Abstract
Sindrom Pramenstruasi adalah gabungan dari gejala fisik yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang. Berdasarkan data di desa Larangan Rt.15/ Rw.04 Sidoarjo dari 10 remaja putri didapatkan 8 (80%) pernah mengalami sindrom pramenstruasi. Data tersebut menunjukkan masih tingginya angka kejadian sindrom pramenstruasi. Tujuan penelitian diketauinya gambaran pengetahuan remaja putri tentang sindrom pramenstruasi dan cara penanganannya. Desain penelitian menggunakan metode survei deskriptif, dengan populasi seluruh remaja putri sebanyak 15 orang, seluruhnya dijadikan subjek penelitian. Variabelnya adalah pengetahuan tentang sindrom pramenstruasi serta cara penanganannya. Pengambilan data menggunakan kuesioner secara google form. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (53,3%) remaja putri mempunyai pengetahuan cukup tentang sindrom pramestruasi. Sebagian besar (73,3%) melakukan penanganan saat mengalami sindrom pramenstruasi dan remaja putri yang melakukan penanganan lebih banyak (83,3%) yang berpengatuan kurang dan yang tidak melakukan penanganan lebih banyak (37,7%) yang berpengetahuan cukup.
Introduction
Sindrom Pramenstruasi adalah iritabilitas emosional dan tingkah laku, depresi, gelisah, kelelahan, kosentrasi berkurang [1]. Kurangnya pengetahuan, pengalaman, dan juga kurangnya informasi yang dimiliki oleh wanita terutama oleh remaja putri tentang sindrom pramenstruasi juga dapat memperberat gejala-gejala yang timbul. Terkadang banyak remaja putri yang mencoba mengatasi gejala-gejala sindrom pramenstruasi dan bersifat coba-coba tanpa adanya pengetahuan yang cukup dan benar [2].
Faktor-Faktor yang mempengaruhi dari sindrom pramenstruasi yaitu, faktor peer grup [2], pendidikan, pengetahuan stress psikologis[3], ketidakseimbangan hormon, olahraga dan vitamin B.
Angka kejadian pada sindrom pramenstruasi di temukan terbanyak di Asia yaitu sebesar 90%. Di Indonesia angka prevelensi ini dapat mencapai 85% dari seluruh populasi wanita usia reproduksi yang terdiri dari 60-75% mengalami sindrom pramenstruasi sedang dan berat, permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan sindrom pramenstruasi.
Berdasarkan hasil data awal dengan metode wawancara pada remaja putri di Desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo pada tanggal 04 Juli dari 15 remaja putri telah didapatkan 8 (80%) pernah mengalami sindrom pramenstruasi. Berdasarkan data tersebut menunjukan masih tingginya angka kejadian sindrom pramenstruasi.
Research Method
Desain penelitian ini menggunakan penelitian metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti menggambarkan penanganan tanpa uji statistik dengan menggambarkan penegtahuan pada remaja putri tentang sindrom pramenstruasi. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang diteliti [4]. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh remaja putri yang ada di desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo, pada periode bulan Juli 2020 sebanyak 15 remaja putri. Seluruh populasi dijadikan subjek penelitian. Pengetahuan ini memuat 2 variabel yakni pengetahuan dan sindrom pramensruasi. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner menggunakan google form kepada responden. Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan atau mengisi sendiri jawaban sesuai dengan pendapat responden dan sebelumnya responden dijelaskan lebih dahulu sebelum mengisi kuesioner.
Usia | Jumlah | Persentasi |
18 tahun | 2 | 13,3 |
tahun tahun | 49 | 26,760 |
Total | 15 | 100 |
Status Pendidikan | Jumlah | Presentasi |
SMP | 1 | 6,7 |
SMA/SMK | 14 | 93,3 |
Total | 15 | 100 |
Pengetahuan | Jumlah | Presentasi |
Baik | 1 | 6,7 |
Cukup | 8 | 53,3 |
Kurang | 6 | 40 |
Total | 15 | 100 |
Penanganan | Jumlah | Presentasi |
Tidak melakukan penanganan apapun | 4 | 26,7 |
Melakukan penanganan | 11 | 73,3 |
Total | 15 | 100 |
Penanganan saat sindrom pramenstruasi | Jumlah | Presentase |
Non Farmakologi :Olahraga teraturKompre hangat bagian perutIstirahat atau tidur meringkukPijat bagian perut | 1272 | 6,713,346,713,3 |
Farmakologi :1. Mengkonsumsi obat-obatan(asam mefenamat,ibuprofen,naproxen,dll) | 3 | 20 |
Non Farmakologi dan Farmakologi | 0 | 0 |
Total | 15 | 100 |
Pengetahuan | Penanganan saat S indrom Pramenstruasi | Jumlah | |||
Melakukan Penanganan | Tidak Melakukan Penanganan | ||||
N | (%) | N | (%) | ||
Baik | 1 | 100% | 0 | 0% | 1(100%) |
Cukup | 5 | 62,3% | 3 | 37,7% | 8(100%) |
Kurang | 5 | 83,3% | 1 | 16,7% | 6(100%) |
Total | 11 | 73,4% | 4 | 26,6% | 15(100%) |
Research Result and Discussion
Berdasarkan data umum penelitian di desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo. Didapatkan hasil. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) remaja putri usia responden adalah 20 tahun di desa Larangan Rt.15/ Rw.04 Sidoarjo. Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (93,3%) status pendidikan responden remaja putri adalah SMA/SMK di desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo.
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri yang mempunyai pengetahuan cukup tentang sindrom pramenstruasi.[5] Hal ini bisa disebabkan sudah adanya pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang diberikan tentang sindrom pramenstruasi walaupun sudah ada pendidikan kesehatan ada beberapa informasi tentang kesehatan reproduksi yang kurang di fahami oleh remaja putri sehingga sebagian besar pengetahuan remaja putri cukup.[6] menyatakan pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh pendidikan, dimana pendidikan mempunyai segala situasi dalam segala kehidupan yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Maka semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi pula pengetahuan dan cara penanganaan terhadap Sindrom Pramenstruasi.
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo melakukan penanganan saat mengalami sindrom pramenstruasi. Remaja putri yang melakukan penanganan saat mengalami sindrom pramenstruasi baik penanganan farmakologi, non farmakologi ataupun penanganan keduanya yaitu sebagian besar remaja putri yang melakukan penanganan dengan cara non farmakologi yakni olahraga teratur, kompres hangat bagian perut, istirahat atau tidur meringkuk dan pijat bagian perut. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penegtahuan remaja putri cukup, sehingga remaja putri dapat melakukan penanganan sindrom pramenstruasi.
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan penanganan lebih banyak yang berpengatuan baik dan yang tidak melakukan penanganan lebih banyak yang berpengetahuan cukup di desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo. Hal tersebut bisa disebabkan faktor pendidikan dan usia.
Berdasarkan data khusus didapatkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan penanganan lebih banyak (100%) yang berpengatuan baik dan yang tidak melakukan penanganan lebih banyak (37,7%) yang berpengetahuan cukup di desa Larangan Rt.15/Rw.04 Sidoarjo.
[7] menyatakan ada beberapa jenis terapi non farmakologi, sebagai berikut: Olahraga yang teratur dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala sindrom pramenstruasi. Seperti jogging, jalan cepat atau berenang. Kemudian kompreslah bagian perut atau bagian punggung yang terasa sakit dengan botol berisi air hangat. Dan untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi, cobalah mandi dengan air hangat atau bisa minum air hangat. Pijatlah perut bagian bawah dengan ringan, buatlah gerakan melingkar dengan ujung jari anda. Tidurlah dengan cara meringkuk dan lutut melekuk untuk mehindari peregangan otot panggul. Bisa juga menggunakan bantal untuk menekan lembut perut bagian bawah jika itu terasa nyaman untuk anda. Jika anda tidur telentang, sanggalah lutut anda dengan bantal agar menekuk[8].
Hasil penelitian hampir seluruhnya (93,3%) berpendidikan SMK/SMA, yang mana pendidikan tersebut adalah pendidikan menengah. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dalam hal ini dapat mempengaruhi pola berfikir terhadap pengetahuan tentang sindrom pramenstruasi dan cara penanganannya.
Hal tersebut sesuai dengan teori Mubarok [9] menyatakan pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang agar dapat memahami suatu hal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
Selain pendidikan, usia erat kaitannya dengan pengetahuan. Hasil penelitian sebagian besar (60%) berusia 20 tahun. Hal tersebut sesuai dengan teori [9] menyatakan usia juga dapat memepengaruhi daya tangkap dan pola pikir dari seseorang. Dengan bertambahnya usia individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya juga akan semakin membaik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dya Apriliyandari tahun (2018) dengan judul “Pengetahuan Gejala Sindrom Pramenstruasi Terhadap Penanganan Sindrom Pramenstruasi di SMP Negri 3 Gamping” menunjukkan hasil yang menyatakan adanya hubungan erat pengetahuan dengan penanganan yang di analisis menggunakan sepearman rank dengan hasil p value <0,05 yaitu 0,000 <0,05[10].
Conclusion
Remaja putri di desa Larangan Rt.15/ Rw.04 Sidoarjo yang melakukan penanganan sindrom pramenstruasi lebih banyak yang berpengetauan baik dan yang tidak melakukan penanganan lebih banyak yang berpengetahuan cukup.
References
- Misaroh. (2010). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika
- Mubarok, WI. (2017). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
- Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
- Ramadani, M. (2013). PREMENSTRUAL SYNDROME ( PMS ). 7(1), 21—25.
- Windayanti, Y. T., Studi, P., Metro, K., & Kemenkes, P. (2015). Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian. VIII(2),
- Yanik. (2017) PENGARUH PEER EDUCATION TERHADAP PENINGKATAN PENEGTAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS. PENGARUH PEER EDUCATION TERHADAP PENINGKATAN PENEGTAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS.