Abstract
Premenstrual Syndrome kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Pada data di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Program studi Diploma 3 kebidanan yang mengalami pms didapatkan 80%. Gejala pms yang timbul berbeda-beda, menunjukkan bahwa banyak kejadian PMS pada remaja di Umsida. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, populasi sebanyak 24 mahasiswa yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian ini memuat 2 variabel yakni aktivitas olahraga dan kejadian premenstrual syndrome. Data di ambil melalui kuesioner di isi oleh responden melalui googleform. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya (54,1%) melakukan olahraga teratur. Yang mengalami premenstrual syndrome gejala emosional yang paling banyak dialami oleh responden yaitu ledakan kemarahan sebanyak 21 orang (87,5%). Yang mengalami premenstrual syndrome gejala fisik yang paling banyak dialami responden yaitu sakit kepala sebanyak 16 orang (66,7) sakit perut sebanyak 16 orang (66,7%). Mahasiswi yang mengalami premenstrual syndrome lebih banyak terjadi pada mahasiswi yang melakukan aktivitas olahraga yang teratur.
Pendahuluan
Yang dimaksud dengan premenstrual syndarome atau PMS adalah suatu kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan terjadi selama ditahap fase luteal dari siklus masa haid. PMS disebabkan karena diperkirakan adanya efek dari hormon progesterone dalam neurotransmitter [1]. Premenstrual syndrome terjadi pada wanita usia reproduksi yang muncul secara siklik terjadi sebelum menstruasi 7-10 hari. Premenstrual syndrome akan menghilang setelah darah haid keluar [2].
Perempuan yang sudah mengalami haid menandakan bahwa tubuhnya berjalan dengan baik dan normal. Adanya perubahan fungsi di tubuh, tidak semua remaja putri bisa menerima perubahannya dengan baik. Banyak diantara mereka yang mengalami kecemasan dengan perubahan tersebut [3].
Dimana seseorang yang memiliki ibu dan/atau saudara kandung perempuan yang mengalami sindrom pramenstruasi lebih banyak yang menderita sindrom pramenstruasi, dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki ibu dan/atau saudara kandung perempuan yang mengalami sindrom pramenstruasi [4].
Gejala yang sering timbul pada PMS diantaranya pembengkakan perut, rasa penuh dalam panggul, edema pada ekstermitas bawah, nyeri payudara dan penambahan berat badan. Perubahan tingkah laku atau emoasi, sakit kepala, kelelahan dan sakit pinggang [5].
Beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan PMS yaitu faktor hormonal, faktor kimiawi, faktor genetic, faktor psikologi dan faktor kegiatan fisik [6]. Efek dari premenstrual syndrome adalah gangguan aktivitas sehari-hari seperti terjadi penurunan produktivitas kerja, sekolah, dan juga hubungan interpersonal penderita. Dari segi kegiatan atau aktivitas harian, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17% dari penderita premenstrual syndrome dapat merasakan dampak dari klinis yang signifikan pada ADL (activitiesdailylife) dan dari 9% yang terkena dampak serius terhadap ADL [7].
Dari Systematic review yang dilakukan oleh University of Birmingham tahun 2019 Berdasarkan bukti saat ini, olahraga mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk PMS, tetapi masih ada beberapa ketidakpastian. Menurut hasil penelitian dari survey di Amerika Serikat menunjukkan hasil sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun, terjadi mengalami Premenstrual Syndrome (PMS). Data dari Arhcievesof Internal Medicine, dari 90% perempuan mengalami premenstrual syndrome sebelum mens dan studi yang dilakukan terhadap 3.000 wanita, dari sekitar 90% wanita mengalami lebih dari satu tanda dari suatu gejala PMS. Dari hasil survey awal yang dilakukan tanggal 2-04-2020 dari wawancara secara online melalui grup wa 24 remaja di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Program studi D3 kebidanan, yang mengalami PMS didapatkan 22 orang atau 80% mengamalami PMS. Gejala yang timbul pun berbeda-beda ada yang mengalami perubahan emosi sebelum menstruasi, merasakan gejala nafsu makan meningkat, merasakan sakit pada pinggang, jerawat yang muncul. Data diatas dapat menunjukkan bahwa banyak kejadian PMS pada remaja di Umsida.
Metode
Menggunakan metode deskriptif, populasinya adalah mahasiswi umsida program studi Manajemen Informasi Kesehatan semester 3 dan 5 tahun 2020 dengan kriteria sudah haid, tidak sedang mengkonsumsi obat (obat Pereda nyeri haid), dan bersedia diteliti, jumlah mahasiswi 24 mahasiswi. Seluruh populasi di jadikan subyek penelitian. Penelitian ini memuat 2 variabel yakni aktivitas olahraga dan kejadian premenstrual syndrome. Data di ambil melalui kuesioner yang di isi oleh masing-masing responden melalui googleformuntuk selanjutnya di kategorikan sesuai tingkatan masing-masing.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data umum penelitian di prodi manajemen infomasi kesehatan di umsida didapatkan hasil. Tabel 1 menunjukkan rentang usia berkisar pada usia 18-27 hampir setengahnya (41,6%) usia responden saat ini di manajemen informasi kesehatan yakni berusia 20 tahun. Tabel 2 menunjukkan bahwa rentang usia berkisar pada usia 11-14 tahun hampir setengahnya (41,6%) usia menarche (pertama kali haid) di manajemen informasi kesehatan yakni berusia 13 tahun.
Berdasarkan data khusus didapatkan , Tabel 3 menunjukkan bahwa mahasiswi manajemen informasi kesehatan hampir seluruhnya (79,2%) melakukan olahraga teratur. Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian diketahui frekuensi gejala premenstrual syndrome (gejala emosional) pada responden yang paling banyak dialami oleh responden yaitu ledakan kemarahan sebanyak 21 orang (87,5%). Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian frekuensi gejala premenstrual syndrome (gejala fisik) pada responden yang paling banyak dialami oleh responden yaitu sakit kepala sebanyak 16 orang (66,7) sakit perut sebanyak 16 orang (66,7%). Tabel 6 menunjukkan hasil penelitian frekuensi gejala premenstrual syndrome (gabungan lebih dari 1 type) yaitu banyak yang mengalami gejala emosional dan gejala fisik meskipun kadang-kadang sebanyak 24 orang (100%). Tabel 7 menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami premenstrual syndrome lebih banyak terjadi pada mahasiswi yang melakukan aktivitas olahraga yang teratur yaitu 19 orang (79,2%).
Usia responden saat ini | frekuensi | Persentase |
18 | 1 | 4,2 |
19 | 8 | 33,2 |
20 | 10 | 41,6 |
21 | 1 | 4,2 |
22 | 1 | 4,2 |
23 | 1 | 4,2 |
24 | 1 | 4,2 |
25 | 0 | 0 |
26 | 0 | 0 |
27 | 1 | 4,2 |
Total | 24 | 100 |
Usia menarche | Jumlah | Persentase |
11 tahun | 5 | 20,8 |
12 tahun | 7 | 29,2 |
13 tahun | 10 | 41,6 |
14 tahun | 2 | 8,4 |
Total | 24 | 100 |
Aktivitas Olahraga | Junlah | Persentase |
Teratur | 19 | 79,2 |
Tidak Teratur | 5 | 20,8 |
Total | 24 | 100 |
GejalaPMS (emosional) | frekuensi | |||||||||||
Tidak pernah | kadang-kadang | sering | Total | |||||||||
N | % | N | % | N | % | N | % | |||||
Depresi | 15 | 62,5 | 9 | 37,5 | 0 | 0 | 24 | 100 | ||||
Ledakan kemarahan | 3 | 12,5 | 21 | 87,5 | 0 | 0 | 24 | 100 | ||||
Sifat lekas marah | 7 | 29,2 | 17 | 70,8 | 0 | 0 | 24 | 100 | ||||
Menangis | 8 | 33,3 | 16 | 66,7 | 0 | 0 | 24 | 100 | ||||
Kegelisahan | 7 | 29,2 | 15 | 62,5 | 2 | 8,3 | 24 | 100 | ||||
Kebingungan | 9 | 37,5 | 13 | 54,2 | 2 | 8,3 | 24 | 100 | ||||
Konsentrasi yang buruk | 14 | 58,4 | 10 | 41,6 | 0 | 0 | 24 | 100 | ||||
Insomnia | 8 | 33,3 | 14 | 58,4 | 2 | 8,3 | 24 | 100 | ||||
Peningkatan tidur siang | 13 | 54,2 | 7 | 29,2 | 4 | 16,6 | 24 | 100 |
GejalaPMS(fisik) | frekuensi | |||||||
Tidak pernah | kadang-kadang | sering | Total | |||||
N | % | N | % | N | % | N | % | |
Perubahan rasa haus | 8 | 33,3 | 12 | 50 | 4 | 16,7 | 24 | 100 |
Nyeri payudara | 6 | 25 | 14 | 58,3 | 4 | 16,7 | 24 | 100 |
Kembung | 13 | 54,2 | 11 | 45,8 | 0 | 0 | 24 | 100 |
Berat badan bertambah | 9 | 37,5 | 14 | 58,3 | 1 | 4,21 | 24 | 100 |
Sakit kepala | 5 | 20,8 | 16 | 66,7 | 3 | 12,5 | 24 | 100 |
Pembengkakan tangan atau kaki | 24 | 100 | 0 | 0 | 0 | 0 | 24 | 100 |
Kelelahan | 5 | 20,8 | 15 | 62,5 | 4 | 16,7 | 24 | 100 |
Sakit perut | 3 | 12,5 | 16 | 66,7 | 5 | 20,8 | 24 | 100 |
Gejala PMS | Gabungan lebih dari 1 type | Jumlah | Presentase | ||
Emosional | Fisik | ||||
Tidak pernah | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Kadang – kadang | 24 | 24 | 24 | 24 | 100 |
Selalu | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Aktivitas olahraga | Premenstrual Syndrome | Total | ||||||
Tidak pernah | Kadang-kadang | Selalu | ||||||
n | % | n | % | n | % | n | % | |
Teratur | 0 | 0 | 19 | 79,2 | 0 | 0 | 19 | 79,2 |
Tidak teratur | 0 | 0 | 5 | 20,8 | 0 | 0 | 5 | 20,8 |
Total | 0 | 0 | 24 | 100 | 0 | 0 | 24 | 100 |
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa kesehatan hampir seluruhnya aktivitas olahraga yang teratur sebanyak 19 orang (79,2%). Terdapat banyak dugaan dari premenstrual syndrome dapat terjadi akibat suatu kombinasi dari berbagai macam faktor yang kompleks dan salah satunya adalah akibat dari perubahan hormonal yang terjadi sebelum terjadi menstruasi. Selain faktor hormonal, peranan dari faktor gaya hidup diantaranya aktivitas fisik atau olahraga, Olahraga yang teratur dapat membantu mengurangi kejadian premenstrual syndrome selain bikin tubuh kita yang sehat [8]. Aktivitas fisik aktif adalah suatu latihan fisik yang dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu. Seperti senam, jogging , bermain bola basket dan aktivitas olahraga lainnya [8].
Pada tabel 4 kejadian premenstrual syndrome pada mahasiswi program studi manajemen informasi kesehatan di universitas muhammadiyah sidoarjo, menunjukkan bahwa sebagian mahasiswi program studi manajemen informasi kesehatan di universitas muhammadiyah sidoarjo mengalami gejala premenstrual syndrome (gejala emosional) pada responden yang paling banyak dialami oleh responden yaitu ledakan kemarahan sebanyak 21 orang (87,5%). Pada tabel 5 kejadian premenstrual syndrome pada mahasiswi program studi manajemen informasi kesehatan di universitas muhammadiyah sidoarjo, menunjukkan bahwa sebagian mahasiswi program studi manajemen informasi kesehatan di universitas muhammadiyah sidoarjo mengalami gejala premenstrual syndrome (gejala fisik) pada responden yang paling banyak dialami oleh responden yaitu sakit kepala sebanyak 16 orang (66,7) sakit perut sebanyak 16 orang (66,7).
Premenstrual syndrome biasanya mengganggu kegiatan kita sehari-hari sehingga dapat menurukan produktivitas seorang wanita. Mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan para mahasiswi tentang premenstrual syndrome dan cara penanganannya sehingga mereka belum bisa beradaptasi. Etiologi dari premenstrual syndrome salah satunya adalah terjadi penurunan kadar beta endorfin. Kadar endorfin bisa ditingkatkan dengan kita melakukan aktifitas fisik. Aktivitas fisik bisa dapat meningkatkan suatu kualitas kesehatan setiap individual dan dapat mencegah berbagai macam penyakit . Dari beberapa wanita, yang mengalami gejala premenstrual syndrom ada yang termasuk dalam kategori berat, sehingga bisa mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga akan menyebabkan defisiensi endorfin dalam tubuh yang dapat mengakibatkan premenstrual syndrome. Namun dengan melakukan aktivitas fisik berupa olahraga baik ringan,berat dan sedang dapat merangsang hormon edorfin keluar dan menimbulkan perasaan tenang saat premenstrual syndrome terjadi [8].
- Gambaran aktivitas olahraga pada mahasiswi program studi manajemen ilmu Kesehatan di universitas Muhammadiyah sidoarjo.
- Gambaran kejadian premenstrual syndrome pada mahasiswi program studi manajemen informasi kesehatan di universitas muhammadiyah sidoarjo.
- Gambaran aktivitas olahraga dengan kejadian premenstrual syndrome pada mahasiswi program studi manajemen informasi kesehatan di universitas muhammadiyah sidoarjo.
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa siswi yang mengalami premenstrual syndrome lebih banyak terjadi pada mahasiswi yang melakukan aktivitas olahraga yang teratur yaitu 19 orang (79,2%). Olahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat memberikan hasil optimal untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat [9]. Aktivitas fisik atau olahraga dapat mengurangi premenstrual syndrome dengan memperbaiki aliran darah dan pelepasan endorphin. Peregangan otot-otot dapat melancarkan aliran darah sehingga otot yang tegang menjadi rileks. Saat kita berolahraga, kelenjar pituitari menambah produk beta-endorphin, dan sebagai hasilnya konsentrasi beta-endorphin naik dalam darah yang dialirkan juga ke otak, sehingga mengurangi nyeri,cemas,depresi, dan perasaan lebih. Aktivitas fisik seperti olahraga yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan dapat meningkatkan produksi dan pelepasan endorphin. Endorphin berperan dalam pengaturan hormon endorgen. Perempuan yang mengalami premenstrual syndrome, terjadi karena adanya suatu kelebihan hormon estrogen, dari kelebihannya hormon estrogen dapat dicegah dengan meningkatkannya hormon endorphin. Hal ini dapat membuktikan dengan melakukan olahraga yang teratur dan juga dapat mencegah atau mengurangi premenstrual syndrome, perempuan yang jarang melakukan aktivitas olahraga secara rutin maka hormon estrogen akan lebih tinggi dan naik sehingga kemungkinan besar akan terjadi mengalami premenstrual syndrome [10].
Kesimpulan
Aktifitas olahraga pada mahasiswi di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yaitu hampir seluruhnya melakukan aktivitas olahraga yang teratur. Kejadian premenstrual syndrome pada remaja putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo hampir seluruhnya mengalami premenstrual syndrome. Kejadian premenstrual syndrome berdasarkan aktivitas olahraga hampir seluruh mengalami premenstrual syndrome dan teratur aktivitas olahraga
References
- Damayanti,S. 2013, Factor-faktor yang Berhubungan dengan Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa D-IV Kebidanan di sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah Banda Aceh.
- Dennerstein. L., Lehert, P.,L.S. dan Choi, D. 2010. Asian Study of Effect of Pramenstrual Symptoms on Ctivities of Daily Life. Menopause Int.
- Saryono dan Sejati, W. 2009. Sindrome Pramenstruasi, Nuha Medika, Yogyakarta.
- Sumiarsih. 2016. Aktivitas fisik dengan sindrom premenstruasipada siswa smp. Jurnal Kesehatan Aisyah, Volume 1 no 2.
- Susanti, H.D., Ilmiasih, R., Arvianti, A. 2017. Hubungan Tingkat Keparahan PMS Dengan Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur Pada Remaja Putri. Jurnal: Universitas Muhammadiyah Malang.