Abstract
This study has the aim of conducting research, namely to determine the improvement of reading skills for mentally retarded children by applying a reading method, namely the phonic method. The phonic method for mentally retarded students starts from hearing the sounds of letters and letter shapes, combining letters by letter into syllables, to reading nouns. This study uses a descriptive quantitative approach with the type of experimental research. And this study uses an A-B-A research design with 4 subjects with mental retardation, carried out in the Baseline A phase carried out in 2 sessions, in the Intervention phase 6 sessions, and in the Baseline A phase 2 sessions. The results of this study can be seen from the progress in each session that has been carried out, the progress of the subject's reading ability, and the progress of the conditions raised by the research subject in each session. And the results of the 4 research subjects showed that there was an increase in early reading skills for mentally retarded children by applying the phonic method.
Pendahuluan
Pengetahuan menjadi faktor penting dalam dunia pendidikan. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan dan diciptakan serta dikembangkan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara meningkatkan kemampuan membaca. Bagi peserta didik kemampuan membaca sangat perlu ditingkatkan, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus yakni anak tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki skor IQ yang dibawah rata – rata dari anak normal lainnya yaitu dengan nilai skor IQ dibawah 70[1]. Anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam hal membaca, baik dari pengenalan huruf, pelafalan lambang bunyi huruf, membaca suku kata, membaca kata hingga membaca suatu kalimat. Oleh karena itu, tingkat kemampuan membaca anak tunagrahita lebih rendah dibandingkan dengan anak normal lainnya, sehingga berpengaruh pada prestasi kemampuan mereka disekolah.
Anak tunagrahita dalam membaca diperlukannya suatu treatmen yang dilakukan secara berulang – ulang untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan membaca. Penelitian ini memberikan metode membaca yakni metode fonik yang digunakan sebagai treatmen bagi anak tunagrahita. Metode fonik ini dikenal juga sebagai metode eja, metode fonik merupakan metode yang dilaksanakan dengan diawali dari pengenalan kata dengan proses mendengarkan bunyi huruf, dilanjutkan dengan suku kata hingga menjadi kata yang kemudian terbentuk menjadi sebuah kalimat. Bagi anak tunagrahita, metode fonik ini menjadi bagian pengajaran dengan memperkenalkan bentuk huruf dan bunyi huruf abjad dengan menirukan suara dari setiap pelafalan, yang kemudian disusun menjadi suku kata hingga menjadi kata yang memiliki makna. Karena selama ini, dalam proses pengajaran membaca anak tunagrahita, tidak diperkenalkan bentuk dan bunyi huruf, melainkan langsung mengajarkan membaca dan kurang tepatnya metode membaca yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka peneliti tertarik memilih judul “Penerapan Metode Fonik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita”. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengatahui adanya pengaruh metode fonik yang diterapkan untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita.
Metode
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Menggunakan teknik analisis data Single Subject Research (SSR). Menurut Faizal Amir (2017) SSR adalah metode yang digunakan untuk mengetahui hasil suatu data yang diperlukan dengan melihat ada atau tidaknya pengaruh yang dihasilkan dari suatu treatmen yang diberlakukan kepada subjek penelitian, yang dilakukan secara berulang – ulang dalam periode waktu tertentu, misalnya per jam, per hari, per minggu dengan tujuan agar mempunyai validitas internal yang tinggi[2]. Penelitian ini menggunakan pola A-B-A yakni pola Baseline – Intervensi – Baseline-1, dimana fase Baseline digunakan untuk melihat kemampuan awal subjek sebelum diberikannya treatmen, untuk fase Intervensi yaitu fase dimana diberikannya suatu treatmen membaca bagi anak tunagrahita, kemudian dilanjutkan fase Baseline-1, fase akhir yang dilakukan dengan melihat perkembangan subjek penelitian setelah diberikannya suatu treatmen. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, dan tes membaca.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 4 subjek penelitian, mereka tergolong anak tunagrahita ringan yang berada di sekolah Negeri Sidoarjo. Mereka memiliki kelemahan berbeda – beda, dan berada di tingkat jenjang kelas yang berbeda, dapat dijabarkan sebagai berikut:
K.Z
Ananda memiliki skor IQ 51, dan mengalami kesulitan dalam membaca. Ananda masih belum mampu untuk membaca suku kata maupun kata, karena ananda masih dalam tahap di bantu saat membaca. Pemahaman dan pengenalan sudah cukup mampu, dia juga mampu menulis dengan rapi. Ananda berada di tingkat jenjang kelas 3 SD.
DRAH
Ananda memiliki skor IQ 80, ananda anak yang cukup aktif. Ananda masih mengalami kesulitan dalam membaca dan menghitung. Ananda ini hanya mampu menghafal dan mengerti bentuk dan bunyi dari huruf vokal saja, untuk huruf konsonan masih belum banyak mengetahuinya. Ananda berada di tingkat jenjang kelas 3 SD.
HSYAM
Ananda ini memiliki skor IQ 51, ananda tipe anak yang dalam pengajaran dia menghafal. Dan ananda ini anak yang mudah bosan. Dalam pengajaran, apa yang diajarkan secara berulang ulang ananda mampu menyerap dan menghafalkan apa yang telah diajarkan, begitupun dengan hal membaca, ananda hanya menerka bentuk tulisan yang sering ia dengar dan diajarkan oleh orang tuanya, namun ketika ananda membaca mandiri ananda belum mampu. Ananda berada di jenjang tingkat kelas 3 SD.
HN
Ananda ini memiliki skor IQ 64, ananda memiliki kelemahan dalam mengenal huruf, angka, warna. Ananda ini anak yang moody. Dalam hal membaca, ananda hanya mampu mengerti dan menghal satunhuruf yakni huruf “i”. Dan ananda ini masih lambat dalam menggerakkan dan membiasakan gerakan tangannya untuk menulis. Ananda berada di jenjang tingkat kelas 2 SD.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 minggu, dimana penelitian ini dilakukan 10 sesi pertemuan penelitian dengan tahap fase penelitian sebagai berikut:
Fase A (Baseline) adalah fase yang dilakukan sebagai langkah awal melihat kemampuan membaca dari subjek penelitian. Fase Baseline ini dilakukan sebanyak 2x sesi pertemuan, setiap sesi dilakukan 1 hari pertemuan dengan kondisi waktu 2x30 menit. Hasil perolehan data yang didapat dari keempat subjek tersebut dimasukkan kedalam grafik untuk memudahkan menganalisis hasil data.
Fase B (Intervensi) adalah fase yang dilakukan dalam penelitian dengan memberikan perlakuan atau treatmen kepada subjek penelitian, yakni dengan memberikan treatmen membaca dengan metode fonik, yang difokuskan pada bentuk dan bunyi hingga cara membaca. Pada fase ini dilakukan tahap tahap dalam penerapan metode fonik secara berkala. Fase ini dilakukan sebanyak 6x sesi pertemuan, sebagai berikut:
Tahap sesi 1 : pengenalan bentuk huruf
Tahap sesi 2 : pengenalan serta pelafalan bunyi huruf
Tahap sesi 3 : mengulang tahap sesi 1 dan sesi 2 dan dilanjutkan pelafalan bunyi satu suku kata
Tahap sesi 4 : pelafalan bunyi satu kata
Tahap sesi 5 : mengulang sesi sebelumnya dan pelafalan membaca suku kata
Tahap sesi 6 : membaca kata benda
Saat fase ini dilakukan, hasil yang diperoleh dari keempat subjek memiliki hasil peningkatan yang berbeda, karena faktor – faktor yang ditimbulkan dari mereka berbeda – beda, dan proses pengajaran pun berbeda. Sehingga hasil data peningkatan yang diperoleh juga tidak sama. Namun, secara keseluruhan dari mereka mengalami peningkatan membaca.
Fase A’ (Baseline A’) adalah fase langkah terakhir dengan meilihat hasil akhir yang didapatkan tanpa menerapkan sebuah treatmen yang telah dilakukan dan tidak menggunakan media bantu untuk mereka.
Dari keseluruhan hasil yang diperoleh dari tiap fase dan sesi yang telah dilakukan, kemudian dianalisis skor kemampuan membaca mereka dengan menggunakan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.
Hasil dan Data Penelitian
Hasil Analisis Skor Kemampuan Membaca Permulaan
Gambar 1. Analisis Skor Kemampuan Membaca
Grafik analisis skor kemampuan membaca terssebut adalah hasil dari keempat subjek penelitian yang telah dianalisis dengan dilakukan dengan cara perhitungan mean level, batas atas, dan batas bawah dari keseluruhan subjek. Dilihat dari grafik tersebut pada fase A (Baseline) di sesi 1 pertama memperoleh hasil 59,5 yang meningkat pada sesi 2 menjadi 61. Pada fase B (Intervensi) di sesi pertama memperoleh hasil 73, di sesi 2 naik menjadi 74,5, di sesi 3 meningkat menjadi 78,5, sesi 4 juga mengalami peningkatan menjadi 84,5, di sesi 5 mengalami penurunan menjadi 80, dan sesi 6 naik menjadi 81,5. Pada fase A’ (Baseline A’) di sesi 1 memperoleh data 85 dan mengalami peningkatan membaca pada sesi 2 menjadi 91.
Dari hasil perolehan analisis skor kemampuan membaca tersebut kemudian di analisis dalam kondisi sebagaimana berikut:
Panjang Kondisi | Kondisi | A | B | A’ |
Panjang Kondisi | 2 | 6 | 2 | |
Estimasi Kecenderungan Arah | Kondisi | A | B | A’ |
Panjang Kondisi | (+) | (+) | (+) | |
Kecenderungan stabilitas | Kondisi | A | B | A’ |
Panjang kondisi | Stabil( 100 % ) | Stabil( 100 % ) | Stabil( 100 % ) | |
Jejak Data | Kondisi | A | B | A’ |
Panjang Kondisi | (+) | (+) | (+) | |
Level stabilitas dan rentang stabilitas | Kondisi | A | B | A’ |
Panjang Kondisi | 59,5 - 61 | 73 – 81,5 | 85 – 91 | |
Perubahan Level | Kondisi | A | B | A’ |
Panjang Kondisi | 61 – 59,5( + 1,5 ) | 81,5 - 73( + 8,5 ) | 91 – 85 ( + 6 ) |
Panjang kondisi dapat dilihat dari banyaknya sesi atau pertemuan yang dilakukan didalam penelitian ini, yakni dimana dalam fase Baseline A dilakukan sebanyak 2 sesi pertemuan, dilanjutkan pada fase Intervensi dilakukan sebanyak 6 sesi pertemuan, dan pada fase Baseline A’ dilakukan sebanyak 2 sesi pertemuan.
Kecenderungan arah berupa suatu grafik dalam memberikan gambaran perilaku subjek penelitian. Kecenderungan arah ini menunjukkan suatu perubahan di setiap data dari sesi ke sesi berikutnya. Dalam penelitian ini, kecenderungan arah yang ditunjukkan pada analisis dalam kondisi yakni meningkat (+).
Kecenderungan stabilitas memiliki fungsi untuk menunjukkan tingkat homogenitas data di dalam suatu kondisi. Menentukan stabilitas dilakukannya perhitungan mean level, batas atas, dan batas bawah terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan kriteria stabilitas 15 % (0,15). Pada hasil penelitian ini, menunjukkan kecenderungan stabilitas suatu data pada setiap fase nya adalah data stabil. Dan perubahan level yang ditunjukkan pada analisis dalam kondisi tersebut menunjukkan makna yang membaik atau meningkat.
Perbandingan Kondisi | ||
Jumlah Variabel | 2 : 1 | 3 : 1 |
Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya | ( + ) ( + )Positif | ( + ) ( + )Positif |
Perubahan Kecenderungan Stabilitas | Stabil ke Stabil | Stabil ke Stabil |
Perubahan Level | 73 – 61( + 12 ) | 85 – 61( + 24 ) |
Persentase Overlap | X 100 % = 0 % | X 100 % = 0 % |
Jumlah variabel yang diubah dalam kegiatan penelitian ini, perbandingan kondisi B: A adalah 2:1 dan perbandingan pada kondisi A’ : A adalah 3:1. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya menunjukkan data positif atau mengalami peningkatan. Untuk perubahan kecenderungan stabilitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak tunagrahita mengalami peningkatan pada setiap sesi dan fasenya, peningkatan dalam membaca permulaan pada subjek peneliti meningkat dengan stabil dan signifikan.
Perubahan level dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan level dari fase Baseline A ke fase Intervensi adalah +12 dengan makna mengalami peningkatan dalam membaca permulaan sebelum diberikannya treatmen hingga diberikannya suatu treatmen membaca. Kemudian pada analisis perubahan level dari Baseline A ke fase Baseline A’ adalah +24 dengan makna mengalami perubahan peningkatan dalam membaca permulaan. Perubahan peningkatan itu dapat dilihat pada kondisi sebelum dilakukan treatmen hingga dilihat pada fase setelah diberikannya suatu treatmen.
Data tumpang tindih (Overlap) diperoleh dengan cara melihat kembali batas bawah dan batas atas pada kondisi Baseline pada perhitungan analisis batas bawah, mean level, dan batas atas. Semakin kecil persentase overlap yang dihasilkan maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behaviour.
Pembahasan
Peningkatan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ini perlu diberikannya metode membaca yang tepat. Metode membaca yang tepat digunakan adalah metode fonik atau yang sering disebut metode eja, metode ini adalah metode yang dilaksanakan yang dimulai dari pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf, menggabungkan huruf per huruf menjadi suku kata, kemudian membentuk kata hingga menjadi suatu kalimat[9].
Penyebab meningkatnya kemampuan membaca ini karena diberikannya treatmen yang dilakukan secara berulang – ulang yang dirasa sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita khususnya, dimana anak yang memiliki skor IQ dibawah rata – rata anak normal lainnya, sehingga dapat membantu mereka dalam mengingat dan menghafal mulai dari huruf dasar hingga proses dalam membaca. Dan metode fonik ini juga dirasa efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca, khususnya kemampuan menggabungkan huruf menjadi satu kata yang bermakna pada anak sekolah dasar[10].
Penelitian ini memilih dan menggunakan anak tunagrahita dengan golongan tunagrahita ringan, dimana anak ini masih bisa untuk dididik dengan memiliki rentang skor IQ antara 55 hingga 69. Diamana mereka memiliki masa usia mental yang setara dengan anak usia 8 tahun hingga usia 10 tahun 9 bulan[4].
Peningkatan kemampuan membaca permulaan ini juga disebabkan oleh faktor – faktor yang ditunjukkan saat penelitian, sebagaimana berikut :
Tingkat Konsentrasi
Hasil tingkat konsentrasi pada awal kegiatan penelitian yang dimunculkan oleh subjek menunjukkan hasil bahwa mereka sulit untuk berkonsentrasi dan mengikuti sebuah arahan, namun dengan seiring berjalannya waktu kegiatan yang dilalui disetiap fasenya, mereka menunjukkan peningkatan tingkat konsentrasi pada saat melakukan kegiatan penelitian sesuai dengan arahan dan fokus.
Tingkat Kesalahan Dalam Membaca
Taraf kesalahan membaca yang diperoleh dari subjek penelitian memiliki taraf kesalahan yang berbeda – beda dari setiap subjek, dikarenakan dapat dilihat dari hasil skor IQ dan kemampuan dasar yang dimiliki siswa tersebut. Pada penelitian ini dilakukan secara berulang – ulang dalam menerapkan treatmen membaca dengan metode fonik dengan tujuan mereka benar – benar mampu untuk memahami dan mengingat. Oleh karena itu, dari penelitian ini menunjukkan hasil dan progres yang diberikan oleh subjek dan berhubungan dengan kondisi yang dialami dan dimunculkan pada saat kegiatan.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan metode fonik dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita. Dapat dilihat dari hasil beberapa fase yang ditunjukkan mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan bagi ke-4 subjek penelitian, dan dapat dilihat dari grafik peningkatan kemampuan membaca dari semua subjek penelitian. Hasil penelitian ini juga dapat meningkatkan kefokusan yang dimiliki oleh ke-4 subjek tersebut.
References
- Kemis & Ati Rosnawati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita, ( Jakarta : PT. Luxima Metro Media, 2013 ), hlm 1
- Amir, Mohammad Faisal,dkk. 2017. “Buku Ajar Metodologi Penelitian Dasar Bidang Pendidikan’. Sidoarjo : UMSIDA Press
- Anak, Karakteristik, Berkebutuhan Khusus, Konsep Dasar, Program Pengembangan, and Diri Anak. 2016. “MODUL GURU PEMBELAJAR.”
- Anak, Kata, Tunagrahita Ringan, Devy A N A Anfaudyna, Jurusan Pendidikan, Luar Biasa, and Devy Ana. 2019. “Diajukan Kepada Universitas Negeri Surabaya.”
- Saragih, Abella, and Iwan Wahyu Widayat. 2020. “METODE FONIK DAN PROXIMAL SELF MOTIVATION UNTUK” 9 (1).