.30-07.15 | Sarapan dan persiapan kuliah |
07.15-12.05 | Perkuliahan Pagi |
Dzuhur | Sholat Zhuhur berjamaah di masjid |
12.30-14.30 | Makan siang dan istirahat |
Ashar | Sholat Ashar berjamaah di masjid |
15.45-17.15 | Perkuliahan Sore |
Maghrib | Sholat Maghrib berjamaah di masjid |
Maghrib - Isya | Kajian kitab para Ulama |
Isya | Sholat Isya berjamaah di masjid |
Setelah Isya | Makan malam dan belajar mandiri |
Adapun kegiatan mahasiswa pada setiap pekan adalah sebagai berikut:
Waktu | Kegiatan |
Kamis pagi | Muhadatasah (Program berdialog dengan menggunakan bahasa Arab) |
Kamis sore | Amal jama'I (Kerja bakti di lingkungan asrama dan kampus) |
Kamis malam | Muhadoroh usbuiyyah (Program latihan berpidato dengan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia) |
Sabtu Pagi | Kegiatan UKM |
Kegiatan-kegiatan mahasiswa tersebut dilaksanakan dan dikonrol langsung oleh organisasi mahasiswa yang bernama FKM (Forum Komunikasi Mahasiswa) STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya di bawah bimbingan dari PK-3 Bidang Kemahasiswaan. Organisasi ini bersifat intra kampus, dan merupakan organisasi mahasiswa yang resmi di bawah naungan STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya sebagai wadah mahasiswa berorganisasi dan menampung kegiatan kampus untuk menunjang kurikulum yang sah [14].
Fathurrohman dan Sulistyorini menyebutkan tujuan pendidikan dengan menggunakan sistem boarding school pada lembaga-lembaga pendidikan Islam, yaitu: (a) mencetak generasi yang memiliki pondasi agama yang kuat dan memahami pengetahuan-pengetahuan keislaman. (b) melahirkan generasi-generasi yang menjunjung tinggi akhlak karimah, sehingga seorang siswa tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, namun juga memiliki kecerdasan berakhlak mulia. (c) membentuk kedisiplinan siswa yang tinggal dalam sistem boarding school karena terdapat peraturan-peraturan yang mengatur kegiatan keseharian siswa dan sanksi bagi yang melanggar peraturan tersebut [15].
Mengingat tujuan ini, banyak perguruan tinggi menilai bahwa lulusan dari lembaga-lembaga perguruan tinggi Islam harus memiliki dua kemampuan, yaitu kemampuan keagamaan dan keilmuan profesionalitas. Aspek keilmuan profesionalitas biasanya diajarkan lewat jalur kuliah sesuai jurusan masing-masing. Adapun aspek keagamaan dan spiritualitas sangat kurang untuk diajarkan lewat jalur-jalur kelas kuliah. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan aspek-aspek keagamaan dan spiritualitas dengan sistem pesantren atau boarding [12]
Program Pengembangan Keunggulan Kompetitif STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya
Perubahan dan perkembangan zaman berlangsung dengan cepat, hal ini pun berdampak pada dunia pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu dunia pendidikan juga dituntut untuk terus menyesuaikan perkembangan zaman yang terjadi, tidak terkecuali perguruan tinggi. Tantangan ini perlu dihadapi dengan strategi yang tepat agar eksistensi perguruan tinggi tetap terjaga.
Perguruan tinggi yang awalnya dipandang memiliki keunggulan di mata masyarakat, suatu saat akan ditinggalkan dan tidak diminati lagi karena tidak mengembangkan keunggulan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan zaman. Sehingga keunggulan kompetitif yang dimiliki tidak hanya digunakan untuk kepentingan saat ini saja, namun juga dikembangkan untuk kebutuhan manusia di era yang akan datang.
Demikian pula STAI Ali bin Abi Thalib memiliki program-program pengembangan dari keunggulan kompetitif yang telah dimiliki. Hal ini didasari akan kuatnya persaingan global yang terjadi di dunia ini, sehingga segala sesuatu harus cepat beradaptasi dengan kondisi yang terjadi. Program pengembangan keunggulan kompetitif STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya, yaitu:
Pertama, mengevaluasi kurikulum secara berkala dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan tuntutan pemerintah. Pemerintah melalui UU No. 12 Tahun 2012 telah memberikan hak otonomi dan keleluasaan bagi perguruan tinggi untuk merumuskan kurikulum dan mengembangkannya [16]. Pengembangan kurikulum memiliki cakupan yang luas, bisa bermakna menyusun kurikulum yang baru (curriculum construction), atau menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya telah ada (curriculum improvement), atau pengembangan kurikulum dalam arti menyusun seluruh perangkat kurikulum (macro curriculum) [17]. Karena esensi dari pengembangan suatu kurikulum adalah terjadinya proses-proses identifikasi, analisis, sintesis, serta evaluasi kurikulum. Hasil evaluasi tersebut kemudian diolah untuk mengkreasikan elemen-elemen yang baru agar kurikulum menjadi lebih tepat dan lebih baik [18].
Beberapa mekanisme yang biasanya dilalui untuk mengembangkan kurikulum adalah: (1) mengadakan studi kebutuhan dan kelayakan, (2) konsep awal kurikulum mulai disusun, (3) mengembangkan rencana pelaksanaan kurikulum, (4) melakukan uji coba kurikulum baru di lapangan, (5) melaksanakan kurikulum, (6) melakukan asesmen dan pemantauan pelaksanaan kurikulum, (7) melakukan penyesuaian dan perbaikan sesuai hasil evaluasi yang didapatkan [19]. Pengembangan kurikulum juga dilakukan dalam beberapa tahapan pengembangan, yaitu: pengembangan kurikulum pada tingkat nasional (makro), pada tingkat institusi, pada tingkat bidang studi atau mata pelajaran, dan tingkat pembelajaran di kelas [20].
Pengembangan kurikulum yang dilaksanakan di STAI Ali bin Abi Thalib masuk ke dalam lingkup curriculum improvement, yaitu menyempurnakan kurikulum yang telah dipakai. Tahap pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kampus tersebut dilaksanakan mulai tingkat institusi hingga tingkat pembelajaran di kelas. Pada tingkat institusi, pengembangan terjadi dengan menyempurnakan standar kompetensi lulusan. Pada tingkat mata pelajaran, pengembangan terjadi pada pengembangan silabus bidang studi. Sedangkan pada tingkat pembelajaran kelas, pengembangan terjadi pada penyusunan modul.
Kedua, meningkatkan kualitas dosen dengan program beasiswa kuliah dari yayasan dan mengadakan berbagai macam seminar, workshop atau pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan, penelitian, kebahasaaraban dan wawasan keislaman. Dosen sebagai pendidik dan ilmuwan dituntut memiliki tugas untuk mengembangkan wawasan, keilmuan, teknologi dan seni. Dosen dalam tugasnya selalu dituntut untuk memiliki kompetensi yang optimal [21]. Peningkatan kualitas dan kompetensi dosen merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan dari suatu lembaga perguruan tinggi.
Kunandar menjelaskan bahwa dosen yang berkompeten harus memiliki kualifikasi profesi yang sesuai standar, memiliki kompetensi dibidang keilmuan yang digeluti, memiliki komitmen terhadap profesi yang dijalankan, memiliki kreatifitas yang baik, serta selalu melakukan pegembangan diri yang berkesinambungan (continuous improvement), baik pengembangan melalui seminar, internet, buku, organisasi profesi atau yang semisal [22]. Pengembangan yang dilakukan merupakan pengembangan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi dosen.
Adapun pengembangan dan peningkatan kualitas dosen dalam pengelolaan perguruan tinggi Islam dilaksanakan dalam dua hal: pengembangan kompetensi dosen dari sisi akademik dan pengembangan kompetensi dosen dari sisi spiritual. Pengembangan kompetensi dosen dari segi akademik dilaksanakan dengan meningkatkan bidang keahlian, keterampilan, kreasi dan profesional dosen. Sedangkan kompetensi dosen dari segi spiritual dilakukan dengan mengembangkan kecakapan berdakwah ke jalan Allah untuk kebahagiaan dunia maupun akhirat, mengembangkan kompetensi akhlak dosen, dan mengembangkan kompetensi akidah dosen [21].
Peningkatan kualitas dosen “STAI Ali bin Abi Thalib” Surabaya dilakukan dengan mengembangkan kompetensi akademik dosen maupun kompetensi spiritual dosen. Dalam mengembangkan kompetensi akademik dosen, pihak kampus memberikan berbagai macam pelatihan, seminar, workshop yang berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan bahasa Arab, serta dengan memberikan beasiswa kepada para dosen untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan pengembangan kompetensi spiritual dosen, pihak kampus menyelenggarakan progam Daurah Syar’iyah untuk menambah wawasan keislaman dalam akidah, fikih, manhaj dakwah dan bekal spiritual.
Ketiga, pengembangan sistem boarding school diarahkan kepada pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang, serta berbagai macam program kemahasiswaan seperti seminar, pelatihan, workshop, dan mendirikan UKM bagi mahasiswa. Nawawi menyebutkan beberapa strategi dan aspek yang harus dikembangkan untuk mewujudkan sekolah dengan sistem boarding school yang unggul, antara lain: (1) mengembangkan kurikulum, (2) mengembangkan SDM, (3) memperbaiki tata kelola adminitrasi, (4) mengembangkan bakat, minat dan layanan siswa, (5) mengembangkan sarana dan prasarana [23].
Pengembangan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh STAI Ali bin Abi Thalib dalam hal kurikulum dan peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu upaya yang sejalan dengan pengembangan sistem boarding school kampus. Dengan kurikulum yang sesuai dan tenaga-tenaga pengajar yang berkualitas, maka sistem boarding juga akan mengalami peningkatan kualitas. Terutama beberapa dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya tinggal di area kampus dan asrama mahasiswa, sehingga hal tersebut memberi dampak positif bagi mahasiswa dalam pemberian teladan.
Selain pengembangan dalam kurikulum dan SDM, pengembangan dalam bakat dan minat mahasiswa sangatlah dibutuhkan. Hal ini diperlukan untuk memecahkan kebuntuan dan kejenuhan mahasiswa karena padatnya jadwal aktifitas keseharian. Sehingga dibutuhkan suatu tempat agar mahasiswa bisa mengembangkan bakat minat dengan keterampilan berguna, ketahanan fisik, atau kemahiran bersosialisasi.
Kegiatan untuk mengembangkan bakat dan minat bisa digolongkan kedalam beberapa bidang, antara lain: bidang seni, bidang olahraga, bidang kebahasaan, bidang kemampuan kognitif, bidang keterampilan [23]. Dalam hal ini STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya menyelenggarakan berbagai pelatihan dan seminar terkait pendidikan, bahasa Arab, penelitian, kewirausahaan, dan life skill, serta menfasilitasi mahasiswa dengan mendirikan beberapa UKM untuk meningkatkan minat dan bakat mahasiswa.
Pengembangan sarana prasarana menjadi hal urgen untuk menciptakan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas, karena kampus yang unggul adalah kampus yang telah memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang memadai. Sarana adalah alat yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara langsung, seperti buku, perpustakaan, laboratorium dan yang semisal. Adapun prasarana adalah alat yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara tidak langsung, seperti lapangan olahraga, tempat dan yang semisal [24].
Dalam rangka mengembangkan sistem boarding school, pihak kampus telah membangun satu lokal asrama dua lantai lengkap dengan fasilitas seperti kamar mandi, kipas, tempat cuci, dan lain sebagainya, penambahan ruang tamu yang diperuntukkan bagi tamu atau keluarga mahasiswa apabila ingin menginap di kampus, serta pembangunan ruang makan khusus bagi mahasiswa. Program-program pengembangan keunggulan kompetitif yang dijalankan oleh STAI Ali bin Abi Thalib diharapkan mampu meningkatkan kenggulan kompetitif kampus, sehingga terwujud lembaga perguruan tinggi Islam yang mampu bersaing di era globalisasi dengan lembaga-lembaga lainnya.
Kesimpulan
Strategi yang dilakukan oleh STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya dalam membangun keunggulan kompetitif adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan kurikulum yang menarik dengan memadukan kurikulum nasional dan kurikulum Internasional dalam pembelajaran bahasa Arab modern; 2) Menyiapkan SDM yang berkompeten dalam pengajaran bahasa Arab; 3) Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan keilmuan dengan sistem boarding school
Program pengembangan dari keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya adalah sebagai berikut: 1) Mengevaluasi kurikulum secara berkala dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan tuntutan pemerintah; 2) Meningkatkan kualitas SDM dengan pengembangan kompetensi akademik dosen dan pengembangan kompetensi spiritual dosen; 3) Pengembangan sistem boarding school dilakukan dengan pembangunan sarana dan prasarana baru, serta mengadakan program-program pengembangkan bakat dan minat mahasiswa
Berdasarkan hasil dan pembahasan data-data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi bersaing dengan keunggulan kompetitif yang dipraktekkan oleh STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya adalah strategi generik yang diungkapkan Michael E. Porter yaitu Strategi Diferensiasi. Dimana pihak kampus memilih strategi untuk membangun ciri khas tersendiri, bernilai lebih, serta berbeda dari lembaga lainnya.
References
- M. Qomar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Emir, 2015.
- R. A. Noe, J. R. Hollenbeck, B. Gerhart, dan P. M. Wright, Manajemen Sumber Daya Manusia : Mencapai Keunggulan Bersaing. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
- J. D. Hunger dan T. L. Wheelen, Manajemen Strategis. Solo: Penerbit Andi, 2009.
- N. A. Purwanto, “Strategi Bersaing Dalam Bisnis Pendidikan,” J. Manaj. Pendidik. UNY, vol. 07, no. 01, Apr 2011.
- M. E. Porter, Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta: Erlangga, 2018.
- Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group, 2013.
- Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009.
- S. Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya,” J. Ilm. Islam Futura, vol. Vol. 11, no. 01, 2011.
- E. B. Yusuf, “Implementasi Kurikulum Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Agama ISlam (PTAI) di Indonesia,” Tarling J. Lang. Educ., vol. Vol. 1, no. 01, Mar 2018.
- M. A. Wahab, Tantangan dan Prospek Pendidikan Bahasa Arab di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2015.
- A. Ilyas, “Dosen Bahasa Arab dan Kompetensinya Dalam Mengaktualisasi Teknik Pembelajaran Interaktif,” J. Al Bayan, vol. Vol. 10, no. 1, Jun 2018.
- H. S. Zainiyati, “Integrasi Pesantren Ke Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Agama Islam,” J. Educ., vol. Vol. 7, no. 2, Desember 2015.
- “Dokumen Data Penghuni Asrama STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya.” 2020.
- “Dokumen AD/ART FKM STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya.” 2019.
- Sulistyorini dan M. Fathurrohman, Esensi Manajemen Pendidikan Islam: Pengelolaan Lembaga Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2014.
- A. Fathoni, “Manajemen Pengembangan Kurikulum Berbasis KKNI,” Al-Idarah J. Kependidikan Islam, vol. Vol. 5, no. 1, 2015.
- Siswanto dan E. Susanti, “Manajemen Pengembangan Kurikulum Sekolah Inklusi,” Tadbir J. Studi Manaj. Pendidik., vol. Vol. 3, no. 2, Nov 2019.
- Tim Pengembang Kurikulum MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
- O. Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
- Z. Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
- Saepudin, Y. H. Setiawati, I. Kartika, dan Junaedi, “Manajemen Kompetensi Dosen Berbasis Islam Dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi Bermutu,” Tadibuna J. Pendidik. Islam, vol. Vol. 09, no. 1, Apr 2020.
- Kunandar, Guru Profesional,Implementasi KTSP dan Persiapaan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
- M. L. Nawawi, “Manajemen Pengembangan Madrasah Unggul Berbasis Pesantren di Madrasah Aliyah Unggulan Darul Ulum STEP-2 IDB Jombang,” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2017.
- R. Ananda dan O. K. Banurea, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Medan: CV. Widya Puspita, 2017.